Disusun Oleh
Siti Khadija, S.Ked
(1408010031)
Pembimbing :
dr. Regina Maya Manubulu, Sp.A., M.Kes
NIM : 1408010031
Telah berhasil dibacakan dan dipertahankan dihadapan para pembimbing klinik sebagai
bagian persyaratan yang diperlukan untuk mengikuti ujian komprehensif di bagian Ilmu
Pembimbing Klinik
Pembimbing Klinik I
Ditetapkan di : Kupang
PENDAHULUAN
Hipoglikemia adalah kadar gula plasma kurang dari 45 mg/dl. Untuk neonatus aterm
berusia kurang dari 72 jam dipakai batas kadar gula plasma 35 mg/dL. Sedangkan untuk
neonatus prematur dan KMK yang berusia kurang dari 1 minggu, disebut hipoglikemia bila
kadar gula darah plasma kurang dari 25 mg/dl. Hipoglikemia pada bayi dan anak dapat
disebabkan oleh berbagai defek hormonal dan metabolik. Hipoglikemia paling sering
ditemukan pada periode neonatal awal, sering disebabkan karena simpanan energi yang tidak
adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik yang besar pada bayi prematur atau bayi kecil
masa kehamilan. Hipoglikemia jarang ditemukan pada bayi normal pada hari – hari pertama
kehidupan dan hal ini memerlukan perhatian khusus. Setelah usia 2-3 hari, jarang ditemukan
hipoglikemia dan jika terdapat hipoglikemia biasanya disebabkan oleh kelainan metabolik
atau kelainan endokrin.1
Penyebab hipoglikemia seringakali sangat kompleks. Hipoglikemia pada bayi dan
anak dapat terjadi pada beberapa macam kondisi seperti akibat abnormalitas hormonal,
kosidasai asam lemak, substrat yang inadekuat, kelainan jalur respons metabolik serta obat –
obatan atau intoksikasi.2 Hipoglikemia dapat memberikan gejala dapat juga asimptomatik.
Jika memberikan gejala, maka bayi dan anak harus selalu ditatalaksana dengan preparat
dextrose parenteral. Namun, pada hipoglikemia asimptomatik, maka pemeriksaan rutin
direkomendasikan pada situasi yang berisiko tinggi.3
PATOFISIOLOGI
- Hormonal
Pada individu normal, penurunan kadar glukosa serum menyebabkan supresi sekresi
insulin dan meningkatkan sekresi hormon kontraregulatori (hormon pertumbuhan/GH,
kortisol, glukagon dan epinefrin). Sinyal hormonal ini merangsang pelepasan asam amino
(alanin), dari otot untuk bahan baku proses glukoneogenesis dan merangsang pelepasan
trigkiresida dari jaringan adiposa untuk menyediakan asam lemak bebas untuk proses
ketogenesis hepar. Asam amino dan keton berfungsi sebagai bahan baku alternatif untuk otot,
sedangkan otak tidak dapat mentranspor asam lemak bebas melewati sawar darah otak.
Sinyal hormon ini juga merangsang pemecahan glikogen hepar dan merangsang terjadinya
glukoneogenesis. Kegagalan pada salah satu komponen sinyal hormonal ini dapat
menyebabkan hipoglikemia.
1. Hiperinsulinemia
Insulin yang tidak tersupresi pada kondisi hipoglikemia dapat ditemukan pada bayi dan
jarang ditemukan setelah periode neonatal. Situasi ini lebih sering ditemukan pada bayo dari
ibu diabetes. Selama intrauterin bayi ini terpapar dengan glukosa darah yang tinggi
menyebabkan hiperplasia sel beta janin. Kondisi hiperinsulinemia ini bersifat transien dan
biasanya berlangsung selama beberapa jam atau beberapa hari.
Hiperinsulinemia menetap lebih dari beberapa hari dapat disebabkan oleh kelainan
genetik yang mempengaruhi pelepasan insulin diregulasi glukosa. Pada bayi ditemukan
hiperplasia sel beta pankreas tanpa adanya stimulasi eksogen maternal. Hipoglikemia-
hiperinsulinemia persisten pada bayi baru lahir dapat disebabkan oleh abnormalitas genetik
reseptor sulfonilurea sel beta atau defek genetik lainnya yang mengganggu fungsi kanal
kalium-sensitif-adenosintrifosfat (ATP) yang meregulasi sndai dengan gigantismeeksresi
insulin. Hiperinsulinemia juga dapat timbul pada Sindrom Beckwick Wiedemann, suatu
kondisi yang ditandai dengan gigantisme somatik neontal (makrosomia, makroglosia,
omfalokel, viseralomegali dan celah daun telinga).
