Anda di halaman 1dari 25

PENCEGAHAN SERTA PENANGANAN KKP DAN CACINGAN

Makalah dibuat untuk memenuhi tugas mata ajar Ilmu Gizi yang diampu Oleh Ibu Ria
Ambarwati, S.KM, M.Kes

Disusun oleh :

1. Sang Komang P.M (P1337420617005)

2. Pita Puspa Ulhusnah (P1337420617011)

3. Inna Nur Hayati (P1337420617015)

4. Cici Silviani (P1337420617034)

5. Fika Nur Rahmadani (P1337420617054)

6. Hevy Nur Febriani (P1337420617057)

PRODI S1 TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

TAHUN AJARAN 2018/2019

i
LEMBAR PENGESAHAN

MAKALAH

“PENCEGAHAN SERTA PENANGANAN KKP DAN CACINGAN”

Makalah dibuat untuk memenuhi tugas mata ajar Ilmu Gizi yang diampu Oleh Ibu Ria
Ambarwati, S.KM, M.Kes

Tahun pelajaran 2018/2019

Telah disetujui dan disahkan pada:

Hari :

Tanggal :

Disusun oleh :

KELOMPOK 4

Menyetujui

Ria Ambarwati, S.KM, M.Kes

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala berkat dan
rahmat-Nya, kami dapat menyelasaikan makalah ”Pencegahan Serta Penanganan KKP dan
Cacingan” . Makalah ini sebagai tugas mata kuliah Gizi. Makalah ini dibuat bertujuan agar
mahasiswa memahami tentang Ilmu Pengetahuan Gizi tentang pecegahan serta penanganan
KKP dan cacingan. Dalam proses pembuatan makalah ini kami menyadari adanya kekurangan
dan keterbatasan namun berkat bimbingan dan bantuan dari semua pihak sehingga makalah ini
dapat selesai tepat pada waktunya. Tidak lupa penulis memohon maaf apabila dalam penulisan
makalah ini banyak kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Semarang,

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan.................................................................................................................... ii
Kata Pengantar .......................................................................................................................... iii
Daftar Isi .................................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................ 1
1.3 Tujuan................................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3
A. CACINGAN.........................................................................................................................3
2.1 Pengertian Cacingan ............................................................................................................. 3
2.2 Jenis cacingan ....................................................................................................................... 3
2.3 Penyebab cacingan ............................................................................................................... 6
2.4 Dampak cacingan ................................................................................................................. 7
2.5 Cara penularan...................................................................................................................... 8
2.6 Pencegahan ........................................................................................................................... 9
2.7 Pengobatan..........................................................................................................................10
B. KKP( Kekurangan Kalori Protein)..................................................................................10
2.1 Pengertian KKP..................................................................................................................10
2.2 Etiologi...............................................................................................................................11
2.3 Klasifikasi KKP.................................................................................................................13
2.4 Manifestasi KKP................................................................................................................14
2.5 Akibat KKP.......................................................................................................................15
2.6 Cara menanggulangi KKP.................................................................................................16
BAB III PENUTUP................................................................................................................19
3.1 Kesimpulan........................................................................................................................19
3.2 Saran...................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................21

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A . Latar Belakang
Pada masalah gizi dapat menimbulkan suatu tidak seimbangnya tubuh manusia dan
dapat menimbulkan penyakit lainnya. Masalah gizi adalah masalah kesehatan masyarakat.
Namun penanggulannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan
kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multi faktor, karena itu pendekatan
penanggulangan harus melibatkan berbagai sektor yang terkait.
Kekurangan kalori protein dan cacingan, adalah penyakit yang sering diderita
masyarakat. Penyebabnya sangat beragam, ada beberapa faktor yang mempengaruhi
diantaranya yaitu kurangnya kesadaran untuk melakukan pola hidup sehat.
Cacingan yang dianggap sepele dapat mengakibatkan infeksi ringan yang sangat mengganggu
terutama pada anak-anak yang dalam masa pertumbuhan. Sedangakan dalam kasus infeksi yang
sedang sampai dengan berat dapat mengganggu proses penyerapan makanan sehingga zat-zat
gizi tidak dapat diserap dengan baik oleh tubuh. Kekurangan kalori protein banyak terdapat
pada masyarakat sosial ekonomi rendah, kekurangan kalori protein murni pada stadium berat
menyebabkan kwasiorkor pada anak-anak di bawah 5 tahun (Balita).
Tentunya dari masalah-masalah Gizi tersebut diperlukan penanganan dan pengobatan
untuk menanggulangi masalah yang akan menyebabkan resiko lebih besar.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari cacingan ?
2. Apa saja masalah yang diakibatkan dari cacingan ?
3. Bagaimana cara pencegahan dan penanggulangan masalah cacingan ?
4. Apakah pengertian kekurangan kalori protein?
5. Apa saja masalah yang ditimbulkan akibat kekurangan kalori protein ?
6. Bagaimana cara pencegahan dan penanggulangan masalah akibat kekurangan
kalori protein ?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari cacingan.
2. Untuk mengetahui masalah yang diakibatkan dari cacingan.
3. Untuk mengetahui pencegahan dan penanggulangan masalah cacingan.
4. Untuk mengetahui pengertian kekurangan kalori protein.
5. Untuk mengetahui masalah yang ditimbulkan akibat kekurangan kalori
protein.
6. Untuk mengetahui cara pencegahan dan penanggulangan masalah akibat
kekurangan kalori protein.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Cacingan

