Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penilaian Formasi

Tahap evaluasi/penilaian formasi biasanya dilakukan dalam suatu kegiatan


eksplorasi detil setelah pemboran, dalam kenyataannya lumpur bor mendesak
hidrokarbon masuk ke dalam formasi menjauhi lubang bor dan mencegah
hidrokarbon menyembur ke permukaan dengan serangkaian investigasi dari data-
data survei geologi dan survei geofisika yang dilakukan pada zona yang
diperkirakan produktif untuk mengidentifikasi dan mengumpulkan data secara
lebih detil dan akurat dari reservoirnya seperti: Porositas, Permeabilitas dan
Kejenuhan air dari batuan tersebut.
Pemeriksaan berkas batuan bor yang kembali ke permukaan dapat memberi
petunjuk tentang litologi secara umum dari formasi yang ditembus oleh bit dan
mungkin juga mampu memperkirakan banyaknya minyak dan gas di lapangan
formasi. Kurva log memberikan informasi yang cukup tentang sifat fisik batuan
dan fluida. Penilaian formasi adalah salah satu bagian yang sangat penting dalam
proses dan penyelesaian sumur.

1.2 Tujuan Penilaian Formasi

Penemuan reservoir pertama kali ditentukan dalam kegiatan eksplorasi


dengan satu set data-data geofisika, data seismic, data gravity atau magnetic dan
data-data survey geologi. Evaluasi formasi dikerjakan setelah terdapatnya lubang
pemboran yang membuktikan adanya hidrokarbon pada cekungan tersebut (Wild
Cat).
Tujuan dari evaluasi formasi adalah untuk menentukan cadangan
hidrokarbon pada cekungan – cekungan yang berprospek hidrokarbonnya.
Parameter-parameter pengukuran yang dapat dilakukan :

Laporan Praktikum Penilaian Formasi | 1


➢ Porositas batuan reservoir adalah besarnya volume pori batuan relatif
terhadap volume total batuan atau perbandingan dari volume ruang
kosong / pori dengan volume bulk dari batuan dikalikan dengan 100%.

➢ Permeabilitas merupakan ukuran kemampuan media berpori untuk


mengalirkan fluida formasi yang merupakan pengukuran tingkatan
dimana fluida akan mengalir melalui batuan media berpori dibawah gradien
tekanan tertentu.

➢ Jenis batuan.

➢ Jenis hidrokarbon secara fisik maupun susunan kimianya.

➢ Kejenuhan air dan kemampuan bergeraknya hidrokarbon, resevoir


mula-mula dan selang masa perubahan geologi, minyak dan gas bumi yang
terbentuk di tempat lain pindah ke formasi berpori. Akan tetapi hidrokarbon
pindahan ini tidak pernah menggantikan semua air yang ada, air yang tersisa
tidak akan mengalir ketika formasi dibuka dan diproduksikan kembali.

➢ Kemiringan formasi dan strukturnya.

➢ Lingkungan sedimentasi.

➢ Waktu tempuh atau travelling time gelombang pada formasi

1.3 Metoda dalam Penilaian Formasi


Mud Logging adalah Suatu kegiatan yang dilakukan dilapangan dengan
mengamati, meneliti dan mencatat kondisi lumpur yang disirkulasikan dalam
pemboran dengan mengamati dan mendiskripsikan cutting hasil pemboran atau
kandungan hidrokarbon yang ikut terbawa aliran lumpur dengan

Laporan Praktikum Penilaian Formasi | 2


1. menggunakan beberapa jenis peralatan dalam
sirkulasi lumpur.
2. Corring adalah Suatu kegiatan pengambilan contoh
batuan formasi melalui operasi corring pada dinding
lubang bor dengan menggunakan peralatan khusus
atau disebut Drill Steam Test (DST). Adapun tujuan
corring adalah untuk mengambil data-data sifat fisik
formasi seperti : Porositas, permeabilitas dan
kejenuhan flu
3. Openhole Logging yaitu untuk merekam
karateristik fisik formasi versus kedalaman secara
menerus. Wireline Log merekam resitifitas
formasi, bulk density, radioaktif dan kandungan
hidrokarbon.