Apapun penyebabnya, hiperinsulinemia pada neonatus ditandai dengan berat badan bayi
besar masa kehamilan. Hipoglikemia biasanya berat dan sering timbul pada 1 sampai 3 jam
setelah makan. Kebutuhan glukosa meningkat, 2-3 kali lebutuhan basal yaitu 6-
8mg/kg/menit. Diagnosis hiperinsulinemia ditegakkan jika kadar insulin serum lebih dari
5µU/mL saat episode hipoglikemia. Tidak terdeteksinya keton diserum dan urin pada saat
hipoglikemia penting untuk membedakan hiperinsulinemia dari defek sekresi hormon
kontraregulatori.
Hiperinsulinemia jarang ditemukan pada anak dan biasanya disebabkan oleh adenoma sel
beta. Anak dengan kondisi ini memiliki nafsu makan yang besar, obesitas, dan mengalami
akselerasi pertumbuhan linier. Seperti halnya pada bayi, diagnosis hiperinsulinemia
ditegakkan jika konsentrasi insulin lebih dari 5µU/mL selama episode hipoglikemia.
Pada Sindrom Munchausen by proxy, insulin atau obat hipoglikemia sengaja diberikan
oleh orangtua atau perawat anak sebagai salah satu bentuk kekerasan pada anak. Diagnosis
ini dicurigai jika konsentrasi insulin dalam serum sangat tinggi (100µU/mL) sedangkan
konsentrasi C-peptida rendah atau tidak terdeteksi. Konsentrasi C-peptida yang rendah
menunjukkan bahwa insulin tersebut berasal dari sumber eksogen.
3. Defek Hormon Kontraregulatori
Defisiensi kortisol dapat terjadi akibat insufisiensi adrenal primer dengan etiologi yang
bervariasi. Pada bayi, paling sering disebabkan oleh hiperplasia adrenal kongenital, sebagian
besar akibat defisiensi 21-hidroksilase. Pada anak besar, insufisiensi adrenal primer biasaanya
terjadi akibat penyakit Addison, tetapi dapat juga disebabkan oleh adrenoleukodistrofi dan
kelainan lainnya. Penyakit Addison harus dicurigai jika ditemukan hiperpigmentasi kulit,
riwayat menyukai makanan asin, dan terdapat hiponatremia dan hiperkalemia.
Diagnosis defisiensi GH atau kortisol ditegakkan jika kadar GH atau kortisol serum
rendah saat terjadinya hipoglikemia atau pada pemeriksaan stimulasi lainnya. Berbeda
dengan hiperinsulinemia, pada defisiensi GH atau kortisol, keton, dan urin positif saat
hipoglikemia dan asam lemak bebas meningkat.
Simpanan energi yang cukup dalam bentuk glikogen, lemak dan otot diperlukan untuk
mengatasi hipoglikemia. Defisiensi simpanan energi ini adalah penyebab tersering
hipoglikemia pada neonatus kecil masa kehamilan atau prematur. Setelah periode neonatal,
simpanan energi biasanya cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik, kecuali pada pasien
malnutrisi. Pada salah satu bentuk hipoglikemia yang sering ditemukan pada anak, yaitu
hipoglikemia ketotik, pelepasan substrat dari simpanan energi ini untuk proses
glukoneogenesis dan oksidasi asam lemak terganggu.
Hipoglikemia ketotik idiopatik biasa dijumpai pada anak usia 18 bulan sampai 5 tahun.
