Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

PERKEMBANGAN AGAMA

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Perkembangan Peserta Didik

Disusun Oleh :

1. Siti Robiatul Adawiyah H-1810956


2. Sri Dayanti H-1810499
3. Tria Nurul Islamia H-1810957

Dosen Pembimbing :

Novi Maryani, M.Pd

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan


Universitas Djuanda
Jl. Tol Ciawi No. 1, Ciawi-Bogor, Jawa Barat, Indonesia
Telp. 0251-8240773, Website //Www.Unida.Ac.Id
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa, atas anugerah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang Psikologi Perkembangan
Peserta didik, yang lebih khusus nya kan membahas tentang Perkembangan Agama pada
peserta didik itu sendiri .

Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan Makalah ini selain untuk menyelesaikan
tugas yang diberikan oleh Dosen pengajar, juga untuk membahas mengenai tugas materi yang
telah diberikan kepada kami. Dimana pada kesempatan kali ini akan lebih terfokus pada
Perkembangan Agama pada psikologi perkembangan peserta didik. Penulis telah berusaha
untuk dapat menyusun Makalah ini dengan baik, namun penulis pun menyadari bahwa kami
memiliki akan adanya keterbatasan kami sebagai manusia biasa. Oleh karena itu jika didapati
adanya kesalahan-kesalahan baik dari segi teknik penulisan, maupun dari isi, maka kami
memohon maaf. Kritik serta saran dari dosen pengajar bahkan semua pembaca sangat
diharapkan oleh kami untuk dapat menyempurnakan makalah ini terlebih juga dalam
pengetahuan kita bersama. Harapan ini dapat bermanfaat bagi kita sekalian.

Bogor, 18 Mei 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

Abstrak ......................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang.................................................................................................... 2
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 3
C. Tujuan Penulisan Makalah ................................................................................ 3

BAB II ISI

1. Psikologi Perkembangan Peserta didik .................................................................. 4


A. Pengertian Psikologi Perkembangan Peserta Didik ..................................... 4
2. Perkembangan Agama ............................................................................................ 6
A. Pengertian Perkembangan Agama ............................................................... 6
B. Tahap – Tahap Perkembangan Agama ........................................................ 12
C. Motivasi Beragama pada Peserta Didik ...................................................... 23
D. Metode Pengembangan Agama dalam Perspektif Islam ............................. 27

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................. 37

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 38

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Abstrak : Psikologi perkembangan peserta didik merupakan sebuah ilmu


yang wajib dipelajari oleh mahasiswa pendidikan, dimana peserta didik
merupakan objek yang nantinya akan ditemui setiap saat oleh pengajar.
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk menjelaskan psikologi
perkembangan peserta didik, khusus nya dalam subjek perkembangan
agama yang pastinya menjadi salah satu hal yang memiliki peran yang
penting bagi perkembangan peserta didik. Dimana yang kita tahu
perkembangan agama merupakan salah satu faktor penting yang
mempengaruhi psikologi anak itu sendiri. Pembuatan makalah ini
membahas mengenai pengertian psikologi perkembangan peserta didik pada
umunya, pengertian perkembangan agama itu sendiri, tahap-tahap
perkembangan agama, motivasi beragama pada peserta didik, metode
pengembangan agama dalam perspektif islam. Dalam pembahasan ini, ada
2 tahap perkembangan agama yang pada peserta didik yang dimana tiap
tahap tersebut memiliki tahapan rinci masing - masing, terdapat 16 motivasi
yang dapat dijelaskan kepada peserta didik dari 4 poin dan terdapat 11
metode dalam pengembangan agama. Metode tersebut dapat pengajar
terapkan baik dirumah oleh guru maupun oleh orang tua dirumah.

Kata kunci : Peserta didik, perkembangan, perkembangan agama, tahap


perkembangan agama, motivasi beragama, metode pengembangan agama
dalam islam.

Absract : Developmental psychology of students is knowledge that must be


learned by education students, that students are objects that will be
encountered at any time by the teacher. The purpose of making this papar
is to explain developmental psychology of students, especially in the subject
of religion development which is become the one that has an important role
for development of students. That we know the the development of religion
is one of the important factors that influence the psychology of the childself.
The one reason of making this paper is paper discusses the notion of
developmental psychology of students in general, meaning of development
religion, stages of development religion, religious motivatioan of the
students, and methods of developing religion in an Islamic perspective. In
this discussion, there are 2 stages of religious development in students,
where each stage has its own detailed stages, there are 16 motivations that
can be explained to students from 4 points and there are 11 methods in

1
developing religion. The method can be applied to the teacher both at home
by the teacher and by parents at home.

Key words : Students, development, religious development, stages of


religious development, religious motivation, methods of developing religion
in Islam.

A. LATAR BELAKANG

Dalam dunia pendidikan dan pengajaran yang menjadi fokus perhatian adalah
peserta didiknya, baik itu di taman kanak-kanak, sekolah dasar, pendidikan menengah,
atauoun perguruan tinggi dan pendidikan untuk orang dewasa lainnya. Sebagai seorang
guru atau pengelola suatu pendidikan, anda perlu memperlajari dan memahami dengan
baik tentang pertumbuhan dan perkembangan anak agar dapat mengatasi masalah
pendidikan dan pembelajaran yang terjadi di kelas secara tepat.

Peserta didik merupakan aset utama dalam misi memajukan bangsa. Mereka perlu
didik dengan benar supaya tidak menjadi generasi penerus yang salah kaprah. Pendidikan
yang diberikan tidak hanya dalam lingkup akademik namun mendidik disini dimaksudkan
untuk membentuk kepribadian yang sesuai dengan norma hukum dan agama. Dalam UU
RI No. 2 Tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), Bab II Pasal
4, dijelaskan bahwa: ”Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa
dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan YME dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta
rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan bangsa”1. Ini merupakan salah satu dasar dan
tujuan dari pendidikan nasional yang seharusnya menjadi acuan bangsa Indonesia. Dipasal
tersebut juga membahas tentang tujuan pendidikan nasional untuk mengembangkan
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME.

Untuk menghadapi dan membelajarkan peserta didik dengan berbagai latar


belakang, corak kepribadian dan tingkat perkembanan yang beragam tersebut, maka guru

2
harus mampu mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh peserta didik,
motivasinya, latar belakang akademis, sosial ekonominya dan sebagainya. Kesiapan guru
merupakan modal utama penyampaian bahan ajar dan menjadi indikator suksesnya
pelaksanaan pembelajaran (Syaifuk Sagala, 2000). Adanya keharusan guru mengenal
karakteristik perserta didik tersebut, berarti guru harus mengusai dan memahami psikologi
perkembangan peserta didik, yakni disiplin ilmu yang secara khusus membahas aspek –
aspek atau karakteristik perkembangan peserta didik.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari Psikologi Perkembangan Agama pada Peserta Didik?
2. Apa tahap – tahap perkembangan peserta didik menurut agama?
3. Apa saja motivasi yang dapat diberikan kepada peserta didik?
4. Apa yang dapat dijadikan metode pengembangan agama pada peserta didik.

C. TUJUAN PENULISAN MAKALAH


1. Memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Perkembangan Agama pada Peserta Didik
Memberikan pengetahuan tentang materi Perkembangan peserta didik, terutama pada
bagaimana perkembangan agama memberikan pengaruh terhadap peserta didik.
2. Memambah wawasan yang menganai materi yang akan dibahas.

3
BAB II

ISI

1. PSIKOLOGI PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK


A. Pengertian Psikologi Perkembangan Peserta Didik

1
Istillah perkembangan (Development) dalam psikologi merupakansebuat
konsep yang cukup kompleks. Di dalam nya terkandung banyak dimensi. Para ahli
psikologi telah mengkaji bahwa perkembangan manusia itu kompleks, merupakan teka
teki dan tantangan untuk digali informasinya. Untuk memahami nya terlebih dahulu
harus dipahami bahwa psikologi adalah kajian ilmiah tentang perlilaku manusia.
Menurut Santrock dan Yussen (1992) perkembangan adalah pola gerakan atau
perubahan yang dimulai pada saat terjadi pembuahan dan berlangsung terus selama
siklus kehidupan.

2
Secara sederhana Seifert & Hoffnung (1994) mendefinisikan perkembangan
sebagai “long-tern change in person’s growth, feelings, patterns of thinking, social
relationship, and motor skills.” Sementara itu Caplin (2002) mengartikan perkembangan
sebagai: (1) perubahan yang berkesinambungan dan progresif dalam organisme, dari
lahir sampai mati, (2) pertumbuhan, (3) perubahan dalam bentuk dan dalam integrasi
dari bagian – bagian jasmaniah ke dalam bagian – bagian fungsional, (4) kedewasaan
atau kemunculan pola – pola asasi dari tingkah laku yang dipelajari.

Menurut Reni Akbar Hawadi (2001), “perkembangan secara luas menujukan


pada leseluruhan proses perubahan dari potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam
kualitas kemampuan, seifat dan ciri – ciri yang baru. Di dalam istilah perkembangan juga

1 Mulyani Sumatri, Perkembangan Peserta Didik, Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka 2011, Modul 1, 1.3
2 Ibid.

