Sap Ibu Novia
Sap Ibu Novia
FRAKTUR
Dosen Pengampu:
Disusun oleh :
Kelompok 1 kelas A
BANJARMASIN
2019
NAMA ANGGOTA :
AZIZAH : 1714201110006
B. Tujuan Khusus :
Pada akhir pertemuan, peserta dapat :
1. Mengerti dan menjelaskan tentang definisi fraktur
2. Mengerti dan menjelaskan etiologi/penyebab fraktur
3. Mengerti dan menjelaskan tanda dan gejala fraktur
4. Mengerti dan menjelaskan patofisiologi fraktur
5. Mengerti dan menjelaskan pemeriksaan dianostik fraktur
6. Mengerti dan menjelaskan komplikasi fraktur
7. Mengerti dan menjelaskan penatalaksanaan fraktur
C. Materi Penyuluhan (Terlampir)
1. Definisi fraktur
2. Etiologi/penyebab fraktur
3. Tanda dan gejala fraktur
4. Patofisiologi fraktur
5. Pemeriksaan dianostik fraktur
6. Komplikasi fraktur
7. Penatalaksanaan fraktur
D. Metode :
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
E. Media :
1. LCD
2. Laptop
3. Leflet
F. Kegiatan Penyuluhan
No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran Media
. Kegiatan
1. Pembukaan 5 menit Membuka kegiatan dengan Masyarakat -Mic
mengucapkan salam. -PPT
Memperkenalkan diri
Menjelaskan tujuan dari
penyuluhan
Menyebutkan materi yang
akan diberikan
2. Pelaksanaan 25 Menjelaskan definisi fraktur Masyarakat -Mic
menit Menjelaskan etiologi fraktur -PPT
Menjelaskan tanda dan -Video
gejala fraktur
Menjelaskan patofisiologi
fraktur
Menjelaskan pemeriksaaan
diagnostik fraktur
Menjelaskan komplikasi
fraktur
Menjelaskan
penatalaksanaan fraktur
Tanya Jawab
3. Penutup 5 menit Menanyakan kepada peserta Masyarakat -Mic
tentang materi yang telah -PPT
diberikan. -Leaflet
Mengucapkan terimakasih
atas perhatian peserta.
Mengucapkan salam
penutup.
G. Evaluasi
Diharapkan masyarakat atau klien mampu :
1. Memahami definisi fraktur
2. Memahami penyebab fraktur
3. Mengetahui tanda dan gejala fraktur
4. Memahami patofisiologi fraktur
5. Memahami pemeriksaan dianostik fraktur
6. Memahami komplikasi fraktur
7. Memahami penatalaksanaan fraktur
LAMPIRAN SAP
FRAKTUR
A. Definisi
Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh.( Reeves
C.J,Roux G & Lockhart R,2001 ).
Fraktur (patah tulang) adalah terputusnya kontinuitas struktur tulang dan
ditentukan sesuai jenis dan luasnya. (Smeltzer S.C & Bare B.G,2001).
Fraktur adalah discontinuitas dari jaringan tulang (patah tulang) yang
biasanya di sebabkan oleh adanya kekerasan yang timbul secara mendadak
(Bernard Bloch, 1986).
Jadi, dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa fraktur
adalah suatu cedera pada tulang yang sebelumnya utuh menjadi retak atau
patah yang dapat disebabkan oleh suatu trauma benda keras secara mendadak
dan tidak disengaja.
B. Etiologi/Penyebab
Penyebab fraktur diantaranya :
a. Trauma
Trauma langsung : Benturan pada tulang mengakibatkan ditempat
tersebut.
Trauma tidak langsung : Titik tumpu benturan dengan terjadinya fraktur
berjauhan.
b. Fraktur Patologis
Fraktur disebabkan karena proses penyakit seperti osteoporosis, kanker
tulang dan lain-lain.
c. Degenerasi
Terjadi kemunduran patologis dari jaringan itu sendiri : usia lanjut.
d. Spontan
Terjadi tarikan otot yang sangat kuat seperti olahraga
C. Tanda dan gejala
1. Nyeri
Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi.
