Anda di halaman 1dari 15

Makalah Bahan-bahan Listrik

Pembangkit Listrik Tenaga Uap


Batubara

Nama Kelompok :

1. ARRIVAL MUSTAFID OCTAVIAN 3.39.18.1.04


2. FAJAR BAGUS RAMADHAN 3.39.18.1.06
3. YUDHA YEHEZKIEL OMEGA 3.39.18.1.23

PRODI TEKNIK LISTRIK


POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
2018
BAB I. PENDAHULUAN
Batubara salah satu sumber energi primer. Beberapa ahli sejarah yakin bahwa
batubara pertama kali digunakan secara di Cina. Ada laporan yang menyatakan bahwa suatu
tambang di timur laut Cina menyediakan batu bara untuk mencairkan tembaga dan untuk
mencetak uang logam sekitar tahun 1000 SM. Kemudian penemuan revolusional mesin uap
oleh James Watt, yang dipatenkan pada tahun 1769, sangat berperan dalam pertumbuhan
penggunaan batu bara. Oleh karena itu, penambangan dan penggunaan batu bara tidak dapat
dilepaskan dari sejarah Revolusi Industri, terutama terkait dengan produksi besi dan baja,
transportasi kereta api dan kapal uap. Hal tersebut yang menjadi sejarah dari penggunaan
batubara sebagai sumber energi.
Seiring kemajuan teknologi, kebutuhan akan listrik menjadi kebutuhan utama bagi
keberlangsungan hidup manusia, tidak hanya untuk skala rumah tangga terlebih untuk dunia
perindustrian. Mengingat akan hal ini, maka PT PLN (Persero) sebagai perusahaan negara
yang bertugas menyediakan kebutuhan listrik mencanangkan Program Percepatan
Pembangunan Pembangkit Listrik. Salah satu realisasi dari program ini adalah dengan
dibangunnya Proyek PLTU Rembang yang terdiri dari dua unit yang masing-masing
berdaya 315 MW. Selain PLTU Rembang, masih ada dua proyek PLTU yang juga dibangun
di lokasi pulau Jawa, yaitu PLTU Labuan, Banten dan PLTU Indramayu, Jabar yang terdiri
dari dua unit juga masing-masing berdaya 330 MW. Dengan dibangunnya proyek PLTU ini
sekaligus memanfaatkan potensi batubara kalori rendah (low rank coal), dikarenakan
batubara digunakan sebagai bahan bakar utama PLTU.
Batubara merupakan batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan
organik utama yaitu sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan.
Batubara memiliki berbagai penggunaan yang penting di seluruh dunia. Penggunaan yang
paling penting adalah untuk membangkitkan tenaga listrik, produksi baja, pembuatan semen
dan proses industri lainnya serta sebagai bahan bakar cair. Pengguna batubara yang lainnya
mencakup pusat pengolahan.
Namun dari berbagai jenis beberapa aspek dampak pembakaran batubara dapat
berdampak negatif pada lingkungan, misalnya pencemaran lingkungan, pencemaran udara,
hujan asam, kerusakan ekosistem. CO2 merupakan emisi gas buang yang dapat membentuk
lapisan pada atmosfer yang dapat menyelubungi permukaan bumi sehingga dapat
menimbulkan efek rumah kaca. Hal tersebut hanya satu dari berbagai dampak yang akan di
akibatkan pembakaran batubara oleh PLTU batubara.
Maka dari itu untuk mengetahui informasi tersebut lebih lengkap maka dilakukanlah
audit lingkungan (dengan mencari informasi diberbagai sumber, misal internet) untuk
memeriksa berbagai dampak yang diakibatkan oleh pemanfaatan batubara untuk pembangkit
listrik tenaga uap batu bara terhadap lingkungan.
BAB II. PEMBAHASAN
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BATU BARA

II.I Pembangkit Listrik Tenaga Batubara

Gambar 2.1.1 Batubara

(sumber: http://id.shvoong.com/exact-sciences/physics/2286324-cara-kerja-pltu-
batubara/#ixzz3CojYZptR)