Pasien biasanya mengalami gejala hipoglikemia setelah periode puasa lama, sering terjadi
saat sakit. Anak dengan kelainan ini biasanya kurus dan kecil dan biasanya lahir dengan kecil
masa kehamilan. Defek mobilisasi alanin dari otot dianggap sebagai penyebabnya, meskipun
sebagian besar semata – mata disebabkan oleh cadangan energi yang kurang. Alanin ini
diperlukan sebagai substrat untuk glukoneogenesis. Diagnosis hipoglikemia ketotik
merupakan diagnosis eksklusi karena sampai sekarang tidak ada pemeriksaan diagnosis
spesifik untuk kelainan ini. Kelainan ini biasanya sembuh spontan pada usia 7 – 8 tahun.
Untuk mempertahankan konsentrasi glukosa serum tetap normal saat puasa diperlukan
produksi glukosa melalui jalur alternatif dan produksi sumber energi alternatif lainnya (asam
lemak bebas dan keton). Glukosa dihasilkan melalui glikogenolisis dan glukoneogenesis,
sedangkan asam lemak dan keton dihasilkan melalui lipolisis dan oksidasi lemak.
I. Glikogenolisis
Glycogen storage disease terdiri dari beberapa subtipe yang berbeda derajat beratnya
penyakit. Diantara beberapa subtipe, subtipe yang paling berat adalah defisiensi glukosa-6-
fosfatase yang ditandai dengan hipoglikemia berat, hepatomegali berat, retardasi
pertumbuhan, dan asidosis laktat. Berbeda dengan defisiensi enzim glikogen fosforilase yang
menyebabkan hepatomegali dengan atau tanpa hipoglikemia.
II. Glukoneogenesis
Defek pada glukoneogenesis jarang ditemukan. Kelainan ini meliputi defisiensi fruktosa-
1,6 difosfatase dan defisiensi fosfoenol-piruvat karboksikinase. Manifestasinya meliputi
hipoglikemia puasa, hepatomegali akibat infiltrasi lemak, asidosis laktat, dan hiperurisemia.
Terdapat ketosis dan kadar asam lemak bebas dan alanin yang tinggi.
Kelainan ketogenesis akibat gangguan oksidasi asam lemak. Kelainan yang paling sering
ditemukan adalah defisiensi fatty acid acyl-coenzyme A (CoA) dehidrogenase rantai sedang;
terjadi pada 1 per 9000 sampai 1 per 15000 kelahiran hidup. Pasien biasanya normal saat bayi
dan episode hipoglikemia pertama terjadi pada usia 2 tahun atau lebih. Hipoglikemia
biasanya terjadi saat puasa lama atau saat sedang sakit. Ditemukan hepatomegali ringan
disertai hiperamonemia, hiperurisemia dan peningkatan ringan kadar transaminase hepar.
Keton tidak dideteksi atau rendah. Diagnosis dipastikan dengan ditemukannya peningkatan
konsentrasi asam dikarboksilik di urin.
Hipoglikemia dapat timbul akibat efek samping beberapa obat, termasuk insulin, obat
hipoglikemik oral, propanolol dan akibat intoksikasi salisilat. Toksisitas valproat dapat
menyebabkan kelainan yang mirip dengan defek oksidasi asam lemak. Mengkonsumsi etanol
dapat menyebabkan hipoglikemia, terutama pada anak kecil karena metabolisme etanol dapat
menyebabkan depresi kofaktor yang diperlukan untuk proses glukoneogenesis.1,9,10
GEJALA KLINIS
Gejala dan tanda hipoglikemia tidak spesifik. Gejala dan tanda dibagi menjadi 2
bagian yaitu11 :
Gambaran yang berhubungan dengan Gambaran yang berhubungan dengan
pelepasan epinefrin glikopenia serebral
Perspirasi, Palpitasi (takikardi) Sakit kepala,Kebingungan mental
Pucat, Parastesia Somnolen,Disartria
Gemetar, Ansietas, Lemas Perubahan kepribadian
Nausea, Muntah Penurunan konsentrasi,Bengong
Kelaparan,Ataksia
Koma, Diplopia
Gambaran ini tidak jelas pada pasien yang menerima pengobatan beta blocker
DIAGNOSIS
Bila ketiganya dipenuhi maka diagnosis klinis hipoglikemia dapat ditetapkan. Untuk
menetapkan diagnosis hipoglikemia asimtomatik lebih sulit. Pada anak dengan hipoglikemia
tanpa sebab yang jelas, maka pengambilan sampel serum harus dilakukan sebelum terapi.