2.1 Pengertian Cacingan


Banyak orangtua yang sering mendengar penyakit cacingan, namun orang tua tidak tahu
apa itu penyakit cacingan yang sebenarnya.. Oleh sebab itu, para orang tua perlu mengetahui
apa saja penyebab cacingan yang dapat membahayakan anak.
Infeksi cacing atau biasa disebut dengan penyakit cacingan termasuk dalam infeksi yang
di sebabkan oleh parasit. Parasit adalah mahluk kecil yang menyerang tubuh inangnya dengan cara
menempelkan diri (baik di luar atau di dalam tubuh) dan mengambil nutrisi dari tubuh
inangnya. Pada kasus cacingan, maka cacing tersebut dapat melemahkan tubuh inangnya dan
menyebabkan gangguan kesehatan. Cacingan biasanya terjadi karena kurangnya kesadaran akan kebersihan
baik terhadap diri sendiri ataupun terhadap lingkungannya. Jadi Cacingan adalah salah satu
penyakit yang disebabkan adanya cacing parasit dalam tubuh, yang diakibatkan dari kurang
terjaganya kebersihan diri dan gaya hidup yang tidak bersih.

Cacingan dapat menular melalui larva/telur yang tertelan & masuk ke dalam tubuh. Cacing
merupakan hewan tidak bertulang yang berbentuk lonjong & panjang yang berawaldari telur/larva
hingga berubah menjadi bentuk cacing dewasa. Cacing dapat menginfeksibagian tubuh manapun yang
ditinggalinya seperti pada kulit, otot, paru-paru, ataupun usus/saluran pencernaan Penyakit
cacingan, khususnya pada anak sering dianggap sebagai penyakit yang sepeleoleh sebagian
besar kalangan masyarakat. Padahal penyakit ini bisa menurunkan tingkatkesehatan anak. Di
antaranya, menyebabkan anemia, IQ menurun, lemas tak bergairah,ngantuk, malas beraktivitas
serta berat badan rendah.
2.2 Jenis Cacingan
Selama ini orang mengira penyakit cacingan hanya satu jenis saja, namun ternyata cacingan
ada beberepa jenis. Berikut penyakit cacingan yang harus diketahui:
Cacing pada manusia pun banyak jenisnya, ada cacing gelang, cacing pita dan cacing pipih.
Berikut jenis-jenis cacing :
1. CACING GELANG (Ascaris lumbricoides)

3
Warna : Merah muda atau putih
Besarnya : 20 - 30 cm
Hidup di : Usus kecil
Cara Penularannya:
a. Telur cacing masuk melalui mulut
b. Menetas di usus kecil menjadi larva
c. Larva dibawa oleh aliran darah ke paru-paru melalui hati
d. Bila larva ini sampai ke tenggorokan dan tertelan, mereka masuk ke dalam usus
kecil danmenjadi dewasa di sana.
e. Cacing gelang dapat mengisap 0,14 gr karbohidrat setiap hari.
Gejala Cacing Gelang :
Biasanya tidak menimbulkan gejala, meskipun untuk jenis Toxocaracanis dapat
menyebabkan masalah penglihatan apabila terdapat di mata karenamenimbulkan
radang & luka pada retina mata. Cacing gelang ini juga dapatberpindah ke bagian paru-
paru menyebabkan timbulnya batuk & asma, sertamenimbulkan bengkak di organ tubuh lain.

2. CACING CAMBUK(Tricuris Trichiura)


Warna : Merah muda atau abu-abu
Besarnya : 3 - 5 cm
Hidup di : Usus besar
Cara Penularannya:
a. Telur cacing tertelan bersama dengan air atau makanan
b. Menetas di usus kecil dan tinggal di usus besar
c. Telur cacing keluar melalui kotoran dan jika telur ini tertelan, terulanglah siklus ini.
Gejala Cacing Cambuk :
a. Menimbulkan gejala proses traumatik
b. Sakit perut
c. Diare dengan mukus
d. BB menurun
e. Kotoran sedikit berwarna merah

3. CACING TAMBANG(Ancylostomiasis)
Warna : MerahBesarnya : 8 - 13 mm
Hidup di : Usus keciL

4
Cara Penularannya:
a. Larva menembus kulit kaki
b. Melalui saluran darah larva dibawa ke paru-paru yang menyebabkan batuk
c. Larva yang ditelan menjadi dewasa pada usus kecil dimana mereka menancapkan dirinya untuk
mengisap darah.
d. Cacing tambang merupakan infeksi cacing yang paling merugikan
kesehatan anak-anak.Infeksi cacing tambang dapat menyebabkan anemia
(kurang darah). Cacing tambang dapatmengisap darah 10 - 12 mililiter setiap hari.
Gejala Cacing Tambang :
Dapat menimbulkan rasa sakit di daerah perut. Cacing pita dapat menutupi daerah otot,
kulit, jantung, mata & otak. Selain hal tersebut di atas, gejala lain yang mungkin timbul
adalah :
a. Rasa mual
b. Lemas
c. Hilangnya nafsu makan
d. Rasa sakit di bagian perut
e. Diare
f. Turunnya berat badan karena penyerapan nutrisi yang tidak mencukupi dari makanan.
Pada infeksi yang lebih lanjut apabila cacing sudah berpindah tempat dari usus ke
organ lain, sehingga menimbulkan kerusakan organ & jaringan, dapat timbul gejala :
a. Demam
b. Adanya benjolan di organ/jaringan tersebut
c. Dapat timbul reaksi alergi terhadap larva cacing
d. Infeksi bakteri
e. Kejang atau gejala gangguan syaraf apabila organ otak sudah terkena.

