Anda di halaman 1dari 14

Marasmus-Skenario Bblok 25 |1

ANALISIS MASALAH

1. Bagaimana hubungan usia dan jenis kelamin pada kasus?

kurangnya gizi dapat terjadi pada semua kelompok usia anak dan jenis kelamin,
tetapi penyebabnyalah yang berlainan.

2. Bagaimana jenis dan derajat diare pada kasus?

Menurut WHO (2005) diare dapat diklasifikasikan kepada:

1) Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari ( umumnya kurang
dari 7 hari ). Gejala dan tanda sudah berlangsung < 2 minggu sebelum datang
berobat. Akibat diare akut adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan
penyebab utama kematian bagi penderita diare.
2) Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan kehilangan
berat badan atau berat badan tidak bertambah (failure to thrive) selama masa
diare tersebut.
3) Disentri, yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat dari disentri adalah
anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, kemungkinan terjadi komplikasi
pada mukosa.
4) Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus
menerus. Akibat dari diare persisten adalah penurunan berat badan dan gangguan
metabolisme.
Marasmus-Skenario Bblok 25 |2

3. Bagaimana tanda kriteria ASI cukup pada bayi?


1) Buang air kecil 6-8 kali sehari
2) setiap buang air kecil harus basah satu popok, tidak hanya lembab, dan urin tidak
lah berwarna
3) pada hari ke 5-7, bayi harus buang air besar berupa tinja kuning tidak berbentuk,
paling sedikit 4x/hari.
4) Penurunan berat badan tidak boleh melebihi 7% dan berat lahir harus kembali
pada usia 10 hari
4. Apakah kualitas dan kuantitas pemberian makanan pada kasus sudah tepat ?

usia 0-4 bulan: ASI saja dengan Kurang - Anak sebaiknya diberikan
frekuensi pemberian sering Sesuai ASI eksklusif sampai dengan
6 bulan.
- Pemberian ASI sebaiknya
dilakukan ketika anak sudah
menunjukkan tanda-tanda
lapar (gelisah, membuka
mulut dan menggerakkan
kepala ke kiri dan ke kanan,
menjulur-julurkan lidah,
Marasmus-Skenario Bblok 25 |3

mengisap jari atau tangan).


Menangis adalah tanda bayi
sudah sangat lapar.
- Lamanya pemberian ASI
minimal 15 menit supaya
anak mendapatkan asupan
nutrisi yang adekuat.
Pemberian dalam waktu
singkat dapat menyebabkan
bayi tidak mendapatkan
“ASI akhir”. “ASI awal”
memiliki lebih banyak air
dan bisa memuaskan dahaga
bayi. “ASI akhir” lebih
banyak mengandung lemak
dan dapat memuaskan rasa
lapar bayi.
Usia 4 bulan sampai sekarang: bubur Kurang - Pemberian MPASI terlalu
saring dengan bahan dasar tepung Sesuai dini berisiko meningkatkan
beras dengan kuah sayur 1-3 sendok terjadinya penyakit infeksi,
makan, 2x sehari. alergi dan Malnutri karena
Pemberian terlalu dini pada
bayi dapat menyebabkan
malabsorbsi berkaitan
dengan kesiapan dari sistem
pencernaan bayi untuk
memproses makanan yang
akan dicerna.
Marasmus-Skenario Bblok 25 |4

LEARNING ISSUE

Algortima penegakan diagnosis

Anamnesis Antropometri Penunjang

ANAMNESIS

Diagnosis marasmus dibuat berdasarkan gambaran klinis, tetapi untuk mengetahui


penyebab harus dilakukan anamnesis makanan dan kebiasaan makan anak serta riwayat
penyakit yang lalu. Pada awalnya, terjadi kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan
kehilangan berat badan sampai berakibat kurus, dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga
menjadi berkerut dan longgar karena lemak subkutan hilang. Lemak pada daerah pipih adalah
bagian terakhir yang hilang sehingga untuk beberapa waktu muka bayi tampak relative normal
sampai nantinya menyusut dan berkeriput. Abdomen dapat kembung atau datar dan gambaran
usus dapat dengan mudah dilihat. Terjadi atrofi otot dengan akibat hipotoni. Suhu biasanya
subnormal, nadi mungkin lambat, dan angka metabolism basal cenderung menurun. Mula-mula
bayi mungkin rewel, tetapi kemudian menjadi lesu dan nafsu makan hilang. Bayi biasanya
konstipasi, tetapi dapat muncul diare dengan buang air besar sering, tinja berisi mucus dan
sedikit

