Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dasar dimulaianya periode mekanika kuantum adalah ketika mekanika klasik tidak
bisamenjelaskan gejala-gejala fisika yang bersifat mikroskofis dan bergerak dengankecepatan
yang mendekati kecepatan cahaya. Oleh karena itu, diperlukan cara pandangyang berbeda
dengan sebelumnya dalam menjelaskan gejala fisika tersebut.Teori atom mengalami
perkembangan mulai dari teori atom John Dalton, Joseph JohnThomson, Ernest Rutherford,
dan Niels Henrik David Bohr. Perkembangan teori atom menunjukkan adanya perubahan
konsep susunan atom dan reaksi kimia antaratom.
Kelemahan model atom yang dikemukakan Rutherford disempurnakan oleh
Niels Henrik David Bohr. Bohr mengemukakan gagasannya tentang penggunaan tingkat
energielektron pada struktur atom. Model ini kemudian dikenal dengan model atomRutherford-
Bohr. Tingkat energy elektron digunakan untuk menerangkan terjadinyaspektrum atom yang
dihasilkan oleh atom yang mengeluarkan energi berupa radiasi cahaya.
Dalam fisika modern efek fotolistrik dan hamburan Compton merupakan salah satu pokok
bahasan yang mempunyai kedudukan istimewa karena interpretasi mekanisme terjadinya
peristiwa ini telah mengantarkan fisika pada tahapan baru yang melahirkan fisika kuantum.
Karenanya pemahaman yang optimal mengenai ketiga materi tersebut pada pembelajaran fisika
modern amat diperlukan sehingga kegiatan laboratorium yang tidak dapat terlaksana perlu
digantikan dengan kegiatan serupa.
Dalam postulatnya Planck mengkuantisasikan energi yang dapat dimiliki osilator, tetapi
tetap memandang radiasi thermal dalam rongga sebagai gejala gelombang.Einstein dapat
menerangkan efek fotolistrik dengan meluaskan konsep kuantisasi Planck. Einstein
menggambarkan bahwa apabila suatu osilator dengan energi pindah ke suatu keadaan dengan
energi, maka osilator tersebut memancarkan suatu gumpalan energi elektromagnetik dengan
energy.
Lima tahun sesudah Planck mengajukan makalah ilmiahnya tentang teori radiasi thermal
oleh benda hitam sempurna, yaitu pada tahun 1905, Albert Einstein mengemukakan teori
kuantum untuk menerangkan gejala fotolistrik.Secara eksperimental sahihnya teori kuantum
itu dibuktikan oleh Millika n pada tahun 1914.Millikan secara eksperimental membuktikan
hubungan linear antara tegangan pemberhentian elektron dan frekwensi cahaya yang mendesak
elektron pada bahan katoda tertentu.
Pada tahun 1921 Albert Einstein memperoleh hadian Nobel untuk Fisika, karena secara
teoritis berhasil menerangkan gejala efek fotolistrik.Kesahihan penafsiran Einstein mengenal

1
fotolistrik diperkuat dengan telaah tentang emisi termionik. Telah alam diketahui bahwa
dengan adanya panas akan dapat meningkatkan konduktivitas udara yang ada di sekelilingnya.
Menjelang abad ke-19 ditemukan emisi elektron dari benda panas.Emisi termionik
memungkinkan bekerjanya piranti seperti tabung televisi yang di dalamnya terdapat filamen
logam atau katoda berlapisan khusus yang pada temperatur tinggi mampu menyajikan arus
elektron yang rapat.
Jelaslah bahwa elektron yang terpancar memperoleh energi dari agitasi thermal zarah pada
logam, dan dapat diharapkan bahwa elektron harus mendapat energi minimum tertentu supaya
dapat lepas. Energi minimum ini dapat ditentukan untuk berbagai permukaan dan selalu
berdekatan dengan fungsi kerja fotolistrik untuk permukaan yang sama. Dalam emisi
fotolistrik, foton cahaya menyediakan energi yang diperlukan oleh elektron untuk lepas, sedang
dalam emisi termionik kalorlah yang menyediakannya. Dalam kedua kasus itu proses fisis yang
bersangkutan dengan timbulnya elektron dari permukaan logam adalah sama.
Untuk membangkitkan tenaga listrik dari cahaya matahari kita mengenal istilah sel
surya.Namun tahukah kita bahwa sel surya itu sebenarnya memanfaatkan konsep efek
fotolistrik. Efek ini akan muncul ketika cahaya tampak atau radiasi UV jatuh ke permukaan
benda tertentu. Cahaya tersebut mendorong elektron keluar dari benda tersebut yang jumlahnya
dapat diukur dengan meteran listrik. Konsep yang sederhana ini tidak ditemukan kemudian
dimanfaatkan begitu saja, namun terdapat serangkain proses yang diwarnai dengan perdebatan
para ilmuan hingga ditemukanlah definisi cahaya yang mewakili pemikiran para ilmuan
tersebut, yakni cahaya dapat berprilaku sebagai gelombang dapat pula sebagai pertikel. Sifat
mendua dari cahaya ini disebut dualisme gelombang cahaya.
Meskipun sifat gelombang cahaya telah berhasil diaplikasikan sekitar akhir abad ke-19,
ada beberapa percobaan dengan cahaya dan listrik yang sukar dapat diterangkan dengan sifat
gelombang cahaya itu.Pada tahun 1888 Hallwachs mengamati bahwa suatu keping itu mula-
mula positif, maka tidak terjadi kehilangan muatan. Diamatinya pula bahwa suatu keping yang
netral akan memperoleh muatan positif apabila disinari. Kesimpulan yang dapat ditarik dari
pengamatan-pengamatan di atas adalah bahwa chaya ultraviolet mendesak keluar muatan litrik
negatif dari permukaan keping logam yang netral. Gejala ini dikenal sebagai efek fotolistrik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, beberapa permasalahan yang akan dibahas pada
makalah ini adalah :
1. Bagaimana konsep foton?
2. Apa itu efek fotolistrik?
3. Apa itu hamburan Compton dan sinar x?

