Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan kepada kami nikmat sehat sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah kewarganegaraan ini mengenai Hak Asasi Manusia dan Rule Of Law.

Dalam menyelesaikan makalah ini kami mendapatkan bantuan dari berbagai


sumber oleh karena itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada piha-pihak
yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini.

Materi yang kami sampaikan mungkin terdapat banyak kekurangan , karena


kami masih dalam tahap pembelajaran. Oleh karena itu saran, kritik, dan arahan
sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan kepada
pembacanya.

Jakarta, 28 Agustus 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................1

DAFTAR ISI ...........................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................3

1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................................3

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................4

1.3 Tujuan Makalah ...................................................................................4

1.4 Manfaat Makalah .................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................5

2.1 Pengertian Hak Asasi Manusia ............................................................5

2.2 Makna Indonesia Sebagai Negara Hukum .........................................10

2.3 Prinsip-prinsip Indonesia Sebagai Negara Hukum ............................11

2.4 Hubungan Negara Hukum dengan HAM ..........................................13

2.5 Penegakkan HAM di Indonesia .........................................................14

BAB III PENUTUP ..............................................................................................16

3.1 Kesimpulan .......................................................................................16

3.2 Saran .................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................17

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................18

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hak Asasi Manusia adalah sebuah hak dasar yang dimiliki oleh setiap
manusia yang di bawanya sejak lahir bahkan dari keberadaannya sebagai
anugerah Tuhan yang Maha Esa. Kesadaran akan hak asasi manusia
didasarkan pada pengakuan semua manusia memiliki derajat yang sama
sebagai makhluk Tuhan.

Negara Indonesia menjamin pelaksanaan dan penegakan tentang Hak


Asasi Manusia berdasarkan pada konstitusi Undang – Undang Dasar 1945.
Penegakan tentang hak – hak asasi manusia di negara Republik Indonesia
tercermin dari beberapa ketentuan, yaitu Pembukaan UUD 1945 alinea kesatu,
Pancasila sila keempat, Batang Tubuh UUD 1945 ( Pasal 27, sampai dengan
Pasal 34, sedangkan berdasarkan amandemen keempat UUD 1945 rumusan
tentang HAM tertuang dalam pasal 28A sampai dengan 28J ). Selain itu yang
mendasari penegakan HAM di Indonesia adalah undang – undang Nomor 39
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, disebutkan bahwa hak asasi manusia
adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah yang wajib
di hormati,di junjung tinggi dan dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah,
dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat
manusia. Artinya dengan adanya ketentuan mengenai Hak Asasi Manusia
tersebut, negara wajib hadir untuk melindungi setiap hak individu warga
negaranya, sehingga dapat secara bebas untuk mempeoleh kehidupan layak,
mengembangkan diri, mengekspresikan gagasan dan kreativitasnya, serta
mengoptimalkan peran dan sumbangsihnya terhadap kesejahteraan hidup
manusia secara luas. Dan Undang – Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang
Pengadilan ham.

3
Negara Indonesia merupakan negara hukum. Tentang hal ini tertuang
dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 Amandemen keempat yang menyatakan “
Negara Indonesia adalah negara hukum”. Maka dapat diartikan bahwa Negara
Kesatuan Republik Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum
Rule of Law atau rechtsstaat.
Penegakan tentang Hak Asasi Manusia terutama di Indonesia Berkaitan
erat dengan perwujudan negara hukum. Karena pada prinsipnya penegakan
aspek hak – hak asasi manusia berdasar pada Undang – Undang Dasar dari
suatu negara dan untuk di Indonesia harus berdasar pada ketentuan konstitusi
yaitu UUD 1945. Dan sebagai salah satu ciri suatu negara dikatakan sebagai
negara hukum adalah adanya jaminan atas penegakan hak – hak asasi
manusia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud hak asasi manusia?
2. Apa makna Indonesia sebagai negara hukum?
3. Apa prinsip-prinsip Indonesia sebagai negara hukum?
4. Bagaimana hubungan negara hukum dengan HAM?
5. Bagaimana cara penegakan HAM di Indonesia?