Di dalam dunia perminyakan, para geologist akan


selalu dilibatkan dalam masalah-masalah yang menyangkut
keberhasilan akan ditemukannya suatu akumulasi hidrokarbon
atau cekungan yaitu :
a. Dimanakah terdapat hidrokarbon ?

b. Pada kedalaman berapakah hidrokarbon ditemukan atau


targetnya ?

c. Berapakah besarnya cadangan hidrokarbon tersebut ?

Ketiga pertanyaan diatas selalu menjadi masalah pokok bagi


para geologist serta dituntut bagaimana cara memecahkannya.
Jawaban atas permasalahan tersebut akan melibatkan berbagai
macam kegiatan atau pekerjaan yang selalu diawali dengan survey

Laporan Praktikum Penilaian Formasi | 3


geologi permukaan, dilanjutkan dengan operasi geofisik, interpretasi
data-data yang diperoleh baik dari data geologi permukaan maupun
dari data geofisik dimana kesemuanya akan diakhiri dengan kegiatan
pemboran sumur awal (Wild Cat). Sudah barang tentu seluruh
pekerjaan diatas haruslah didukung oleh disiplin ilmu geologi yang
cukup mantap, keahlian dan ketrampilan (Skill) yang memadai.
Hanya dengan pemboranlah masalah-masalah diatas dapat
terpecahkan.
Dengan melakukan corring secara menerus akan dapat
diketahui : Jenis batuan yang ditembus oleh lubang bor,
Urutan Stratigrafi daerah penyelidikan, pola struktur bawah
permukaan, ada atau tidaknya hidrokarbon (dengan
melakukan analisa core) serta dengan data-data core dari
beberapa sumur akan dapat direkonstruksi berbagai jenis peta
seperti halnya peta kontur struktur dan isopach. Namun cara
ini akan memerlukan waktu yang cukup lama serta biaya yang
sangat besar, meski cara ini mempunyai kelebihan - kelebihan
tertentu.

Laporan Praktikum Penilaian Formasi | 4


Untuk mendapatkan data-data geologi bawah permukaan secara efektif
dan efisien maka orang harus melakukan apa yang disebut “ Logging”.
Berdasarkan sifat-sifat fisik batuan yang terdapat dalam log, berbagi jenis
keterangan bawah permukaan dengan cepat dapat diperoleh sehingga pekerjaan-
pekerjaan yang menyangkut pembuatan peta kontur struktur, isochore, isoratio,
isopach ataupun pembuatan profil-profil geologi dan stratigrafi dengan cepat
dapat dilakukan pula. Serta tujuan utama dari seluruh rangkaian pekerjaan diatas
adalah dapat ditetapkan ada atau tidaknya lapisan- lapisan yang mengandung
hidrokarbon. Data-data log juga dapat memberikan keterangan yang lebih akurat
pada kedalaman lapisan mana yang mengandung hidrokarbon serta sejauh mana
penyebaran hidrokarbon pada suatu lapisan batuan cadangan.
Minyak bumi di Indonesia terdapat di beberapa tempat dimana terdapat
batuan sedimen dengan ketebalan beberapa kilometer, yang dikenal dengan istilah
cekungan sedimentasi. Cekungan sedimentasi tersebut tersebar di seluruh pelosok
tanah air dan dapat mencakup wilayah di daratan, maupun wilayah lepas pantai.
Mengenai jumlah cekungan tersebut, perkiraannya berbeda-beda dari 28, hingga
sekitar 60 buah cekungan. Namun tidak semua cekungan tersebut menghasilkan
minyak atau gas bumi. Dari ke 60 cekungan tersebut 35 telah dieksplorasi, di
antaranya 14 telah berproduksi, 8 telah terbukti mengandung hidrokarbon. Dua
puluh lima buah cekungan yang belum dieksplorasi ditambah 13 cekungan yang

belum terbukti mengandung hidrokarbon menempati area seluas 1,607 peta km2
atau 56% dari keseluruhan wilayah Indonesia. Daerah ini yang mencakup hampir
seluruh wilayah Indonesia Bagian Timur, dikenal dengan istilah lahan frontier.
Eksplorasinya mengandung resiko besar dan memerlukan biaya yang tinggi antara
lain karena mencakup wilayah dengan kedalaman laut cukup luas.

