Pada 1996 Commision on Education for the Twenty first Century melapor kepada
UNESCO bahwa pendidikan sepanjang haya sebagai suatu bangunan yang ditopang oleh empat
pilar, yaitu:
(1) Learning to know, yang juga disebut learning to learn, yaitu belajar untuk
memperoleh pengetahuan dan untuk melakukan pembelajaran selanjutnya.
(2) Learning to do, yaitu belajar untuk memeliki kompetensi dasar dalam berhubungan
dengan situasi dan tim kerja yang berbeda-beda
(3) Learning to life together, yaitu belajar untuk mampu mengapresiasi dan mengamalkan
kondisi saling ketergantungan, keanekaragaman, memahami dan perdamaian intern
dan antarbangsa.
(4) Learning to be, yaitu belajar untuk mengaktualisasikan diri sebagai individu dengan
kepribadian yang memiliki timbangan dan tanggung jawab pribadi.1
Pada tahun 1998, UNESCO mencanangkan empat pilar pendidikan tersebut. Dengan
demikian, keluaran proses pendidikan merupakan suatu pribadi utuh dengan keunggulan secara
berimbang dalam aspek spiritual, sosial, intelektual, emosional, dan fisikal. Juga pendidikan yang
mempersiapkan peserta didik untuk memperoleh kebahagiaan hidup secara seimbang antara
kehidupan dunia dan akhirat, antara kehidupan pribadi dan kehidupan bersama.
Kerangka pendidikan dunia inilah yang mendasari kebijakan berbagai negara untuk
menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Negara-negara Afrika seperti Beliz, Trinidad, dan
Tobago sudah lebih dahulu menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi dari pada Indonesia.
Bahkan, Amerika telah menerapkannya sejak tahun 1970-an yang disebut sebagai competency
based education (CBE) dan kurikulumnya disebut competency based curriculum. Menyusul
Inggris dan Jerman tahun 1980-an dan Australia pada tahun 90-an.2
1
Sulalah, Pengembangan Pola Pembelajaran Agama Berbasis Humanis di Madrasah, Artikel dalam
Madrasah, Vol 1 No 1, hlm 1-2
2
Abdul Majid dan Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi: Konsep dan implementasi
Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm, 1-2
competence, yang mengandung arti the ability to do something, yaitu kemampuan untuk
mengerjakan sesuatu.3 Kompetensi juga bermakna sebagai apa yang diaharapkan dapat diketahui,
disikapi, atau dilakukan siswa dalam setiap tingkatan kelas dan satuan pendidikan sekaligus
menggambarkan kemajuan siswa yang dicapai secara bertahap dan berkelanjutan untuk menjadi
kompeten. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kompetensi diartikan sebagai “Kemampuan
untuk menguasai.” Sementara itu menurut SK Mendiknas No 045/U2002, yang dimaksud
kompotensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki oleh
seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-
tugas di bidang pekerjaan tertentu.
Pusat kurikulum, mendefenisikan kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan dan
nilai-nilai dasar yang refleksikan dalam kebiasaan berfikir, dan bertindak. Kebiasaan berfikir dan
bertindak secara konsisten dan terus menerus memungkinkan seseorang menjadi kompeten,
dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu.4
Berdasarkan ketentuan tersebut, maka komptensi diartikan sebagai kebiasaan berpikir dan
bertindak secara konsisten dan terus menerus dapat memungkinkan seseorang menjadi kompeten,
dalam arti meiliki pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu
kompetensi ini dapat dikenali melalui sejumlah hasil belajar dan indikatornya yang dapat diukur
dan diamati. Kompetensi dapat dicapai melalui pengalaman belajar yang diakaitkan dengan
bahan kajian dan bahan pelajaran secara kontekstual.