4
memcakup konsep usia, yang di awali saat proses pembuahan dam berakhir dengan
kematian.”

Psikologi perkembangan memusatkan perhatiannya pada perubahan – perubahan


perilaku dan kemampuan yang terjadi pada saat terjadinya perkembangan. Para peneliti
perkembangan memcari jawaban atas pertanyaan: apa perubahan dan apa yang terjadi.
Tujuan penelitian perkembangan adalah: Pertama, menjelaskan perilaku anak dalam
perkembangannya. Kapankah bayi akan mulai berjalan? Keterampilan sosial khusus apa
yang anak – anak umur 4 tahun alami? Bagaimana anak – anak umur 6 tahun mengatasi
konflik dengan temannya? Kedua, bertujuan untuk mengidentifikasi sebab – sebab dan
proses – proses yang menghasilkan perubahan pada perilaku dari suatu kondisi pada
kondisi yang lain.

3
Para ahli psikologi perkembangan perubahan – perubahan perilaku yang terjadi
sejak masa konsepsi sampai akhir hayat manusia. Walaupun kebanyakan diantara
mereka fokus penelitiannya pada periode yang di lalui anak – anak sampai masa
adolesen. Isu isu yang ditelaah tentang perkembangan ada 3. Nature dan nurture, yang
mempertanyakan tentang penyebab atau sumber terjadinya perubahan dan
perkembangan itu dibawa sejak lahir atau karena pengaruh lingkungan.

4
Continuity dan discontinuity, yaitu isu yang mempertanyakan apakah
karakteristik terdahulu dapat memperkirakan karakteristik berikut nya. Normative dan
idiographic, yang mempertanyakan dam membicarakan bahwa perkembangan itu
didasari oleh proses internal biologis yang terjadi secara umum dan bahwa
perkembangan itu didasari oleh internal biologis yang terjadi secara umum dan bahwa
perkembangan itu berlangsung dari suatu langkah berikutnya (normatif); atau berpusat
pada seorang individu atau amal yang berbeda dari anak lainnya (Vasta,1992)

3 Mulyani Sumatri, Perkembangan Peserta Didik, Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka 2011, Modul 1, 1.4
4 Ibid.

5
Kesimpulan yang dapat kita ambil dari beberapa definisi para ahli diatas adalah
bahwa perkembangan tidaklah terbatas apada pengertian yang semakin mambesar,
melaikan didalamnya terkadandung serangkaian perubahan yang berlangsung terus
menerus dan bersifat tetap dari fungsi – fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki
oleh individu menunjuk ke tahap kematangan melalui pertumbuhan, pemasakan dan
belajar.5

2. Perkembangan Agama
A. Pengertian Psikologi Perkembangan Agama
6
Jika perkembangan moral anak tidak terjadi sejak lahir, perkembanganagama
pada anak menurut ajaran Islam telah ada sejak anak lahir. Fitrah beragama dalam
diri manusia merupakan naluri yang menggerakkan hatinya untuk melakukan
perbuatan “suci” yang diilhami oleh Tuhan Yang Maha Esa telah ada dalam diri anak
sejak dia berada di tulang sulbi orang tuanya. Allah menyatakan hal ini dalam firman-
Nya pada Alquran surat al-A’râf/7: 172 yang berbunyi:
Artinya: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak
Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka
(seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?”Mereka menjawab: “Betul
(Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar
di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”.
7
Sebagian ahli tafsir menafsirkan ayat sebagai bukti janji manusia kepada
Allah ketika dia masih berada di rahim ibunya. Ayat ini bermaksudmenjelaskan
kepada manusia bahwa hakikat kejadian manusia didasari atas kepercayaannya
kepada Allah Yang Maha Esa (Tim Kemenag RI, 2010: 520). Potensi manusia
beriman kepada Allah Yang Maha Esa ini tidak berubah selamanya, hanya saja

5 Dra. Desmita, M.S.i, Psikologi perkembangan Peserta Didik, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2017, Hal 8-9
6 Dr. Masganti Sit, M.Ag. PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK, Medan : Perdana Mulya Sarana, 2012 Hal 170
7 Dr. Masganti Sit, M.Ag. PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK, Medan : Perdana Mulya Sarana, 2012 Hal 171

6
mengalami kemajuandan kemunduran sepanjang hidup manusia disebabkan
pengaruh lingkungannya.
Kesaksian manusia terhadap Allah sejak dilahirkan menjadi fitrah
beragama pada manusia. Fitrah beragama pada manusia mempunyai sifat suci, yang
dengan nalurinya tersebut ia secara terbuka menerima kehadiran Tuhan Yang Maha
Suci tidak pernah akan berubah sepanjang hayat manusia. Hal ini dijelaskan Allah
dalam Alquran Surat Ar Rûm/30:30 yang berbunyi:
Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agamaAllah;
tetaplah atas fitrah Allah yang menciptakan manusia menurutfitrah itu. Itulah agama
yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.
8
Di dalam tafsir Yusuf Ali dinyatakan bahwa fitrah Allah artinya ciptaan
Allah. Manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid.
Jika kemudian ada manusia tidak beragama tauhid,maka hal itu tidaklah wajar, sebab
melawan fitrahnya. Mereka tidak beragama tauhid itu hanya karena pengaruh
lingkungan.
9
Kedua ayat di atas menjelaskan bahwa secara naluri manusia memiliki
kesiapan untuk mengenal dan menyakini adanya Tuhan. Dengan kata lain,
pengetahuan dan pengakuan terhadap tuhan sebenarnya telah tertanam secara kokoh
dalam fitrah manusia. Namun, perpaduan dengan jasad telah membuat berbagai
kesibukan manusia untuk memenuhi berbagai tuntutan dan berbagai godaan serta tipu
daya duniawi yang lain telah membuat pengetahuan dan pengakuan tersebut kadang-
kadang terlengahkan, bahkan ada yang berbalik mengabaikan. Fitrah diartikan
dengan agama tauhid diperkuat dalam Sabda Rasulullah dari Abu Hurairah sebagai
berikut:
Artinya: “Tidak seorangpun yang dilahirkan kecuali menurut fimrah, kedua
orangtuanya lah yang menjadikan dia Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Sebagaimana

8 Ibid.
9 Ibid.

7
halnya hewan yang melahirkan anaknya yang sempurna telinganya, adakah kamu
ketahui ada cacat pada hewan itu? (Riwayat Bukhârî-Muslim)
Rasulullah dalam sebuah hadis Qudsi bersabda yang artinya:“Berfirman Allah
Ta’ala: “Sesungguhnya aku ciptakan hamba-Ku cenderung (ke agama tauhid).
Kemudian datang kepada mereka setan-setandan memalingkan mereka dari agama
(tauhid), maka haramlah atas mereka segala sesuatu yang telah kuhalalkan bagi
mereka.” (Riwayat Bukhârî dari Iyâd bin $imâr)
Ibn Kasir mengemukakan hadis Riwayat Muslim yang menyatakan bahwa:
“Sesungguhnya aku menciptakan hamba-hamba-Ku dalam keadaan hanif (muslim).”
Ibn Kasir juga mengemukakan hadis dari Samurah ra yang ditulis oleh Al-Hafi Abu
Bakar al-Barqani dalam kitabnya Al-Mustakhraj ‘Ala al-Bukhârî telah meriwayatkan
melalui hadis Auf al-A’rabi dari Abu Raja al-Umaridi, Nabi saw bersabda:
Artinya: Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka orang
mengajukan pertanyaan pertanyaannya, “Wahai Rasulullah, bagaimanakah dengan
anak-anak kaum musyrik?” Nabi saw bersabda: “Begitu pula anak-anak kaum
musyrik.”
10
Penolakan agama tauhid pada diri manusia merupakan perbuatan melawan
potensi beragama dalam diri manusia. Potensi beragamaini diberikan Allah kepada
manusia agar manusia tidak menyatakan dirinya dibiarkan Allah dalam kesesatan,
ketika di Hari Kiamat dia harus mempertanggungjawabkan dosa-dosanya. Allah telah
memberinya fitrah dan mengutus Rasul untuk menyampaikan ajaran-ajaran Allah
kepada manusia. Allah telah berfirman dalam Alquran surat al-Isrâ‘ ayat 15 sebagai
berikut:
Artinya: “Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), Maka
Sesungguhnya Dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan Barang
siapa yang sesat Maka Sesungguhnya Dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri.