1.3 Tujuan

Dapat mengetahui, memahami, dan mengamalkan apa yang dimaksud


dengan Hak Asasi Manusia dan Indonesia sebagai negara hukum, prinsip-
prinsip Indonesia sebagai negara hukum, hubungan negara hukum dengan
HAM, dan cara penegakan HAM di Indonesia

1.4 Manfaat
Agar mahasiswa dapat mengetahui makna Indonesia sebagai Negara
Hukum dan mendeskripsikan hubungan negara hukum dengan HAM

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)


Hak asasi manusia menurut Tilar dalam Srijati (2007) adalah hak-
hak yang melekat pada diri manusia dan tanpa hak-hak itu manusia tidak
dapat hidup layak sebagai manusia. Hak tersebut diperoleh bersama dengan
kelahirannya atau kehadirannya didalam kehidupan masyarakat. Sedangkan
berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia dinyatakan bahwa hak asasi manusia adalah
seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaanmanusia sebagai
mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugrahNya.yang wajib
dihormati, dijungjung tinggi, dan dilindungi oleh negara hukum, pemerintah
dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat
manusia.
Hak asasi manusia pada dasarnya bersifat umum atau universal,
karena diyakini beberapa hak yang dimiliki manusia tidak memandang
bangsa, ras, atau jenis kelamin. Dasar dari hak asasi adalah bahwa manusia
harus memperoleh harus memiliki kesempatan untuk berkembang sesuai
dengan bakat dan cita-citanya .
Secara definif “hak” (right) merupakan unsur normatif yang
berfungsi sebagai pedoman berprilaku, melindungi kebebasan, kekebalan,
serta menjamin adanya peluang bagi manusia dalam menjaga harkat dan
martabatnya.
Begitupun dengan hak asasi manusia yang merupakan anugerah
Tuhan Yang Maha Esa (bersifat kordati) didasarkan pada pengakuan bahwa
semua manusia sebagai mahkluk Tuhan memiliki derajat dan martabat yang
sama.
Dengan demikian, kesadaran manusia akan HAM itu ada, karena
pengakuan atas harkat dan martabat yang sama sebagai manusia.

5
HAM wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara,
hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan
harkat dan martabat manusia.
Bedasarkan beberapa rumusan HAM di atas, dapat disimpulkan tentang ciri
pokok hakikat HAM, yaitu sebagai berikut :
1. HAM tidak perlu diberikan, dibeli atau diwarisis. HAM
merupakan bagian dari manusia secara ototmatis.
2. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis
kelamin, ras, agama, etnis, pandangan politik atau asal usul
sosial dan bangsanya.
3. HAM tidak bisa dilanggar. Tidak seorangpun mempunyai hak
untuk melanggar dan membatasi orang lain.

Sedangkan tujuan HAM adalah

1. Sebagai alat untuk melindungi orang dari kekerasan dan


kewenang-wenangan.
2. Untuk mengembangkan saling menghargai antar manusia
3. Untuk mendorong tindakan yang dilandasi kesadaran dan
tanggung jawab untuk menjamin bahwa hak-hak orang lain
tidak dilanggar.

Perkembangan Pemikiran dan Pengaturan HAM di Indonesia (2001) membagi


perkembangan pemikiran HAM di Indonesia dalam dua pereode, yaitu periode
sebelum kemerdekaan (1908-1945) dan periode setelah kemerdekaan (1945-
sekarang).

a. Periode sebelum kemerdekaan (1908-1945)

Pemikiran HAM pada Perhimpunan Indonesia (PI) menitikberatkan pada hak untuk
menentukan nasib sendiri. selanjutnya Serikat Islam (SI) organisasi kaum santri
yang dimotori oleh H. Agus Salim dan Abdul Muis, menekankan pada usaha-usaha
untuk memperoleh penghidupan yang layak dan bebas dari penindasan dan
deskriminasi rasial. Indische Partij pemikiran HAM yang paling menonjol adalah

6
hak untuk mendapatkan kemerdekaan serta mendapatkan perlakuan yang sama dan
hak kemerdekaan.