2. Pembengkakan
Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma
dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah
beberapa jam atau beberapa hari setelah cedera
3. Peningkatan suhu
4. Hilangnya fungsi.
5. Perubahan bentuk (deformitas) karena adanya pergeseran fragmen tulang
yang patah
6. Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah
tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5
sampai 5,5 cm
D. Patofisiologi Fraktur
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan daya pegas
untuk menahan tekanan (Apley, 1993). Tapi apabila tekanan eksternal yang
datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada
tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontunuitas tulang
(Carpenito, 1995). Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta
saraf dalam kotteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang
rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah
hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke
bagian tulang yang patah Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi
terjadinya respon inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma
dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan
dasar sari proses penyembuhan tulang nantinya.
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Foto Rontgen
Untuk mengetahui lokasi fraktur dan garis fraktur secara langsung,
mengetahui tempat dan type fraktur. Biasanya diambil sebelum dan
sesudah dilakukan operasi dan selama proses penyembuhan secara
periodik.
2. MRI : dapat digunakan mengidentifikasikerusakan jaringan lunak.
3. Artelogram dicurigai bila ada kerusakan vaskuler
4. Hitung darah lengkap. HT mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau
menrurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada
trauma multiple). Peningkatan jumlah SDP adalah respon stres normal
setelah trauma
F. Komplikasi
Berikut merupakan beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada penderita
Fraktur :
1. Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh
dalam posisi yang tidak pada seharusnya, membentuk sudut atau miring.
2. Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi
dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.
3. Nonunion, patah tulang yang tidak menyambung kembali.
4. Compartment syndroma adalah suatu keadaan peningkatan takanan yang
berlebihan di dalam satu ruangan yang disebabkan perdarahan masif pada
suatu tempat.
5. Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini
biasanya terjadi pada fraktur.
G. Penatalaksanaan Fraktur
a. Penatalaksanaan segera setelah cidera adalah imobilisasi bagian yang
cidera apabila klien akan dipindahkan perlu disangga bagian bawah dan
atas tubuh yang mengalami cidera tersebut untuk mencegah terjadinya
rotasi atau angulasi.
b. Selanjutnya prinsip penanganan fraktur adalah reduksi. Reduksi fraktur
berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasi
anatomis. Reduksi tertutup, mengembalikan fragmen tulang ke posisinya (
ujung ujungnya saling berhubungan ) dengan manipulasi dan traksi manual.
Alat yang digunakan dalam reduksi tertutup biasanya traksi, bidai dan alat
yang lainnya. Reduksi terbuka, dengan pendekatan bedah. Alat fiksasi
interna dalam bentuk pin, kawat dan sekrup. Imobilisasi dapat dilakukan
dengan metode eksterna dan interna.
Ilizarov adalah suatu alat eksternal fiksasi yang berfungsi untuk
menjaga agar tidak terjadi pergeseran tulang dan untuk membantu dalam
proses pemanjangan tulang (Maryanto, 2003).
Indikasi pemasangan Ilizarov: (1) Menyamakan panjang lengan atau
tungkai yang tidak sama, (2) Menyamakan dan menumbuhkan daerah
tulang yang hilang akibat patah tulang terbuka yang hilang, (3) Membuang
tulang yang infeksi dan diisi dengan cara menumbuhkan tulang yang sehat,
(4) Menambah tinggi badan.
Kontra indikasi pemasangan Ilizarov : (1) Open fraktur dengan soft
tissue yang perlu penanganan lanjut yang lebih baik bila dipasang single
planar fiksator, (2) Fraktur intra artikuler yang perlu ORIF, (3) Simple
fraktur (bisa dengan pemasangan plate and screw nail wire), (3) Fraktur
pada anak (fresh).
c. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi
d. Pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri
e. Status neurovaskuler selalu dipantau meliputi peredaran darah, nyeri,
perabaan, gerakan.
f. Fisioterapi
Terapi latihan adalah salah satu modalitas fisioterapi dengan
menggunakan gerak tubuh baik secara active maupun passive untuk
pemeliharaan dan perbaikan kekuatan, ketahanan dan kemampuan
kardiovaskuler, mobilitas dan fleksibilitas, stabilitas, rileksasi, koordinasi,
keseimbangan dan kemampuan fungsional (Kisner, 1996). Teknologi
intervensi Fisioterapi yang dapat digunakan antara lain:
a. Positioning
Dengan mengelevasikan tungkai yang sakit maka dengan posisi
ini bermanfaat untuk mengurangi oedem.
b. Rileks passive movement
Merupakan gerakan yang murni berasal dari luar atau terapis
tanpa disertai gerakan dari anggota tubuh pasien. Gerakan ini bertujuan
untuk melatih otot secara pasif, oleh karena gerakan berasal dari luar
atau terapis sehingga dengan gerak rileks passive movement ini
diharapkan otot yang dilatih menjadi rilek maka menyebabkan efek
pengurangan atau penurunan nyeri akibat incisi serta mencegah
terjadinya keterbatasan gerak serta menjaga elastisitas otot (Kisner,
1996).