Ciri dari marasmus antara lain:


- Penampilan wajah seperti orang tua, terlihat sangat kurus
- Perubahan mental
- Kulit kering, dingin dan kendur
- Rambut kering, tipis dan mudah rontok
- Lemak subkutan menghilang sehingga turgor kulit berkurang
- Otot atrofi sehingga tulang terlihat jelas
- Sering diare atau konstipasi
- Kadang terdapat bradikardi
- Tekanan darah lebih rendah dibandingkan anak sehat yang sebaya
- Kadang frekuensi pernafasan menurun

Selain itu marasmus harus dapat dibedakan dengan kasus malnutrisi lainnya yaitu
kwashiokor agar tidak terjadi kesalahan dalam penegakkan diagnosa yang dapat berpengaruh
pada tindak lanjut kasus ini. Kwashiorkor merupakan sindroma klinis akibat dari malnutrisi
Marasmus-Skenario Bblok 25 |5

protein berat (MEP berat) dengan masukan kalori yang cukup. Bentuk malnutrisi yang paling
serius dan paling menonjol di dunia saat ini terutama yang berada didaerah industri belum
berkembang. Kwashiorkor berarti “anak tersingkirkan”, yaitu anak yang tidak lagi menghisap,
gejalanya dapat menjadi jelas sejak masa bayi awal sampai sekitar usia 5 tahun, biasanya
sesudah menyapih dari ASI. Walaupun penambahan tinggi dan berat badan dipercepat dengan
pengobatan, ukuran ini tidak pernah sama dengan tinggi dan berat badan anak normal.
Ciri dari Kwashiorkor menurut antara lain:
- Perubahan mental sampai apatis
- Sering dijumpai Edema
- Atrofi otot
- Gangguan sistem gastrointestinal
- Perubahan rambut dan kulit
- Pembesaran hati
- Anemia

ANTROPOMETRI
Indikator Pertumbuhan Status gizi
Panjang badan/Usia (TB/U) Panjang badan/usia:
62/8 bulan

Hasil : Di bawah -3
Interpretasi: Perawakan
sangat pendek/Kerdil

Berat badan/Usia (BB/U) Berat Badan/Usia:


Marasmus-Skenario Bblok 25 |6

5,5 kg/8 bulan

Hasil : Di bawah -3
Interpretasi: Gizi buruk

Berat badan/Panjang badan (BB/TB) Berat/Panjang Badan:


5,5 kg/62 cm

Hasil : -2
Interpretasi: kurus

Lingkar kepala terhadap usia (LK) Lingkar kepala:


Marasmus-Skenario Bblok 25 |7

43,5 cm

Hasil : Di garis SD -1
Interpretasi: Normal

Pemeriksaan Penunjang
Menurut FKUI (1985:364) pada pemeriksaan laboratorium memperlihatkan :
a. Karena adanya kelainan kimia darah, maka :
1) kadar albumin serum rendah
2) kadar globumin normal atau sedikit tinggi
3) peningkatan fraksi globumin alfa 1 dan globumin gama
Marasmus-Skenario Bblok 25 |8

4) kadar globumin beta rendah


5) kadar globumin alfa 2 menetap
6) kadar kolesterol serum menurun
7) uji turbiditas timol meninggi
b. Pada biopsi hati ditemukan perlemahan yang kadang-kadang demikian hebatnya sehingga
hampir semua sela hati mengandung vakual lemak besar. Sering juga ditemukan tanda
fibosis, nekrosis dan infiltrasi sel mononukleus.
c. Pada hasil outopsi penderita kwashiorkor yang berat menunjukan hampir semua organ
mengalami perubahan seperti degenerasi otot jantung, osteoporosis tulang dan sebagainya.