Pembangkit listrik tenaga batu bara merupakan pembangkit listrik yang paling
banyak digunakan di Indonesia. 43,7% dari keseluruhan daya Indonesia berasal dari batu
bara. Indonesia sendiri merupakan pengekspor batu bara nomor 2 paling banyak di dunia
setelah Australia. Pulau Kalimantan merupakan penghasil utama batubara di Indonesia,
lebih dari 70% produksi batubara negeri ini berasal dari Kalimantan Timur dan Kalimantan
Selatan. Pengerukan batubara yang sangat massif di daerah tersebut meninggalkan jejak
kerusakan yang maha dasyat, mulai dari lubang-lubang raksasa yang ditinggalkan begitu
saja pasca batubaranya dikeruk habis oleh perusahaan tambang, sampai penggusuran
masyarakat adat dari tanah yang telah mereka tinggali selama ratusan tahun. Batubara dari
hulu ke hilir, menyisakan dampak yang buruk dan sulit untuk ditanggulangi. Jejak
kerusakan batubara tidak berakhir di pertambangan, tetapi terus berlanjut selama
perjalanannya, dalam proses pembakarannya di PLTU, batubara mengeluarkan polusi zat-
zat beracun, mulai dari karbonmonoksida, merkuri, sampai ke karbondioksida, gas rumah
kaca penyebab pemanasan global itu. Akibatnya, kehidupan masyarakat yang tinggal
disekitar PLTU, berubah pasca PLTU tersebut mulai dibangun dan semakin memburuk
ketika PLTU tersebut mulai beroperasi.

II.II Sistem Kerja PLT Batu Bara


A. Sistem Pembakaran Batu Bara

Gambar Skema PLTU Batubara

(sumber : http://id.shvoong.com/exact-sciences/physics/2286324-cara-kerja-pltu-
batubara/#ixzz3CojYZptR )

Batu bara yang telah disiapkan akan dibakar di dalam boiler secara bertingkat. Hal ini
dimaksudkan untuk memperoleh laju pembakaran yang rendah dan tanpa mengurangi suhu
yang diperlukan sehingga diperoleh pembentukan NOx yang rendah. Batu bara sebelum
dibakar digiling hingga menyerupai butir- butir beras, kemudian dimasukkan ke wadah
(boiler) dengan cara disemprot, di mana dasar wadah itu berbentuk rangka panggangan yang
berlubang. Pembakaran bisa terjadi dengan bantuan udara dari dasar yang ditiupkan ke atas
dan kecepatan tiup udara diatur sedemikian rupa, akibatnya butir bata bara agak terangkat
sedikit tanpa terbawa sehingga terbentuklah lapisan butir-butir batu bara yang mengambang.
Selain mengambang butir batu bara itu juga bergerak berarti hal ini menandakan terjadinya
sirkulasi udara yang akan memberikan efek yang baik sehingga butir itu habis terbakar.
Karena butir batu bara relatif mempunyai ukuran yang sama dan dengan jarak yang
berdekatan akibatnya lapisan mengambang itu menjadi penghantar panas yang baik. Karena
proses pembakaran suhunya rendah sehingga NO (Nitrogen Oksida) yang dihasilkan
kadarnya menjadi rendah, dengan demikian sistim pembakaran ini bisa mengurangi
polutan.

Bila ke dalam tungku boiler dimasukkan kapur (Ca) dan dari dasar tungku yang
bersuhu 750 - 950 ¼C dimasukkan udara akibatnya terbentuk lapisan mengambang yang
membakar. Pada lapisan itu terjadi reaksi kimia yang menyebabkan sulfur terikat dengan
kapur sehingga dihasilkan CaSO4 yang berupa debu sehingga mudah jatuh bersama abu
sisa pembakaran. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya pengurangan emisi sampai 98
persen dan abu CaSO4-nya bisa dimanfaatkan. Keuntungan sistim pembakaran ini adalah
bisa menggunakan batu bara bermutu rendah dengan kadar belerang yang tinggi dan batu
bara seperti ini banyak terdapat di Indonesia.

