Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan kepada kami nikmat sehat sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah kewarganegaraan ini mengenai Hak Asasi Manusia dan Rule Of Law.
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
Hak Asasi Manusia adalah sebuah hak dasar yang dimiliki oleh setiap
manusia yang di bawanya sejak lahir bahkan dari keberadaannya sebagai
anugerah Tuhan yang Maha Esa. Kesadaran akan hak asasi manusia
didasarkan pada pengakuan semua manusia memiliki derajat yang sama
sebagai makhluk Tuhan.
3
Negara Indonesia merupakan negara hukum. Tentang hal ini tertuang
dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 Amandemen keempat yang menyatakan “
Negara Indonesia adalah negara hukum”. Maka dapat diartikan bahwa Negara
Kesatuan Republik Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum
Rule of Law atau rechtsstaat.
Penegakan tentang Hak Asasi Manusia terutama di Indonesia Berkaitan
erat dengan perwujudan negara hukum. Karena pada prinsipnya penegakan
aspek hak – hak asasi manusia berdasar pada Undang – Undang Dasar dari
suatu negara dan untuk di Indonesia harus berdasar pada ketentuan konstitusi
yaitu UUD 1945. Dan sebagai salah satu ciri suatu negara dikatakan sebagai
negara hukum adalah adanya jaminan atas penegakan hak – hak asasi
manusia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud hak asasi manusia?
2. Apa makna Indonesia sebagai negara hukum?
3. Apa prinsip-prinsip Indonesia sebagai negara hukum?
4. Bagaimana hubungan negara hukum dengan HAM?
5. Bagaimana cara penegakan HAM di Indonesia?
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Agar mahasiswa dapat mengetahui makna Indonesia sebagai Negara
Hukum dan mendeskripsikan hubungan negara hukum dengan HAM
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
HAM wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara,
hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan
harkat dan martabat manusia.
Bedasarkan beberapa rumusan HAM di atas, dapat disimpulkan tentang ciri
pokok hakikat HAM, yaitu sebagai berikut :
1. HAM tidak perlu diberikan, dibeli atau diwarisis. HAM
merupakan bagian dari manusia secara ototmatis.
2. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis
kelamin, ras, agama, etnis, pandangan politik atau asal usul
sosial dan bangsanya.
3. HAM tidak bisa dilanggar. Tidak seorangpun mempunyai hak
untuk melanggar dan membatasi orang lain.
Pemikiran HAM pada Perhimpunan Indonesia (PI) menitikberatkan pada hak untuk
menentukan nasib sendiri. selanjutnya Serikat Islam (SI) organisasi kaum santri
yang dimotori oleh H. Agus Salim dan Abdul Muis, menekankan pada usaha-usaha
untuk memperoleh penghidupan yang layak dan bebas dari penindasan dan
deskriminasi rasial. Indische Partij pemikiran HAM yang paling menonjol adalah
6
hak untuk mendapatkan kemerdekaan serta mendapatkan perlakuan yang sama dan
hak kemerdekaan.
Sedangkan pemikiran HAM pada Partai Nasional Indonesia (PNI) menonjolkan hak
untuk memperoleh kemerdekaan. Pemikiran HAM juga terjadi pada perdebatan di
sidang (BPUPKI) antara Soekarno dan Moh. Yamin pada pihak lain. Hal ini
berkaitan dengan masalah hak persamaan kedudukan di muka hukum, hak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak, hak untuk memeluk agama dan
kepercayaan, hak berserikat dan berkumpul, hak meengeluarkan pikiran baik
tertulis maupun tidak tertulis.
1. Periode 1945-1950
Pemikiran HAM pada awal kemerdekaan masih pada hak untuk merdeka (self
determination), hak kebebasan untuk berserikat melalui organisasi politik serta hak
kebebasaan untuk menyampaikan pendapat terutama di parlemen. Pemikiran HAM
telah mendapatkan legitimasi secara formal karena telah memperoleh pengaturan
dan masuk ke dalam hukum dasar negara (konstitusi) yaitu UUD 1945. Prinsip
kedaulatan rakyat dan negara berdasarkan atas hukum dijadikan sebagai sendi bagi
penyelenggaraan negara Indonesia.
2. Periode 1950-1959
Pada masa itu kehidupan demokrasi didominasi oleh partai-partai politik besar
diantarany: PNI; NU; Masyumi dan PKI, namun semangat berdemokrasi sangat
7
besar sehingga nilai-nilai kebersamaan agak longgar yang ada pertentangan antar
partai sangat tajam akibatnya untuk merumuskan konstitusi atau Undang-Undang
Dasar menjadi gagal.