Menurut Markum (1996:167) pada pemeriksaan

a. Laboratorium menunjukan
1) Penurunan badan albumin, kolesterol dan glukosa dalam serum
2) Kadar globumin dapat normal atau meningkat, sehingga perbandingan albumin dan
globumin dapat terbalik kurang dari 1.
3) Kadar asam amino esensial dalam plasma relatif lebih rendah daripada asam amino non
esensial.
4) Umumnya kadar imunoglubin serum normal atau meningkat.
5) Kadar Ig A serum normal, kadar Ig A sekretori rendah.
6) Uji toleransi glukosa menunjukan gambaran tipe diabetik.
7) Pemeriksaan air kemih menunjukan peningkatan sekresi hidroksiprolin dan adanya
aminoasi dunia.
b. Pada biopsi hati ditemukan perlemakan ringan sampai berat, fibrosis, nekrosis dan infiltrasi
sel mononuklear. Pada perlemakan berat hampir semua selhati mengandung vakual lemak
yang besar.
c. Pemeriksaan outopsi menunjukan kelainan pada hampir semua organ tubuh, seperti
degenerasi otot jantung, osteoporosis tulang, atrofi virus usus, detrofi sistem limfold dan
atrofi kelenjar timus.
d. Pada pemeriksaan otopometri berat badan dibawah 90%, lingkar lengan di bawah 14 cm.
Marasmus-Skenario Bblok 25 |9

Etiologi

Menurut Behrman (1999: 122) etiologi marasmus antara lain:

1) Pemasukan kalori yang tidak mencukupi, sebagai akibat kekurangan dalam


susunan makanan.
2) Kebiasaan-kebiasaan makanan yang tidak layak, seperti terdapat pada
hubungan orang tua-anak yang terganggu atau sebagai akibat kelainan
metabolisme atau malformasi bawaan.
3) Gangguan setiap sistem tubuh yang parah dapat mengakibatkan terjadinya
malnutrisi.
4) Disebabkan oleh pengaruh negatif faktor-faktor sosioekonomi dan budaya
yang berperan terhadap kejadian malnutrisi umumnya, keseimbangan nitrogen
yang negatif dapat pula disebabkan oleh diare kronik malabsorpsi protein,
hilangnya protein air kemih ( sindrom neprofit ), infeksi menahun, luka bakar
dan penyakit hati.
M a r a s m u s - S k e n a r i o B b l o k 2 5 | 10

Gizi buruk dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait. Secara garis besar penyebab
anak kekurangan gizi disebabkan karena asupan makanan yang kurang dan anak sering sakit
atau terkena infeksi. Selain itu gizi buruk dipengaruhi oleh faktor lain seperti sosial ekonomi,
kepadatan penduduk, kemiskinan, dan lain-lain.

A. Faktor utama penyebab gizi buruk pada anak

1. Peranan diet
Anak sering tidak cukup mendapatkan makanan bergizi seimbang terutama dalam
segi protein dan karbohidratnya. Diet yang mengandung cukup energi tetapi kurang
protein akan menyebabkan anak menjadi penderita kwashiokor, sedangkan diet kurang
energi walaupun zat gizi esensialnya seimbang akan menyebabkan anak menjadi
penderita marasmus. Pola makan yang salah seperti pemberian makanan yang tidak
sesuai dengan usia akan menimbulkan masalah gizi pada anak. Contohnya anak usia
tertentu sudah diberikan makanan yang seharusnya belum dianjurkan untuk usianya,
sebaliknya anak telah melewati usia tertentu tetapi tetap diberikan makanan yang
seharusnya sudah tidak diberikan lagi pada usianya. Selain itu mitos atau kepercayaan
di masyarakat atau keluarga dalam pemberian makanan seperti berpantang makanan
tertentu akan memberikan andil terjadinya gizi buruk pada anak.

2. Peranan penyakit atau infeksi


Penyakit atau infeksi menjadi penyebab terbesar kedua setelah asupan makanan yang
tidak seimbang. Telah lama diketahui adanya hubungan yang erat antara malnutrisi dan
penyakit infeksi terutama di negara tertinggal maupun di negara berkembang seperti
Indonesia, dimana kesadaran akan kebersihan diri (personal hygiene) masih kurang,
dan adanya penyakit infeksi kronik seperti Tuberkulosis dan cacingan pada anak-anak.
Kaitan antara infeksi dan kurang gizi sangat sukar diputuskan, karena keduanya saling
terkait dan saling memperberat. Kondisi infeksi kronik akan menyebabkan anak
menjadi kurang gizi yang pada akhirnya memberikan dampak buruk pada sistem
pertahanan tubuh sehingga memudahkan terjadinya infeksi baru pada anak.