Laporan Praktikum Penilaian Formasi | 5


BAB II
DASAR TEORI

3.1 Pengertian Log


Log merupakan suatu grafik kedalaman/waktu dari suatu set data yang

menunjukkan parameter diukur secara berkesinambungan di dalam sebuah

sumur pemboran (Harsono, 1997). Prinsip dasar wireline log adalah mengukur

parameter sifat-sifat fisik dari suatu formasi pada setiap kedalaman secara

kontinyu dari sumur pemboran. Adapun sifat-sifat fisik yang diukur adalah

potensial listrik batuan/kelistrikan, tahanan jenis batuan, radioaktivitas,

kecepatan rambat gelombang elastis, kerapatan formasi (densitas), dan

kemiringan lapisan batuan, serta kekompakan formasi yang kesemuanya

tercermin dari lubang bor. Well Logging dapat dilakukan dengan dua cara dan

bertahap yaitu:

1. Openhole Logging

Openhole logging ini merupakan kegiatan logging yang dilakukan pada

sumur/lubang bor yang belum dilakukan pemasangan casing. Pada

umumnya pada tahap ini semua jenis log dapat dilakukan.

2. Casedhole Logging

Casedhole logging merupakan kegiatan logging yang dilakukan pada

sumur/ lubang bor yang sudah dilakukan pemasangan casing. Pada

tahapan ini hanya log tertentu yang dapat dilakukan antara lain adalah

log Gamma ray, Caliper, NMR, dan CBL.

Secara kualitatif dengan data sifat-sifat fisik tersebut kita dapat menentukan

Laporan Praktikum Penilaian Formasi | 6


jenis litologi dan jenis fluida pada formasi yang tertembus sumur. Sedangkan
secara kuantitatif dapat memberikan data-data untuk menentukan ketebalan,
porositas, permeabilitas, kejenuhan fluida, dan densitas hidrokarbon.

3.2 Mud Log

Formasi umumnya dilakukan secara berurutan dan sistematis. Daerah


yang dianggap berpotensi mengandung hidrokarbon awalnya ditentukan melalui
survei seismik, gravitasi, dan magnetik (Bateman, 1985). Setelah daerah tersebut
dibor selanjutnya dilakukan mud logging dan measurements while drilling
(MWD) ; setelah itu bisa dilakukan pengambilan batu inti (Bateman, 1985). Saat
mata bor tersebut telah mencapai kedalaman tertentu maka logging dapat
dilakukan. Penjelasan mengenai metode – metode yang digunakan dalam evaluasi
formasi adalah sebagai berikut :

Laporan Praktikum Penilaian Formasi | 7


1. Mud Logging

Mud logging merupakan proses mensirkulasikan dan memantau


perpindahan mud dan cutting pada sumur selama pemboran (Bateman, 1985).
Menurut Darling (2005) terdapat dua tugas utama dari seorang mud logger
yaitu :

1. Memantau parameter pengeboran dan memantau sirkulasi


gas/cairan/padatan dari sumur agar pengeboran dapat berjalan dengan
aman dan lancar.
2. Menyediakan informasi sebagai bahan evaluasi bagi petroleum
engineering department.