Sedangkan pemikiran HAM pada Partai Nasional Indonesia (PNI) menonjolkan hak
untuk memperoleh kemerdekaan. Pemikiran HAM juga terjadi pada perdebatan di
sidang (BPUPKI) antara Soekarno dan Moh. Yamin pada pihak lain. Hal ini
berkaitan dengan masalah hak persamaan kedudukan di muka hukum, hak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak, hak untuk memeluk agama dan
kepercayaan, hak berserikat dan berkumpul, hak meengeluarkan pikiran baik
tertulis maupun tidak tertulis.

b. Periode setelah kemerdekaan (1945-sekarang)

1. Periode 1945-1950

Pemikiran HAM pada awal kemerdekaan masih pada hak untuk merdeka (self
determination), hak kebebasan untuk berserikat melalui organisasi politik serta hak
kebebasaan untuk menyampaikan pendapat terutama di parlemen. Pemikiran HAM
telah mendapatkan legitimasi secara formal karena telah memperoleh pengaturan
dan masuk ke dalam hukum dasar negara (konstitusi) yaitu UUD 1945. Prinsip
kedaulatan rakyat dan negara berdasarkan atas hukum dijadikan sebagai sendi bagi
penyelenggaraan negara Indonesia.

2. Periode 1950-1959

Pemikiran HAM pada periode ini mendapatkan wadah yang sangat


membanggakan, karena suasana kebebasan yang menjadi semangat demokrasi
liberal atau demokrasi parlementer mendapat tempat dikalangan elite politik.
Indikatornya adalah semakin banyak tumbuhnya partai-partai politik, adanya
kebebasan pers, pemilihan umum, adanya parlemen atau Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR).

Pada masa itu kehidupan demokrasi didominasi oleh partai-partai politik besar
diantarany: PNI; NU; Masyumi dan PKI, namun semangat berdemokrasi sangat

7
besar sehingga nilai-nilai kebersamaan agak longgar yang ada pertentangan antar
partai sangat tajam akibatnya untuk merumuskan konstitusi atau Undang-Undang
Dasar menjadi gagal.

3. Periode 1959-1966

Pada periode ini sistem pemerintahan yang berlaku adalah sistem demokrasi
terpimpin sebagai reaksi penolakan Soekarno terhadap sistem demokrasi
parlementer. Pada periode ini kekuasan terpusat dan berada di tangan presiden.
dalam kaitannya dengan HAM telah terjadi pemasungan hak asasi masyarakat yaitu
hak sipil dan hak politik seperti hak untuk berserikat, berkumpul dan mengeluarkan
pikiran dengan lisan.

4. Periode 1966-1998

Setelah terjadi peralihan pemerintahan dari Soekarno ke Soeharto, ada semangat


untuk menegakkan HAM. Pada awal periode ini telah diadakannya berbagai
seminar tentang HAM. Salah satu seminar tentang HAM dilaksanakan pada tahun
1967 yang telah merekomendasikan gagasan tentang perlunya pembentukan
pengadilan HAM, pembentukan komisi dan pengadilan HAM untuk wilayah Asia.

Sementara itu pada awal tahun 1970-an sampai akhir tahun 1980-an persoalan
HAM di Indonesia mengalami kemunduran, karena HAM tidak lagi dihormati,
dilindungi dan ditegakkan. Pemikiran elite penguasa pada masa ini sangat diwarnai
oleh sikap penolakannya terhadap HAM sebagai produk Barat dan individualistik
serta bertentangan dengan paham kekeluargaan yang dianut bangsa Indonesia.
Pemerintah pada periode ini bersifat defensive dan refresif yang dicerminkan dari
produk hukum yang umunya restrektif terhadap HAM.

