Anda di halaman 1dari 3

SURVEILANS EPIDEMIOLOGI

a. Pengertian
Surveilans Epidemiologi dapat didefinisikan sebagai rangkaian kegiatan yang sistematis dan
berkesinambungan dalam pengumpulan, analisis, interpretasi data dan penyampaian informasi dalam
upaya menguraikan dan memantau suatu penyakit/peristiwa kesehatan. Kaitannya dengan penyakit
menular, kegiatan surveilans epidemiologi bertujuan untuk mengidentifikasi kelompok risiko tinggi dalam
masyarakat, memahami cara penularan penyakit serta berusaha memutuskan rantai penularan. Dalam
hal ini setiap penyakit harus dilaporkan secara lengkap dan tepat, yang meliputi keterangan mengenai
orang (person), tempat (place) dan waktu (time) (Budioro, 1997).
Kaitannya dengan penyakit, kegiatan surveilans epidemiologi dapat diaplikasikan untuk kegiatan:
a. Laporan rutin kasus penyakit tertentu, baik penyakit menular maupun tidak menular, atau berbagai
kejadian yang berhubungan dengan kesehatan secara umum.
b. Pencatatan dan pelaporan khusus kejadian tertentu dalam masyarakat.
c. Pelaksanaan pencatatan dan pelaporan penyakit yang wajib dilaporkan.
d. Surveilans ekologi dan lingkungan: vektor, pengotoran lingkungan dan lain-lain.
e. Pengamatan dan pengawasan pemakaian zat tertentu seperti insektisida, vaksin dan zat lain yang
berbahaya.
f. Pelaksanaan survei berkala untuk hal tertentu.
g. Pengamatan/ penelitian aktif penyakit tertentu.
h. Pengamatan khusus oleh dokter praktek, di klinik dan lain-lain.
Selain kegiatan surveilans secara aktif, maka sistem pelaporan penderita dan kejadian lainnya hanya
dilakukan secara pasif melalui pusat pelayanan kesehatan (Noor, 2000).
Kadang digunakan istilah surveilans epidemiologi. Baik surveilans kesehatan masyarakat maupun
surveilans epidemiologi hakikatnya sama saja, sebab menggunakan metode yang sama, dan tujuan
epidemiologi adalah untuk mengendalikan masalah kesehatan masyarakat, sehingga epidemiologi
dikenal sebagai sains inti kesehatan masyarakat (core science of public health).
b. Visi Surveilans
Tersedianya informasi epidemiologi yang berkualitas dalam rangka menunjang pembangunan Nasional
menuju Indonesia Sehat 2015.
c. Misi Surveilans
a. Meningkatkan kemampuan petugas surveilans dalam melakukan analisis data dalam seluruh jenjang
andministrasi.
b. Menggalang serta meningkatkan kemitraaan unit surveilans dalam pertukaran/ penyebaran informasi
dengan pusat penelitian, perguruan tinggi, LSM, dan semua pihak yang terkait.
c. Memperkuat sistem surveilans penyakit ayang telah menjadi prioritas program pemberantasan
Internasional, Regional, Nasional maupun daerah.
d. Memperkuat pengembangan SDM di bidang epidemiologi disetiap unit pelaksana program kesehatan.
d. Manfaat dan tujuan surveilans
Manfaat surveilans epidemiologi yaitu deteksi perubahan akut dari penyakit yang terjadi dan
distribusinya, perhitungan trend, identifikasi pola penyakit, identifikasi kelompok risiko tinggi menurut
waktu, orang dan tempat, identifikasi faktor risiko dan penyebab lainnya, deteksi perubahan pelayanan
kesehatan yang terjadi, dapat memonitoring kecenderungan penyakit endemis, mempelajari riwayat
alamiah penyakit dan epidemiologinya, memberikan informasi dan data dasar untuk proyeksi kebutuhan
pelayanan kesehatan dimasa akan datang, membantu menetapkan masalah kesehatan prioritas dan
prioritas sasaran program pada tahap perencanaan. Inti kegiatan surveilans pada akhirnya adalah
bagaimana data yang sudah dikumpul, dianalisis, dan dilaporkan ke pemegang kebijakan guna
ditindaklanjuti dalam pembuatan program intervensi yang lebih baik untuk menyelesaikan masalah
kesehatan di Indonesia (HIMAPID, 2008).