Apabila ketentuan kompetensi tersebut digunakan sebagai acuan, maka ada dua prinsip
yang perlu diperhatikan, yaitu: pertama, kompetensi sebagai arahan mutu output pendidkan
dalam konteks ini ada yang perlu ditekankan bahwa yang dimaksud kompetensi adalah
kemampuan menggunakan substansi materi ajar untuk memecahkan problem kehidupan, secara
arif dan kreatif, dan bukan sebagai penguasaan materi ajar (subject matter based). Kedua,
kompetensi sebagai standar mutu pendidikan. Konsep ini memberikan implikasi bahwa yang
penting adalah apa yang dapat dilakukan peserta didik dan bukan apa yang dilakukan oleh
pendidik. Dengan kata lain, bahwa bagimana cara mengajar diserahkan sepenuhnya kepada
pendidik, yang dituntut adalah hasil belajar berupa peserta didik mampu berbuat sesautu atau
3
Muchlas Samani, Mengenai Setrifikasi Guru di Indonesia, (Surabaya: Asosiasi Penelitian Pendidikan Indonesia,
2006), hlm 5
4
Pusat Kurikulum, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Kegiatan Belajar Mengajar. (Jakarta: Puskus Balitbag
Depdiknas)
yang penting peserta didik dapat mencapai kompetensi yang ditunjukka dalam bentuk
kemampuan untuk mengajarkan sesutu, yang dikenal dengan istilah “pengetahuan keterampilan,
dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak”.5
Adapun yang dimaksud dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi, Saylor
mendefenisikannya sebagai “a design based on specific competencies is characterized by
specific, sequential, and demonstrable learning of the task, activities, or skill which constitute the
acts to be learned and performed by student. Departemen Pendidikan Nasional, menebutkan
bahawa Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) merupakan seperangkat rencana dan pengaturan
tentang kompetensi yang dibakukan dan cara pencapaiannya disesuaikan dengan keadaan dan
kemampuan daerah. Sementara itu, Pusat Kurikulum, menyebutkan bahwa KBK merupakan
seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai
siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar dan pemberdayaan sumber pendidikan dalam
pengembangan kurikulum sekolah.
Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa secara umum Kurikulum
Berbasis Kompetensi dapat diartikan sebagai model atau desain kurikulum yang dirancang secara
khusus untuk menyiapkan peserta didik kompeten dalam melaksanakan tugas-tugas dibidang
pekerjaan tertentu. Artinya bahwa, kurikulum tersebut disusun atas dasar pemikiran “lulusannya
berkemampuan untuk mengerjakan sesuatu.
Dasar pemikiran untuk menggunakan konsep kompetensi dalam kurikulum menurut pusat
kurikulum, adalah sebagai berikut:
a. Kompetensi berkenaan dengan kemampuan siswa melakukan sesuatu dalam berbagai
konteks.
b. Kompetensi menjelaskan pengalaman belajar yang dilalui siswa untuk menjadi
kompeten.
c. Kompeten merupakan hasil belajar yang menjelaskan hal-hal yang dilakukan siswa
setelah melalui proses pembelajaran.
d. Keandalan kemampuan siswa melakukan sesuatu yang harus didefenisikan secara
jelas dan luas dalam suatu standar yang dapat dicapai melalui kinerja yang dapat
diukur.
5
Samani, Kecakapan Hidup Melalui Pendekatan Pendidikan Berbasis Luas. (Surabaya: Swa Bina Qualita Indonesia-
Jatim), hlm 3
KBK berorentasi pada; (1) hasil dan dampak yang diaharapkan muncul pada diri peserta
didik melalui serangkaian pengalaman belajar yang bermakna, dan (2) keberagaman yang dapat
dimanifestasikan sesuai dengan apa yang diharapkan dapat diketahui, disikapi atau dilakukan
siswa dalam setap tingkatan kelas dan sekolah sekaligus menggambarkan kemajuan siswa yang
dicapai secara bertahap dan berkelanjutan untuk menjadi kompeten.
Departemen Pendidikan Nasional, mengemukakan bahwa KBK memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
a. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa, baik secara individual maupun
klasikal.
b. Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman.
c. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang
bervariasi.
d. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi
unsur edukatif.
e. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau
suatu kompetensi
Adapun menurut E, Mulyasa, menerangkan bahwa sedikitnya ada enak karakteristik
KBK, yaitu sebagai berikut:6
a. Sistem Belajar dengan Modul
Modul disini adalah suatu paket kurikulum yang disediakan untuk belajar sendiri,
sedangkan yang dimaksud pengajaran modul disini adalah pengajaran yang sebagian atau
seluruhnya didasarkan atas modul, misalnya seorang guru menggunakan metode tradisional, akan
tetapi juga menggunakan modul, baik itu sebagian maupun secara keseluruhan.
Tujuan dari pengajaran ini adalah untuk meningkatkan efisiensi dari efektivitas
pembelajaran di sekolah, baik waktu dan fasilitas maupun tenaga guna mencapai tujuan secara
optimal.
b. Menggunakan Keseluruhan Sumber Belajar
Menggunakan sumber belajar secara maksimal sangat dibutuhkan agar dalam proses
belajar mengajar tidak terjadi kevakuman, bukan hanya guru yang aktif tetapi keaktifan peserta
didik lebih diuatamakan, selain itu untuk melengkapi, memelihara dan memperkaya khazanah
6
E, Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya).
belajar., sumber belajar juga dapat meningkatkan aktfitas dan kreativitas peserta didik yang
sangat menguntungkan baik bagi guru maupun peserta didik.
c. Pengalaman Lapangan
Dalam KBK lebih menekankan pada pengalaman lapangan yang dapat secara sistematis
melibatkan masyarakat dalam pengembangan program, aktivitas, dan evaluasi pembelajaran.