10Dr. Masganti Sit, M.Ag. PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK, Medan : Perdana Mulya Sarana, 2012 Hal
173

8
dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan
meng’azab sebelum Kami mengutus seorang rasul.”
Ibn Kasir menafsirkan ayat ini dengan menyatakan bahwa orang berbuat
sesuai dengan hidayah Allah telah menyelamatkan dirinya sendiri, sedangkan orang
yang sesat dari jalan Allah juga akan menghancurkan dirinya sendiri. Allah
mengirimkan seorang Rasul kepada manusia, dan tidak mengazab manusia sebelum
mengutus Rasul ditafsirkan Ibn Kasir sebagai bentuk keadilan Allah swt, yang tidak
akan mengazab hamba-Nya sebelum tegak baginya hujjah melalui Rasul yang diutus
Allah kepadanya (Ibn Ka£ir, Juz 15: 141).
11
Belajar dari kisah Fir’aun dalam Alquran, kita dapat melihat bahwa seorang
Fir’aun yang telah mengaku dirinya sebagai tuhan akhirnya kembali kepada
kesadaran fitrah ketika dia sudah tidak mampu menyelematkan dirinya dari maut.
Pelajaran ini dapat ditemukan dalam Alquran surat Yûnus/10: 90 sebagai berikut:
Artinya: “Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka
diikuti oleh Fir’aun dan bala tentaranya, karena hendak Menganiaya dan menindas
(mereka); hingga bila Fir’aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: “Saya
percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil,
dan saya Termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”.
12
Ibn Kasir dalam menafsirkan ayat ini dengan mengutip Imam Ahmad yang
yang mengatakan bahwa Sulaiman Ibn Harb telah menceritakan bahwa Hammad Ibn
Salamah dari Ali Ibn Zaid, dari Yusuf Ibn Mahran, dan dari Ibn Abbas yang
menceritakan bahwa Rasulullah saw telah bersabda:
Artinya: Ketika Fir’aun berkata: “Aku beriman, bahwa tidak ada Tuhan
kecuali Tuhan yang diimani Bani Israil,” Jibril berkata kepadaku, “Sekiranya
engkau melihatku aku mengambil tanah liat dari laut, lalu aku jejalkan ke dalam
Fir’aun, karena khawatir bila akan mendapat rahmat (niscaya engkau akan melihat
pemandangan yang mengerikan).” (Ibn Kaair, Juz 11: 301)

11 Ibid. Hal 174


12 Dr. Masganti Sit, M.Ag. PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK, Medan : Perdana Mulya Sarana, 2012 Hal 175

9
13
Ayat dan hadis di atas menunjukkan bahwa di dalam naluri manusia yang
paling dalam tetap tersimpan potensi ketauhidan terhadap Allah Yang Maha Esa.
Kesombongan, keserakahan, bangga diri, kekayaan, kekuasaan, dan sejenisnya
membenamkan potensi tersebut, sehingga tidak muncul ke permukaan. Manusia
melupakan Tuhannya bahkan durhaka kepada Tuhannya.
Perkembangan agama yang bersifat potensi tersebut berjalan sesuai dengan
perkembangan aspek psikologis lainnya pada anak. Anak mengenal Tuhan pertama
kali melalui bahasa dari kata-kata orang yang ada dalam lingkungannya, yang pada
awalnya diterima secara acuh. Tuhan bagi anak pada permulaan merupakan nama
sesuatu yang asing dan tidak dikenalnya serta diragukan kebaikan niatnya.
14
Tidak adanya perhatian terhadap tuhan pada tahap pertama ini dikarenakan
ia belum mempunyai pengalaman yang akan membawanya kesana, baik pengalaman
yang menyenangkan maupun yang menyusahkan. Namun, setelah ia menyaksikan
reaksi orang- orang di sekelilingnya yang disertai oleh emosi atau perasaan tertentu
yang makin lama makin meluas, maka mulailah perhatiannya terhadap kata tuhan itu
tumbuh.
15
Kita sebagai umat islam sangat perlu mempelajari psikologi perkembangan
yang islami karena adanya perbedaan cara pandang dengan Barat, Barat dengan
prinsip sekulernya tentu tidak mampu menjelaskan perkembangan mansuia dengan
komprehensi (lengkap), pengabaian aspek spiritualitas tentu tidak sejalan dengan kita
seorang muslim, dimana kita merupakan ciptaan Allah swt, yang memiliki fitrah
ketuhanan. Pembahasan aspek perkembangan spiritualitas juga penting dalam
pembahasan perkembangan manusia.
16
Perasaan seorang anak terhadap orang tuanya sebenarnya sangat kompleks.
Ia merupakan campuran dari bermacam-macam emosi dan dorongan yang saling
bertentangan. Menjelang usia 3 (tiga) tahun yaitu umur dimana hubungan dengan

13 Ibid.
14 Dr. Masganti Sit, M.Ag. PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK, Medan : Perdana Mulya Sarana, 2012 Hal 175
15 Dra. Desmita, M.S.i, Psikologi perkembangan Peserta Didik, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2017, Hal 9
16 Sit, Op.Cit. Hal 176

10
ibunya tidak lagi terbatas pada kebutuhan akan bantuan fisik, akan tetapi meningkat
lagi pada hubungan emosi dimana ibu menjadi objek yang dicintai dan butuh akan
kasih sayangnya, bahkan mengandung rasa permusuhan bercampur bangga, butuh,
takut dan cinta padanya sekaligus.
Perkembangan merupakan suatu hal yang pasti dialami oleh seorang manusia,
baik itu perkembangan fisik, biologis maupun mental. Sudah banyak teori-teori yang
telah membahas tentang fase-fase perkembangan manusia, misalnya teori
perkembangan yang di tulis oleh Hurlock, Santrock, dan Papalia. Mulai dari fase
prenatal, pascanatal, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga lansia. Teori-teori tersebut
belum ada yang membahas tentang kehidupan manusia ketika pascakematian, dan
tidak dibahasnya aspek spiritual pada manusia. Untuk itu, dalam materi kali ini akan
dibahas Psikologi Perkembangan Islami tentang rentang perkembangan manusia
tidak hanya prenatal hingga kematian tetapi juga membahas perkembangan
pascakematian.

Oleh karena itu, selain mempelajari psikologi perkembangan yang


dikembangkan oleh Barat sangatlah penting bagi kita memahami dan mengetahui
psikologi perkembangan islami agar kita dapat memahami perkembangan manusia
dengan lebih komprehensif dan tepat.

B. Tahap – Tahap Perkembangan Menurut Agama


17
Harm dalam bukunya The Development of Religious on Children
sebagaimana dikutip Jalaluddin mengatakan perkembangan agama pada anak-anak
usia dini mengalami dua tingkatan sebagai berikut:
a. The Fairly Tale Stage (Tingkat Dongeng)

17Dr. Masganti Sit, M.Ag. PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK, Medan : Perdana Mulya Sarana, 2012 Hal
176

11
18
Konsep Tuhan pada anak usia 3–6 tahun banyak dipengaruhi oleh fantasi
dan emosi, sehingga dalam menanggapi agama anak masih menggunakan konsep
fantastis yang diliputi oleh dongeng-dongeng yang kurang masuk akal. Cerita
Nabi akan dikhayalkan seperti yang ada dalam dongeng-dongeng.
Perhatian anak lebih tertuju pada para pemuka agama daripada isi ajarannya.
Cerita-cerita agama akan lebih menarik jika berhubungan dengan masa anak-anak
sebab lebih sesuai dengan jiwa kekanak kanakannya. Anak mengungkapkan
pandangan teologisnya dengan pernyataan dan ungkapan tentang Tuhan lebih
bernada individual, emosional, dan spontan tapi penuh arti teologis.
b. The Realistic Stage (Tingkat Kepercayaan)
19
Pada tingkat ini pemikiran anak tentang Tuhan sebagai bapak (pengganti
orantua) beralih pada Tuhan sebagai pencipta. Hubungan dengan Tuhan yang
pada awalnya terbatas pada emosi berubah pada hubungan dengan menggunakan
pikiran atau logika. Pada tahap ini teradapat satu hal yang perlu digarisbawahi
bahwa anak pada usia 7 (tujuh) tahun dipandang sebagai permulaan pertumbuhan
logis, sehingga wajarlah bila anak harus diberi pelajaran dan dibiasakan
melakukan shalat pada usia dini dan dipukul bila melanggarnya.
20
Dalam Al-Qur’an yang menjelaskan tentang fase perkembangan yang akan
dilalui oleh manusia. Allah befirman :
Artinya : “Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari
kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah,
kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal
daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan
kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai
waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi,
kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di

18 Ibid. Hal 177


19 Dr. Masganti Sit, M.Ag. PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK, Medan : Perdana Mulya Sarana, 2012 Hal 177
20 Navia Fathona, Psikologi Perkembangan Islami Fase Perkembangan Manusia dalam Al-Quran sejak dalam

Rahim hingga pasca kematian, Kompasiana, 2015 (Jurnal)