B. Proses terjadinya energi listrik


Pembakaran batu bara ini akan menghasilkan uap dan gas buang yang panas. Gas
buang itu berfungsi juga untuk memanaskan pipa boiler yang berada di atas lapisan
mengambang. Gas buang selanjutnya dialiri ke pembersih yang di dalamnya terdapat alat
pengendap abu setelah gas itu bersih lalu dibuang ke udara melalui cerobong. Sedangkan
uap dialiri ke turbin yang akan menyebabkan turbin bergerak, tapi karena poros turbin
digandeng/dikopel dengan poros generator akibatnya gerakan turbin itu akan menyebabkan
pula gerakan generator sehingga dihasilkan energi listrik. Uap itu kemudian dialiri ke
kondensor sehingga berubah menjadi air dan dengan bantuan pompa air itu dialiri ke boiler
sebagai air pengisi.

Generator biasanya berukuran besar dengan jumlah lebih dari satu unit dan
dioperasikan secara berlainan. Sedangkan generator ukuran menengah didisain berdasarkan
asumsi bahwa selama masa manfaatnya akan terjadi 10.000 kali star- stop. Berarti selama
setahun dilakukan 250 x star-stop maka umur pembangkit bisa mencapai 40 tahun. Bila
daya generator meningkat maka kecepatannya meningkat pula dan bila kecepatan kritikan
dilalui maka perlu dilakukan pengendalian poros generator supaya tidak terjadi getaran.
Untuk itu konstruksi rotor dan stator serta mutu instalasi perlu ditingkatkan. Boilernya
menggunakan sirkulasi alam dan menghasilkan uap dengan tekanan 196,9 kg/cm2 dan suhu
554¼C. PLTU ini dilengkapi dengan presipitator elektro static yaitu suatu alat untuk
mengendalikan partikel yang akan keluar cerobong dan alat pengolahan abu batu bara.
Sedang uap yang sudah dipakai kemudian didinginkan dalam kondensor sehingga dihasilkan
air yang dialirkan ke dalam boiler. Pada waktu PLTU batubara beroperasi suhu pada
kondensor naiknya begitu cepat, sehingga mengakibatkan kondensor menjadi panas. Sedang
untuk mendinginkan kondensor bisa digunakan air, tapi harus dalam jumlah besar, hal inilah
yang menyebabkan PLTU dibangun dekat dengan sumber air yang banyak seperti di tepi
sungai atau tepi pantai.

II.III Lingkup dan Kriteria Audit

Gambar 2.3.1 PLTU Paiton


(sumber : www.kaskus.co.id)

Lingkup dan Kriteria Audit adalah sebagai berikut :

A. Prosedur operasi dan pemeliharaan PLTU

• Keberadaan dokumen prosedur-prosedur

• Kemudahan prosedur-prosedur untuk diterapkan

• Updating prosedur-prosedur

• Keberadaan rencana operasi dan pemeliharaan tahunan


B. Kondisi PLTU

Gambar 2.3.1 Proses PLTU Paiton


(sumber : www.kaskus.co.id)

• Bahan bakar, meliputi kulaitas, kebutuhan dan kelancaran pasok bahan


bakar
• Burner, meliputi teknolgi yang dipakai, panas yang dihasilkan

• Boiler, meliputi teknolgoi boiler, proses perpindahan panas, efisiensi


thermal, kualitas air untuk boiler
• Turbin, meliputi teknologi turbin, efisiensi mekanik
• Generator, meliputi teknologi generator, efisiensi elektris

• Kinerja operasi PLTU

• Kondisi fasilitas pemeliharaan PL TU

• Kinerja pemeliharaan PLTU


C. Operator dan teknisi PLTU
• Jumlah

• Kompetensi

Menurut Kep.Pres. No 5/2006 tentang sasaran Energy mix tahun 2025, batubara
kemungkinan harus mengambil alih kontribusi energy mix tersebut sebagai PLTU,
sehingga kontribusi total batubara dapat mencapai 63%. Target pemerintah tahun 2010
adalah tersedianya pasokan listrik 10.000 MW dan tahun 2020 sebesar 20.000 MW dari
PLTU-Batubara, dengan sekitar 65% untuk Jawa- Bali.