Keterlibatan ini sangat penting karena masyarakat adalah pemakai dari produk pendidikan, salin
itu pengalaman lapangan ini dapat menakrabkan guru dengan peserta didik dalam kegiatan
belajar mengajar sehingga menambah kekuatan dan minat peserta didik terhadap pelaksanaa
pembelajaran dan terlindungnya guru dari rasa tidak senang peserta didik.
d. Strategi Belajar Individual Personal
Belajar individual adalah belajar berdasarkan tempo belajar peserta didik, sedangkan
belajar personal adalah interaksi edukatif berdasarkan keunikan peserta didik (minat, bakat, dan
kemampuan). Dalam strategi ini tidak hanya sekedar individualisasi dalam pembelajaran untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan kognitif peserta didik, tetapi mencakup respons-respons
terhadap perasaan pribadi dan kebutuhan pertumbuhan psikososial peserta didik.
e. Kemudahan Belajar
Kemudahan belajar diberikan melalui kombinasi antara pembelajaran individual dengan
pengalaman pembelajaran dan pembelajaran secara tim. Hal tersebut dilakukan melalui berbagai
media komunikasi yang dapat didayagunakan secara optimal untuk memberikan kemudahan
dalam belajar untuk mencapai atau menguasai kompetensi tertentu.
f. Belajar Tuntas (Mastery Learning)
Strategi belajar tuntas ini dikembangkan oleh Bloom. Strategi belajar ini maksudnya
adalah dikuasainya seluruh materi pelajaran oleh peserta didik (penguasaan secara penuh),
kembali pada tujuan akhir guru mengajar adalah aga seluruh bahan yang disampaikan dikuasai
sepenuhnya oleh peserta didik,bukan hanya oleh sebagian orang saja yang diberikan angka
tertinggi.
7
Muchlas Samani, Mengenal Setrifikasi Guru di Indonesia, (Surabaya: Asosiasi Penelitian Pendidikan Indonesia)
hlm, 6
a. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Standar kompetensi merupakan seperangkat kompetensi yang dibakukan secara nasional
dan diwujudkan dengan hasil belajar peserta didik. Standar harus dapat diukur dan diamati untuk
memudahkan pengambilan keputusan bagi guru, tenaga kependidikan lain, peserta didik, orang
tua dan penetu kebijaksanaan.8
Standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi arah dan landasan untuk
mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi
untuk penilaian. Dalam hal merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian perlu memperhatikan
Standar Proses dan Standar Penilaian.
b. Kegiatan Belajar Mengajar
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) merupakan proses aktif bagi siswa dan guru untuk
mengembangkan potensi siswa sehingga mereka akan tahu terhadap pengetahuan dan ada
akhirnya mampu melakukan sesuatu.
Sistem pengelolaan KBK menuntut KBM yang memberdayakan semua potensi peserta
didik untuk menguasai komptensi yang diharapkan, sehingga mereka akan mampu meningkatkan
pemahamannya terhadap fakta/konsep/prinsip dalam kajian ilmu yang dipelajarinya yang akan
terlihat dalam kemampuanya untuk berpikir logis, kritis dan kreatif.
Pemberdayaan tersebut diarahkan untuk mendorong individu belajar sepanjang hayat dan
mewujudkan masyarakat belajar. KBM dilandasai oleh prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Berpusat pada peserta didik (student center)
2) Mengembangkan kreativitas peserta didik.
3) Menciptakan kondisi menyenangkan, dan menantang
4) Mengembangkan berbagai kemampuan yang bermuatan nilai.
5) Menyediakan pengalaman belajar yang beragam.
6) Belajar melalui berbuat (learning by doing).
Prinspi-prinsip tersebut diwujudkan dengan menerapkan berbagai strategi dan metode
serta teknik pembelajaran yang efektif, kontekstual, dan bermakna.