12
antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan
umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya
telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami
turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai
macam tumbuh-tumbuhan yang indah.”
21
Memperhatikan ayat – ayat Al-Qurann dan hadist – hadist Rasulullah Saw.
Yang menjadi dasar utama pemikiran islam, dalam islam tahap perkembangan
manusia dibedakan menjadi 3 fase, yaitu secara garis besar nya:
1. Tahap Pra-Konsepsi, yaitu perkembangan manausia sebelum masa pembuahan
sperma dan ovum. Meskipun pada periode ini wujud manusia belum terbentuk
tetapi perlu di kemukakan bahwa hal yang berkaitan dengan “bibit” manusia,
yang akan mempengaruhi kualitas generasi yang akan dilahirkan kelak.
22
Pra- Konsepsi (tahap pra-kehamilan) adalah istilah luas yang mengacu pada
proses indetifikasi berbagai resiko, seperti resiko sosial, perilaku lingkungan dan
biomedis terhadap kesuburan dan hasil kehamilan seorang wanita, yang bertujuan
untuk mengurangi resiko ini (bila mungkin) melalui pendidikan, konseling dan
intervensi yang tepat sebelum kehamilan.
23
Di dalam al-qur’an telah dijelaskan secara jelas bahwa ada beberapa tahap
perkembangan yang di lalui sebelum menjadi manusia seutuhnya dalam hal ini
adalah berupa janin. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surah Al-Mu’minunayat
12-14.
24
2. Tahap Pra-natal, yaitu periode perkembangan manusia yang dimulai dengan
pembuahan sperma dan ovum sampai masa kelahiran. Periode atau tahap ini
dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu:

21 Dra. Desmita, M.S.i, Psikologi perkembangan Peserta Didik, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2017, Hal 25
22
Sofi Krisnadi, Persiapan Pra-kehamilan, ResearchGate, 2015
23 Navia Fathona, Psikologi Perkembangan Islami Fase Perkembangan Manusia dalam Al-Quran sejak dalam
Rahim hingga pasca kematian, Kompasiana, 2015
24
Desmita, Loc.Cit

13
a. Fase nuthfah (Zigot), dimulai sejak pembuahan sampai usia 40 hari didalam
kandungan.
b. Fase alaqah (emrio) selama 40 hari.
c. Fase mudhghah (janin) selama 4 hari, dan
d. Fase peniupan ruh ke dalam jasad janin dalam kandungan setelah genap
berusia 4 bulan.

25
Dalam segi ilmu pengetahuan modern tahap-tahap diatas dapat dibedakan
menjadi tiga yaitu :

1. Tahap Germinal
Tahap ini menjadi awal terbentuknya kehidupan manusia, jika
dibandingkan dengan konsep yang ada dalam al-qur’an maka sama dengan
tahap nutfah. Tahap ini dimulai dengan konsepsi atau bertemunya sel sperma
dan sel telur kemudian terbentuklah zigot.
2. Tahap Embrio
Tahap ini dimulai ketika zigot telah menempel di dinding rahim ibu,
dan mulai menyerap darah ibu yang mengandung sari makanan dan oksigen.
Jika dibandingkan dengan konsep yang ada dalam al-qur’an maka dalam
tahap ini sudah mulai proses menjadi segumpal darah (‘alaqah), segumpal
daging (mudghah), menjadi tulang belulang (idham), dan kemudian tulang
yang dibungkus oleh daging (lahm). Tahap ini sudah menunjukkan
perkembangan organ dasar manusia walaupun belum terbentuk sempurna dan
belum dapat dikenali sejara jelas bagian-bagian tubuhnya, misalnya mata dan
tangan.

25
Navia Fathona, Psikologi Perkembangan Islami Fase Perkembangan Manusia dalam Al-Quran sejak dalam
Rahim hingga pasca kematian, Kompasiana, 2015

14
Kemudian pada tahap inilah Allah meniumpkan ruh pada janin yang
berkembang di rahim ibunya, dan dalam perspektif islam, takdir juga telah
ditetapkan oleh Allah atas janin tersebut, sesuai dengan hadist berikut yaitu :

“Allah mewakilkan satu malaikat pada rahim. Lantas malaikat itu berkata, “
Wahai Tuhanku, apakah ‘Alaqah ini (berkembang)?” Wahai Tuhanku, “apakah
Mudghah ini (berkembang)?”. Apabila Allah menghendaki penciptaan embrio
itu, maka malaikat kembali berkata, “Wahai Tuhanku, apakah laki-laki atau
perempuan? Sebagai orang yang celaka atau bahagia? Dan kapan ajalnya tiba?
Lantas semua ketentuan itu akan ditulis sejak di dalam perut ibunya.” (HR
Bukhari).

Kemudian ada hadist yang mengatakan :

“Jika tahapan itu sudah mencapai 42 hari, Allah akan mengutus satu malaikat.
Malaikat itu akan membentuk embrio tersebut, menciptakan pendengaran dan
penglihatan; kulit, daging, dan tulangnya. Kemudian malaikat itu berkata,
“Wahai Tuhanku, sebagai laki-laki atau perempuan?” Maka Tuhanku akan
memutuskan sesuatu yang Dia kehendaki dan malaikat akan menulis ketentuan
itu. Setelah itu malaikat itu kembali berkata, “Wahai Tuhanku, kapan ajalnya?”
Maka Allah akan berfirman sesuai dengan apa yang Dia kehendaki dan malaikat
akan menulisnya. Lalu malaikat berkata lagi, “Wahai Tuhanku, (bagaimana-
kadar) rezekinya?” Tuhanku akan memutuskan sesuatu yang Dia kehendaki dan
malaikat akan menulisnya. Baru setelah itu malaikat keluar dan membaca
lembaran catatan di tangannya. Dia tidak akan menambah maupun mengurangi
sesuatu yang diperintahkan kepadanya.” (HR Muslim)

3. Tahap Fetus
Tahap ini dimulai dari minggu ke-8 hingga proses kelahiran, ditandai
dengan mulai sempurnanya bentuk tubuh janin seperti manusia, wajah,
tangan, dan kaki telah terlihat jelas, otak, dan alat indera juga telah terbentuk.

15
26
3. Tahap Pasca-natal, Periode kelahiran sampai meninggal dunia, yang terdiri atas
beberapa fase, yaitu:
a. Fase neo-natus, mulai dari waktu kelahiran sampai dengan kira – kira minggu
ke empat.
Pada tahap ini ada ketika anak pertama kali melihat dunia, pada tahap
ini fungsi indera yang sudah berkembang adalah indera pendengaran. Salah
satu alasan mengapa ketika anak lahir di dengarkan adzan dan iqamah
padanya. Alasan kedua adalah sebagai penegasan kesaksiannya pada Allah
swt, potensi fitrah manusia untuk bertuhan di kuatkan pada saat anak
dilahirkan.
b. Fase al-thifl (kanak – kanak) mulai dari usia 1 bulan sampai dengan usia kira
– kira 7 tahun.
Jika fungsi pendengarannya dioptimalkan pada fase ini maka akan
menstimulus potensi-potensi intelektual, emosi, dan spiritual pada anak. Jika
orangtua memperdengarkan hal-hal baik pada anaknya maka hal tersebut
sangat berdampak baik pengetahuannya. Seperti contoh, ibunda imam syafi’i
selalu memperdengarkan ayat-ayat al-qur’an sejak lahir dengan intens dan
konsisten, ketika menyusui, ibunya sambil bersenandung membaca al-qur’an,
dan luar biasa bahwa, imam syafi’i telah mampu menghafalkan al-qur’an
ketika berumur 7 tahun, jadi seperti ia hanya mengulang saja apa yang telah
ia dengar sejak bayi dari ibunya.
Memberikan nama yang baik adalah hal penting dalam perkembangan
anak selanjutnya, berikan nama-nama yang baik yang dapat menjadi doa dan
terinternalisasikan pada anak. Kemudian adanya kewajiban untuk menyusui
anak selama 2 tahun penuh, selain karena gizi yang terdapat dalam ASI tetapi
juga untuk mebangun keeratan, kasih sayang antara ibu dan anak. Seperti
dalam firman Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 233 yang artinya “para ibu

26 Dra. Desmita, M.S.i, Psikologi perkembangan Peserta Didik, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2017, Hal 26

16
hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang
ingin menyempurnakan penyusuan.”

Fase ini juga dimulai dengan fase kritis dimana anak akan sangat aktif
bergerak dan memuaskan rasa penasarannya terhadap apa yang ia temui.
Karena hal tersebut akan memberikan efek yang baik untuk akal dan qalb-
nya.Dengan eskplorasi, anak akan melihat dunia, ciptaan-ciptaan Allah, dan
semakin mempertegas kesaksiannya terhadap kekuasaan Allah, tidak hanya
sekedar di alam azali, dan adzan iqamah ketika lahir. Fase ini merupakan
terbentuknya kerangka tauhid untuk anak. Peran orangtua sangat penting
dalam mengajarkan tauhid pada anaknya, mengenalkan Allah dan
menanamkan pradigma ketuhanan, dengan begitu diharapkan anak dalam
memandang sesuatu di dunia, berfikir itu adalah kekuasaan Allah. Hal ini
dapat dilakukan dengan bercerita atau menjadi contoh yang baik. Jadi,
eksplorasi lingkungan pada fase ini sangatlah penting dalam melatih akal anak
dalam berfikir.
27
c. Fase tamyiz, yaitu fase dimana anak mulai mampu membedakan yang baik
dengan yang buruk, yang benar dan yang salah. Fase ini dimulai sekitar usia
7 tahun sampai 12 tahun.
Fase ini adalah fase dimana seseorang siap menjadi ‘abdullah (hamba
Allah), sudah terkena tanggung jawab untuk menjalankan perintah Allah dan
menjauhi larangannya, fase Tamyiz ini biasa kita sebut dengan fase baligh. Di
tahap ini seorang anak mulai diajarkan untuk memahami siapa Tuhannya
(Tauhid) dan agamanya yang akan menjadi panduan hidupnya di dunia dan
akhirat. Di fase ini anak sudah mulai bisa membedakan yang mana baik dan
buruk, salah dan benar, antara yang prioritas dan bukan prioritas.