II.IV Dampak PLTU Batubara

A. Pencemaran Lingkungan
Dalam proses produksi listrik dari pada PLTU batu bara terdapat proses pembakaran
batubara. Seperti halnya bahan bakar fosil lainnya, dalam proses pembakaran batubara
selain dihasilkan pelepasan energy berupa panas juga dihasilkan abu dan asap. Debu dan
asap ini merupakan polutan yang dihasilkan dari PLTU batubara. Berikut polutan utama
yang dihasilkan oleh PLTU batubara :

a. SOx merupakan emisi gas buang yang dikenal sebagai sumber gangguan paru- paru
dan dapat menyebabkan berbagai penyakit pernafasan.

b. NOx merupakan emisi gas buang yang sekaligus dikeluarkan oleh PLTU batubara
bersama dengan gas SOx, keduanya merupakan penyebab terjadinya hujan asam yang
terjadi di banyak negara maju dan berkembang, terutama yang menggantungkan
produksi listriknya dari PLTU batubara. Hujan asam dapat memberikan dampak
buruk bagi industri peternakan dan pertanian.

c. COx merupakan emisi gas buang yang dapat membentuk lapisan pada atmosfer
yang dapat menyelubungi permukaan bumi sehingga dapat menimbulkan efek rumah
kaca, hal ini dapat berpengaruh pada perubahan iklim global.

d. fly ash ( abu terbang)


B. Pencemaran Udara

Dampak yang di timbulkan lainya dalam pembangunan PLTU adalah asap hasil
pembakaran batubara. Apabila terus menerus menghirup asap dari hasil pembakaran itu,
lambat laun akan mengalami kerusakan pernapasan. Unsur beracun menyebabkan penyakit
kulit, gangguan pencernaan, paru- paru dan penyakit kanker otak. Air sungai tempat
buangan limbah apabila digunakan masyarakat secara terus menerus, gejala penyakit itu
biasa akan tampak setelah bahan beracun terakumulasi dalam tubuh manusia. Masyarakat
pada umumnya hanya mengetahui bahwa pemakaian batubara sebagai bahan bakar dapat
menimbulkan polutan yang mencemari udara berupa CO (karbon monoksida), NOx (oksida-
oksida nitrogen), SOx (oksida-oksida belerang), HC (senyawa- senyawa karbon), fly ash
(partikel debu). dan juga partikel-partikel yang terhambur ke udara sebagai bahan pencemar
udara. Partikel-partikel tersebut antara lain adalah: Karbon dalam bentuk abu atau fly ash
(C), Debu-debu silika (SiO2 ), Debu-debu alumia (Al2O3) dan Oksida-oksida besi (Fe2O3
atau Fe3O4) Partikel-partikel tersebut dapat menimbulkan dampak pencemaran lingkungan,
selain timbulnya hujan asam yang dapat merusak hutan dan lahan pertanian maupun efek
rumah kaca yang dapat menyebabkan kenaikan suhu di permukaan bumi dengan segala efek
sampingannya yang disebabkan oleh gas-gas hasil pembakaran batubara. Sebagaimana
halnya polutan (bahan pencemar) konvensional yang keluar dari batubara, polutan radioaktif
pun dapat dengan mudah masuk kedalam tubuh manusia melalui udara yang dihirup oleh
paru-paru, maupun melalui rantai makanan yang telah terkontaminasi oleh polutan
radioaktif. Polutan radioaktif yang terakumulasi didalam tubuh dalam jumlah yang banyak
dapat menimbulkan gangguan kesehatan, terutama karena sifat polutan radioaktif yang pada
umumnya adalah carcinogenik atau perangsang timbulnya kanker. Jadi secara jujur dapat
dikatakan bahwa pemakaian batubara juga dapat menaikkan kontribusi zat radioaktif
dilingkungan. PLTU batubara berkapasitas 1.000 MW akan menghasilkan limbah per
tahunnya berupa CO2 sebanyak 6,5 juta ton, SO2 sebanyak 44.000 ton, NOx 22.000 ton,
dan abu 320.000 ton yang mengandung 400 ton racun logam berat, seperti arsenik,
kadmium, merkuri, dan timah. Limbah batubara dibuang ke biosfer yakni ke udara, air dan
tanah, sehingga menjadi berbahaya terhadap lingkungan.