8
Trianto Ibnu Badar, Hadi Suseno, Desain Pengembagan Kurikulum 2013 Di Marasah, (Jakarta: Kencana, 2017),
hlm, 87.
c. Penilaian berbasis Kelas (PBK)
Penilaian berbasis kelas merupakan kegiatan pengumpulan informasi tentang proses dan
hasil belajar peserta didik yang dilakukan oleh guru yang bersangkutan sehingga penilaian
tersebut akan mengukur apa yang hendak diukur dari peserta diidik. PBK memiliki tujuan untuk
megetahui tingkat penguasaan kompetensi yang ditetapkan. PBK bersifat internal, yaitu hanya
dilakukan oleh guru yang bersangkutan. Penilaian tersebut juga merupakan bagian dari kegiatan
belajar menagajar sebagai masukan bagi peningkatan mutu hasil belajar. PBK menekankan pada
kesatuan penilaian pada ketiga aspek, yaitu sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan
keterampilan (psikomotorik).
Prinsip PBK diantaranya, yaitu penilaian dilakukan oleh guru dan siswa, tidak terpisahkan
dari KBM, menggunakan acuan patokan, menggunakan berbagai cara penilaian (tes dan nontes)
mencerminkan kompetensi siswa secara kompherensif, berorientasi pada kompetensi, valid, adil
terbuka, berkesinambungan, bermakna dan mendidik. Penilaian tersebut meliputi: kumpulan
kerja siswa (portofolio), hasil karya (product), penugasan (project), untuk kerja dan tes tertulis.
d. Peneglolaan Kurikulum Berbasis Sekolah
Salah satu prinsip implementasi KBK adalah pengelolaan kurikulum berbasis sekolah.
Prinsip ini diimplementasikan untuk memberdayakan daerah dan sekolah dalam merencanakan,
melaksanakan, dan mengelola serta menilai, pembelajaran sesuai dengan kondisi dan aspirasi
mereka.
Prinsip PKBK ini mengacu pada kesatuan dalam kebijaksanan dan keberagaman dalam
pelaksanaan. Yang dimaksud kesatuan dalam kebijaksanaan ditndai dengan sekolah-sekolah
menggunakan perangkat. Dokumen KBK yang sama dikeluarkan oleh Kementrian Pendidikan.
Adapun keberagaman dalam pelaksanaan ditandai dengan keberagaman silabus yang akan
dikembangkan oleh sekolah/pemerintah daerah tersebut. Dengan adanya PKBK ini, maka banyak
pihak/instansi yang akan berperanan dan bertanggung jawab dalam melaksanakanya, misalnya
kepala sekolah, guru, dinas pendidikan kabupaten atau kota, dan sebagainya.
b. Perencanaan
Kegiatan pokok yang perlu dilakukan pada tahap ini adalah merancang dan
mengembangkan Silabus atau RPP yanh merupakan panduan penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran. Disini yang perlu dijabarka dan dikembangkan adalah aspek-aspek yang tercakpu
di dalam silabus atau RPP tersebut, yang akan direaslisasikan dalam menyelenggarakan kegiatan
pembelajaran.
Selanjutnya apabila disepakati bahwa silabus atau RPP merupakan salah satu produk
kurikulum sebagai pedoman tertuls, tentu membawa konsekuensi terhadap aspek-aspek yang
dikembangkan. Artinya, aspek-aspek yang ada dalam silabus atau RPP haruslah merupakan
aspek-aspek yang terdapat dalam kurikulum. Oleh karena itu jika kurikulum yang berlaku
disatuan pendidikan adalah KBK, tentu saja aspek-aspek yang perlu ada dalam silabus atau RPP
haruslah menggambarkan aspek-aspek yang dikembangkan dalam KBK.
Beberapa aspek-aspek pokok yang perlu ada dalan silabus atau RPP sebagaimana aspek-
aspek yang tercakup dalam KBK, adalah standar kompetensi/kompetensi inti, kompetensi dasar,
materi pokok, pengalaman belajar, alokasi waktu, dan sumber bahan. Adapun formatnya terserah
pada satuan pendidikan ,masing-masing karena tidak ada format baku, yang penting bahwa dalam
penyusunan format silabus perlu memperhatikan aspek-aspek; keterbacaan, keterkaitan
antarkomponen, dan kepraktisan penggunaanya.
c. Implementasi
Implementasi kurikulum merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mewujudkan
dan melaksanakan kurikulum (dalam rencaan tertulis) ke dalam bentuk nyata di kelas, yaitu
terjadinya proses tranmisi dan transformasi segenap pengalaman belajar kepada peserta didik.