Mud-logging unit akan menghasilkan mud log yang akan dikirim ke kantor pusat
perusahaan minyak. Menurut Darling (2005), mud log tersebut meliputi:

 Pembacaan gas yang diperoleh dari detektor gas atau kromatograf


 Pengecekan terhadap ketidakhadiran gas beracun (H2S, SO2)
 Laporan analisis cutting yang telah dideskripsi secara lengkap
 Rate of Penetration (ROP)
 Indikasi keberadaan hidrokarbon yang terdapat di dalam sampel

Mud log merupakan alat yang berharga untuk petrofisis dan geolog di dalam
mengambil keputusan dan melakukan evaluasi. Darling (2005) menyatakan bahwa
mud log digunakan untuk hal – hal berikut ini:

 Identifikasi tipe formasi dan litologi yang dibor


 Identifikasi zona yang porous dan permeabel
 Picking of coring, casing, atau batas kedalaman pengeboran akhir
 Memastikan keberadaan hidrokarbon sampai pada tahap membedakan
jenis hidrokarbon tersebut apakah minyak atau gas.

Laporan Praktikum Penilaian Formasi | 8


2.3 Jenis-Jenis Log Radioaktif
2.3.1 Log Gamma Ray

Log Gamma Ray merupakan suatu kurva dimana kurva tersebut

menunjukkan besaran intensitas radioaktif yang ada dalam formasi.Log ini

bekerja dengan merekam radiasi sinar gamma alamiah batuan, sehingga berguna

untuk mendeteksi / mengevaluasi endapan-endapan mineral radioaktif seperti

Potasium (K), Thorium (Th), atau bijih Uranium (U).

Pada batuan sedimen unsur-unsur radioaktif banyak terkonsentrasi dalam

serpih dan lempung, sehingga besar kecilnya intensitas radioaktif akan

menunjukkan ada tidaknya mineral-mineral lempung. Batuan yang mempunyai

kandungan lempung tinggi akan mempunyai konsentrasi radioaktif yang tinggi,

sehingga nilai gamma ray-nya juga tinggi, dengan defleksi kurva kekanan. Unsur

radioaktif yang utama adalah potassium yang umumnya ditemukan pada illite.

Pada lapisan permeabel yang bersih, kurva log GR akan menunjukkan intensitas

radioaktif yang sangat rendah, kecuali bila lapisan tersebut mengandung mineral-

mineral tertentu yang bersifat radioaktif, atau lapisan yang mengandung air asin

yang mengandung garam-garam potassium yang terlarutkan.

Unsur-unsur radioaktif banyak terkandung dalam lapisan serpih, sehingga

log GR sangat berguna untuk menentukan besar kecilnya kandungan serpih atau

lempung. Dengan menarik garis Gamma Ray yang mempunyai harga minimum

dan garis Gamma Ray maksimum pada suatu penampang log, maka kurva

tersebut merupakan indikasi adanya lapisan serpih. Gamma Ray log dinyatakan

dalam API Units (GAPI).

Laporan Praktikum Penilaian Formasi | 9


Kurva GR biasanya ditampilkan dalam kolom pertama, bersama kurva SP

dan Kaliper dengan skala dari kiri kekanan 0–100 atau 0–150 GAPI.Log GR

merupakan log yang sangat bagus untuk menentukan permeabilitas suatu batuan

karena mampu memisahkan dengan baik antara lapisan serpih dari lapisan

permeabel.

Kegunaan log GR ini antara lain adalah untuk menentukan kandungan

serpih (Vsh), kandungan lempung, menentukan lapisan permeabel, evaluasi

mineral bijih yang radioaktif, evaluasi lapisan mineral tidak radioaktif, dan

korelasi antar sumur.

Gambar 13. Respon Log Gamma Ray terhadap batuan(G. Asquith


&D. Krygowsky2004)

Laporan Praktikum Penilaian Formasi | 10


2.3.2 Log Densitas

Log densitas merupakan kurva yang menunjukkan besarnya densitas

(bulk density) dari batuan yang ditembus lubang bor dengan satuan gram /

cm3. Prinsip dasar dari log ini adalah menembakkan sinar gamma kedalam

formasi, dimana sinar gamma ini dapat dianggap sebagai partikel yang

bergerak dengan kecepatan yang sangat tinggi. Banyaknya energi sinar

gamma yang hilang menunjukkan densitas elektron di dalam formasi, dimana

densitas elektron merupakan indikasi dari densitas formasi.