2
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan diatas tujun penulisan ini adalah:
1. Untuk memahami konsep dari foton
2. Untuk memahami efek fotolistrik
3. Untuk mengetahui efek compton dan sinar x
D. MAMFAAT PENULISAN
Manfaat yang dapat diperoleh dari penyusunan makalah ini adalah agar dapat
menambah pengetahuan tentang konsep dan fenomena kuantum.

3
BAB II
PEMBAHASAN
KONSEP DAN FENOMENA KUANTUM

A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

KI 2 : Menghayati, mengamalkan perilaku jujur, disiplin,tanggung jawab,


peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan
proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia

KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,


prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya,dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian
yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.

KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri,dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi


Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
3.8 Menjelaskan secara 3.8.1 Mengidentifikasi konsep foton, fenomena efek
kualitatif gejala kuantum yang fotolistrik, efek Compton, sinar-X, aplikasi
mencakup sifat radiasi benda dalam kehidupan manusia
hitam, efek fotolistrik, efek 3.8.2 Menjelaskan tentang foton, efek fotolistrik
Compton, dan sinar X dalam 3.8.3 Menganalisis informasi tentang foton, efek
kehidupan sehari-hari fotolistrik, efek Compton, dan sinar-X
3.8.4 Mengeksplorasi konsep foton, fenomena efek
fotolistrik, efek Compton, dan sinar-X
4.8 Menyajikan laporan 4.8.1 Menyajikan laporan tertulis dari berbagai
tertulis dari berbagai sumber sumber tentang penerapan efek fotolistrik, efek
tentang penerapan efek Compton, dan sinar X dalam kehidupan sehari-
fotolistrik, efek Compton, dan hari
sinar X dalam kehidupan
sehari-hari

4
MATERI PEMBELAJARAN
C. KONSEP FOTON
1. Radiasi Benda Hitam
Teori kuantum diawali oleh fenomena radiasi benda hitam. Istilah “benda hitam”
pertama kali diperkenalkan oleh Gustav Robert Kirchhoff pada tahun 1862. Dalam Fisika,
benda hitam (atau blackbody) adalah sebutan untuk benda yang mampu menyerap kalor radiasi
(radiasi termal) dengan baik. Radiasi termal yang diserap akan dipancarkan kembali oleh benda
hitam dalam bentuk radiasi gelombang elektromagnetik, sama seperti gelombang radio ataupun
gelombang cahaya. Untuk zat padat dan cair, radiasi gelombangnya berupa spektrum kontinu,
dan untuk gas berupa spektrum garis. Meskipun demikian, sebenarnya secara teori dalam
Fisika klasik, benda hitam memancarkan setiap panjang gelombang energi yang mungkin agar
supaya energi dari benda tersebut dapat diukur. Temperatur benda hitam itu sendiri
berpengaruh terhadap jumlah dan jenis radiasi elektromagnetik yang dipancarkannya. Benda
hitam bersuhu di bawah 700 Kelvin dapat memancarkan hampir semua energi termal dalam
bentuk gelombang inframerah, sehingga sangat sedikit panjang gelombang cahaya tampak.
Jadi, semakin tinggi suhu benda hitam, semakin banyak energi yang dapat dipancarkan dengan
pancaran radiasi dimulai dari panjang gelombang merah, jingga, kuning hingga putih.
Meskipun namanya benda hitam, objek tersebut tidak harus selalu berwarna hitam. Sebuah
benda hitam dapat mempunyai cahayanya sendiri sehingga warnanya bisa lebih terang,
walaupun benda itu menyerap semua cahaya yang datang padanya. Sedangkan temperatur dari
benda hitam itu sendiri berpengaruh terhadap jumlah dan jenis radiasi elektromagnetik yang
dipancarkannya.
Dalam percobaan Fisika sederhana, benda atau objek yang paling mirip radiasi benda
hitam adalah radiasi dari sebuah lubang kecil pada sebuah rongga.
Dengan mengabaikan bahan pembuat dinding dan panjang gelombang radiasi yang masuk,
maka selama panjang gelombang datang lebih kecil dibandingkan dengan diameter lubang,
cahaya yang masuk ke lubang itu akan dipantulkan oleh dinding rongga berulang kali serta
semua energinya diserap, yang selanjutnya akan dipancarkan kembali sebagai radiasi
gelombang elektromagnetik melalui lubang itu juga. Lubang pada rongga inilah yang
merupakan contoh dari sebuah benda hitam. Temperatur dari benda itu akan terus naik apabila
laju penyerapan energinya lebih besar dari laju pancarannya, sehingga pada akhirnya benda
hitam itu mencapai temperatur kesetimbangan. Keadaan ini dinamakam dengan setimbang
termal (setimbang termodinamik).
a. Intensitas Radiasi

5
Gustav Kirchoff (1859) mengemukakan teorema termodinamika sebagai berikut ini “
Jika suatu benda berada dalam kesetimbangan termal, maka daya radiasi yang dipancarkan
akan sebanding dengan daya radiasi yang diserapnya”. Besarnya daya radiasi per satuan luas
disebut intensitas radiasi, yang sesuai dengan pernyataan hukum Stefan Boltzman “daya total
per satuan luas yang dipancarkan pada semua frekuensi oleh suatu benda adalah sebanding
dengan pangkat empat dari suhu mutlaknya”. Berdasarkan hukum Stefan Boltzman tersebut
maka dapat dirumuskan sebagai berikut.