4. CACING KREMI (Enterobius Vermicularis)


Warna : PutihBesarnya : 1 cm
Hidup di : Usus besar
Cara Penularannya:
a. Cacing betina bertelur pada malam hari di anus.
b. Anus menjadi gatal, garukan pada anus membawa telur cacing ini
menyebar. Melaluikontak dengan tempat tidur, bantal, sprei, pakaian, telur
cacing kremi dibawa ke tempatlain.

5
c. Jika telur-telur ini termakan, terunglah siklus ini.

Gejala Cacing Kremi :


Gejalanya adalah rasa gatal di sekitar daerah anus atau vulva(kemaluan
wanita). Gejala ini akan memburuk di malam hari ketika cacing
kremib i a s a n ya a k a n k e l u a r d a r i p e r m u k a a n t u b u h u n t u k m e n a r u h
t e l u r n ya d i s e k i t a r anus/vulva. Cacing juga biasanya dapat terlihat di feses.

2.3 Penyebab Cacingan


Yang harus diperhatikan adalah cacingan yang biasanya menyerang pada kaum anak-
anak. Anak-anak tidak bisa mengungkapkan apa yang dia rasakan sehingga orangtualah yang
harus memberikan perhatian dan perlindungan ekstra terhadap anaknya. Berikut ini hal-hal
yang bisa menyebabkan cacingan:
1. Kurang Memelihara Kebersihan
Anak-anak tidak bisa jika diharuskan menjaga kebersihan, banyak anak-anak yang merasa
cuek dengan kebersihannya. Seperti setelah bermain tanah anak tidak cuci tangan dan dia
memasukkan makanan menggunakan tangannya ke dalam mulut. Hal inilah yang menjadi
penyebab utama mengapa anak-anak terkena cacingan.
2. Lingkungan Yang Kotor
Lingkungan yang kotor juga menjadi penyebab anak-anak terkena cacingan. Anak-anak bisa
saja bermain di lingkungan yang kotor dan mengandung cacing di dalamnya sehingga anak
bisa rentan untuk terkena cacingan.
3. BAB Di Sembarang Tempat
Anak jangan dibiasakan untuk membuang air besar di sembarang tempat hal itu dikarenakan
jika BAB di sembarang tempat anak rentan untuk terkena cacingan. Alasannya adalah
penderita cacingan saat mengeluarkan tinja cacing itu akan ikut keluar, saat tinja mengering
maka cacing itu akan hidup dan berkeliaran kembali. Alasan itulah yang tidak boleh
membiarkan anak untuk BAB secara sembarangan.
4. Tidak Memakai Alas Kaki

Kebiasaan anak tidak memakai alas kaki juga dapat menyebabkan anak terkena cacingan.
Cacing jenis gelang bisa menembus permukaan kulit dan poripori manusia. Cacing itu bisa
bertelur dan kemudian menimbulkan cacingan. Oleh sebab itu biasakan kepada anak-anak

6
anda untuk selalu memakai alas kaki saat memijak tanah. Tanah adalah sumber kuman dan
tempat tinggal cacing penyebab cacingan.

5. Makanan
Cacingan juga bisa disebabkan oleh makanan yang tercemar oleh larva cacing. Larva itu saat
berada di dalam usus kemudian bertelur dan kemudian berkembang biak. Hal itulah yang
menyebabkan anak menjadi penyebab cacingan.
6. Minuman
Siapa sangka jika meminum air mentah secara terus menerus dapat menyebabkan telur
cacing tumbuh dalam perut. Minum air mentah adalah salah satu kebiasaan buruk yang harus
dihindari, teruatama untuk anak-anak yang belum mengerti bahaya minum air mentah .
Sebab air yang masih mentah terdapat bakteri jahat yang dapat menumbuhkan telur cacing
bersarang dan menyebabkan cacingan pada anak. Oleh karena itu biasakan pada anak untuk
meminum air matang agar tidak ada kuman yang bersarang di dalam perut.