Tujuan surveilans epidemiologi tersedianya data dan informasi epidemiologi sebagai dasar manajemen
kesehatan untuk pengambilan keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi
program kesehatan dan peningkatan kewaspadaan serta respon kejadian luar biasa yang cepat dan
tepat secara menyeluruh (Buton, 2010).
e. Langkah-langkah kegiatan surveilans
1. Perencanaan surveilans
Perencanaan kegiatan surveilans dimulai dengan penetapan tujuan surveilans, dilanjutkan dengan
penentuan definisi kasus, perencanaan perolehan data, teknik pengumpulan data, teknik analisis dan
mekanisme penyebarluasan informasi.
2. Pengumpulan data
Pengumpulan data merupakan awal dari rangkaian kegiatan untuk memproses data selanjutnya. Data
yang dikumpulkan memuat informasi epidemiologi yang dilaksanakan secara teratur dan terus-menerus
dan dikumpulkan tepat waktu. Pengumpulan data dapat bersifat pasif yang bersumber dari Rumah sakit,
Puskesmas dan lain-lain, maupun aktif yang diperoleh dari kegiatan survei (Budioro, 1997).
Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan pencatatan insidensi terhadap orang-orang yang
dianggap penderita malaria atau population at risk melalui kunjungan rumah (active surveillance) atau
pencatatan insidensi berdasarkan laporan sarana pelayanan kesehatan yaitu dari laporan rutin poli umum
setiap hari, laporan bulanan Puskesmas desa dan Puskesmas pembantu, laporan petugas surveilans di
lapangan, laporan harian dari laboratorium dan laporan dari masyarakat serta petugas kesehatan lain
(pasive surveillance). Atau dengan kata lain, data dikumpulkan dari unit kesehatan sendiri dan dari unit
kesehatan yang paling rendah, misalnya laporan dari Pustu, Posyandu, Barkesra, Poskesdes (Arias,
2010).
Proses pengumpulan data diperlukan sistem pencatatan dan pelaporan yang baik. Secara umum
pencatatan di Puskesmas adalah hasil kegiatan kunjungan pasien dan kegiatan luar gedung. Sedangkan
pelaporan dibuat dengan merekapitulasi data hasil pencatatan dengan menggunakan formulir tertentu,
misalnya form W1 Kejadian Luar Biasa (KLB) , form W2 (laporan mingguan) dan lain-lain (Noor, 2000).
3. Pengolahan dan penyajian data
Data yang sudah terkumpul dari kegiatan diolah dan disajikan dalam bentuk tabel, grafik (histogram,
poligon frekuensi), chart (bar chart, peta/map area). Penggunaan komputer sangat diperlukan untuk
mempermudah dalam pengolahan data diantaranya dengan menggunakan program (software) seperti
epi info, SPSS, lotus, excel dan lain-lain (Budioro, 1997).
4. Analisis data
Analisis merupakan langkah penting dalam surveilans epidemiologi karena akan dipergunakan untuk
perencanaan, monitoring dan evaluasi serta tindakan pencegahan dan penanggulangan penyakit.
Kegiatan ini menghasilkan ukuran-ukuran epidemiologi seperti rate, proporsi, rasio dan lain-lain untuk
mengetahui situasi, estimasi dan prediksi penyakit (Noor, 2000).
Data yang sudah diolah selanjutnya dianalisis dengan membandingkan data bulanan atau tahun-tahun
sebelumnya, sehingga diketahui ada peningkatan atau penurunan, dan mencari hubungan penyebab
penyakit malaria dengan faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian malaria (Arias, 2010).
5. Penyebarluasan informasi
Penyebarluasan informasi dapat dilakukan ketingkat atas maupun ke bawah. Dalam rangka kerja sama
lintas sektoral instansi-instansi lain yang terkait dan masyarakat juga menjadi sasaran kegiatan ini. Untuk
diperlukan informasi yang informatif agar mudah dipahami terutama bagi instansi diluar bidang kesehatan
(Budioro, 1997).
Penyebarluasan informasi yang baik harus dapat memberikan informasi yang mudah dimengerti dan