Daya adalah energi kalor yang dipancarkan tiap satuan waktu P = Qt, sehingga besarnya daya
radiasi atau energi radiasi kalor tiap satuan waktu adalah sebagai berikut.

Keterangan:
I = Intensitas radiasi (W/m2);
Q = Energi kalor yang diradiasikan (J);
e = Koefisien emisivitas benda;
σ = Tetapan Stefan Boltzman (5,67 x 10-8 W.m-2.K-4);
P = daya radiasi (W atau J/s);
t = waktu pemancaran (s);
A = Luas permukaan benda (m2); dan
T = Suhu mutlak benda (K).
Emisivitas benda adalah kemampuan benda untuk memancarkan energi (gelombang
elektromagnetik). Harga koefisien emisivitas benda hitam sempurna adalah 1 karena benda
hitam sempurna adalah pemancar dan penyerap kalor paling baik, sedangkan untuk benda
putih sempurna emisivitasnya adalah 0 karena benda putih sempurna merupakan pemancar
dan penyerap kalor paling buruk.
Fenomena di awal menunjukkan bahwa, warna hitam memiliki emisivitas yang lebih
besar dibandingkan warna putih, sehingga daya radiasi yang diserap oleh warna hitam akan
bernilai lebih besar. Berdasarkan teori tersebut, jika kita menjemur pakaian berwarna hitam,
maka akan lebih cepat kering dibandingkan baju berwarna putih.
2. HUKUM PERGESERAN WIEN
Bila suhu suatu benda terus dinaikkan , intensitas relative dari spectrum cahaya yang
dpancarkannya berubah ini menyebabkan pergeseran dalam warna – warni spectrum cahaya
yang yang teramati yang dapat digunakan untuk menaksir suhu suatu benda. Juga pergeseran
panjang gelombang maksimum (lmaks). Semakin tinggi suhu suatu benda lmaks semakin
bergeser kea rah panjang ggelombang yang lebih pendek. Panjang gelombang intensitas
6
maksimum benda yang suhunya tinggi lebih pendek dari panjang gelombang intensitas benda
yang suhunya rendah. Gejala pergeseran lmaks pada radiasi benda hitam disebut
hukum Pergeseran Wien. Hukum pergeseran Wien menyatakan hubungan antara panjang
gelombang pada intensitas pancaran maksimum dan Suhu mutlak benda.

3. Teori Planck
Max Planck, ahli fisika dari Jerman, pada tahun 1900 mengemukakan teori kuantum.
Planck menyimpulkan bahwa atom-atom dan molekul dapat memancarkan atau menyerap
energi hanya dalam jumlah tertentu. Jumlah atau paket energi terkecil yang dapat
dipancarkan atau diserap oleh atom atau molekul dalam bentuk radiasi elektromagnetik
disebut kuantum.
Tokoh Fisika Max Planck
Seorang ahli fisika Jerman, Max Planck, mengumumkan bahwa dia mempunyai
hipotesa yang berani. Max Planck mengemukakan radiant energi (energi gelombang cahaya)
tidaklah mengalir dalam arus yang kontinyu, tetapi terdiri dari potongan-potongan yang
disebutnya quanta. Hipotesa Planck yang bertentangan dengan teori klasik tentang cahaya
dan elektro magnetik ini merupakan titik mula dari teori kuantum yang sejak itu
merevolusionerkan bidang fisika dan menyuguhkan kita pengertian yang lebih mendalam
tentang alam benda dan radiasi.
Teori Kuantum Max Planck
7
Planck menemukan bahwa energi foton (kuantum) berbanding lurus dengan frekuensi
cahaya.
E=h.ν

dengan:
E=energi (J)
h=konstantaPlanck6,626 × 10–34J. s
ν = frekuensi radiasi (s–1)
Salah satu fakta yang mendukung kebenaran dari teori kuantum Max Planck
adalah efek fotolistrik, yang dikemukakan oleh Albert Einstein pada tahun 1905. Efek
fotolistrikadalah keadaan di mana cahaya mampu mengeluarkan elektron dari permukaan
beberapa logam (yang paling terlihat adalah logam alkali) (James E. Brady, 1990).
Susunan alat yang dapat menunjukkan efek fotolistrik ada pada gambar percobaan efek
fotolistrik. Elektrode negatif (katode) yang ditempatkan dalam tabung vakum terbuat dari suatu
logam murni, misalnya sesium. Cahaya dengan energi yang cukup dapat menyebabkan elektron
terlempar dari permukaan logam. Elektron tersebut akan tertarik ke kutub positif (anode) dan
menyebabkan aliran listrik melalui rangkaian tersebut.

D. EFEK FOTO LISTRIK

Efek fotolistrik yaitu terlepasnya elektron dari permukaan logam karena logam tersebut
disinari cahaya. Untuk menguji teori kuantum yang dikemukakan oleh Max Planck, kemudian
Albert Einstein mengadakan suatu penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki bahwa cahaya
merupakan pancaran paket-paket energi yang kemudian disebut foton yang memiliki energi
sebesar hf. Percobaan yang dilakukan Einstein lebih dikenal dengan sebutan efek fotolistrik.