Bahan bakar fosil adalah campuran dari berbagai macam bahan kimia, termasuk belerang
(sulfur) dalam jumlah kecil. Sulfur pada bahan bakar bereaksi dengan oksigen membentuk
sulfur dioksida (SO2), yang merupakan polutan udara. Sumber utama SO2 adalah
pembangkit tenaga listrik yang membakar batubara dengan kandungan sulfur tinggi.
Kendaraan bermotor juga merupakan salah satu sumber SO2 karena bensin dan solar juga
mengandung sulfur dengan jumlah kecil. Letusan gunung merapi dan air mata panas juga
melepaskan sulfur dioksida (ditandai dengan bau seperti bau telur busuk). Sulfur oksida dan
nitrat oksida bereaksi dengan uap air dan bahan kimia lainnya di lapisan atas atmosfer
dihadapan sinar matahari untuk membentuk asam sulfat dan asam nitrat. Asam yang
terbentuk biasanya terlarut dalam tetesan air yang jatuh ke dalam awan atau kabut. Tetesan
sarat asam ini, seperti pada jus lemon, turun dari udara ke tanah bersama hujan atau salju.
Hal ini dikenal sebagai hujan asam. Tanah mampu menetralkan asam tertentu, tetapi jumlah
besar yang dihasilkan oleh pembangkit listrik yang menggunakan batubara murah dengan
kandungan sulfur tinggi telah melampaui batas kemampuan tanah, dan sebagai hasilnya
banyak danau dan sungai di daerah-daerah industri menjadi sangat asam bagi kehidupan
ikan). Hutan di daerah-daerah tersebut juga mengalami kerusakan secara perlahan karena
menyerap asam melalui daun, batang, dan akar. Bahkan struktur marmer memburuk akibat
hujan asam. Besarnya masalah ini tidak diketahui sampai awal 1970-an, dan langkah-
langkah serius telah dilakukan sejak saat itu untuk mengurangi pembentukan sulfur dioksida
secara drastis dengan penggunaan scrubber pada pembangkit-pembangkit dan dengan
desulfurisasi batubara sebelum pembakaran.

C. Kerusakan Hutan
Kerusakan yang di akibatkan oleh pencemaran udara yang berasal dari PLTU akan
merusak biota lautan dan pantai yang dekat dengan PLTU. Kerusakan berawal dari
kerusakan terumbu karang langka yang menjadi tempat berkembang- biaknya ikan dan biota
laut lainnya. Rusaknya terumbu karang dipastikan akan menyebabkan berkurangnya
populasi ikan dan biota laut lainnya di wilayah tersebut.
Akibatnya, penghasilan para nelayan sekitar pun akan menurun. PLTU menggunakan
sumber energi yang berasal dari fosil batubara yang berada di daerah lain. Hal ini
memerlukan sarana seperti dermaga dan transportasi. dalam pembangunan PLTU
memerlukan batu dan tanah. Batu dan tanah yang diperuntukan untuk pembangunan dermaga
itu diambil dari pegunungan atau dataran tinggi. hal itu sangat merusak alam dan rawan akan
bencana longsor
D. Kerusakan Ekosistem

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 tahun 2009 menjelaskan


tentang baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan pembangkit listrik tenaga
thermal. Dalam peraturan ini, kadar maksimum temperatur buangan dari sumber pendingin
adalah 40° C. Penyebaran limbah panas yang memiliki temperatur di atas 30° C akan
memengaruhi produktivitas di ekosistem pesisir.