3. Periode 1959-1966
Pada periode ini sistem pemerintahan yang berlaku adalah sistem demokrasi
terpimpin sebagai reaksi penolakan Soekarno terhadap sistem demokrasi
parlementer. Pada periode ini kekuasan terpusat dan berada di tangan presiden.
dalam kaitannya dengan HAM telah terjadi pemasungan hak asasi masyarakat yaitu
hak sipil dan hak politik seperti hak untuk berserikat, berkumpul dan mengeluarkan
pikiran dengan lisan.
4. Periode 1966-1998
Sementara itu pada awal tahun 1970-an sampai akhir tahun 1980-an persoalan
HAM di Indonesia mengalami kemunduran, karena HAM tidak lagi dihormati,
dilindungi dan ditegakkan. Pemikiran elite penguasa pada masa ini sangat diwarnai
oleh sikap penolakannya terhadap HAM sebagai produk Barat dan individualistik
serta bertentangan dengan paham kekeluargaan yang dianut bangsa Indonesia.
Pemerintah pada periode ini bersifat defensive dan refresif yang dicerminkan dari
produk hukum yang umunya restrektif terhadap HAM.
Sikap defensif tercermin pada anggapan bahwa HAM adalah produk pemikiran
Barat yang tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur budaya Bangsa Indonesia yang
tercermin dalam Pancasila serta Bangsa Indonesia sudah terlebih dahulu mengenal
HAM sebagaimana tertuang dalam rumusan UUD 1945 yang lahir lebih dahulu
dibanding dengan Deklarasi Universal HAM. Selain itu sikap defensif pemerintah
berdasarkan pada anggapan bahwa isu HAM seringkali digunakan oleh Negara-
8
negara Barat untuk memojokkan Negara yang sedang berkembang seperti
Indonesia.
5. Periode 1998-sekarang
Perganitan rezim pemerintahan dari orde baru ke era reformasi pada tahun 1998
memberikan dampak yang sangat besar pada perlindungan HAM. strategi
penegakan HAM dilakukan melalui dua tahap yaitu tahap status penentuan
(precriptive status) dan tahap penataan aturan (rule consistent behaviour). Pada
tahap status penentuan telah ditetapkan beberapa ketentuan perundang-undangan
tentang HAM seperti amandemen konstitusi Negara (UUD 1945), ketetapan MPR
(TAP MPR), undang-undang (UU), peraturan pemerintah dan ketentuan
perundang-undangan lainnya.
9
No.21/1999; konvensi ILO No.138 tentang usia minimum untuk diperbolehkan
bekerja dengan UU no.20/1999.
Banyak macam pelanggaran HAM di Indonesia, dari sekia banyak kasus ham yang
terjadi, tidak sedikit juga yang belum tuntas secara hukum, hal itu tentu saja tak
lepas dari kemauan dan itikad baik pemerintah untuk menyelesaikannya sebagai
pemegang kekuasaan sekaligus pengendali keadilan bagi bangsa ini. Kasus
pelanggaran HAM di Indonesia diantaranya :
10
hukum dasar negara. Jadi dapat dirumuskan tentang pengertian Negara
Hukum adalah negara yang penyelengaraan kekuasaan pemerintahannya
didsaarkan atas hukum. Rule of law adalah rule by the law dan bukan rule
by the man.
Berdasarkan bentuknya Rule Of Law adalah kekuasaan seacara
legal. Berdasarkan substansi atau isinya sangat berkaitan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dalam suatu negara. Friedman (1959)
membedakan rule of law menjadi dua yaitu pengertian secara formal (in the
formal sense) dan pengertian secara hakiki / materill (ideological sense).
Secara formal diartikan sebagai kekuasaan umum yang terorganisasi
misalnya negara. Sementara itu, secara hakiki, rule of law terkait dengan
penegakkan rule of law karena menyangkut ukuran hukum yang baik dan
buruk terkait dengan keadilan sehingga rule of law harus mnejamin yang
dirasakan oleh mastarakat atau bangsa.
Negara berdasar atas hukum menempatkan hukum sebagai hal yang
tertinggi (supreme) sehingga ada istilah supremasi hukum. Supremasi
hukum harus tidak boleh mengabaikan tiga ide dasar hukum, yaitu keadilan,
kemanfaaatan, kepastian. Oleh karena itu dinegara hukum, hukum harus
tidak boleh mengabaikan rasa keadilan masyarakat.
Apabila suatu negara berdasarkan atas hukum, maka
konsekuensinya pemerintahan negara itu juga harus berdasar atas suatu
konstitusi atau undang-undang dasar sebagai landasan penyelenggaraan
pemerintahan (the basis og the government).
Negara hukum adalah unik, sebab negara hendak dipahami sebagai
suatu konsep hukum (Jimly Asshiddiqie, 2004.) dikatakan suatu konsep
yang unik sebab tidak ada konsep misalnya negara politik, negara ekonomi
dan sebagaianya.
11
terkandung pengertian adanya pengakuan pada prinsip supermacy of law dan
constitutionalism, yang pada hakikatnya bahwa dalam negara hukum, hukum harus
menjadi penentu segalanya sesuai dengan doktrin the rule of law.