8
Gambar diatas menggambarkan skema alat yang digunakan Einstein untuk
mengadakan percobaan. Alat tersebut terdiri atas tabung hampa udara yang dilengkapi
dengan dua elektroda A dan B dan dihubungkan dengan sumber tegangan arus searah (DC).
Pada saat alat tersebut dibawa ke dalam ruang gelap, maka amperemeter tidak menunjukkan
adanya arus listrik. Akan tetapi pada saat permukaan Katoda (A) dijatuhkan sinar
amperemeter menunjukkan adanya arus listrik. Hal ini menunjukkan adanya aliran arus
listrik. Aliran arus ini terjadi karena adanya elektron yang terlepas dari permukaan (yang
selanjutnya disebut elektron foto) A bergerak menuju B. Apabila tegangan baterai diperkecil
sedikit demi sedikit, ternyata arus listrik juga semakin mengecil dan jika tegangan terus
diperkecil sampai nilainya negatif, ternyata pada saat tegangan mencapai nilai tertentu (-Vo),
amperemeter menunjuk angka nol yang berarti tidak ada arus listrik yang mengalir atau tidak
ada elektron yang keluar dari keping A. Potensial Vo ini disebut potensial henti, yang nilainya
tidak tergantung pada intensitas cahaya yang dijatuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa energi
kinetik maksimum elektron yang keluar dari permukaan adalah sebesar :

Grafik hubungan antara intensitas


dengan potensial henti

dengan :
Ek = energi kinetik elektron foto (J atau eV)
m = massa elektron (kg)
v = kecepatan elektron (m/s)
e = muatan elektron (C)
Vo = potensial henti (volt)
Berdasarkan hasil percobaan ini ternyata tidak semua cahaya (foton) yang dijatuhkan
pada keping akan menimbulkan efek fotolistrik. Efek fotolistrik akan timbul jika

9
frekuensinya lebih besar dari frekuensi tertentu. Demikian juga frekuensi minimal yang
mampu menimbulkan efek fotolistrik tergantung pada jenis logam yang dipakai.
a. Teori gelombang tentang efek foto listrik
Selanjutnya, marilah kita pelajari bagaimana pandangan teori gelombang dan teori
kuantum (foton) untuk menjelaskan peristiwa efek fotolistrik ini. Dalam teori gelombang
ada dua besaran yang sangat penting, yaitu frekuensi (panjang gelombang) dan intensitas.
Ternyata teori gelombang gagal menjelaskan tentang sifat-sifat penting yang terjadi pada
efek fotolistrik, antara lain :
a. Menurut teori gelombang, energi kinetik elektron foto harus bertambah besar jika
intensitas foton diperbesar. Akan tetapi kenyataan menunjukkan bahwa energi
kinetik elektron foto tidak tergantung pada intensitas foton yang dijatuhkan.
b. Menurut teori gelombang, efek fotolistrik dapat terjadi pada sembarang frekuensi,
asal intensitasnya memenuhi. Akan tetapi kenyataannya efek fotolistrik baru akan
terjadi jika frekuensi melebihi harga tertentu dan untuk logam tertentu dibutuhkan
frekuensi minimal yang tertentu agar dapat timbul elektron foto.
c. Menurut teori gelombang diperlukan waktu yang cukup untuk melepaskan elektron
dari permukaan logam. Akan tetapi kenyataannya elektron terlepas dari permukaan
logam dalam waktu singkat (spontan) dalam waktu kurang 10-9 sekon setelah waktu
penyinaran.
d. Teori gelombang tidak dapat menjelaskan mengapa energi kinetik maksimum
elektron foto bertambah jika frekuensi foton yang dijatuhkan diperbesar.
b. Teori kuantum tentang efek fotolistrik
Teori kuantum mampu menjelaskan peristiwa ini karena menurut teori kuantum
bahwa foton memiliki energi yang sama, yaitu sebesar hf, sehingga menaikkan intensitas
foton berarti hanya menambah banyaknya foton, tidak menambah energi foton selama
frekuensi foton tetap.
Menurut Einstein energi yang dibawa foton adalah dalam bentuk paket, sehingga
energi ini jika diberikan pada elektron akan diberikan seluruhnya, sehingga foton tersebut
lenyap. Oleh karena elektron terikat pada energi ikat tertentu, maka diperlukan energi
minimal sebesar energi ikat elektron tersebut. Besarnya energi minimal yang diperlukan
untuk melepaskan elektron dari energi ikatnya disebut fungsi kerja (Wo) atau energi ambang.
Besarnya Wo tergantung pada jenis logam yang digunakan. Apabila energi foton yang
diberikan pada elektron lebih besar dari fungsi kerjanya, maka kelebihan energi tersebut
akan berubah menjadi energi kinetik elektron. Akan tetapi jika energi foton lebih kecil dari
energi ambangnya (hf < Wo) tidak akan menyebabkan elektron foto. Frekuensi foton terkecil
yang mampu menimbulkan elektron foto disebut frekuensi ambang. Sebaliknya panjang
10
gelombang terbesar yang mampu menimbulkan elektron foto disebut panjang gelombang
ambang. Sehingga hubungan antara energi foton, fungsi kerja dan energi kinetik elektron
foton dapat dinyatakan dalam persamaan:

atau
sehingga

Gambar 5. Grafik hubungan antara Ek dengan f

Aplikasi efek fotolistrik


Sangat mengherankan jika kita mendengar bahwa aplikasi pertama efek fotolistrik
berada dalam dunia hiburan. Dengan bantuan peralatan elektronika saat itu suara dubbing
film direkam dalam bentuk sinyal optik di sepanjang pinggiran keping film. Pada saat film
diputar, sinyal ini dibaca kembali melalui proses efek fotolistrik dan sinyal listriknya
diperkuat dengan menggunakan amplifier tabung sehingga menghasilkan film bersuara.
Aplikasi paling populer di kalangan akademis adalah tabung foto-pengganda
(photomultiplier tube). Dengan menggunakan tabung ini hampir semua spektrum radiasi
elektromagnetik dapat diamati. Tabung ini memiliki efisiensi yang sangat tinggi, bahkan ia
sanggup mendeteksi foton tunggal sekalipun. Dengan menggunakan tabung ini, kelompok
peneliti Superkamiokande di Jepang berhasil menyelidiki massa neutrino yang akhirnya
dianugrahi hadiah Nobel pada tahun 2002. Di samping itu efek fotolistrik eksternal juga
dapat dimanfaatkan untuk tujuan spektroskopi melalui peralatan yang bernama
photoelectron spectroscopy atau PES.
Efek fotolistrik internal memiliki aplikasi yang lebih menyentuh masyarakat. Ambil
contoh foto-diode atau foto-transistor yang bermanfaat sebagai sensor cahaya berkecepatan
tinggi. Bahkan, dalam komunikasi serat optik transmisi sebesar 40 Gigabit perdetik yang

11
setara dengan pulsa cahaya sepanjang 10 pikodetik (10-11 detik) masih dapat dibaca oleh
sebuah foto-diode.
Sel surya yang sangat kita kenal manfaatnya dapat mengubah energi matahari
menjadi energi listrik melalui efek fotolistrik internal. Sebuah semikonduktor yang disinari
dengan cahaya tampak akan memisahkan elektron dan hole. Kelebihan elektron di satu sisi
yang disertai dengan kelebihan hole di sisi lain akan menimbulkan beda potensial yang jika
dialirkan menuju beban akan menghasilkan arus listrik.
Akhir-akhir ini kita dibanjiri oleh produk-produk elektronik yang dilengkapi dengan
kamera CCD (charge coupled device). Sebut saja kamera pada ponsel, kamera digital
dengan resolusi hingga 12 Megapiksel, atau pemindai kode-batang (barcode) yang dipakai
diseluruh supermarket, kesemuanya memanfaatkan efek fotolistrik internal dalam
mengubah citra yang dikehendaki menjadi data-data elektronik yang selanjutnya dapat
diproses oleh komputer.
Penerapan efek fotolistrik
Sel surya atau sel fotovoltaik adalah memanfaatkan efek fotolistrik untuk
membangkitkan arus listrik dari cahaya matahari. Efek fotolistrik muncul ketika cahaya
tampak atau radiasi ultraviolet jatuh ke permukaan benda tertentu. Cahaya atau radiasi
mendorong elektron keluar dari benda tersebut, yang jumlahnya dapat diukur dengan
meteran listrik.
Keunikan efek fotolistrik adalah ia hanya muncul ketika cahaya yang menerpa
memiliki frekuensi di atas nilai ambang tertentu. Di bawah nilai ambang tersebut, tidak ada
elektron yang terpancar keluar, tidak peduli seberapa banyak cahaya yang menerpa benda.
Frekuensi minimum yang kemunculan efek fotolistrik tergantung pada jenis bahan yang
disinari.
2. Gelombang De Broglie
Pada tahun 1924, Louis de Broglie, menjelaskan bahwa cahaya dapat berada dalam
suasana tertentu yang terdiri dari partikel-partikel, kemungkinan berbentuk partikel
pada suatu waktu sehingga untuk menghitung panjang gelombang satu partikel
diperoleh:

12
Hipotesa de Broglie menyatakan “Bagi semua partikel yang bergerak dengan
momentum p, terkait dengan suatu gelombang λ”
λ = h/p
Rumus panjang gelombang de Broglie, dimana h adalah tetapan Planck yang memiliki
nilai yang sangat kecil yaitu 6,626X10-34 maka hanya partikel yang berukuran atom/inti
atom yang perilaku gelombangnya dapat teramati. Beberapa persamaan yang sering
dipergunakan:
p = m.v
1
Ek = 2 (m. v 2 ) Ek = p2 /m p = √2Ek. m
hc E
E= = h. f f=h c = f.λ (foton)
λ

Kinemetaika non relativitas: Ek << Eo


Kinematika relativitas: E = Eo + Ek
E 2 = (mo c 2 )2 + p2 c 2
3. Ketidak Pastian Heisenberg
a. Prinsip Ketidakpastian Heisenberg menyatakan bahwa adalah (hampir) tidak
mungkin untuk mengukur dua besaran secara bersamaan, misalnya posisi dan
momentum suatu partikel.
b. Prinsip ini hanya berlaku pada tingkat atom.
c. Prinsip ini dicetuskan oleh ilmuwan Jerman bernama Werner Heisenberg pada
tahun 1927.
d. Fitur lain yang unik untuk mekanika kuantum adalah prinsip ketidakpastian.
e. Prinsip Ketidakpastian Heisenberg menyatakan bahwa tidak mungkin untuk
menentukan secara simultan baik posisi dan kecepatan partikel.
f. Misalnya, Pendeteksian terhadap elektron, akan dilakukan dengan cara interaksi
dengan foton cahaya. Karena foton dan elektron memiliki energi yang hampir
sama, setiap upaya untuk menemukan sebuah elektron dengan foton tentunya akan
menabrak elektron, sehingga akan muncul ketidakpastian tentang di mana elektron
berada.