2.4 Dampak Cacingan


Anak-anak akan mengalami berbagai dampak psikologis bila mereka terkena
penyakit cacingan. Dampak psikologis yang terjadi pada si anak bila menderita
penyakit cacing kremi, si anak akan merasakan gatal di anusnya pada malam hari sehingga
si anak akan menagis dan terganggu waktu tidurnya. Pada anak yag menderita penyakit karena
cacing tambang, Cacing tambang ini merupakan infeksi cacing yang paling merugikan
kesehatan anak-anak. Infeksi cacing tambang dapat menyebabkan anemia (kurang darah),
sehingga sianak akan lemas untuk beraktivitas jadi terganggu aktivitas sehari-harinya,
Konsetrasi dan daya ingat anak yang menurun sehingga anak sulit mencerna pelajaran di
sekolah.
Penderita cacingan di kalangan anak sekolah juga cukup tinggi. Menurut
survei yang pernah dilakukan di Jakarta, terutama pada anak Sekolah Dasar (SD)
menyebutkan sekitar 49,5 persen dari 3.160 siswa di 13 SD ternyata menderita cacingan. Siswa
perempuan memiliki prevalensi lebih tinggi, yaitu 51,5 persen dibandingkan dengan
siswa laki-laki yang hanya 48,5 persen. Biasanya seorang siswa yang terinfeksi cacing akan
mengalami kekurangan hemoglobin (Hb) hingga 12 gr persen, dan akan berdampak
terhadapkemampuan darah membawa oksigen ke berbagai jaringan tubuh, termasuk ke otak.
Akibatnya, penderita cacingan terserang penurunan daya tahan tubuh serta

7
metabolisme jaringan otak. Bahkan, dalam jangka panjang, penderita akan mengalami
kelemahan fisik dan intelektualitas. Kategori infeksi cacing ditentukan dari jumlah cacing yang
dikandungnya. Jika anak-anak itu sudah terinfeksi cacing, biasanya akan menunjukkan gejala
keterlambatan fisik, mental dan seksual.
Infeksi usus akibat cacingan, juga berakibat menurunnya status gizi penderita yang
menyebabkan daya tahan tubuh menurun, sehingga memudahkan terjadinya infeksi penyakit
lain, termasuk HIV/AIDS, Tuberkulosis dan Malaria. Jenis penyakit parasit ini kecil sekali
perhatiannya dari pemerintah bila dibandingkan dengan HIV/AIDS yang menyedot anggaran
cukup besar, padahal semua bentuk penyakit sama pentingnya dan sikap masyarakat sendiri
juga tak peduli terhadap penyakit jenis ini.

2.5 Cara Penularan


Cacing masuk ke dalam tubuh manusia lewat makanan atau minuman yang tercemar
telur-telur cacing. Umumnya, cacing perut memilih tinggal di usus halus yang banyak berisi
makanan. Meski ada juga yang tinggal di usus besar. Penularan penyakit cacing dapat lewat
berbagai cara, telur cacing bisa masuk dan tinggal dalam tubuh manusia. Ia bisa masuk lewat
makanan atau minuman yang dimasak menggunakan air yang tercemar. Jika air yang telah
tercemar itu dipakai untuk menyirami tanaman, telur-telur itu naik ke darat. Begitu air
mengering, mereka menempel pada butiran debu. Telur yang menumpang pada debu itu bisa
menempel pada makanan dan minuman yang dijajakan di pinggir jalan atau terbang ke tempat-
tempat yang sering dipegang manusia. Mereka juga bisa berpindah dari satu tangan ke tangan
lain. Setelah masuk ke dalam usus manusia, cacing akan berkembang biak, membentuk koloni
dan menyerap habis sari-sari makanan. Cacing mencuri zat gizi, termasuk protein untuk
membangun otak.
Setiap satu cacing gelang memakan 0,14 gram karbohidrat dan 0,035 protein per hari.
Cacing cambuk menghabiskan 0,005 milimeter darah per hari dan cacing tambang minum 0,2
milimeter darah per hari. Kalau jumlahnya ratusan, berapa besar kehilangan zat gizi dan darah
yang digeogotinya. Seekor cacing gelang betina dewasa bisa menghasilkan 200.000 telur setiap
hari. Bila di dalam perut ada tiga ekor saja, dalam sehari mereka sanggup memproduksi 600.000
telur.