1. Supremasi hukum.
2. Kedudukan yang sama dihadapan hukum.
3. Terjaminnya Hak Asasi Manusia dalam undang – undang atau
keputusan pengadilan.
12
5. Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan perlakuan
yang adil dan layak dalam hubungan kerja (pasal 28 D ayat 2).
Dalam negara hukum hak asasi manusia terlindungi, jika dalam suatu negara hak
asasi manusia tidak dilindungi, negara tersebut bukan negara hukum akan tetapi
negara dictator dengan pemerintahan yang sangat otoriter. Perlindungan terhadap
hak asasi manusia dalam negara hukum terwujud dalam bentuk penormaan hak
tersebut dalam konstitusi dan undang-undang dan untuk selanjutnya
penegakannya melalui badan-badan peradilan sebagai pelaksana kekuasaan
kehakiman. Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang bebas dan
merdeka artinya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah. Berhubung dengan
itu harus diadakan jaminan dalam undang-undang. Konstitusi melarang campur
tangan pihak eksekutif atatupun legislative terhadap kekuasaan kehakiman,
bahkan pihak atasan langsung dari hakim yang bersangkutanpun, tidak
mempunyai kewenangan untuk mepengaruhi atau mendiktekan kehendaknya
kepada hakim bawahan. Pada hakekatnya, kebebasan peradilan ini merupakan
sifat bawaan dari setiap peradilan hanya saja batas dan isi kebebasannya
dipengaruhi oleh sistem pemerintahan, politik, ekonomi, dan sebagainya.
Dari uraian diatas terlihat jelas hubungan antara negara hukum dan hak asasi
manusia, hubungan mana bukan hanya dalam bentuk formal semata-mata, dalam
arti bahwa perlindungan hak asasi manusia merupakan ciri utama konsep negara
hukum, tapi juga hubungan tersebut dilihat secara materil. Hubungan secara
materil ini dilukiskan atau digambarkan dengan setiap sikap tindak penyelenggara
negara harus bertumpuh pada aturan hukum sebagai asas legalitas. Konstruksi
13
yang demikian ini menunjukan pada hakekatnya semua kebijakan dan sikap
tindak penguasa bertujuan untuk melindungi hak asasi manusia. Pada sisi lain,
kekuasaan kehakiman yang bebas dan merdeka, tanpa dipengaruhi oleh kekuasaan
manapun, merupakan wujud perlindungan dan penghormatan terhadap hak asasi
manusia dalam negara hukum.
14
yang berat yang dilakukan di luar batas teritorial wilayah negara Republik
Indonesia yang pelakunya adalah warga negara Indonesia.
3. Pengadilan HAM Ad Hoc yang dibentuk atas usul dari DPR berdasarkan
peristiwa tertentu dengan keputusan presiden untuk memeriksa dan
memutuskan perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat yang terjadi
sebelum diundangkannya Undang – Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang
Pengadilan Hak Asasi Manusia.
4. Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi. Undang – Undang Nomor 26 Tahun
2000 memberikan alternatif bahwa penyelesaian pelanggaran Hak Asasi
Manusia yang berat dapat dilakukan diluar Pengadilan Hak Asasi Manusia
yaitu melalui Komisi Kebenaran dan Rekonsilasi yang dibentuk
berdasarkan undang – undang.
15
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Dari makalah diatas penulis menyimpulkan bahwa hak asasi manusia
adalah hak-hak dasar manusia yang dimiliki sejak berada dalam
kandungan dan setelah ia lahir kedunia ( kodrat ) yang berlaku secara
universal dan diakui semua orang. Supaya Hak Asasi Manusia kita diakui
oleh orang lain maka kita harus memiliki kesadaran dan tanggung jawab
untuk menjamin hak-hak orang lain. Hak Asasi Manusia ini memiliki
tujuan sebagai alat untuk melindungi orang dari segala tindak kekerasan
dan kesewenang-wenangan. Hak Asasi Manusia tidak dapat berjalan tanpa
adanya hukum yang mengatur.
b. Saran
Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan
memperjuangkah HAM kita sendiri. Disamping itu kita juga harus
menghormati HAM orang lain.
16
DAFTAR PUSTAKA
Rahaditya, R. 2015. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi.
Tangerang. PT. Pustaka Mandiri.
Jimung, Martinus. 2016. Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan dan Pancasila.
Jakarta: CV.TRANS INFO MEDIA
http://www.sarjanaku.com/2010/10/perkembangan-pemikiran-hak-asasi.html
17
LEMBAR PENGESAHAN
Makalah perkuliahan dengan pokok bahasan “Hak Asasi Manusia dan Rule Of
Law” telah dikoreksi oleh dosen penanggung jawab dan telah dikoreksi oleh tim.
18