Sikap defensif tercermin pada anggapan bahwa HAM adalah produk pemikiran
Barat yang tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur budaya Bangsa Indonesia yang
tercermin dalam Pancasila serta Bangsa Indonesia sudah terlebih dahulu mengenal
HAM sebagaimana tertuang dalam rumusan UUD 1945 yang lahir lebih dahulu
dibanding dengan Deklarasi Universal HAM. Selain itu sikap defensif pemerintah
berdasarkan pada anggapan bahwa isu HAM seringkali digunakan oleh Negara-

8
negara Barat untuk memojokkan Negara yang sedang berkembang seperti
Indonesia.

Meskipun dari pihak pemerintah mengalami kemunduran, pemikiran HAM masih


ada di kalangan masyarakat yang dimotori oleh LSM (Lembaga Swadaya
Masyarakat) dan masyarakat akademis yang concern terhadap penegakan HAM.
Upaya ini melalui pembentukan jaringan dan lobi internasional yang terkait dengan
pelanggaran HAM yang terjadi, seperti kasus Tanjung Priok, kasus Kedung Ombo,
kasus DOM di Aceh dsb.

Upaya yang dilakukan oleh masyarakat menjelang periode 1990-an memperoleh


hasil yang menggembirakan karena terjadi pergeseran strategi pemerintah dari
represif dan defensif ke strategi akomodatif serta kooperatif. hal ini bisa dilihat
dengan dibentuknya KOMNAS HAM berdasarkan KEPRES No. 50 Th. 1993
tanggal 7 Juni 1993.

5. Periode 1998-sekarang

Perganitan rezim pemerintahan dari orde baru ke era reformasi pada tahun 1998
memberikan dampak yang sangat besar pada perlindungan HAM. strategi
penegakan HAM dilakukan melalui dua tahap yaitu tahap status penentuan
(precriptive status) dan tahap penataan aturan (rule consistent behaviour). Pada
tahap status penentuan telah ditetapkan beberapa ketentuan perundang-undangan
tentang HAM seperti amandemen konstitusi Negara (UUD 1945), ketetapan MPR
(TAP MPR), undang-undang (UU), peraturan pemerintah dan ketentuan
perundang-undangan lainnya.

Pada masa pemerintahan Habibie (Marzuki, 2002) penghormatan dan


perkembangan HAM sangat signifikan yang ditandai oleh adanya TAP MPR
No.XVII/MPR/HAM yaitu; konvensi menentang penyiksaan dan perlakuan kejam
lainnya dengan UU No.5/1999; konvensi penghapusan segala bentuk deskriminasi
rasial dengan UU No.29/1999; konvensi ILO No.87 tentang kebebasan berserikat
dan perlindungan hak untuk berorganisasi dengan keppres No.83/1998; konvensi
ILO No.111 tentang deskriminasi dalam pekerjaan dan jabatan dengan UU

9
No.21/1999; konvensi ILO No.138 tentang usia minimum untuk diperbolehkan
bekerja dengan UU no.20/1999.

Dalam peraturan perundang-undangan RI terdapat empat bentuk hukum tertulis


yang memuaat aturan tentang HAM. Pertama, dalam konstitusi (Undang-undang
Dasar Negara). Kedua, dalam ketetapan MPR (TAP MPR). Ketiga, dalam Undang-
undang. Keempat, da;am peraturan pelaksanaan perundang-undangan seperti
Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden dan peraturan pelaksanaan lainnya.