27 Dra. Desmita, M.S.i, Psikologi perkembangan Peserta Didik, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2017, Hal 26

17
Mengajarkan anak adanya tingkatan hukum yang ada dalam islam yaitu halal,
haram, wajib, sunnah, mubah, makhruh dan syubhat.
28
Kemudian mengajarkan adanya konsep syurga dan neraka, pahala
dan dosa dalam islam yang menjadi penguat keimanan seseorang terhadap
Allah. Anak sudah akan mulai memahami sedikit demi sedikit konsekuensi
apa saja yang akan ia dapatkan ketika melakukan hal yang baik atau buruk.
Dalam cara mendidik anak dalam Islam sebaiknya lebih dahulu
memperkenalkan konsep surga dan pahala pada anak, diharapkan konsep ini
akan berkesan mendalam dan menjadikan anak-anak bersemangat dalam
melakukan kebaikan.
Pada fase ini juga konsekuensi fisik dapat diberikan pada anak jika ia
tidak melaksanakan kewajibannya, seperti yang ada dalam hadist di atas.

29
Tugas perkembangan fase Tamyiz sebagai berikut :

1. Memiliki pengetahuan tenang bagaimana menjalin hubungan dengan


Allah.
2. Memiliki kemampuan untuk melakukan ibadah mahdhah (ibadah yang
terstandarisasi) kepada Allah.
3. Memiliki kemampuan untuk melakukan ibadah ghairu mahdhah (ibadah
bebas)

30
d. Fase baligh yaitu fase dimana anak telah mencapai usia muda, yang ditandai
dengan mimpi bagi anak laku – laki dan haid bagi anak perempuan. Pada masa
ini anak telah memiliki kesadaran penuh akan dirinya, sehingga ia diberikan
beban taklif (tanggung jawab). Fase ini disebut dengan fase aqil (fase tingkah

28
Navia Fathona, Psikologi Perkembangan Islami Fase Perkembangan Manusia dalam Al-Quran sejak dalam
Rahim hingga pasca kematian, Kompasiana, 2015
29
Ibid.
30
Dra. Desmita, M.S.i, Psikologi perkembangan Peserta Didik, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2017, Hal 26

18
laku intelektual seseorang mencapai kondisi puncak, sehingga mampu
membedakan perilaku yang benar, baik dan buruk). Fase ini dimulai sekitar
15 sampai dengan 40 tahun.
31
Tugas perkembangan manusia pada fase Taklif :
1. Memiliki pengetahuan tentang bagaimana menjalin hubungan dengan
Allah.
2. Memiliki kemampuan untuk melakukan ibadah ghairu mahdhah Iibadah
bebas).
3. Memiliki kesadaran tentang tanggung jawab terhadap semua makhluk.
4. Memiliki wawasan atau pengetahuan yang memadai tentang makhluk
hidup.
5. Memiliki pengetahuan dan keterampilan bebas teknis dalam bidang
tertentu (bidang yang memiliki manfaat dalam kehidupan bersama
manusia).
6. Memiliki kemampuan memahami diri sendiri.
7. Memelihara dan mengembangkan kekuatan dan kesehatan fisik.
8. Memiliki kemampuan mengontrol dan mengembangkan diri sendiri.
9. Memiliki kemampuan menjalin relasi dengan makhluk fisik lain
(tumbuhan, binatang, makhluk mati).
10. Membebaskan diri dari pengaruh makhluk gaib.
e. Fase kearifan dan kebijakan, yaitu fase dimana seseorang telah memiliki
tingkat kesadaran dan kecerdasan emosianal, spiritual dan agama secara
mendalam. Fase ini disebut juga fase auliya’ wa anbiya’ atau berada di tahap
Futuh, dimana perilaku manusia juga dituntut seperti perilaku yang
diperankan oleh Nabi.

31
Navia Fathona, Psikologi Perkembangan Islami Fase Perkembangan Manusia dalam Al-Quran sejak dalam
Rahim hingga pasca kematian, Kompasiana, 2015

19
32
Pada tahap ini seseorang mengalami kecerahan batin dan
memperoleh futuh (keterbukaan hal-hal yang spiritual), atau dapat dikatakan
sebagai kematangan spiritual. Contoh dalam kematangan spiritualitas pada
umur 40 tahun ini adalah Rasulullah, beliau diangkat menjadi rasul ketika
berumur 40 tahun. Beliau memaksimalkan potensi hati, aql, dan qalbunya
untuk dekat dengan Allah sekaligus bagaimana memahami kondisi masyarkat
disekitarnya.

Ia dapat memahami realitas alam semesta, semuanya tersingkap,


sehingga hati, qalbu, dan akal pikriannya dapat memahami realitas. Ketika
seseorang telah mencapai tahap ini, ia mulai sadar bahwa kesalihan terbaik
bukan hanya dinikmati untuk diri sendiri tetapi oleh orang lain juga. Salah
satu ciri fase futuh yaitu semakin kokohnya kekuatan untuk bertindak amar
ma’ruf nahi mungkar.

Pada tahap ini secara keseluruhan kemampuan manusia berada pada


tingkat tinggi untuk teraktualisasi, yaitu semakin matangnya kemampuan
berfikir, kognitif, dan emosi, ia lebih bijaksana dengan pengetahuan yang
dimilikinya. Al-Ghazali menyebut fase ini sebagai fase awliya’ wa anbiya’
dimana seseorang dituntut berperilaku seperti kekasih dan nabi Allah

Pada tahap ini juga dibahas tentang tahap lansia, yaitu sekitar usia 60-
70 tahun, pada usia ini terjadi penurunan hampir di semua aspek fisik maupun
psikis, pada usia ini seseorang lebih rentan terkena penyakit, tenaga
berkurang, kemampuan melihat berkurang, mengalami delirium, Alzheimer,
dll. Manusia pada awalnya dilahirkan sebagai bayi yang lemah kemudian
semakin berkembang menjadi manusia yang kuat (masa remaja dan dewasa)
dan kembali menjadi lemah yaitu fase lansia.

32
Navia Fathona, Psikologi Perkembangan Islami Fase Perkembangan Manusia dalam Al-Quran sejak dalam
Rahim hingga pasca kematian, Kompasiana, 2015 (Jurnal)

20
Seperti dalam firman Allah QS. Al-Ruum: 54 yang artinya:

“Allah, dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia
menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia
menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia
menciptakan apa yang dikehendakinya dan Dialah Yang Maha Mengetahui
lagi Maha Kuasa.”

f. Fase kematian, yaitu fase dimana nyawa telah hilang dari jasad manusai, yang
merupakan akhir dari kehidupan pisah nya ruh dan jasad manusia, yang
merupakan akhir dari kehidupan dunia. Fase kematian ini diawali dengan
adanya naza’ yaitu awal pencabutan nyawa oleh malaikat Izrail.33
34
Kehidupan manusia pascakematian ada tiga yaitu alam barzah, hari
kiamat, dan kehidupan di surga/neraka. Di jelaskan dalam beberapa hadis
mengenai kondisi penghuni surga yaitu memiliki tinggi seperti nabi adam, 60
hasta keatas, tidak ada aktivitas ekskresi (pembuangan), semua penghuni
surge memiliki sifat yang baik.
C. Motivasi Beragama pada Peserta Didik
35
Menurut Dister menyatakan motivasi beragama pada diri manusia dapat dibagi
menjadi empat jenis motivasi, yaitu:
1. Motivasi yang didorong oleh rasa keinginan untuk mengatasi frustrasi yang ada
dalam kehidupan, baik frustasi karena kesukaran dalam menyesuaikan diri
dengan alam, frustrasi sosial, frustrasi moral, maupun frustrasi karena kematian.
2. Motivasi beragama karena didorong oleh keinginan untuk menjaga kesusilaan
dan tata tertib masyarakat.
3. Motivasi beragama karena didorong oleh keinginan untuk memuaskan rasa ingin
tahu manusia atau intelek ingin tahu manusia.