Bulk density (b)merupakan indikator yang penting untuk

menghitung porositas bila dikombinasikan dengan kurva log neutron,

karena kurva log

densitas ini akan menunjukkan besarnya kerapatan medium beserta isinya. Selain

itu apabila log densitas dikombinasikan dengan Log netron, maka akan dapat

dipakai untuk memperkirakan kandungan hidrokarbon atau fluida yang terdapat di

dalam formasi, menentukan besarnya densitas hidrokarbon (h) dan membantu

dalam evaluasi lapisan shaly. Pada lapisan yang mengandung hidrokarbon, kurva

densitas akan cenderung mempunyai defleksi ke kiri (densitas total (Rhob) makin

kecil), sedangkan defleksi log netron ke kanan.

Pada batuan yang sangat kompak, dimana per satuan volume (cc)

seluruhnya atau hampir seluruhnya terdiri dari matrik batuan porositasnya adalah

Laporan Praktikum Penilaian Formasi | 11


mendekati atau nol. Dengan demikian batuan yang mempunyai densitas paling

besar, dimana porositas () adalah nol, dan ini disebut sebagai densitas matrik

(ma). Pada batuan homogen dengan porositas tertentu, jika mengandung air

asin akan mempunyai densitas lebih rendah dibanding dengan batuan yang

seluruhnya terdiri dari matrik. Untuk yang mengandung minyak, densitas batuan

lebih rendah daripada yang mengandung air asin, sebab densitas air asin lebih

besar daripada minyak. Pada batuan homogen yang mengandung fluida gas,

densitas batuan lebih rendah lagi daripada yang berisi minyak. Sedangkan yang

mengandung batubara, mempunyai densitas paling rendah diatara jenis batuan

yang mengandung fluida.

Laporan Praktikum Penilaian Formasi | 12


Laporan Praktikum Penilaian Formasi | 13
4. Openhole Logging yaitu untuk merekam
karateristik fisik formasi versus kedalaman secara
menerus. Wireline Log merekam resitifitas
formasi, bulk density, radioaktif dan kandungan
hidrokarbon.

Di dalam dunia perminyakan, para geologist akan


selalu dilibatkan dalam masalah-masalah yang menyangkut
keberhasilan akan ditemukannya suatu akumulasi hidrokarbon
atau cekungan yaitu :
a. Dimanakah terdapat hidrokarbon ?

b. Pada kedalaman berapakah hidrokarbon ditemukan atau


targetnya ?

c. Berapakah besarnya cadangan hidrokarbon tersebut ?

Ketiga pertanyaan diatas selalu menjadi masalah pokok bagi


para geologist serta dituntut bagaimana cara memecahkannya.
Jawaban atas permasalahan tersebut akan melibatkan berbagai
macam kegiatan atau pekerjaan yang selalu diawali dengan survey
geologi permukaan, dilanjutkan dengan operasi geofisik, interpretasi
data-data yang diperoleh baik dari data geologi permukaan maupun
dari data geofisik dimana kesemuanya akan diakhiri dengan kegiatan
pemboran sumur awal (Wild Cat). Sudah barang tentu seluruh
pekerjaan diatas haruslah didukung oleh disiplin ilmu geologi yang
cukup mantap, keahlian dan ketrampilan (Skill) yang memadai.
Hanya dengan pemboranlah masalah-masalah diatas dapat
terpecahkan.
Dengan melakukan corring secara menerus akan dapat
diketahui : Jenis batuan yang ditembus oleh lubang bor,
Urutan Stratigrafi daerah penyelidikan, pola struktur bawah

Laporan Praktikum Penilaian Formasi | 14


permukaan, ada atau tidaknya hidrokarbon (dengan
melakukan analisa core) serta dengan data-data core dari
beberapa sumur akan dapat direkonstruksi berbagai jenis peta
seperti halnya peta kontur struktur dan isopach. Namun cara
ini akan memerlukan waktu yang cukup lama serta biaya yang
sangat besar, meski cara ini mempunyai kelebihan - kelebihan
tertentu.