Periksa kadar glukosa dan insulin, GH, kortisol, asam lemak bebas, dan betahidroksi butirat
dan asetoasetat. Pertimbangkan untuk memeriksa kadar laktat serum. Periksa kadar keton dan
zat pereduksi di urin. Hipoglikemia tanpa ketonuria menunjukkan adanya hiperinsulinemia
atau defek pada oksidasi asam lemak.11
TATALAKSANA
- Periksa kadar glukosa darah dalam usia 1-2 jam untuk bayi yang mempunyai faktor
risiko hipoglikemia dan pemberian minum diberikan setiap 2-3 jam
- Pemberian ASI, dapat dikombinasi dengan susu formula jika glukosa darah rendah
dan keton meningkat
- Tata laksana hipoglikemia sesuai algoritma :
Hitung Glucose Infusion Rate (GIR) :
6-8mg/kgBB/menit untuk mencapai gula darah maksimal. Dapat dinaikan
2mg/kgBB/menit
Bila dibutuhkan >12mg/kgBB/menit, pertimbangkan obat –obatan : glukagon,
kortikosteroid, diazoxide dan konsultasi ke bagian endokrin anak
Bila ditemukan hasil GD 36 - < 47mg/dl 2 kali berturut – turut diberikan infus
dekstrosa 10% sebagai tambahan asupan per oral
Bila 2 kali pemeriksaan berturut – turut GD >47mg/dl setelah 24 jam terapi
infus glukosa. Infus dapat diturunkan bertahap 2mg/kg/menit setiap 6 jam,
periksa GD setiap 6 jam, asupan per oral ditngkatkan.11
Pada anak
- Pada anak berikan glukosa 40% sebanyak 1 ml/kg intravena secara perlahan.
Ambillah sampel darah untuk pemeriksaan gula darah, insulin, growth hormone,
kortisol, laktat, serta keton darah dan urine. Selanjutnya diberikan infuse glukosa 5-
10% dalam salin untuk mempertahankan gula darah lebih dari 45 mg/dL dan kurang
dari 120 mg/dL. Pemberian hidrokortison merupakan indikasi bagi anak anak yang
tidak menunjukkan perbaikan dengan terapi tersebut di atas. Keadaan yang tetap
memburuk menunjukkan adanya gangguan yang serius yaitu kemungkinan telah
terjadi edema otak. Keadaan hipoglikemia yang berlanjut membutuhkan penanganan
khusus yang tergantung dari penyebabnya. Bila keadaan membaik, dapat dicoba
pemberian minuman/makanan per oral.Perlu diingat bahwa pada anak anak yang
mengalami diabetes mellitus tipe 1 (tergantung insulin), hipoglikemia merupakan
komplikasi yang sering terjadi.
TERAPI LANJUTAN
Infus glukosa 6-8mg/kg/menit. Kecepatan infus besarkan GIR.
𝑚𝑙
𝑘𝑔
𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑎𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 ( )𝑥 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐷𝑒𝑥𝑡𝑟𝑜𝑠𝑒 (%)
ℎ𝑎𝑟𝑖
GIR = 6 𝑥 𝐵𝐵
Lalu periksa ulang kadar glukosa setelah 20-30 menit dan setiap jam sampai stabil. Ketika
pemberian minum telah dapat ditoleransi dan nilai glukosa sudah normal infus dapat
diturunkan secara bertahap. Tindakan ini mungkin memerlukan waktu 24-48 jam atau lebih
menghindari kambuhnya hipoglikemia.10
KOMPLIKASI
Hipoglikemia yang berlangsung lama dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan
perkembangan bayi dan anak. Selain itu hipoglikemia dapat menyebabkan kerusakan otak,
koma dan berujung dengan kematian.12
PROGNOSIS
Prognosis tergantung penyebab yang mendasarinya. Untuk penyakit inborn errors of
metabolism dan defisiensi hormonal membutuhkan pengobatan seumur hidup, sebaliknya
pada hipoglikemia ketotik umumnya menghilang sekitar umur 5 tahun bila anak diberikan
nutrisi yang adekuat untuk mencegah hipoglikemia. Untuk hiperinsulinemia tergantung pada
derajat penyakit, respon terhadap pengobatan, dan lesinya fokal atau difus. Pada lesi fokal