13
g. Kita tidak perlu khawatir tentang prinsip ketidakpastian untuk benda sehari-hari
karena mereka memiliki massa yang besar. Jika Anda sedang mencari sesuatu
dengan senter, foton yang berasal dari senter tidak akan menyebabkan hal yang
Anda cari akan bergerak. Hal ini tidak terjadi dengan partikel yang berukuran
atomik, para ilmuwan terkemuka telah pemahaman baru tentang bagaimana untuk
membayangkan lokasi elektron dalam atom.

E. SINAR X DAN EFEK COMPTON


a. Sinar X
1) Sifat sinar x
Sinar-x ditemukan pertamakali oleh Roentgen pada tahun 1895. Pada saat ditemukan,
sifat-sifat sinar-x tidak langsung dapat diketahui. Sifat-sifat alamiah (nature) sinar-x baru
secara pasti ditentukan pada th 1912 seiring dengan penemuan difraksi sinar-x oleh kristal.
Difraksi sinar-x ini dapat “melihat” atau “membedak an” objek yang berukuran kurang lebih1
angstroom. Sifat-sifat sinar-x tersebut adalah:
a. tidak dapat dilihat oleh mata, bergerak dalam lintasan lurus, dan dapat mempengaruhi film
fotografi sama seperti cahaya tampak.
b. daya tembusnya lebih tinggi dari pada cahaya tampak, dan dapat menembus tubuh
manusia,kayu, beberapa lapis logam tebal.
c. dapat digunakan untuk membuat gambar bayangan sebuah objek pada film fotografi
(radiograf).
d. sinar-x merupakan gelombang elektromagnetik dengan energi E = hf.
e. orde panjang gelombang sinar-x adalah 0,5-2,5 Å . (sedangkan orede panjang gelombang
untuk cahaya tampak = 6000 Å). Jadi letak sinar-x dalam diagram spektrum gelombang
elektromagnet adalah antara sinar ultra violet dan sinar gama.
f. satuan panjang gelombang sinar-x sering dinyatakan dalam dua jenis satuan yaitu
angstroom Å dan satuan sinar-x (X Unit = XU). 1 kXU = 1000 XU = 1,00202 Å .

14
g. Persamaan gelombang untuk medan listrik sinar-x yang terpolarisasi bidang adalah E = A
sin 2 (x/ ft) = A sin (kx- t). Intensitas sinar-x adalah dE/dt (rata-rata aliran energi per
satuan waktu) per satu satuan luas yang tegak lurus arah rambat. Nilai rata-rata intensitas
sinar x adalah berbanding lurus dengan A2

Gambar 1. Arah vektor medssn lidtrik dan medan magnet dari sebuah
gelombang yang terpolarisasi bidang
2) Sumber sinar x
Salah satu cara untuk membangkitkan sinar-x adalah dengan cara menembakan
elektron yang berenergi kinetik (berkecepatan) tinggi pada suatu target (anoda). Pembangkit
(sumber) sinar-x jenis ini berdasarkan keadaan target (anoda) dapat dibedakan menjadi dua
jenis sumber sinar-x, yaitu sumber sinar-x yang beranoda diam (fixed anode x-ray source) dan
sumber sinar-x dengan anoda berputar (rotating anode x-ray source). Kedua jenis sumber sinar-
x ini akan dijelaskan pada bagian berikut ini. Sumber sinar-x beranoda diam. Komponen utama
sumber sinar-x yang beranoda diam adalah sebuah anoda, sebuah katoda (K), sebuah filamen
(F) sebagai sumber elektron, sebuah sumber tegangan tinggi (HV) untuk anoda dan katoda,
dan sebuah tegangan rendah (V) untuk filamen. Sumber sinar-x jenis ini secara skema
ditunjukkan pada gambar 2

Gambar 2. Skema sumber sinar-x beranoda tetap.


Filamen yang diberi catu daya dari sumber tegangan rendah (V) akan mengeluarkan
elektron secara termal. Elektron-elektron ini selanjutnya dipercapat oleh tegangan tinggi (HV)
yang timbul antara anoda dan katoda, sehingga mereka memperoleh energi kinetik yang sangat