Laporan Praktikum Penilaian Formasi | 15


Untuk mendapatkan data-data geologi bawah permukaan secara efektif
dan efisien maka orang harus melakukan apa yang disebut “ Logging”.
Berdasarkan sifat-sifat fisik batuan yang terdapat dalam log, berbagi jenis
keterangan bawah permukaan dengan cepat dapat diperoleh sehingga pekerjaan-
pekerjaan yang menyangkut pembuatan peta kontur struktur, isochore, isoratio,
isopach ataupun pembuatan profil-profil geologi dan stratigrafi dengan cepat
dapat dilakukan pula. Serta tujuan utama dari seluruh rangkaian pekerjaan diatas
adalah dapat ditetapkan ada atau tidaknya lapisan- lapisan yang mengandung
hidrokarbon. Data-data log juga dapat memberikan keterangan yang lebih akurat
pada kedalaman lapisan mana yang mengandung hidrokarbon serta sejauh mana
penyebaran hidrokarbon pada suatu lapisan batuan cadangan.
Minyak bumi di Indonesia terdapat di beberapa tempat dimana terdapat
batuan sedimen dengan ketebalan beberapa kilometer, yang dikenal dengan istilah
cekungan sedimentasi. Cekungan sedimentasi tersebut tersebar di seluruh pelosok
tanah air dan dapat mencakup wilayah di daratan, maupun wilayah lepas pantai.
Mengenai jumlah cekungan tersebut, perkiraannya berbeda-beda dari 28, hingga
sekitar 60 buah cekungan. Namun tidak semua cekungan tersebut menghasilkan
minyak atau gas bumi. Dari ke 60 cekungan tersebut 35 telah dieksplorasi, di
antaranya 14 telah berproduksi, 8 telah terbukti mengandung hidrokarbon. Dua
puluh lima buah cekungan yang belum dieksplorasi ditambah 13 cekungan yang

belum terbukti mengandung hidrokarbon menempati area seluas 1,607 peta km2
atau 56% dari keseluruhan wilayah Indonesia. Daerah ini yang mencakup hampir
seluruh wilayah Indonesia Bagian Timur, dikenal dengan istilah lahan frontier.
Eksplorasinya mengandung resiko besar dan memerlukan biaya yang tinggi antara
lain karena mencakup wilayah dengan kedalaman laut cukup luas.

Laporan Praktikum Penilaian Formasi | 16


BAB II
DASAR TEORI

3.1 Pengertian Log


Log merupakan suatu grafik kedalaman/waktu dari suatu set data yang

menunjukkan parameter diukur secara berkesinambungan di dalam sebuah

sumur pemboran (Harsono, 1997). Prinsip dasar wireline log adalah mengukur

parameter sifat-sifat fisik dari suatu formasi pada setiap kedalaman secara

kontinyu dari sumur pemboran. Adapun sifat-sifat fisik yang diukur adalah

potensial listrik batuan/kelistrikan, tahanan jenis batuan, radioaktivitas,

kecepatan rambat gelombang elastis, kerapatan formasi (densitas), dan

kemiringan lapisan batuan, serta kekompakan formasi yang kesemuanya

tercermin dari lubang bor. Well Logging dapat dilakukan dengan dua cara dan

bertahap yaitu:

3. Openhole Logging

Openhole logging ini merupakan kegiatan logging yang dilakukan pada

sumur/lubang bor yang belum dilakukan pemasangan casing. Pada

umumnya pada tahap ini semua jenis log dapat dilakukan.

4. Casedhole Logging

Casedhole logging merupakan kegiatan logging yang dilakukan pada

sumur/ lubang bor yang sudah dilakukan pemasangan casing. Pada

tahapan ini hanya log tertentu yang dapat dilakukan antara lain adalah

log Gamma ray, Caliper, NMR, dan CBL.