Banyak macam pelanggaran HAM di Indonesia, dari sekia banyak kasus ham yang
terjadi, tidak sedikit juga yang belum tuntas secara hukum, hal itu tentu saja tak
lepas dari kemauan dan itikad baik pemerintah untuk menyelesaikannya sebagai
pemegang kekuasaan sekaligus pengendali keadilan bagi bangsa ini. Kasus
pelanggaran HAM di Indonesia diantaranya :

a. Kasus pelanggaran HAM yang bersifat berat misalnya, pembunuhan masal


(genosida : setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud
menghancurkan atau memutuskan seluruh atau sebagian kelompok
bangsa.), pembunuhan sewenang-wenangnya atau di luar putusan
pengadilan, penyiksaan penghilangan orang secara terpaksa, perbudakan
dan diskriminasi yang dilakukan secara sistematis (terencana).
b. Kasus pelanggaran HAM yang biasa misalnya, meliputi ; pemukulan,
penganiayaan, pencemaran nama baik, menghalangi orang untuk
mengekspresikan pendapatnya dan menghilangkan nyawa orang lain.

2.2 Makna Indonesia Sebagai Negara Hukum


Konsep negara hukum (rule of law) mulai muncul pada abad ke -19
bersamaan dengan lahirnya negara konstitusi dan negara demokrasi.
Yang penyelengaraan kekuasaan pemerintahnya didasarkan atas
hukum. Dlam negara hukum, kekuasaan menjalankan pemerintahan
berdarkan kedaulatan hukum (supremasi hukum) dan bertujuan untuk
menyelengarakan ketertiban hukum. Hukum sebagai dasar diwujudkan
dalam peraturan perundang-undangan yang berpuncak pada konstitusi atau

10
hukum dasar negara. Jadi dapat dirumuskan tentang pengertian Negara
Hukum adalah negara yang penyelengaraan kekuasaan pemerintahannya
didsaarkan atas hukum. Rule of law adalah rule by the law dan bukan rule
by the man.
Berdasarkan bentuknya Rule Of Law adalah kekuasaan seacara
legal. Berdasarkan substansi atau isinya sangat berkaitan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dalam suatu negara. Friedman (1959)
membedakan rule of law menjadi dua yaitu pengertian secara formal (in the
formal sense) dan pengertian secara hakiki / materill (ideological sense).
Secara formal diartikan sebagai kekuasaan umum yang terorganisasi
misalnya negara. Sementara itu, secara hakiki, rule of law terkait dengan
penegakkan rule of law karena menyangkut ukuran hukum yang baik dan
buruk terkait dengan keadilan sehingga rule of law harus mnejamin yang
dirasakan oleh mastarakat atau bangsa.
Negara berdasar atas hukum menempatkan hukum sebagai hal yang
tertinggi (supreme) sehingga ada istilah supremasi hukum. Supremasi
hukum harus tidak boleh mengabaikan tiga ide dasar hukum, yaitu keadilan,
kemanfaaatan, kepastian. Oleh karena itu dinegara hukum, hukum harus
tidak boleh mengabaikan rasa keadilan masyarakat.
Apabila suatu negara berdasarkan atas hukum, maka
konsekuensinya pemerintahan negara itu juga harus berdasar atas suatu
konstitusi atau undang-undang dasar sebagai landasan penyelenggaraan
pemerintahan (the basis og the government).
Negara hukum adalah unik, sebab negara hendak dipahami sebagai
suatu konsep hukum (Jimly Asshiddiqie, 2004.) dikatakan suatu konsep
yang unik sebab tidak ada konsep misalnya negara politik, negara ekonomi
dan sebagaianya.

2.3 Prinsip – Prinsip Indonesia sebagai Negara Hukum

Negara Indonesia didirikan oleh para pendiri negara ini sebagai


“rechtsstaat” atau negara hukum. Indonesia sebagai negara hukum didalamnya

11
terkandung pengertian adanya pengakuan pada prinsip supermacy of law dan
constitutionalism, yang pada hakikatnya bahwa dalam negara hukum, hukum harus
menjadi penentu segalanya sesuai dengan doktrin the rule of law.

Frederich Julius Stahl dari kalangan ahli hukum Eropa Kontinental


memberikan ciri – ciri Rechtsstaat atau Rule of Law ( negara hukum ) sebagai
berikut

1. Hak asasi manusia.


2. Pemisahan atau pembagian kekuasaan.
3. Pemerintahan berdasarkan peraturan – peraturan.
4. Peradilan administrasi dalam peradilan.