8
2.6 Pencegahan
Penyakit cacingan dapat dicegah dengan berbagai cara, yaitu :
a. Cucilah tangan sebelum makan.
b. Budayakan kebiasaan dan perilaku pada diri sendiri, anak dan keluarga untuk mencuci
tangan sebelum makan. Kebiasaan akan terpupuk dengan baik apabila orangtua
meneladani. Dengan mencuci tangan makan akan mengeliminir masuknya telur cacing ke
mulut sebagai jalan masuk pertama ke tempat berkembang biak cacing di perut kita.
c. Pakailah alas kaki jika menginjak tanah. Jenis cacing ada macamnya. Cara masuknya pun
beragam macam, salah satunya adalah cacing tambang (Necator americanus ataupun
Ankylostoma duodenale). Kedua jenis cacing ini masuk melalui larva cacing yang
menembus kulit di kaki, yang kemudian jalan-jalan sampai ke usus melalui trayek saluran
getah bening. Kejadian ini sering disebut sebagai Cutaneus Larva Migran (dari namanya
ini kita sudah tahu lah apa artinya; cutaneus: kulit, larva: larva, migrant: berpindah). Nah,
setelah larva cacing sampai ke usus, larva ini tumbuh dewasa dan terus berkembang biak
dan menghisap darah manusia. Oleh sebab itu Anda akan anemia. *Lha wong berbagi
darah dan hidup dengan cacing
d. Gunting dan bersihkan kuku secara teratur. Kadang telur cacing yang terselip di antara
kuku Anda dan selamat masuk ke usus Anda dan mendirikan koloni di sana.
e. Jangan buang air besar sembarangan dan cuci tangan saat membasuh. Setiap kotoran
baiknya dikelola dengan baik, termasuk kotoran manusia. Di negara kita masih banyak
warga yang memanfaatkan sungai untuk buang hajat. Dengan perilaku ini maka kotoran-
kotoran ini akan liar tidak terjaga, sehingga mencemari lingkungannya. Dan, jika
lingkungan sudah cemar, penularan sering tidak pandang bulu. Orang yang sudah menjaga
diri sebersih mungkin sekalipun masih dapat dihinggapi parasit cacing ini.
f. Bertanam atau Berkebunlah dengan baik. Ambillah air yang masih baik untuk menyiram
tanaman. Agar air ini senantiasa baik maka usahakan lingkungan sebaik mungkin. Menjaga
alam ini termasuk bagian dalam merawat kesehatan.⁠
g. Peduli lah dengan lingkungan, maka akan dapat memanfaatkan hasil yang baik. Jika air
yang digunakan terkontaminasi dengan tinja manusia, bukan tidak mungkin telur cacing
bertahan pada kelopak-kelopak tanaman yang ditanam dan terbawa hingga ke meja makan.
h. Cucilah sayur dengan baik sebelum diolah. Cucilah sayur di bawah air yang mengalir.
Mengapa demikian? Ya, agar kotoran yang melekat akan terbawa air yang mengalir, di
samping itu nilai gizi sayuran tidak hilang jika dicuci di bawah air yang mengalir. Cara

9
mengolah sayuran yang baik dapat Anda lihat di artikel Cerdas mengolah Sayuran :
Menjamin Ketersediaan Nutrisi.
i. Hati-hatilah makan makanan mentah atau setengah matang, terutama di daerah yang
sanitasinya buruk. Perlu dicermati juga, makanan mentah tidak selamanya buruk. Yang
harus diperhatikan adalah kebersihan bahan makanan agar makanan dapat kita makan
sesegar mungkin sehingga enzim yang terkandung dalam makanan dapat kita rasakan
manfaatnya. Ulasan saya tentang makanan mentah yang menyehatkan dapat dilihat pada
artikel Diet Sunda ini.
j. Buanglah kotoran hewan hewan peliharaan kesayangan Anda seperti kucing atau anjing
pada tempat pembuangan khusus
k. Pencegahan dengan meminum obat anti cacing setiap 6 bulan, terutama bagi Anda yang
risiko tinggi terkena infestasi cacing ini, seperti petani, anak-anak yang sering bermain
pasir, pekerja kebun, dan pekerja tambang (orang-orang yang terlalu sering berhubungan
dengan tanah.
2.7 Pengobatan
Obat yang mempunyai efek sebagai anti parasit dapat digunakan untuk pengobatan cacingan
ini, ada 2 jenis obat yang biasa digunakan yaitu :
1. Pyrantel pamoat
Dosis untuk pengobatan cacingan pada Dewasa/anak-anak : 10 mg/kg BB, diberikan dalam
dosis tunggal
2. Mebendazole
Dosis untuk pengobatan cacingan pada Dewasa/anak-anak : 10 mg/kg BB, diberikan dalam
dosis tunggal Apabila ada anggota keluarga yang terkena cacingan, sebaiknya pengobatan
juga Diberikan untuk seluruh anggota keluarga untuk mencegah/mewaspadai terjadinya
penularan cacingan tersebut.

B. KKP (Kekurangan Kalori Protein)

2.1 Pengertian KKP


Kekurangan kalori protein atau kekurangan energi protein adalah keadaan kurang gizi
yang disebabkan rendahnya konsumsi dari energi protein dalam makanan sehari- hari sehingga
tidak memenuhi angka kebutuhan gizi ( AKG). ( Mansjoer, Arif.2000).
Kekurangan kalori protein adalah suatu penyakit defisiensi gizi dalam keadaan ringan- berat.
( DEPKES RI, 1989). Defisiensi protein energi adalah gangguan gizi yang disebabkan oleh

10
kekurangan protein dan atau kalori,(LAB IKA, 1994). Kebutuhan protein menurut
FAO/WHO/UNU (1985) adalah “konsumsi yang diperlukan untuk mencegah kehilangan
protein tubuh dan memungkinkan produksi protein yang diperlukan dalam masa pertumbuhan,
kehamilan, atau menyusui”.
Kekurangan kalori protein (KKP) adalah penyakit yang disebabkan oleh konsumsi
kalori yang tidak memadai yang mengakibatkan kekurangan protein dan mikronutrisi (zat gizi
yang diperlukan dalam jumlah sedikit, misalnya vitamin dan mineral. KKP dapat juga diartikan
sebagai keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein dalam
makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG). Bergantung
pada derajat kekurangan energy protein yang terjadi, maka manifestasi penyakitnya pun
berbeda-beda. Kekurangan kalori protein (malnutrisi), kurang gizi yang dapat menyebabkan
penyakit kurang gizi seperti marasmus, jika KKP tersebut masih ringan atau sedang dapat
menyebabkan gizi kurang (undernutrition) yang ditandai oleh adanya hambatan pertumbuhan
dan apabila sudah menjadi KKP berat maka akan menimbulkan masalah-masalah yang meliputi
kwarsiorkor, marasmus, dan marasmik-kwarsiorkor. Penyakit ini banyak menimpa golongan
anak, terutama anak-anak berumur di bawah lima tahun.