dimanfaatkan dalam menentukan arah kebijakan kegiatan, upaya pengendalian serta evaluasi program
yang dilakukan. Cara penyebarluasan informasi yang dilakukan yaitu membuat suatu laporan hasil kajian
yang disampaikan kepada atasan, membuat laporan kajian untuk seminar dan pertemuan, membuat
suatu tulisan di majalah rutin, memanfaatkan media internet yang setiap saat dapat di akses dengan
mudah (Depkes RI, 2003).
6. Umpan balik
Kegiatan umpan balik dilakukan secara rutin biasanya setiap bulan saat menerima laporan setelah diolah
dan dianalisa melakukan umpan balik kepada unit kesehatan yang melakukan laporan dengan tujuan
agar yang mengirim laporan mengetahui bahwa laporannya telah diterima dan sekaligus mengoreksi dan
memberi petunjuk tentang laporan yang diterima. Kemudian mengadakan umpan balik laporan berikutnya
akan tepat waktu dan benar pengisiannya. Cara pemberian umpan balik dapat melalui surat umpan balik,
penjelasan pada saat pertemuan serta pada saat melakukan pembinaan/suvervisi (Arias, 2010).
Bentuk dari umpan balik bisa berupa ringkasan dari informasi yang dimuat dalam buletin (news letter)
atau surat yang berisi pertanyaan-pertanyaan sehubungan dengan yang dilaporkan atau berupa
kunjungan ke tempat asal laporan untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya. Laporan perlu
diperhatikan waktunya agar terbitnya selalu tepat pada waktunya, selain itu bila mencantumkan laporan
yang diterima dari eselon bawahan, sebaliknya yang dicantumkan adalah tanggal penerimaan laporan
(Depkes RI, 2003).
7. Investigasi penyakit
Setelah pengambilan keputusan perlunya mengambil tindakan maka terlebih dahulu dilakukan
investigasi/penyelidikan epidemiologi penyakit malaria. Dengan investigator membawa ceklis/format
pengisian tentang masalah kesehatan yang terjadi dalam hal ini adalah penyakit malaria dan bahan untuk
pengambilan sampel di laboratorium. Setelah melakukan investigasi penyelidikan kemudian disimpulkan
bahwa benar-benar telah terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) malaria yang perlu mengambil tindakan atau
sebaliknya (Arias, 2010).
8. Tindakan penanggulangan
Tindakan penanggulangan yang dilakukan melalui pengobatan segera pada penderita yang sakit,
melakukan rujukan penderita yang tergolong berat, melakukan penyuluhan mengenai penyakit malaria
kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran agar tidak tertular penyakit atau menghindari
penyakit tersebut, melakukan gerakan kebersihan lingkungan untuk memutuskan rantai penularan (Arias,
2010).

9. Evaluasi data sistem surveilans


Program surveilans sebaiknya dinilai secara periodik untuk dapat dilakukan evaluasi manfaat kegiatan
surveilans. Sistem dapat berguna apabila memenuhi salah satu dari pernyataan berikut:
a. Apakah kegiatan surveilans dapat mendeteksi kecenderungan dan mengidentifikasi perubahan dalam
kejadian kasus.
b. Apakah program surveilans dapat mendeteksi epidemik kejadian kasus di wilayah tersebut.
c. Apakah kegiatan surveilans dapat memberikan informasi tentang besarnya morbiditas dan mortalitas
yang berhubungan dengan kejadian penyakit di wilayah tersebut.
d. Apakah program surveilans dapat mengidentifikasi faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan
kasus atau penyakit (Arias, 2010).
f. Indikator surveilans
Indikator surveilans meliputi:
a. Kelengkapan laporan.
b. Jumlah dan kualitas kajian epidemiologi dan rekomendasi yang dapat dihasilkan.
c. Terdistribusinya berita epidemiologi lokal dan nasional.
d. Pemanfaatan informasi epidemiologi dalam manajemen program kesehatan.
e. Meningkatnya kajian Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) penyakit (Depkes RI, 2003).

Anda mungkin juga menyukai