Sedangkan AV Dicey dari kalangan ahli hukum Anglo Saxon


memberi ciri- ciri Rule of Law sebagai berikut

1. Supremasi hukum.
2. Kedudukan yang sama dihadapan hukum.
3. Terjaminnya Hak Asasi Manusia dalam undang – undang atau
keputusan pengadilan.

Penjabaran prinsip – prinsip rule of law secara formal termuat di dalam


pasal – pasal UUD 1945, yaitu :

1. Negara Indonesia adalah negara hukum (pasal 1 ayat 3)


2. Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan peradilan
(pasal 24 ayat 1)
3. Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu
dengan tidak ada kecualinya (pasal 27 ayat 1)
4. Bab XA tentang Hak Asasi Manusia, memuat sepuluh pasal antara lain
bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan
kepastian hukum (pasal 28 D ayat 1)

12
5. Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan perlakuan
yang adil dan layak dalam hubungan kerja (pasal 28 D ayat 2).

2.4 Hubungan Negara Hukum dengan HAM

Dalam negara hukum hak asasi manusia terlindungi, jika dalam suatu negara hak
asasi manusia tidak dilindungi, negara tersebut bukan negara hukum akan tetapi
negara dictator dengan pemerintahan yang sangat otoriter. Perlindungan terhadap
hak asasi manusia dalam negara hukum terwujud dalam bentuk penormaan hak
tersebut dalam konstitusi dan undang-undang dan untuk selanjutnya
penegakannya melalui badan-badan peradilan sebagai pelaksana kekuasaan
kehakiman. Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang bebas dan
merdeka artinya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah. Berhubung dengan
itu harus diadakan jaminan dalam undang-undang. Konstitusi melarang campur
tangan pihak eksekutif atatupun legislative terhadap kekuasaan kehakiman,
bahkan pihak atasan langsung dari hakim yang bersangkutanpun, tidak
mempunyai kewenangan untuk mepengaruhi atau mendiktekan kehendaknya
kepada hakim bawahan. Pada hakekatnya, kebebasan peradilan ini merupakan
sifat bawaan dari setiap peradilan hanya saja batas dan isi kebebasannya
dipengaruhi oleh sistem pemerintahan, politik, ekonomi, dan sebagainya.

Dari uraian diatas terlihat jelas hubungan antara negara hukum dan hak asasi
manusia, hubungan mana bukan hanya dalam bentuk formal semata-mata, dalam
arti bahwa perlindungan hak asasi manusia merupakan ciri utama konsep negara
hukum, tapi juga hubungan tersebut dilihat secara materil. Hubungan secara
materil ini dilukiskan atau digambarkan dengan setiap sikap tindak penyelenggara
negara harus bertumpuh pada aturan hukum sebagai asas legalitas. Konstruksi

13
yang demikian ini menunjukan pada hakekatnya semua kebijakan dan sikap
tindak penguasa bertujuan untuk melindungi hak asasi manusia. Pada sisi lain,
kekuasaan kehakiman yang bebas dan merdeka, tanpa dipengaruhi oleh kekuasaan
manapun, merupakan wujud perlindungan dan penghormatan terhadap hak asasi
manusia dalam negara hukum.

2.5 Penegakan HAM di Indonesia

Kelembagaan yang menangani masalah yang berkaitan dengan


penegakan HAM di Indonesia untuk saat ini, antara lain

1. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia yang di bentuk berdasarkan keputusan