B. Faktor lain penyebab gizi buruk pada anak


M a r a s m u s - S k e n a r i o B b l o k 2 5 | 11

1. Peranan sosial ekonomi


Tidak tersedianya makanan yang adekuat terkait langsung dengan masalah sosial
ekonomi, dan kemiskinan. Data di indonesia dan negara lain menunjukan adanya
hubungan timbal balik antara kurang gizi dengan masalah-masalah sosial yang terjadi
di masyarakat terutama masalah kemiskinan yang pada akhirnya mempengaruhi
ketersedian makanan serta keragaman makanan yang dikonsumsi. Banyak masyarakat
yang masih menganut sistem bahwa orang tua harus lebih mendapatkan porsi makanan
yang lebih banyak dan lebih bergizi daripada anak-anaknya karena mereka harus
bekerja keras untuk menghidupi keluarganya sedangkan anak-anak hanya bermain
dirumah sehingga tidak perlu mendapat asupan yang bergizi. Selain itu adanya faktor-
faktor lain seperti poligami, seorang suami dengan banyak istri dan anak membuat
pendapatan suami tersebut tidak dapat mencukupi makan istri-istri dan anak-anaknya,
serta tingginya tingkat perceraian, dimana sebelumnya suami dan istri bersama-sama
mencari nafkah untuk menghidupi anak-anaknya, kini hanya tinggal istri yang
menghidupi anaknya sebagai orang tua tunggal (single parrent).

2. Peranan kepadatan penduduk


Dalam kongresnya di Roma pada tahun 1974, World Food Organization memaparkan
bahwa meningkatnya jumlah penduduk yang cepat tanpa diimbangi dengan
bertambahnya persediaan pangan maupun bahan makanan setempat yang memadai
merupakan sebab utama krisis pangan. Marasmus dapat terjadi jika suatu daerah terlalu
padat penduduknya dengan keadaan higiene yang buruk, contohnya dikota-kota besar
yang laju pertambahan penduduknya sangat besar akibat arus urbanisasi dan tingginya
angka kelahiran menyebabkan kepadatan penduduk yang semakin meningkat. Pada
akhirnya ketersediaan makanan yang ada tidak akan mencukupi lagi untuk memenuhi
kebutuhan makanan masyarakat di daerah tersebut.

Edukasi dan pencegahan


M a r a s m u s - S k e n a r i o B b l o k 2 5 | 12

Tindakan pencegahan terhadap marasmus dapat dilaksanakan dengan baik bila penyebabnya
diketahui. Usaha-usaha tersebut memerlukan sarana dan prasarana kesehatan yang baik untuk
pelayanan kesehatan dan penyuluhan gizi. Beberapa diantaranya ialah:

1. Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun merupakan sumber energi yang
paling baik untuk bayi.
2. Ditambah dengan pemberian makanan tambahan bergizi dan berprotein serta energi
tinggi pada anak sejak umur 6 bulan ke atas
3. Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkan kebersihan lingkungan dan
kebersihan perorangan
4. Pemberian imunisasi.
5. Mengikuti program keluarga berencana untuk mencegah kehamilan terlalu kerap.
6. Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang adekuat merupakan
usaha pencegahan jangka panjang.
7. Pemantauan (surveillance) yang teratur pada anak balita di daerah yang endemis kurang
gizi, dengan cara penimbangan berat badan tiap bulan.
8. Meningkatkan hasil produksi pertanian agar persediaan makan mencukupi.
9. Memperbaiki infrastruktur pemasaran dan mensubsidi harga bahan makanan
10. Melakukan program transmigrasi ke daerah lain agar terjadi pemerataan penduduk.

Kerangka Konsep

keadaan sosial ekonomi yang rendah Raihan bayi laki-


laki 8 bulan

kurangnya pengetahuan ibu


M a r a s m u s - S k e n a r i o B b l o k 2 5 | 13

DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2006. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
M a r a s m u s - S k e n a r i o B b l o k 2 5 | 14

Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta: Depkes


Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2002. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja, Edisi Pertama.
Jakarta: Pengurus Pusat IDAI.

Kliegman, R.M., B.F. Stanton, J.W. St.Geme, N.F. Schor, R.E. Behrman.2016. Nelson
Textbook of Pediatric.Edisi ke-20. Philadelphia: Elsevier

Markum, A, H. 1991. Buku Ajar I lmu Kesehatan Anak, Jilid 1.Jakarta : FKUI

https://www.scribd.com/doc/98869537/Penentuan-Status-Gizi

Anda mungkin juga menyukai