Secara kualitatif dengan data sifat-sifat fisik tersebut kita dapat menentukan

Laporan Praktikum Penilaian Formasi | 17


jenis litologi dan jenis fluida pada formasi yang tertembus sumur. Sedangkan
secara kuantitatif dapat memberikan data-data untuk menentukan ketebalan,
porositas, permeabilitas, kejenuhan fluida, dan densitas hidrokarbon.

3.2 Mud Log

Formasi umumnya dilakukan secara berurutan dan sistematis. Daerah


yang dianggap berpotensi mengandung hidrokarbon awalnya ditentukan melalui
survei seismik, gravitasi, dan magnetik (Bateman, 1985). Setelah daerah tersebut
dibor selanjutnya dilakukan mud logging dan measurements while drilling
(MWD) ; setelah itu bisa dilakukan pengambilan batu inti (Bateman, 1985). Saat
mata bor tersebut telah mencapai kedalaman tertentu maka logging dapat
dilakukan. Penjelasan mengenai metode – metode yang digunakan dalam evaluasi
formasi adalah sebagai berikut :

Laporan Praktikum Penilaian Formasi | 18


2. Mud Logging

Mud logging merupakan proses mensirkulasikan dan memantau


perpindahan mud dan cutting pada sumur selama pemboran (Bateman, 1985).
Menurut Darling (2005) terdapat dua tugas utama dari seorang mud logger
yaitu :

3. Memantau parameter pengeboran dan memantau sirkulasi


gas/cairan/padatan dari sumur agar pengeboran dapat berjalan dengan
aman dan lancar.
4. Menyediakan informasi sebagai bahan evaluasi bagi petroleum
engineering department.

Mud-logging unit akan menghasilkan mud log yang akan dikirim ke kantor pusat
perusahaan minyak. Menurut Darling (2005), mud log tersebut meliputi:

 Pembacaan gas yang diperoleh dari detektor gas atau kromatograf


 Pengecekan terhadap ketidakhadiran gas beracun (H2S, SO2)
 Laporan analisis cutting yang telah dideskripsi secara lengkap
 Rate of Penetration (ROP)
 Indikasi keberadaan hidrokarbon yang terdapat di dalam sampel

Mud log merupakan alat yang berharga untuk petrofisis dan geolog di dalam
mengambil keputusan dan melakukan evaluasi. Darling (2005) menyatakan bahwa
mud log digunakan untuk hal – hal berikut ini:

 Identifikasi tipe formasi dan litologi yang dibor


 Identifikasi zona yang porous dan permeabel
 Picking of coring, casing, atau batas kedalaman pengeboran akhir
 Memastikan keberadaan hidrokarbon sampai pada tahap membedakan
jenis hidrokarbon tersebut apakah minyak atau gas.

Laporan Praktikum Penilaian Formasi | 19


4.3 Jenis-Jenis Log Radioaktif
4.3.1 Log Gamma Ray

Log Gamma Ray merupakan suatu kurva dimana kurva tersebut

menunjukkan besaran intensitas radioaktif yang ada dalam formasi.Log ini

bekerja dengan merekam radiasi sinar gamma alamiah batuan, sehingga berguna

untuk mendeteksi / mengevaluasi endapan-endapan mineral radioaktif seperti

Potasium (K), Thorium (Th), atau bijih Uranium (U).

Pada batuan sedimen unsur-unsur radioaktif banyak terkonsentrasi dalam

serpih dan lempung, sehingga besar kecilnya intensitas radioaktif akan

menunjukkan ada tidaknya mineral-mineral lempung. Batuan yang mempunyai

kandungan lempung tinggi akan mempunyai konsentrasi radioaktif yang tinggi,

sehingga nilai gamma ray-nya juga tinggi, dengan defleksi kurva kekanan. Unsur

radioaktif yang utama adalah potassium yang umumnya ditemukan pada illite.

Pada lapisan permeabel yang bersih, kurva log GR akan menunjukkan intensitas

radioaktif yang sangat rendah, kecuali bila lapisan tersebut mengandung mineral-

mineral tertentu yang bersifat radioaktif, atau lapisan yang mengandung air asin

yang mengandung garam-garam potassium yang terlarutkan.