II.V Contoh Audit Lingkungan batu bara di sekitar paiton-


probolinggo
PENGKAJIAN POLUTAN UDARA DAMPAK PEMBAKARAN BATU BARA DI
SEKITAR PAITON-PROBOLINGGO (JATIM 2) yang dilakukan Oleh Prof. Dr. Ir.
AgusTaftazani, Ir. Muzakky, M.Si, Sukirno, ST, Drs. MochYasid, Sri Murniasih, S.ST
gan

Gambar Lokasi PLTU Batubara di Pulau Jawa

(sumber : PKPP012/B.22/aguszani@batan.go.id)

II. VI Permasalahan yang disebabkan oleh PLTU Batubara

a. Dampaknya tidak terlihat langsung/kronis, maka harus dilakukan monitoring


secara periodik.
b. polutan berkadar rendah/trace element dan radioaktiv maka perlu metode
analisis spesifik; dipilih teknik analisis nuklir (tan) : gamma spektrometri dan
analisis aktivasi neutron (AAN). AAN untuk penentuan logam berat
berbahaya, spektrometri gamma untuk identifikasi radionuklida alam dan
metode terkait lainnya mengacu ISO17025 kemudian dibandingkan dengan
Baku Mutu yang ada (BAPETEN dan KLH) sehingga terkumpul sebagai base
data.

II.VII Beberapa alasan batubara dipergunakan sebagai sumber


energi primer

Batubara menjadi salah satu sumber energi yang utama dikarenakan beberapa hal,
diantaranya :

1. Cadangan batubara sangat banyak dan tersebar luas. Diperkirakan terdapat lebih
dari 984 milyar ton cadangan batubara terbukti (proven coal reserves) di seluruh dunia
yang tersebar di lebih dari 70 negara. Dengan asumsi tingkat produksi pada tahun
2004 yaitu sekitar 4.63 milyar ton per tahun untuk produksi batubara keras dan 879
juta ton per tahun untuk batubara muda (brown coal), maka cadangan batubara
diperkirakan dapat bertahan hingga 164 tahun. Sebaliknya, dengan tingkat produksi
pada saat ini, minyak diperkirakan akan habis dalam waktu 41 tahun, sedangkan gas
adalah 67 tahun. Disamping itu, sebaran cadangannya pun terbatas, dimana 68%
cadangan minyak dan 67% cadangan gas dunia terkonsentrasi di Timur Tengah dan
Rusia.

2. Negara – negara maju dan negara – negara berkembang terkemuka memiliki


banyak cadangan batubara. Berdasarkan data dari BP Statistical Review of Energy
2004, pada tahun 2003, 8 besar negara – negara dengan cadangan batubara terbanyak
adalah Amerika Serikat, Rusia, China, India, Australia, Jerman, Afrika Selatan, dan
Ukraina.

3. Batubara dapat diperoleh dari banyak sumber di pasar dunia dengan pasokan yang
stabil.

4. Harga batubara yang murah dibandingkan dengan minyak dan gas.

5. Batubara aman untuk ditransportasikan dan disimpan.


6. Batubara dapat ditumpuk di sekitar tambang, pembangkit listrik, atau lokasi
sementara.

7. Teknologi pembangkit listrik tenaga uap batubara sudah teruji dan handal.

8. Kualitas batubara tidak banyak terpengaruh oleh cuaca maupun hujan.

9. Pengaruh pemanfaatan batubara terhadap perubahan lingkungan sudah dipahami


dan dipelajari secara luas, sehingga teknologi batubara bersih (clean coal technology)
dapat dikembangkan dan diaplikasikan (WCI, 2004).
BAB III. PENUTUP

III.I DAFTAR PUSTAKA


WCI. 2004. The Coal Resource. World Coal Institute.

Anda mungkin juga menyukai