Mekanisme penurunan nyeri oleh gerakan rileks passive
movement sebagai berikut : adanya stimulasi kinestetik berupa gerakan
rileks pasif movement yang murni berasal dari luar atau terapis tanpa
disertai gerakan dari anggota tubuh pasien akan merangsang muscle
spindle dan organ tendo golgi dalam pengaturan motorik. Fungsi dari
muscle spindle adalah (1) mendeteksi perubahan panjang serabut otot,
(2) mendeteksi kecepatan perubahan panjang otot, sedangkan fungsi
dari organ tedo golgi adalah mendeteksi ketegangan yang bekerja pada
tendo golgi saat otot berkontraksi (Guyton, 1991).
Dengan mengendornya otot melalui gerakan rileks passive
movement akan mempengaruhi spasme otot dan iskemi jaringan
sebagai penyebab nyeri. Spasme otot sering menimbulkan nyeri
alasanya mungkin dua macam, yaitu: (1) Otot yang sedang
berkontraksi menekan pembuluh darah intramuscular dan mengurangi
atau menghentikan sama sekali aliran darah, (2) Kontraksi otot
meningkatkan kecepatan metabolisme otot tersebut. Penyebab nyeri
pada iskemik belum diketahui, salah satu penyebab nyeri pada iskemik
yang diasumsikan adalah pengumpulan sejumlah besar asam laktat
didalam jaringan, yang terbentuk sebagai akibat metabolisme
anaerobic yang terjadi selama iskemik, tetapi, mungkin pila zat kimia
lain, seperti bradikinin dan poliopeptida, terbentuk didalam jaringan
karena kerusakan sel otot dan bahwa inilah, bukannya asam laktat yang
merangsang ujung saraf nyeri. (Guyton, 1991).
c. Active exercise
Merupakan gerakan yang dilakukan oleh otot-otot anggota tubuh
itu sendiri. Gerak dalam mekanisme pengurangan nyeri dapat terjadi
secara reflek dan disadari. Gerak yang dilakukan secara sadar dengan
perlahan dan berusaha hingga mencapai lingkup gerak penuh dan
diikuti rileksasi otot akan menghasilkan penurunan nyeri
(Kisner,1996).
Active exercise terdiri dari assisted exercise, free active exercise
dan resited active exercise. Assisted exercise dapat mengurangi nyeri
karena merangsang rileksasi propioseptif. Resisted active exercise
dapat meningkatkan tekanan otot, dimana latihan ini akan
meningkatkan rekruitment motor unit-motor unit sehingga akan
semakin banyak melibatkan komponen otot yang bekerja, dapat
dilakukan dengan peningkatan secara bertahap beban atau tahanan
yang diberikan dengan penurunan frekuensi pengulangan (Kisner,
1996). Mekanime peningkatan kekuatan otot melalui gerakan resisted
active execise adalah dengan adanya irradiasi atau over flow reaction
akan mempengaruhi rangsangan terhadap motor unit, motor unit
merupakan suatu neuron dan group otot yang disarafinya
d. Latihan jalan
Aspek terpenting pada penderita fraktur tungkai bawah adalah
kemampuan berjalan, latihan yang yang dilaksanakan adalah ambulasi
non weight bearing, dengan menggunakan alat bantu berupa 2 buah
kruk, caranya kedua kruk dilangkahkan kemudian diikuti kaki yang
sehat sementara kaki yang sakit menggantung (Cash, 1966). Syarat
berjalan dengan alat Bantu (1) Otot-otot lengan harus kuat, (2) Harus
mempertahankan keseimbangan dalam posisi berdiri dengan alat bantu,
(3) Bisa berdiri lama minimal 15 menit.
Apley, A. Graham , 2015. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley, Widya
Medika, Jakarta
Black, J.M, et al, 2013. Luckman and Sorensen’s. Medikal Nursing : A Nursing
Process Approach, 4 th Edition, W.B. Saunder Company
Dudley, Hugh AF. 2014. Ilmu Bedah Gawat Darurat, Edisi II. FKUGM
Henderson, M.A, 2015. Ilmu Bedah untuk Perawat, Yayasan Essentia Medika,
Yogyakarta