2.2. ETIOLOGI
a. Makanan yang tidak adekuat
b. Kekurangan pemasukan protein
c. Gangguan penyerapan protein
d. Pengetahuan gizi kurang
e. Kebiasaan makan yang buruk
f. Sindrom nefrotik (kehilangan protein secara tidak normal pada proteinuria)
g. Infeksi anomali traktus gastroenteritis
h. Penolakan yang berkaitan dengan anoreksia, muntah dan ruminasi.
i. Gagal melakukan sintesis protein
j. Gangguan susunan saraf pusat

k. Mal absorbsi
l. Penyakit gagal ginjal kronik
Hambatan utilitas (kegunaan) zat gizi Menurut DEPKES RI, 1989 :
1. Marasmus

11
Penyebab utama adalah kekurangan makanan yang mengandung kalori dan protein.
Penyebab umum adalah :
a. Kegagalan menyusui anak : ibu meninggal, anak ditelantarkan, atau tidak dapat menyusui.
b. Terapi puasa karena penyakit, oleh karena itu tidak boleh puasa lebih dari 24 jam
c. Tidak dimulainya dengan makanan tambahan

2. Kwasiokhor
Penyebab utama adalah makan tidak atau hampir tidak mergandung protein hewani dengan
alasan kemiskinan, tidak mengetahui dan mengerti penambahan makanan pada bayi / anak,
pemikiran yang salah, macam-macam infeksi ( diare, cacing, anoreksia), dan sebab- sebab
khusus ( ibu kekurangan ASI, ibu meninggal,ibu sakit berat, ibu hamill lagi, penghentian tiba-
tiba dari ASI).

Faktor Penyebab

Secara umum, masalah KKP disebabkan oleh beberapa factor, yang paling dominan adalah
tanggung jawab negara terhadap rakyatnya karena bagaimana pun KKP tidak akan terjadi bila
kesejahteraan rakyat terpenuhi.

Berikut beberapa faktor penyebabnya :

1. Faktor sosial. Yang dimaksud faktor sosial adalah rendahnya kesadaran masyarakat akan
pentingnya makana bergizi bagi pertumbuhan anak, sehingga banyak balita tidak mendapatkan
makanan yang bergizi seimbang hanya diberi makan seadanya atau asal kenyang. Selain itu,
hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi sosial dan politik tidak stabil,
ataupun adanya pantangan untuk menggunakan makanan tertentu dan berlangsung turun-
temurun dapat menjad hal yang menyebabkan terjadinya kwashiorkor.

2. Kemiskinan. Kemiskinan sering dituding sebagai biang keladi munculnya penyakit ini di negara-
negara berkembang. Rendahnya pendapatan masyarakat menyababkan kebutuhan paling
mendasar, yaitu pangan pun sering kali tidak biasa terpenuhi apalagi tidak dapat mencukupi
kebutuhan proteinnya.

12
3. Laju pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi dengan bertambahnya ketersedian bahan
pangan akan menyebabkan krisis pangan. Ini pun menjadi penyebab munculnya penyakit KKP.

4. Infeksi. Tak dapat dipungkiri memang ada hubungan erat antara infeksi dengan malnutrisi.
Infeksi sekecil apa pun berpengaruh pada tubuh. Sedangkan kondisi malnutrisi akan semakin
memperlemah daya tahan tubuh yang pada gilirannya akan mempermudah masuknya beragam
penyakit. Tindakan pencegahan otomatis sudah dilakukan bila faktor-faktor penyebabnya dapat
dihindari. Misalnya, ketersediaan pangan yang tercukupi, daya beli masyarakat untuk dapat
membeli bahan pangan, dan pentingnya sosialisasi makanan bergizi bagi balita serta faktor
infeksi dan penyakit lain.

5. Pola makan. Protein (asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh dan
berkembang. Meskipun intake makanan mengandung kalori yang cukup, tidak semua makanan
mengandung protein atau asam amino yang memadai. Bayi yang masih menyusui umumnya
mendapatkan protein dari Air Susu Ibu (ASI) yang diberikan ibunya. Namun, bayi yang tidak
memperoleh ASI protein dari suber-sumber lain (susu, telur, keju, tahu, dan lain-lain) sangatlah
dibutuhkan. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai keseimbangan nutrisi anak berperan penting
terhadap terjadinya kwashiorkor terutama pada masa peralihan ASI ke makanan pengganti ASI.

6. Tingkat pendidikan orang tua khususnya ibu mempengaruhi pola pengasuhan balita. Para ibu
kurang mengerti makanan apa saja yang seharusnya menjadi asupan untuk anak-anak mereka.

7. Kurangnya pelayanan kesehatan, terutama imunisasi. Imunisasi yang merupakan bagian dari
system imun mempengaruhi tingkat kesehatan bayi dan anak-anak.