umumnya dapat diobati dengan pembedahan. Hiperinsulinisme ringan yang memberikan
respon dengan diazoxide membutuhkan pengobatan jangka panjang tetapi anak dapat hidup
normal. Pada lesi difus yang tidak memberikan respon dengan pengobatan, tidak sepenuhnya
dapat diobati dengan pankreatektomi dan akan timbul problem hipoglikemia dan gangguan
perkembangan yang berkelanjutan. Prognosis baik terjadi pada neonatus dengan hipoglikemia
asimtomatik durasi pendek. Hipoglikemia terjadi kembali pada 10-15% bayi setelah
perawatan yang adekuat. Kekambuhan lebih umum jika cairan intravena mengalami
ekstravasasi atau dihentikan terlalu cepat sebelum pemberian makan oral ditoleransi dengan
baik. Anak – anak yang memiliki hipoglikemia neonatal transien memiliki peningkatan
kejadian hipoglikemia ketosis dikemudian hari. Prognosis untuk fungsi intelektual harus
dijaga agar tetap normal karena hipoglikemia bergejala yang berkepanjangan berulang dan
berat dikaitkan dengan gejala sisa neurologis. Bayi simtomatik dengan hipoglikemia,
terutama berat bayi lahir rendah, mereka dengan hipoglikemia hiperinsulinemia persisten dan
bayi hipoglikemik berat yang lahir dari ibu diabetes yang tidak dikontrol dengaan baik,
memiliki prognosis yang lebih buruk untuk perkembangan intelektual normal berikutnya
daripada bayi asimtomatik.3
PENCEGAHAN
Pencegahan yang dapat dilakukan pada hipoglikemia adalah :
- Hindari faktor risiko yang dapat dicegah seperti hipotermi
- Jika bayi tidak mungkin menyusu, berikan minum dengan sonde dalam 1-3 jam
setelah lahir
- Neonatus yang berisiko tinggi harus dipantau nilai glukosanya sampai asupannya
penuh dan tiga kali pengukuran normal
KESIMPULAN
1. Marcdante K, Kliegman R, dkk. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial edisi keenam.
Jakarta. IDAI.2014.hal.690-694
2. Windiastuti E, Gayatri P, Sekartini R, Indawati W, Idris NS. Kegawatan pada Bayi
dan Anak. 1st ed. Trihono PP, Windiastuti E, Gayatri P, editors. Jakarta: Departemen
Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM; 2012. 77-85 p.
3. Kliegman R, Stanton B, St. Geme J, Schor NF. Nelson Textbook of Pediatrics. 20th
ed. Behrman RE, editor. Canada: Elsevier; 2016. 773-788 p.
6. Susanto, Rudi. Hipoglikemia Pada Bayi dan Anak. Bagian IKA FK Universitas
Dipenogoro/ RS. dr. Karyadi Semarang. Diajukan pada PKB Palembang 10-11
November 2007. Diunduh pada tanggal 21 Oktober 2013.
7. Shankar Narayan, Rajiv Aggarwal, Ashok K Deorari, Vinod K Paul. Hypoglycemia in
the Newborn. Division of Neonatology, Department of Pediatrics. All India Institute
of Medical Sciences. Diunduh pada tanggal 21 Oktober 2013.
8. Batubara,Jose. Buku Ajar Endokrinologi Anak Jilid I. IDAI. Jakarta : 2010. Hal 195.
9. Gandhi K. Approach to Hypoglycemia in Infants and Children. Transl Pediatr.
2017;4(4):408–20.
10. Masakha MM. Prevalence Of Hypoglycemia In Newborn At Kenyatta National
Hospital And The Response To Glucose Supplementation In Low Birth Weight. Pure
Appl Sci Kenyatta Univ. 2010;(July):1,2.
11. Permenkes, RI. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer. Jakarta. 2014
12. Pujiadi A, Hegar B, dkk. Pedoman Pelayanan Medis. Jakarta. IDAI.2009. hal.120-124
13. Egger Larry. 2010. Guidelines Management of Neonatal Hypoglycemia.
Intermountain Health care.
14. World Health Organization. 1997. Hypoglycemia of the Newborn, Review of the
Literature: 1997. http://whqlibdoc.who.int/hq/1997/WHO_CHD_97.1.pdf.