Anda di halaman 1dari 3

1. D.

Kondisi yang menyebabkan leukosit tinggi

Leukositosis adalah keadaan dimana jumlah sel darah putih dalam darah meningkat atau
melebihi batas normal. Nilai normal leukosit (sel darah putih) adalah kurang dari 10.000/cu mm.
Peningkatan leukosit ini menandakan adanya proses infeksi di dalam tubuh. Leukosit
bertanggung jawab terhadap sistem imun dan bertugas untuk memusnahkan benda-benda yang
dianggap asing dan berbahaya oleh tubuh, misalnya virus atau bakteri. Orang yang kelebihan
leukosit akan menderita penyakit leukemia. Peningkatan atau kelebihan sel darah putih dapat
diakibatkan oleh beberapa hal seperti penggunaan obat-obatan seperti obat asma, antibiotik,
steroid, stress esktrim akibat pelepasan hormone epinefrin, leukemia limfositik akut, alergi,
campak, infeksi baakteri atau virus, rheumatoid artritis13, TB, batuk rejan, kerusakan
jaringan,dan merokok. Pada kasus leukemia, sumsum tulang belakang menghasilkan sel darah
putih berlebihan sehingga merusak sel darah merah yang menyebabkan rentan terhadap infeksi.
Leukositosis dapat juga dijumpai pada pekerja fisik berat, gangguan emosi, kejang, takhikardi
paroksisimal, paru, dan haid.

Irianto,Koes. 2015. Memahami Berbagai Macam Penyakit. Bandung: Alfabeta.

2. Hasil

Hasil pengamatan hausan darah tepi

Kolom 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 % RN
Sel
Basofil I I I 3 0-3
Eosinofil I I I I 4 1-4
Batang I I I II I 6
Segmen II IIIIII III II I II IIIII 22
Limfosit IIII III IIIIII IIIIIII IIII IIIIIIII IIIIII IIIIII IIIIIII IIIII 60 52-
76
Monosit II I II 5 2-8
Jumlah Sel 10 11 7 13 6 8 12 6 11 11 95
Berdasarkan praktikum hapus darah tepi yang telah dilakukan pada Kamis,10
Oktober 2019 di Laboratorium Non-mikroskopik Fakultas Kedokteran, Universitas
Tanjungpura, didapatkan hasil yaitu jumlah basofil 3, eosinophil 4, batang 6, segmen 22,
limfosit 60 dan monosit 5 dengan jumlah total sel adalah 95.

3. Pembahasan
Pemeriksaan preparat apus darah tepi merupakan bagian yang penting dari
rangkaian pemeriksaan hematologi. Keunggulan dari pemeriksaan apus darah tepi ialah
mampu menilai berbagai unsur sel darah tepi seperti morfologi sel (eritrosit, leukosit,
trombosit), menentukan jumlah dan jenis leukosit, mengestimasi jumlah trombosit dan
mengidentifikasi adanya parasit. Tujuan dilakukannya pewarnaan pada preparat apus
darah tepi yaitu agar memudahkan dalam melihat berbagai jenis sel dan juga dalam
mengevaluasi morfologi dari sel-sel tersebut. Pada apusan darah tepi salah satu sel yang
dapat diamati ialah leukosit. Leukosit memiliki sebuah inti yang bentuk dan ukurannya
bervariasi sehingga mudah dibedakan dengan eritrosit dan trombosit. Terdapat 5 jenis
leukosit yang utama, yaitu neutrofil, eosinofil, basofil, limfosit, dan monosit. Eosinofil
merupakan salah satu jenis sel leukosit yang memiliki ciri-ciri khas diantaranya sel bulat,
inti biasanya hanya memiliki 2 lobus, kromatin berwarna ungu, sitoplasma mengandung
banyak granula eosinofilik (jingga) yang berukuran sama besar dan lebih besar
dibandingkan granula neutrophil.
Pewarnaan Giemsa menunjukkan inti sel berwarna biru keunguan dan granula
tampak cukup jelas terlihat berwarna merah muda, dan juga jika menggunakan
pewarnaan Giemsa maka apusan lebih tahan lama disimpan. Pada pewarnaan Wright
menunjukan inti sel dan granula tampak lebih jelas terlihat kemerahan dengan warna
yang lebih menonjol dibandingkan dengan pewarnaan Giemsa. Namun, kekurangan dari
pewarna Wright yaitu tidak tahan lama dalam iklim tropis. Pada apusan dengan
pewarnaan kombinasi Wright-Giemsa terdapat kelebihan dari setiap zat warna dimana
granula, plasma dan inti lebih jelas terlihat dan pewarnaan lebih tahan lama disimpan.
Perlu diperhatikan terlebih dahulu tujuan dari pembuatan preparat apusan darah tepi,
karena apabila ingin menentukan ada atau tidaknya parasit akan lebih baik menggunakan
pewarnaan Giemsa, sedangkan apabila ingin melihat morfologi basofil akan lebih baik
menggunakan pewarnaan Wright.
Ardina R, Rosalinda S. Morfologi Eosinofil Pada Apusan Darah Tepi Menggunaan
Pewarnaan Giemsa, Wright, dan Kombinasi Wright-Giemsa. Journal Surya Medika.
2018;3(2):5-12

Anda mungkin juga menyukai