2.3 Klasifikasi Kekurangan Kalori Protein (KKP)

KKP dibagi menjadi dua jenis, yaitu kwashiorkor dan marasmus. Berikut adalah penjelasannya.

1. Kwashiorkor.
Istilah kwashiorkor pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Cecily Williams pada tahun 1933 ketika
ia menemukan keadaan ini di Ghana, Afrika. Dalam bahasa Ghana, kwashiorkor artinya penyakit
yang diperoleh anak pertama, bila anak kedua sedang ditunggu kelahirannya.Penyebab
terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake yang berlangsung kronis.

13
2. Marasmus. Marasmus berasal dari kata Yunani yang berartiwasting atau merusak. Merupakan
bentuk malnutrisi kalori protein akibat kekurangan kalori yang berat dan kronis terutama terjadi
selama tahun pertama kehidupan dan mengurusnya lemak dibawah kulit dan otot (Dorland,
1998:649). Marasmus juga diartikan sebagai malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah
dengan makanan tidak cukup atau hygiene kurang. Sinonim marasmus diterapkan pada pola
penyakit klinis yang menekankan satu atau lebih tanda defesiansi protein dan kalori (Nelson,
1999:212).

2.4 Manifestasi Klinis

Beberapa gejala penyakit kwashiorkor adalah :

1. Banyak menangis

2. Bahkan pada stadium lanjut anak terlihat sangat pasif

3. Penderita nampak lemah dan ingin selalu terbaring

4. Diare dengan fase cair yang banyak mengandung asam laktat karena berkurangnya produksi
laktase dan enzim penting lainnya

5. Kelainan kulit yang khas, dimulai dengan titik merah menyerupai petechia (pendarahan kecil
yang timbul sebagai titik berwarna merah keunguan pada kulit maupun selaput lendir, Red),
yang lama kelamaan kemudian menghitam. Setelah mengelupas, terlihat kemerahan dengan
batas menghitam. Kelainan ini buasanya dijumpai di kulit sekitar punggung, pantat, dan
sebagainya

6. Pembesaran hati, bahkan saat rebahan penbesaran ini diraba dari luar tubuh terasa licin dan
kenyal

7. Gangguan fungsi ginjal dan anemia

8. Gagal untuk manambah berat badan

9. Pertumbuhan linear terhenti

14
10. Perubahan warna rambut menjadi kemerahan dan mudah dicabut

11. Penurunan massa otot

12. Perubahan mental seperti lethargia, irotabilitas, dan apatis dapat terjadi

13. Pada keadaan berat atau akhir (final stagaes) dapat mengakibatkan shock, koma, dan
berakhir dengan kematian

14. Pada hasil pemeriksaan laboratorium terdapat hipoproteinemia, terutama pada albumin
sehingga terjadi edema

Gejala dari marasmus

1. Anak kurus hingga terlihat tulang berbungkus kulit

2. Wajah seperti orangtua

3. Perut cekung

4. Kulit keriput, jaringan lemak subkuits sangat sedikit sampai tidak ada (pada daerah bokong
tampak seperti memakai celana longgar)

5. Cengeng dan rewel

6. Iga gambang

7. Diare kronik

8. Sering disertai penyakit inspeksi (umumnya kronis berulang)

2.5 Akibat Kekurangan Kalori Protein

Kekurangan protein banyak terdapat pada masyarakat sosial ekonomi rendah. Kekurangan
protein murni pada stadium berat menyebabkan kwashiorkor pada anak-anak di bawah lima
tahun. Akibat dari kwashiorkor dan marasmus sendiri, yaitu:

1. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan

15
2. Mudah terkena penyakit

3. Berkurangnya daya pikir

4. Penurunan fungsi otak

5. Ketidakseimbangan cairan elektrolit

6. Berkurangnya daya tahan tubuh

7. Bila tidak segera diobati berakhir dengan kematian

2.6 Cara Menanggulangi KKP

KKP merupakan salah satu masalah serius yang sedang dihadapi Indonesia. Kita dapat
berusaha agar KKP dapat dikuragi. Berikut adalah cara-cara pencegahannya :

1. Tingkat keluarga

a) Ibu membawa balita ke posyandu untuk ditimbang

b) Memberi ASI pada usia sampai enam bulan

c) Memberi maknan pendukung ASI yang mengandung berbagai gizi (kalori, vitamin,
mineral)

d) Memberitahukan petugas kesehatan bila balita mengalami sakit

e) Menhindari pemberian makanan buatan kepada anak-anak untuk menggantikan ASI


sepanjang ibu masih mampu menghasilkan ASI

f) Melindungi anak dari kemungkinan menderita diare dan dehidrasi dengan cara
memelihara kebersihan, menggunakan air masak untuk minum, mencuci alat pembuat
susu dan makanan bayi serta penyediaan oralit

g) Mengatur jarak kehamilan ibu agar ibu cukup waktu untuk merawat dan mengatur
makanan yang bergizi untuk buah hati mereka

h) Bila ada dehidrasi atasi dulu

16
2. Perbaiki diet
a) Formula harus mudah dicerna,pekat kalori atau protein modisco I, II, & III memenuhi
syarat tersebut.
b) Bila ada intoleransi, mulailah dengan susu skim yang diencerkan ( 2,5-5-7,5 ) + glukosa
5 % disusul dengan modisco ½ , I , II , III.