33 Dra. Desmita, M.S.i, Psikologi perkembangan Peserta Didik, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2017, Hal 26
34
Navia Fathona, Psikologi Perkembangan Islami Fase Perkembangan Manusia dalam Al-Quran sejak dalam
Rahim hingga pasca kematian, Kompasiana, 2015 (Jurnal)
35
Dr. Masganti Sit, M.Ag. PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK, Medan : Perdana Mulya Sarana, 2012 Hal 184

21
4. Motivasi beragama karena ingin menjadikan agama sebagai sarana untuk
mengatasi ketakutan.
36
Masganti (2011) menyatakan motivasi beragama dalam ajaran Islam antara lain:

1. Mengharapkan cinta Allah


2. Melepaskan diri dari rasa putus asa dengan pertolongan Allah
3. Mengharapkan kehidupan yang bahagia di Akhirat.
4. Membina hubungan baik dengan manusia
Masganti (2011) mengelompokkan keempat motivasi tersebut ke dalam dua
kelompok yaitu:
1. Motivasi intrinsik yang terdiri dari rasa ketenangan dan kebahagiaanhidup di
dunia dan akhirat.
2. Motivasi ekstrinsik yang terdiri untuk mendapatkan dukunganmasyarakat dan
balasan surga
37
Selain beberapa motivasi yang dapat dilihat diatas, ada beberapa motivai
lain beraramagama atau mengajarkan agama kepada anak didik.

1. Menganjurkan sang anak untuk memikirkan dan merenungi segala makhluk


Allah Subhanahu Wa Ta’alayang ada di alam ini. Selain itu, juga
memberitahukan kepadanya bahwa semua binatang dengan berbagai macam dan
bentuknya, dapat mengerti dan mengetahui orang-orang yang berbuat dan
memiliki dosa.

Binatang-binatang tersebut akan berdoa agar kejelekan menimpa para


pelaku maksiat, serta melaknati mereka. Sebagaimana disebutkan dalam firman
Allah Subhanahu Wa Ta’ala,

36
Ibid, Hal 185
37
Isti Inawati, Pengembangan Moral dan Agama untuk anak usia dini, Al-Athfal: Jurnal Pendidikan anak,
2017, Vol 3

22
“Sesungguhnya, orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami
turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami
menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan
dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati.” (Al-Baqarah: 159).

Imam Mujahid berkata, “Jika bumi mulai gersang (karena tidak mendapat
curah hujan) maka binatang-binatang akan mendoakan (melaknat) orang-orang
yang berbuat zina.”

2. Harus memberitahukan kepada sang anak bahwa makhluk Allah senang terhadap
orang-orang yang saleh.

Makhluk-makhluk tersebut akan mendoakan mereka dan memohonkan


ampun kepada Allah bagi orang-orang saleh tersebut, sebagaimana terkandung
dalam hadits Rasulullah Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam,

“Sesungguhnya, Allah Subhanahu Wa Ta’ala, para malaikat-Nya, para penghuni


langit dan bumi, sampai semut yang berada di lubangnya, serta ikan paus, akan
membacakan shalawat (memohonkan ampun) kepada orang yang mengajarkan
kebaikan kepada manusia.” (HR Tirmidzi, HR Abu Dawud, HR Ibnu Majah, HR
Ahmad).

Karena itu, anak kecil harus menjauhi semua orang yang berbuat maksiat.
Dalam waktu bersamaan pula, dia harus bergaul dengan orang-orang saleh. Kita
juga harus memberitahukan kepada sang anak bahwa seluruh benda yang diam,
tidak bergerak, sesungguhnya menundukkan diri bersama hewan-hewan lainnya
untuk bertasbih kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan memuji-Nya,
sebagaimana terkandung dalam firman-Nya,

“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada
Allah. Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi
kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka.” (Al-Isra’: 44).

23
Ada sebuah hadits dari Rasulullah bahwa beliau bersabda,

“Aku tahu ada batu di kota Makkah yang mengucapkan salam kepadaku sebelum
aku diutus. Sampai sekarang pun aku tahu, bahwa batu itu tetap mengucapkan
salam kepadaku” (HR Muslim).

Begitulah berita yang disampaikan bumi. Dengan begitu, anak kecil akan
memercayai berbagai kenyataan di jagad raya ini, karena khayalannya akan
dipenuhi dengan berbagai kenyataan ini. Daya khayalnya yang luas dapat
dimanfaatkan untuk menanamkan hakikat keimanan terhadap jagad raya yang
besar.

3. Melatihnya untuk bersabar, bersikap ridha, dan menerima segala musibah yang
menimpanya, walaupun tampaknya dia enggan menerimanya seperti terserang
penyakit, miskin, dan berbagai bentuk musibah lainnya. Karena, Allah berfirman,

“Dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan dalam


peperangan, mereka itulah orang-orang yang benar (imannya), dan mereka
itulah orang-orang yang bertakwa. (Al-Baqarah: 177).

4. Memberitahukan kepadanya akan adanya pahala yang akan diberikan Allah


kepada orang-orang yang dapat bersabar atas segala musibah yang menimpanya,
sebagaimana telah dijanjikan-Nya. Selain itu, di tengah kesabaran dan
keikhlasannya, kita jangan lupa untuk selalu mengajarkannya berdoa dan
memohon kepada Allah agar Allah menghilangkan malapetaka tersebut.

5. Jadikan sang anak merasa bahwa betapa pentingnya mengisi hati dengan rasa
cinta kepada Allah, Rasul-Nya, dan orang lain karena Allah Subhanahu Wa
Ta’ala, serta berbagai keutamaan lain, seperti bertobat, bersyukur, bersabar,
perasaan takut, berharap, bertawakal, dan perasaan ikhlas, dengan tetap
memperhatikan metode-metode-untuk melakukan semua hal tersebut-dari Al-
Quran, Sunah Rasulullah, dan yang lainnya.

24
6. Beri tahu sang anak akan pentingnya menyucikan hati dari berbagai penyakit dan
cacat, seperti sifat dengki, hasud, dendam, dan cemburu, dengan tetap
berpedoman pada Al-Quran dan Sunah. Selain itu, juga membekalinya dengan
berbagai cerita-cerita dari Al-Quran dan Sunah Nabi, serta meringkaskan
pelajaran (ibrah) dari berbagai cerita tersebut. Karena, cerita dapat memberikan
dampak yang kuat dalam mengubah akhlak dan tingkah laku sang anak ketika dia
masih berada pada masa pertumbuhan.

D. Metode Pengembangan Agama dalam Perspektif Islam


38
Islam merupakan ajaran yang sempurna. Kesempurnaan tersebut
mencakup aturan mengenai pendidian anak usia dini. Pendidikan usia dini telah
dalam ajaran Islam telah mengajarkan bagaimana strategi yang tepat dalam
mengembangkan moral dan nilai agama untuk anak usia dini. Moral dan nilai agama
perlu ditanamkan dengan strategi yang benar dan tepatagar tidak menganggu tumbuh
kembang anak. Benar dan tepat dalam hal ini sangat penting karena anak usia dini
mempunyai sifat dan kebiasaan yang berbeda-beda.
Berikut merupakan berbagai metode pengembangan agama.
1. Pendidikan Agama dengan Metode Keteladanan
Keteladanan adalah metode tarbiyah yang selaras dengan fitrah manusia.
Salah satu dari sifat fitrah bahwa setiap manusia mendambakan hadirnya seorang
tokoh atau figur yang layak menjadi panutan dalam kehidupannya. Al-Abrasyi
mengatakan, anak berbahasa sesuai dengan bahasa ibu. Apabila bahasa yang
digunakan orang tua baik, maka anak akan berbahasa dengan baik dan benar (Al-
Abrasyi: 30). Allah swt telah mengirimkan Nabi Muhammad sebagai tauladan
yang baik bagi umatnya. Allah berfirman dalam Alquran surat al-Qalam/ 68: 4:
yang artinya:
“dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”.

38
Dr. Masganti Sit, M.Ag. PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK, Medan : Perdana Mulya Sarana, 2012 Hal
186-199

25
Ibn Kasir menafsirkan ayat ini dengan mengutip berbagai hadis Rasul yang
menceritakan bahwa Rasulullah saw memiliki akhlak yang mulia. Seluruh
perbuatan Rasulullah merupakan cerminan ajaran Alquran (Ibnu Kasir, Juz 29:
19). Allah telah mengutus Rasul-Nya untuk menjadi contoh perilaku baik pada
manusia.
Metode percontohan dapat dilakukan orangtua di rumah dan guruguru di
sekolah. Sekolah memiliki pengaruh penting dalam perkembangan agama anak.
Anak-anak yang bersekolah di sekolah-sekolah berbasis agama lebih cenderung
memiliki perilaku beragama yang baik dibandingkan dengan anak-anakyang
bersekolah di sekolah umum. Namun belum dapat dipastikan yang yang lebih
besar pengaruhnya terhadap keagamaan anak pendidikan agama yang diberikan
orang atau sekolah. Sebab orang tua yang peduli dengan agama cenderung
memasukkan anaknya ke sekolah agama sedangkan orang tua yang kurang peduli
dengan ajaran agama cenderung memasukkan anaknya ke sekolah umum.
Percontohan lebih berkesan pada anak dibandingkan kata-kata. Selain contoh
langsung yang dilakukan orangtua dan guru, penggunaan gambar-gambar juga
dapat menjadi contoh bagi anak. Anak suka memperhatikan gambar-gambar yang
ada di sekitarnya kemudian mengcopy dalam pikirannya lalu menirunya. Anak-
anak merupakan mesin fotocopy tercanggih yang pernah tercipta di dunia. Anak-
anak mampu merekam dan memunculkan kembali perilaku yang baru sekali
dilihatnya. Oleh sebab itu metode keteladanan merupakan metode yang paling
efektif dalam pengembangan keagamaan pada anak usia dini.
2. Pendidikan Agama dengan Metode Pembiasaan
Pembiasaan adalah metode yang harus dilakukan di lingkungan keluarga.
Kebiasaan terbentuk dengan selalu melakukannya sehingga menjadi kebiasaan
yang permanen. Kebiasaan dapat terjadi melalui pengulangan-pengulangan
tindakan secara konsisten. Misalnya Ibadah salat, tadarus Alquran, infak, dan
sedekah serta pengalaman keagamaan lainnya harus dikokohkan dengan
pembiasaan. Di dalam Alquran Luqmân telah mengajarkan anaknya untuk

26
beriman kepada Allah, mendirikan shalat, dan saling menasehati untuk berbuat
kebaikan sebagaimana dalam firman Allah Alquran suratLuqmân/31: 13-17 yang
artinya:
“dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan
Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman
yang besar”. (13) Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada
dua orang ibubapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah
yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah
kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu
(14). Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu
mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan
ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah
kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan (15).
(Luqman berkata): “Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan)
seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi,
niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah
Maha Halus lagi Maha mengetahui (16). Hai anakku, dirikanlah shalat dan
suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari
perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.
Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh
Allah).”