Presiden Nomor 5 Tahun 1993 pada tanggal 7 Juni 1993 yang kemudian
dikuatkan lagi melalui undang – undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia. Komnas HAM adalah lembaga yang mandiri yang
kedudukannya setingkat dengan lembaga negara lainnya yang berfungsi
melaksanakan pengkajian, penelitian, penyuluhan, pemantauan, dan
mediasi tentang hak asasi manusia. Tujuan didirikan Komnas HAM adalah
untuk
a. Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi
manusia sesuai dengan Pancasila, Undang – Undang Dasar 1945, dan
Piagam Perserikatan Bangsa – Bangsa serta Deklarasi Universal Hak
Asasi Manusia.
b. Meningkatkan perlindungan dan penegakan hak asasi manusia guna
perkembangan pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan
kemampuannya berpartisipasi dalam berbagai bidang kehidupan.
2. Pengadilan Hak Asasi Manusia yang dibentuk berdasarkan Undang –
Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia.
Pengadilan HAM bertugas dan berwenang memeriksa dan memutuskan
perkara pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat. Pengadilan HAM juga
bewenang memeriksa dan memutus perkara pelanggaran hak asasi manusia

14
yang berat yang dilakukan di luar batas teritorial wilayah negara Republik
Indonesia yang pelakunya adalah warga negara Indonesia.
3. Pengadilan HAM Ad Hoc yang dibentuk atas usul dari DPR berdasarkan
peristiwa tertentu dengan keputusan presiden untuk memeriksa dan
memutuskan perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat yang terjadi
sebelum diundangkannya Undang – Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang
Pengadilan Hak Asasi Manusia.
4. Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi. Undang – Undang Nomor 26 Tahun
2000 memberikan alternatif bahwa penyelesaian pelanggaran Hak Asasi
Manusia yang berat dapat dilakukan diluar Pengadilan Hak Asasi Manusia
yaitu melalui Komisi Kebenaran dan Rekonsilasi yang dibentuk
berdasarkan undang – undang.

Masyarakat juga dapat berpartisipasi aktif untuk membentuk


lembaga swadaya masyarakat ( LSM ) yang merupakan organisasi atau
lembaga yang secara khusus dibentuk oleh masyarakat secara swadaya
dengan tugas perlindungan dan penegakan HAM di Indonesia, misalnya
dengan menuntut pihak – pihak yang telah melanggar HAM, melindungi
korban pelanggaran HAM, menuntut keadilan, dan sebagainya.

Beberapa contoh lembaga swadaya masyarakat yang sudah


terbentuk antara lain

1. Komisi untuk orang hilang dan tindakan kekerasan (


KONTRAS ).
2. Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia ( YLBHI ).
3. Lembaga Studi dan Advokasi Msyarakat ( ELSAM ).
4. Human Rights Watch ( HRW ).

15
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Dari makalah diatas penulis menyimpulkan bahwa hak asasi manusia
adalah hak-hak dasar manusia yang dimiliki sejak berada dalam
kandungan dan setelah ia lahir kedunia ( kodrat ) yang berlaku secara
universal dan diakui semua orang. Supaya Hak Asasi Manusia kita diakui
oleh orang lain maka kita harus memiliki kesadaran dan tanggung jawab
untuk menjamin hak-hak orang lain. Hak Asasi Manusia ini memiliki
tujuan sebagai alat untuk melindungi orang dari segala tindak kekerasan
dan kesewenang-wenangan. Hak Asasi Manusia tidak dapat berjalan tanpa
adanya hukum yang mengatur.

b. Saran
Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan
memperjuangkah HAM kita sendiri. Disamping itu kita juga harus
menghormati HAM orang lain.

16
DAFTAR PUSTAKA
Rahaditya, R. 2015. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi.
Tangerang. PT. Pustaka Mandiri.
Jimung, Martinus. 2016. Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan dan Pancasila.
Jakarta: CV.TRANS INFO MEDIA
http://www.sarjanaku.com/2010/10/perkembangan-pemikiran-hak-asasi.html

17
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah perkuliahan dengan pokok bahasan “Hak Asasi Manusia dan Rule Of
Law” telah dikoreksi oleh dosen penanggung jawab dan telah dikoreksi oleh tim.

Jakarta, 13 September 2019


Dosen Penanggung Jawab

Alice Leiwakabessy, Spd., MKM


NIP.

18

Anda mungkin juga menyukai