Unsur-unsur radioaktif banyak terkandung dalam lapisan serpih, sehingga

log GR sangat berguna untuk menentukan besar kecilnya kandungan serpih atau

lempung. Dengan menarik garis Gamma Ray yang mempunyai harga minimum

dan garis Gamma Ray maksimum pada suatu penampang log, maka kurva

tersebut merupakan indikasi adanya lapisan serpih. Gamma Ray log dinyatakan

dalam API Units (GAPI).

Laporan Praktikum Penilaian Formasi | 20


Kurva GR biasanya ditampilkan dalam kolom pertama, bersama kurva SP

dan Kaliper dengan skala dari kiri kekanan 0–100 atau 0–150 GAPI.Log GR

merupakan log yang sangat bagus untuk menentukan permeabilitas suatu batuan

karena mampu memisahkan dengan baik antara lapisan serpih dari lapisan

permeabel.

Kegunaan log GR ini antara lain adalah untuk menentukan kandungan

serpih (Vsh), kandungan lempung, menentukan lapisan permeabel, evaluasi

mineral bijih yang radioaktif, evaluasi lapisan mineral tidak radioaktif, dan

korelasi antar sumur.

Gambar 13. Respon Log Gamma Ray terhadap batuan(G. Asquith


&D. Krygowsky2004)

Laporan Praktikum Penilaian Formasi | 21


4.3.2 Log Densitas

Log densitas merupakan kurva yang menunjukkan besarnya densitas

(bulk density) dari batuan yang ditembus lubang bor dengan satuan gram /

cm3. Prinsip dasar dari log ini adalah menembakkan sinar gamma kedalam

formasi, dimana sinar gamma ini dapat dianggap sebagai partikel yang

bergerak dengan kecepatan yang sangat tinggi. Banyaknya energi sinar

gamma yang hilang menunjukkan densitas elektron di dalam formasi, dimana

densitas elektron merupakan indikasi dari densitas formasi.

Bulk density (b)merupakan indikator yang penting untuk

menghitung porositas bila dikombinasikan dengan kurva log neutron,

karena kurva log

densitas ini akan menunjukkan besarnya kerapatan medium beserta isinya. Selain

itu apabila log densitas dikombinasikan dengan Log netron, maka akan dapat

dipakai untuk memperkirakan kandungan hidrokarbon atau fluida yang terdapat di

dalam formasi, menentukan besarnya densitas hidrokarbon (h) dan membantu

dalam evaluasi lapisan shaly. Pada lapisan yang mengandung hidrokarbon, kurva

densitas akan cenderung mempunyai defleksi ke kiri (densitas total (Rhob) makin

kecil), sedangkan defleksi log netron ke kanan.

Pada batuan yang sangat kompak, dimana per satuan volume (cc)

seluruhnya atau hampir seluruhnya terdiri dari matrik batuan porositasnya adalah

Laporan Praktikum Penilaian Formasi | 22


mendekati atau nol. Dengan demikian batuan yang mempunyai densitas paling

besar, dimana porositas () adalah nol, dan ini disebut sebagai densitas matrik

(ma). Pada batuan homogen dengan porositas tertentu, jika mengandung air

asin akan mempunyai densitas lebih rendah dibanding dengan batuan yang

seluruhnya terdiri dari matrik. Untuk yang mengandung minyak, densitas batuan

lebih rendah daripada yang mengandung air asin, sebab densitas air asin lebih

besar daripada minyak. Pada batuan homogen yang mengandung fluida gas,

densitas batuan lebih rendah lagi daripada yang berisi minyak. Sedangkan yang

mengandung batubara, mempunyai densitas paling rendah diatara jenis batuan

yang mengandung fluida.

Laporan Praktikum Penilaian Formasi | 23


Laporan Praktikum Penilaian Formasi | 24

Anda mungkin juga menyukai