15
besar. Pada saat menumbuk anoda elektron-elektron ini akan melepaskan energi kinetiknya.
Sebagian kecil dari energi tersebut berubah menjadi energi gelombang elektromagnetik yang
kita sebut sinar-x, sedangkan sebagian besar dari energi kinetik itu berubah menjadi panas
yang numpuk pada anoda. Berkas sinar-x yang dihasilkan dapat terdiri atas dua jenis sinar-x.
Jenis pertama adalah sinar-x polikhromatik, yaitu sinar-x yang berasal dari akibat pengereman
elektron oleh anoda. Berkas sinar-x jenis ini sering disebut sinar-x bremsstrahlung (sebuah kata
dalam bahasa Jerman yang berarti pengereman). Jenis kedua adalah sinar-x monokhromatik,
yaitu sinar-x yang berasal dari adanya transisi eksitasi di dalam anoda. Kedua jenis sinar-x ini
akan dijelaskan secara rinci di dalam pasal berikutnya.
Disamping komponen-komponen utama tersebut di atas, sumber sinar-x ini sering juga
dilengkapi dengan komponen lainnya, seperti aliran air dingin melaui anoda yang berfungsi
untuk mengeluarkan panas yang timbul pada anoda.
Sumber sinar-x dengan anoda berputar. Pada prinsipnya, komponen utama dari sumber
sinar-x dengan anoda berputar adalah sama dengan komponen utama dari sumber sinar-x yang
beranoda diam. Tetapi perbedaan yang paling mencolok diantara keduanya adalah bahwa
anoda pada sumber sinar-x ini diputar oleh sebuah motor listrik dengan kecepatan yang sangat
tinggi. Hal ini dimaksudkan supaya elektron-elektron akan menumbuk anoda pada tempat yang
selalu berbeda. Keuntungan dari cara ini adalah untuk mengurangi panas yang timbul pada
anoda sehingga sumber sinar-x jenis ini dapat menghasilkan berkas sinar-x yang berdaya besar.
Sebagai perbandingan, sumber sinar-x beranoda diam hanya mampu menghasilkan sumber
sinar-x yang berdaya kurang lebih 2 kilowatt (kW) sementara sumber sinar-x yang beranoda
berputar mampu menghasilkan berkas sinar-x dengan daya maksimum sebesar 18 kW.
Keuntungan lain dari sumber sinar-x yang beranoda berputas adalah :
a. bahan anoda dapat diubah dengan mudah tanpa harus menggati tabung sumber sinar-x
secara keseluruhan. Penggatian bahan anoda sering dilakukan apabila energi berkas sinar-x
karakteristik yang dibutuhkan harus bermacam-macam.
b. jenis dan ukuran filamen juga dapat diubah dengan mudah, sehingga ukuran noktah sinar-x
yang dihasilkan dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
c. oreintasi anoda dan filamen dapat disesuaikan dengan kebutuhan tanpa harus memilih arah
berkas sinar-x yang dihasilkan. Hal ini sangat menguntungkan karena kita tidak pelru
mengubah susunan alat-alat eksperimen lainnya, seperti goniometer - misalnya, yang
biasanya sangat sulit untuk setel dan kalibrasi ulang. Oreintasi yang dapat dibuat oleh
sumber sinar-x ini adalah orientasi geometri titik dan orientasi geometri garis. Kedua jenis
oreintasi ini ditunjukkan dalam gambar 3.

16
Gambar 3. Orientasi anoda dan filamen pada sumber sinar-x dengan anoda
berputar. (a) orientasi geometri titik, (b) orientasi geometri garis
Pada orientasi geometri titik, noktah sumber sinar-x pada anoda akan tampak dari
jendela seperti sebuah titik sumber, sedangkan pada orientasi geometri garis noktah tersebut
akan tampak dari jendela seperti sebuah garis sumber. Kedua jenis orientasi ini dengan mudah
dapat diperoleh dari sumber sinar-x jenis ini tanpa harus mengganggu susunan alat-alat
eksperimen lainnya.
Di sisi lain, kelemahan sumber sinar-x dengan anoda berputar adalah :
a. harganya jauh lebih mahal
b. untuk memperoleh sinar-x dengan daya yang besar, sumber ini memerlukan pompa pengisap
udara yang sangat baik untuk dapat memvakumkan ruang anoda-katoda.
3) Spektrum sinar-x
Berkas sinar-x yang dihasilkan oleh sebuah sumber dapat terdiri atas dua jenis
spektrum, yaitu spetrum kontinyus dan spektrum diskrit. Spektrum kontinyus dan spektrum
diskrit masing-masing sering juga disebut polikhromatik dan monokhromatik.
Spektrum kontinyus sinar-x timbul akibat adanya pengereman elektron-elektron yang
berenergi kinetik tinggi oleh anoda. Pada saat terjadi pengereman tersebut, sebagian dari energi
kinetiknya diubah menjadi sinar-x. Proses pengereman ini dapat berlangsung baik secara tiba-
tiba ataupun secara perlahan-lahan, sehingga energi sinar-x yang dihasilkannya akan memiliki
rentang energi yang sangat lebar. Jika elektron-elektron tersebut direm secara tiba-tiba, maka