3. Pendidikan agama dengan metode nasihat


Nasihat adalah sebuah keutamaan dalam beragama. Nasihat juga menjadi ciri
keberuntungan seorang sebagaimana tersirat dalam Alquran surah al-‘Ashr/103:
3: yang artinya:

27
“kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat
menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi
kesabaran.”
Menurut Ulwan, dalam menyajikan nasihat dan pengajaran, Alquran
mempunyai 3 (tiga) ciri utama, sebagai berikut: 1) Seruan yang menyenangkan
seraya diikuti dengan kelembutan atau upaya penolakan, 2) Metode cerita disertai
perumpamaan yang mengandung nasihat dan pelajaran, 3) Metode wasiat, 4) dan
nasihat (Ulwan, 2002: 123).
Pemberian nasihat harus dilakukan orang tua, guru, dan anggota masyarakat
lainnya kepada anak didik secara konsisten. orang tua atau guru tidak boleh bosan
memberikan nasihat, sebab pemberian nasihat terhadap kebenaran bagian penting
dari ajaran agama.
4. Pendidikan Seks
Peserta didik usia remaja menghadapi 2 (dua) problem besar. Problem
pertama adalah problem intern ini secara alami akan terjadi pada diri remaja.
Hasrat seksual yang berasal dari naluri seksualnya, mulai mendorong untuk
dipenuhi. Hal ini sangat fitrah karena fisiknya
secara primer maupun sekunder sudah mulai berkembang. Misalnya mulai
berfungsinya hormon testosteron pada laki-laki menyebabkan pertumbuhan bulu
pada daerah fisik tertentu, berubahnya suara menjadi lebih besar. Pada remaja
puteri mulai berfungsinya hormon progesteron yang menyebabkan perubahan
fisik di dadanya, dan sekaligus mengalami menstruasi. Perkembangan fungsi
hormon ini selalu menyebabkan remaja sulit mengendalikan diri dalam bergaul
dengan lawan jenis.
Problem yang kedua adalah problem eksternal. Inilah yang terkategori dalam
pembentukan lingkungan tempat remaja berkiprah. Faktor penting yang membuat
remaja “selamat’ dalam pergaulannya adalah faktor pemikiran. Pemikiran adalah
sekumpulan ide tentang kehidupan yang diambil dan dipenetrasikan oleh remaja
itu ke dalam benaknya sehingga menjadi sebuah pemahaman yang mendorong

28
setiap perilakunya. Pemikiran penting yang membentuk remaja adalah: makna
kehidupan, standar kebahagiaan hidup, dan standar perilaku. Misalnya ketika
seorang remaja memahami bahwa makna kehidupan ini adalah materi,
kebahagiaan adalah kekayaan, dan standar perilaku adalah yang penting ada
‘manfaat’ agar jadi kaya, maka kita akan menemukan remaja seperti ini tidak akan
memahami resiko perbuatannya. Baginya mencuri, narkoba sambil
mendagangkannya, seks bebas adalah kenikmatan dan tujuan hidupnya. Remaja
seperti ini akan banyak ditemukan dalam lingkungan masyarakat sekuler
(menjauhkan diri dari agama).
Allah swt mengajarkan tata krama pergaulan antara anggota keluarga
yang berbeda jenis kelamin agar tidak terjadi incest (hubungan seks antar anggota
keluarga) dengan mengatur tata cara memasuki wilayah-wilayah pribadi tiap
anggota keluarga seperti kamar tidur. Ajaran tersebut terdapat dalam firman Allah
dalam Alquran surat an-Nùr/24: 58: yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita)
yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum balig di antara kamu, meminta
izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) yaitu: sebelum sembahyang subuh,
ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari dan sesudah
sembahyang Isya’. (Itulah) tiga ‘aurat bagi kamu. Tidak ada dosa atasmu dan
tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. Mereka melayani kamu,
sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang lain). Demikianlah
Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana.”
5. Pembinaan Akhlak
Akhlak akan menjaga seseorang terbebas dalam melakukan berbagai
kejahatan yang dapat merugikan kehidupan orang lain. Perbuatanperbuatan yang
merugikan orang lain, seperti pemukulan, pencurian, pembunuhan, dan
perkelahian selalu terjadi pada remaja.

29
Berdasarkan beberapa pendapat ahli tafsir Al-Quran Surat Al-Hujurat ayat 11-
13 mengandung pendidikan akhlak terhadap sesama sebagai berikut:
a. Menjunjung tinggi kehormatan kaum Muslimin, mendidik manusia untuk
selalu menghargai dan menjaga kehormatan mereka. Pendidikan yang dapat
mewujudkan sikap menjunjung tinggi kehormatan kaum muslimin dapat
dilakukan dengan menggunakan metode keteladanan dalam keluarga. Remaja
yang dapat menghormati orang lain adalah remaja yang hidup dalam
lingkungan keluarga yang saling menghormati. Di samping metode
keteladahan metode kisah, metode nasehat, dan metode pembiasaan dapat
digunakan untuk menumbuhkn sikap menjunjung tinggi kehormatan orang
lain.
b. Taubat mendidik manusia agar senantiasa mensucikan jiwa mereka. Sehingga
wujud dari taubat dengan beramal shaleh dapat dilaksanakan dalam
kehidupannya.Dalam rangka menanamkan sikap bertaubat pada remaja, maka
orang tua atau guru pendidik sebaiknya menggunakan beberapa metode:
metode pembiasaan dan metode ceramah. Metode pembiasaan diajarkan
kepada anak didik untuk selalu memohon ampun kepada Allah apabila anak
tersebut melakukan dosa atau maksiat. Misalnya jika anak tersebut berkata
kasar, maka harus dibiasakan dengan kalimat ampunan yaitu mengucap
istighfar sebagai pembiasaan untuk selalu melakukan taubat jika melakukan
dosa atau maksiat.
c. Husnuzzan mendidik manusia untuk selalu berfikir positif agar hidup menjadi
lebih produktif, sehingga energi tidak terkuras hanya untuk memikirkan hal-
hal yang belum pasti kebenarannya.
d. Ta’aruf mendidik manusia untuk selalu menjalin komunikasi dengan sesama,
karena banyaknya relasi merupakan salah satu cara untuk mempermudah
datangnya rezeki. Rasulullah bersabda tentang pentingnya saling mengenal
dan menyambung silaturrahmi yang artinya: Anas bin Malik r.a berkata, Saya
telah mendengar Rasulallah saw bersabda: “Siapa yang ingin diluaskan

30
rezekinya dan dilanjutkan umurnya, hendaklah ia menyambung hubungan
famili (kerabat)” (HR Bukhari)
e. Egaliter mendidik manusia untuk bersikap rendah hati, sedangkan rendah hati
merupakan pakaian orang-orang yang beriman yang akan mengangkat
derajatnya di sisi Allah swt. Rasulullah bersabda tentang sikap egaliter ini
sebagai berikut: Dikabarkan dari Tsa’labi dari Ibnu Abbas r.a adapun sebab
perkataan Tsabit bin Qais kepada seseorang yang tidak melapangkan tempat
duduk di sisi Nabi saw, Kemudian Nabi saw bersabda yang artinya:
“Sesungguhnya Engkau tidak ada kelebihan antara satu dengan lainnya
kecuali dalam agama dan takwa”. (H.R. Thabrani).
39
Selain beberapa metode diatas yang dapat diterapkan, berikut merupakan
metode pengembangan agama laindalam pespektif islam.
1. Menanamkan Rasa Cinta Kepada Allah SWT
Diantara cara membimbing anak menuju akidah yang benar adalah
dengan mendidik mereka untuk mencintai Allah. Pendidikan ini harus
diberikan sejak dini. Pada saat tersebut, mulailah mereka diperkenalkan kepada
makhluk-makhluk Allah (manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan) yang
terdekat disekitar mereka. Selain itu, juga perlu diupayakan adanya keterikatan
antara mereka dengan yang telah menciptakannya, pemilik keagungan, pemberi
nikmat, dan maha dermawan. Dengan bentuk seperti ini anak pasti akan
mencintai Allah (Rajih, 2008: 87-88) Rasa cinta kepada Allah beserta seluruh
ciptaannya dapat diperkenalkan pada anak usia dini melalui pembelajaran
saintifik. Pembelajaran saintifik tersebut akan mengenalkan akan pada
makhluk ciptaan Allah sekaligus mengenalkan anak untuk mencintai ilmu
pengetahuan dengan proses mengamati. Menciptakan rasa cinta kepada Allah
juga diikuti oleh mencintai seluruh ciptaannya, termasuk mencintai orang tua,