Beberapa istilah yang bisa disepadankan dengan istilah implementasi kurikulum adalah
pembelajaran atas pengajaran atau proses belajar mengajar.9
Dengan pengertian yang demikian, implementasi kurikulum memiliki posisi yang sangat
menentukan bagi keberhasilan kurikulum sebagai rencana tertlulis. Begitu pentingnya posisi
implementasi bagi terwujud atau tidaknya sebuah kurikulum, sangatlah tepat manakala persoalan
implementasi kurikulum merupakan persoalan esensial dikalangan pengembang dan pelaksana
kurikulum. Telebih lagi jika sisten pembelajaran yang lebih menekankan dimensi proses dari
pada hasil belajar. Oleh karena itu agar impelementasi kurikulum terwuju dapat terwujud sesuai
dengan kurikulum sebagai rencana tertulis, disarankan agar terlebih dahulu memahami secara
tepat tentang filsafat dan teori yang digunakan.
d. Evaluasi
Evaluasi merupakan salah satu komponen pokok kurikulum. Jika suatu saat lembaga
pendidik kita menerapkan KBK, sistem evaluasinya akan berubah menyesuaikan dengan model
kurikulumnya.10
Model evaluasi yang sesua untuk menilai efektivitas KBK adalah evaluasi performansi.
Hal ini disebabkan KBK mensyaratkan peserta didik mampu mendemonstrasikan seperangkat
kompetensi dasar sebagaimana yang terumuskan dalam tujuan kurikulernya.
Evaluasi performansi merupakan bentuk evaluasi yang bermaksud memberi pertimbangan
mengenai nilai dan arti dari apa-apa yang telah dipelajari peserta didik. Evaluasi ini di dasarkan
9
Trianto Ibdu Badar, Hadi Suseno, Desain Pengem..........., (Jakarta: Kencana, 2017), hlm, 92
10
Ibid.., hlm 93.
atas keyakinan bahwa peserta didik mampu mendemonstrasikan terhadap apa yang mereka
ketahui dan mampu melakukannya dalam berbagai cara. Evaluasi ini bertujuan menilai
efektivitas penerapan pengetahuan dan keterampilan pada setting lapangan. Evaluasi ini
berorientasi pada skill outcome, yaitu keterampilan menggunakan proses dan prosedur yang
merupakan hasil pembelajaran yang diharapkan dalam berbagai bidang akademik. Misalnya sains
menaruh perhatian pada keterampilan laboratori, bahasa inggris, dan bahasa Arab berkepentingan
dengan keterampilan berkomunikasi, matematika berkaitan dengan keterampilan pemecahan
masalah dan lain-lain.
Adapun strategi mengembangkan alat evaluasi performasi peserta didik, menurut Blank
ada tujuh langka, yaitu menetapkan terhadap aspek-aspek apa saja yang akan dievaluasi,
menetapkan apakan proses dan hasil pembelajaran yang merupakan prioritas evaluasi,
mengembangkan butir-butir soal, menetapkan butir-butir soal secara khsusus yang menjadi kata
kunci dari aspek-aspek yang dinilai, menetapkan standar minimal tingkat penguasaam komptensi,
menyusn petunjuk pelaksanaan evaluasi dan membuat naskah evaluasi dan mengujicobanya.
11
Trianto Ibnu Badar, Hadi Suseno, Desain Pengem..............., (Jakarta: Kencana, 2017), hlm 95-97
dalam kebersamaan, dan belajar untuk membangun dan mengepresikan jati diri
yang dilandasi ketiga pilar sebelumnya.
7) Komperehensif berkesinambungan
8) Belajar sepanjang hayat.
9) Diversifikasi kurikulum
b. Prinsip pengembangan KBK Secara Khusus pada Tingkat Satuan Pendidikan
1) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik
dan lingkungannya.
2) Beragam terpadu.
3) Tanggap terahdap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan
5) Menyeluruh dan berkesinambungan
6) Belajar sepanjang hayat
7) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
12
Trianto Ibnu Badar, Hadi Suseno, Desain Pengem...........(Jakarta: Kencana, 2017), hlm 97-98
4) Kurikulum dilaksanakan dalam suasan hubungan peserta didik dan pendidik yang
saling menerima dab menghargai, akrab, terbuka dan hangat.
5) Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan
multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan
lingkungan sekitar sebagai sumber belajar.
6) Kurikulum dilaksanakan dengan mendaya gunakan kondisi alam, kondisi sosial dan
budaya serta kekayaan daearah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh
bahan kajian secara optimal
7) Kurikulum yang mencakup seluruh kompenen kompetensi mata pelajaran, muatan
lokal, dan pengemabangan diri diselnaggerakan dalam keseimbangan, keterkaitan dan
kesinambungan yang cocok dan memadai antar kelas dan jenis serta jenjang
pendidikan