3.Vitamin A 100.000-200.000 KI IM 2 kali.


4.Vitamin B komplek ,C,AD,tetes PO
5. Pengobatan penyakit penyerta atau penyebab
6. Terapi : gentamicin 6 – 7,5 mg/kg/hari dibagi 2 x atau Amikasin 15 mg/kg/hari dibagi 3 x

7. Tingkat posyandu

a) Kader melakukan penimbangan pada balita setiap bulan di posyandu

b) Kader memberikan penyuluhan tentang makanan pendukung ASI (MP-ASI)

c) Kader memberikan pemulihan bayi balita yang berada di garis merah (PMT) contoh :
KMS

d) Pemberian imunisasi untuk melindungi anak dari penyakit infeksi seperti TBC, polio dan
ada pula beberapa imunisasi dasar, antara lain :

1) BCG

2) DPT

3) Polio

4) Hepatitis B3

5) Campak

Tambahan :

1) HiB (meningitis)

2) PCV / IPD (pnemokokus)

17
3) MMR

4) Influenza

18
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Cacingan merupakan parasit yang tumbuh di dalam tubuh manusia dan mengganggu
tubuh manusia tersebut, akibatnya adalah semua nutrisi yang masuk ke dalam tubuh manusia
itu terserap oleh parasit cacing tersebut. Obat yang mempunyai efek sebagai anti parasit dapat
digunakan untuk pengobatan cacingan ini, ada 2 jenis obat yang biasa digunakan yaitu :
1. Pyrantel pamoat
Dosis untuk pengobatan cacingan pada Dewasa/anak-anak : 10 mg/kg BB, diberikan dalam
dosis tunggal
2. Mebendazole
Dosis untuk pengobatan cacingan pada Dewasa/anak-anak : 10 mg/kg BB, diberikan dalam
dosis tunggal Apabila ada anggota keluarga yang terkena cacingan, sebaiknya pengobatan
juga
Diberikan untuk seluruh anggota keluarga untuk mencegah/mewaspadai terjadinya
penularan cacingan tersebut.
Dan untuk pencegahannya, yaitu
a. Ajari anak-anak untuk selalu menggunakan alas kaki ketika bermain diluar
rumah.
b. Ajari anak-anak untuk selalu mencuci tangan sebelum menyentuh makanan
c. Minum obat cacing dosis sekali minum setiap 6 bulan sekali, khususnya di
masa libur sekolah dimana anak-anak cenderung lebih sering bermain di luar
rumah
d. Jagalah selalu jari kuku untuk selalu bersih & terawat.
e. Hindari kebiasaan menggigit kuku/menggaruk bagian anus (terutama untuk
infeksi cacing kremi).
Kekurangan kalori protein atau kekurangan energi protein adalah keadaan kurang gizi
yang disebabkan rendahnya konsumsi dari energi protein dalam makanan sehari- hari
sehingga tidak memenuhi angka kebutuhan gizi( AKG).( Mansjoer, Arif.2000). Adapun
penatalaksanaan KKP :
a. Bila ada dehidrasi atasi dulu
b. Perbaiki diet
- Formula harus mudah dicerna,pekat kalori atau protein modisco I, II, &
III memenuhi syarat tersebut.

19
- Bila ada intoleransi, mulailah dengan susu skim yang diencerkan ( 2,5-
5-7,5 ) + glukosa 5 % disusul dengan modisco ½ , I , II , III.
c. Vitamin A 100.000-200.000 KI IM 2 kali.
d. Vitamin B komplek ,C,AD,tetes PO
e. Pengobatan penyakit penyerta atau penyebab.
g. Terapi : gentamicin 6 – 7,5 mg/kg/hari dibagi 2 x atau Amikasin 15
mg/kg/hari dibagi 3 x.

3.2 SARAN
Bagi pembaca dan masyarakat sebaiknya harus menjaga kesehatan lingkungan dan
makanan serta pola makan agar memenuhi kecukupan gizi, sehingga masyarakat atau pembaca
bisa mengenali dan mencegah lebih dini masalah-masalah seperti cacingan dan kekurangan
kalori protein.

20
DAFTAR PUSTAKA
Muhajir. 2007. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Ghalia Indonesia
printing.
Makfoed, Djarir, dkk. 2002. Kamus Istilah Pangan dan Nutrisi. Yogyakarta:Kanisus
Almatsier, Sunita. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta:Gramedia : Pustaka Utama.
Santoso, Soegeng & Ranti, Anne L. 1999.Kesehatan dan Gizi.Jakarta:PT Rineka cipta
Moehji, Sjahmien. 1986. Ilmu Gizi. Jakarta:Bhratara Karya Aksara
Carpenito, Lynda Juall.2001. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC
http:// academia.edu /gejala-anemia-penyebab-faktor-risiko.html , diakses pada tanggal
11 Maret 2016.
http://halosehat.com/penyakit/cacingan/penyebab-cacingan , diakses pada tanggal 11
maret 2016

21

Anda mungkin juga menyukai