39
Isti Inawati, Pengembangan Moral dan Agama untuk anak usia dini, Al-Athfal: Jurnal Pendidikan anak,
2017, Vol 3

31
keluarga, dan tetangga. Strategi penanaman nilai-nilai agama dengan mencintai
Allah dan segala ciptaannya akan menciptakan seorang anak yang penuh cinta
kasih, sehingga perkataan dan perbuatannya menjadi menyenangkan dan tumbuh
menjadi pribadi yang bermanfaat bagi sesamanya.
2. Menciptakan Rasa Aman
Perasaan aman dan ketenangan adalah kebutuhan yang mendasar yang selalu
didambakan anak. Saat dia sakit dan menangis dia mengharapkan ibunya bangun
dan berjaga sepanjang malam untuk berada disampinynya, memberikan
kehangatan jika diinginkan (Mursi, 2006: 24). Kebutuhan akan rasa aman tidak
hanya dari lingkungan keluarga saja, tetapi sekolah beserta seluruh aparaturnya
dan lingkungan tempat tinggal juga memberikan pengaruh dalam menciptakan
rasa aman bagi seorang anak. Strategi pengembangan moral dan nilai agama
tidak bisa mengesampingkan pentingnya rasa aman bagi seorang anak. Rasa
aman ini akan berdampak juga dalam penyerapan nilai-nilai agama dan moral
yang diajarkan oleh orang tua maupaun guru di sekolah. Apabila anak merasa
aman dan nyaman di rumah maupun di sekolah maka anak tersebut akan mudah
menerima pembelajaran ataupun contoh-contoh positif yangdiberikan oleh orang
tua atau oleh gurunya Rasa aman berdampak pada proses pembelajaran yang
dapat berjalan dengan optimal, sehingga anak dapat berkembang pesat sesuai
masa pertumbuhannya. Misalnya saja dalam hal pengaturan waktu tidur.
Seorang anak membutuhkan tidur dalam keadaan tenang dan waktu lebih awal.
Tidur siang (kira-kira dari pukul 13.00-16.00). Jangan menghukum dengan
melarang tidur atau mengurangi waktu tidurnya. Jangan mengganggu tidurnya
dengan alasan apapun, karena hal ini akan berpengaruh pada jantungnya. Jangan
membangunkan anak supaya dia buang air, atau mmbangunkannya ketika
sang ayah bau datang atau membangunkannya untuk memarahi atau
menegurnya. Waktu tidur yang cukup tidak kurang dari tujuh jam atau lebih
dalam sehari semalam (Mursi, 2006: 22).
3. Menanamkan Cinta Tanah Air

32
Strategi dalam pengembangan moral dan nilai agama untuk anak usia dini
salah satunya adalah menanamkan rasa cinta tanah air sejak dini. Cinta tanah air
ini dapat diperkenalkan pada anak melalui kegiatan upacara. Dalam kegiatan
upacara terdapat bendera merah putih yang harus dihormati. Lagu Garuda
Pancasila dan lagu Indonesia Raya yang dinyanyikan bersama pada saat upacara
juga menjadi hal yang menarik bagi anak-anak.
4. Menyentuh dan Mengaktikan Potensi Berfikir Anak
Strategi pengembangan moral dan nilai agama untuk anak usia dini dapat
dilakukan dengan menyentuh dan mengaktifkan potensi berfikir anak melalui
cerita atau dongeng. Anak sangat menyukai dongeng atau cerita yang dibacakan
oleh guru, orang tua atau orang terdekatnya. Dalam hal ini pilihlah cerita-cerita
yang berkaitan dengan cerita kenabian atau orang-orang sholeh. Karena cerita
tokoh-tokoh tersebut pasti terdapat nilai-nilai positif yang bermanfaat untuk
anak-anak. Cerita dapat membangkitkan kesadaran serta mempengaruhi jalan
pikiran, dan dapat menyumbangkan nilai-nilai positif dalam diri mereka (Rajih,
2008: 186). Cerita atau dongeng akan meningkatkan daya imaginasi seorang
anak. Anak akan mengembangkan pikirannya ketika sedang dibacakan sebuah
cerita.
5. Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani merupakan kebutuhan seorang anak. Kegiatan jasmani ini
bisa dalam bentuk olahraga maupaun kegiatan permainan yang merangsang
pertumbuhan fisik motorik anak. Pertumbuhan anak menjadi optimal dengan
kegiatan olahraga atau permainan. Olahraga sangat bermanfaat bagi seorang
anak, manfaat tersebut diantaranya adalah (1) mengoptimalkan perkembangan
otak sehingga berpengaruh pada kecerdasan anak, (2) melatih fisik an motoric
anak sehingga pertumbuhan anak dapat berkembang dengan baik, (3)
mengenalkan dan melatih kerjasama dengan teman dan guru, (4) mengenalkan
jiwa sportivitas dalam diri seorang anak, (5) kegiatan olahraga maupun
permainan juga menanamkan nilai-nilai kejujuran, karena dalam kegiatan ini

33
terdapat kesepakatan yang harus dipenuhi oleh anak-anak agar permainannya
berjalan sesuai yang direncanakan.
6. Memenuhi Kebutuhan Bermain
Kebutuhan utama bagi seorang anak adalah bermain. Proses pembelajaran
atau penanaman nilai-nilai agama dan moral bagi anak dapat dilakukan dengan
kegiatan bermain. Bermain akan merangsang perkembangan otak atau
pertumbuhan fisiknya. Permainan tersebut dapat dikemas menjadi permainan
edukatif yang menyenangkan. Bermain merupakan kebutuhan jasmani atau
biologis. Artinya, bermain adalah kebutuhan dasar anak yang harus dipenuhi.
Dengan terpenuhinya kebutuhan ini anak akan merasa senang, nyaman dan selalu
dalam kebahagiaan. Selain itu, dengan bermain, jasmani anak akan menjadi
segar dan bugar, sehingga akan berpengaruh pada pertumbuhan dan
perkembangan selanjutnya (Fadhilah2014: 30).
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pada dasar nya perkembangan merupakanan hal yang terjadi kepada seiap peserta
didik. Perkembangan tidaklah terbatas apada pengertian yang semakin mambesar,
melaikan didalamnya terkadandung serangkaian perubahan yang berlangsung terus
menerus dan bersifat tetap dari fungsi – fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki
oleh individu menunjuk ke tahap kematangan melalui pertumbuhan, pemasakan dan
belajar Untuk menghadapi dan membelajarkan peserta didik dengan berbagai latar
belakang, corak kepribadian dan tingkat perkembanan yang beragam tersebut, maka
guru harus mampu mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh peserta didik,
motivasinya, latar belakang akademis, sosial ekonominya dan sebagainya

Mempelajari psikologi perkembangan islami salah satu hal yang penting


bagaimana memahami perkembangan manusia secara keseluruhan yaitu sejak pra-

34
natal, pasca natal, kanak-kanak, tamyiz, taklif , dan kematian. Kita sebagai seorang
muslim harus meyakini bahwa adanya kehidupan manusia setelah meninggal, hal
inilah yang akan membedakan psikologi perkembangan menurut Barat dan Islam. Hal
yang membedakan lagi yaitu pentingnya membahas aspek spiritualitas dalam
perkembembangan manusia kemudian faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan tidak hanya lingkungan dan hereditas tetapi ada yang lebih dominan
yaitu ketentuan Allah swt.

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Sumatri, Mulyani. 2011. Perkembangan Peserta Didik. Tanggerang Selatan : Universitas


Terbuka
Desmita. 2017. Psikologi perkembangan Peserta Didik. Bandung : Remaja Rosdakarya
Sit, Masganti. 2012. Perkembangan Pesera Didik. Medan : Perdana Mulya Sarana,

Web/Jurnal

Fathona, Navia. 2015. “Psikologi Perkembangan Islami Fase Perkembangan Manusia


dalam Al-Quran sejak dalam Rahim hingga pasca kematian”. Kompasiana

Inawati, Isti. 2017. “Pengembangan Moral dan Agama untuk anak usia dini”. Jurnal
Pendidikan anak. Al-Athfal : Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Krisnadi, Sofi. 2015 “Persiapan Pra-kehamilan”. ResearchGate

35

Anda mungkin juga menyukai