17
seluruh energi kinetiknya akan diubah seketika menjadi energi sinar-x dan energi panas yang
numpuk pada anoda. Energi sinar-x ini merupakan energi tertinggi tertinggi yang dapat
dihasilkan oleh sebuah sumber sinar-x. Atau dengan kata lain panjang gelombang sinar-x ini
merupakan panjang gelombang terpendek ( min) yang dapat dihasilkan oleh sebuah sumber.
Tetapi jika elektron-elektron itu direm secara perlahan, maka energi kinetiknya akan diubah
secara perlahan pula menjadi energi sinar-x dan energi panas, sehingga sinar-x yang
dihasilkannya akan berenergi yang bervariasi sesuai dengan besarnya energi kinetik yang
diubahnya. Sinar-x ini akan memiliki panjang gelombang (energi) yang berbeda, sehingga
karena itulah sinar-x ini sering disebut sinar-x polikhromatik. Sinar-x yang dihasilkan oleh
adanya pengereman elektron baik secara tiba-tiba atau pun secara perlahan sering disebut
sinar-x bremsstrahlung
3) Aplikasi sinar x
Radiasi sinar-X merupakan suatu gelombang elektromagnetik dengan gelombang
pendek Gelombang elektromagnetik banyak jenisnya antara lain sinar lampu, ultra violet,
infra merah, gelombang radio, dan TV. Sinar-X mempunyai daya tembus yang cukup tinggi
terhadap bahan yang dilaluinya. Dengan demikian sinar-X dapat dimanfaatkan sebagai alat
diagnosis dan terapi di bidang kedokteran nuklir. Perangkat sinar-X untuk diagnosis disebut
dengan photo Rontgen sedangkan yang untuk terapi disebut Linec (Linier Accelerator).
Dengan perkembangan teknologi dewasa ini maka photo Rontgen dapat di tingkatkan
fungsinya lebih luas yaitu melalui alat baru yang disebut dengan CT. Scan (Computed
Tomography Scan). Adanya peralatan peralatan yang menggunakan sinar-X maka akan
membantu dalam mendiagnosis dan pengobatan (terapi) suatu penyakit, sehingga dapat
meningkatkan kesehatan masyarakat. Untuk di tingkat daerah peralatan yang menggunakan
sinar-X masih terbatas hanya pada pesawat Rontgen. Karena pesawat radioterapi
membutuhkan catu daya listrik yang cukup besar, pada hal sumber listrik di daerah relatip
masih rendah. Oleh sebab itu pembahasan disini lebih dititik beratkan pada penggunaan
sinar-X untuk pesawat Rontgen. Kata kunci : sinar-X, Photo Rontgen, CT-scan, Linac.
2. Efek Compton
Efek compton ditemukan oleh Arthur Holy Compton pada tahun 1923. Menurut teori
kuantum cahaya, foton berlaku sebagai partikel, hanya foton tidak memiliki massa diam. Jika
pendapat ini benar, maka berdasarkan peristiwa efek fotolistrik yang dikemukakan oleh
Einstein, Arthur Holy Compton pada tahun 1923 telah mengamati gejala-gejala tumbukan
antara foton yang berasal dari sinar X dengan elektron. Compton mengamati hamburan foton
dari sinar X oleh elektron dapat diterangkan dengan menganggap bahwa foton seperti partikel
dengan energi hf dan momentum hf/c cocok seperti yang diusulkan oleh Einstein.
Penemuan Efek Compton
18
Percobaan Compton cukup sederhana yaitu sinar X monokromatik (sinar X yang
memiliki panjang gelombang tunggal) dikenakan pada keping tipis berilium sebagai
sasarannya. Kemudian untuk mengamati foton dari sinar X dan elektron yang terhambur
dipasang detektor. Sinar X yang telah menumbuk elektron akan kehilangan sebagian energinya
yang kemudian terhambur dengan sudut hamburan sebesar θ terhadap arah semula.
Berdasarkan hasil pengamatan ternyata sinar X yang terhambur memiliki panjang gelombang
yang lebih besar dari panjang gelombang sinar X semula. Hal ini dikarenakan sebagian
energinya terserap oleh elektron. Jika energi foton sinar X mula-mula hf dan energi foton sinar
X yang terhambur menjadi (hf – hf’) dalam hal ini f > f’, sedangkan panjang gelombang yang
terhambur menjadi tambah besar yaitu λ > λ’.
Skema Percobaan Efek Compton

Skema percobaan Compton untuk menyelidiki tumbukan foton dan electron


Dengan menggunakan hukum kekekalan momentum dan kekekalan energi Compton berhasil
menunjukkan bahwa perubahan panjang gelombang foton terhambur dengan panjang
gelombang semula, yang memenuhi persamaan :
dengan
λ = panjang gelombang sinar X sebelum tumbukan (m)
λ’ = panjang gelombang sinar X setelah tumbukan (m)
h = konstanta Planck (6,625 × 10-34 Js)
mo = massa diam elektron (9,1 × 10-31 kg)
c = kecepatan cahaya (3 × 108 ms-1)
θ = sudut hamburan sinar X terhadap arah semula (derajat atau radian)
Besaran sering disebut dengan panjang gelombang Compton. Jadi jelaslah sudah bahwa
dengan hasil pengamatan Compton tentang hamburan foton dari sinar X menunjukkan bahwa
foton dapat dipandang sebagai partikel, sehingga memperkuat teori kuantum yang mengatakan
bahwa cahaya mempunyai dua sifat, yaitu cahaya dapat sebagai gelombang dan cahaya dapat
bersifat sebagai partikel yang sering disebut sebagai dualime gelombang cahaya.

19
BAB III
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
Peristiwa pelepasan elektron dari logam oleh radiasi disebut efek fotolistrik,
diamati pertama kali oleh Heinrich Hertz (1887). Elektron yang terlepas dari logam
disebut foto-elektron. Hamburan Compton adalah suatu efek yang merupakan bagian
interaksi sebuah penyinaran terhadapsuatu materi. Efek Compton adalah salah satu dari
tiga proses yang melemahkan energi suatu sinar ionisasi. Bila suatu sinar jatuh pada
permukaan suatu materi sebagian daripada energinya akan diberikan kepadamateri
tersebut, sedangkan sinar itu sendiri akan di sebarkan.
Foton adalah partikel elementer dalam fenomena elektromagnetik. Sebagai
gelombang, satu foton tunggal tersebar di seluruh ruang dan menunjukkan fenomena
gelombang sepertipembiasan oleh lensa dan interferensi destruktif ketika gelombang
terpantulkan saling memusnahkan satu sama lain.
B. SARAN
Untuk penyempurnaan pembuatan makalah kedepannya, kami mengharapkan
adanya saran dari pihak dosen maupun mahasiswa yang membaca makalah ini
terhadap kekurangan yang terdapat pada makalah ini.

20
DAFTAR PUSTAKA
Chasanah, Risdiani.2019.Fisika Untk SMA/MA Peminatan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam.Yokyakarta : Intantan Perwira.
Foster, Bob. 2009. Fisika SMA Jilid 3A untuk Kelas XII. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Suparmo dan Tri Widodo. 2009. Panduan pembelajaran Fisika. Jakarta : Departemen
Pendidikan Nasional
Kanginan, Marthen. 2016. Fisika Untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta : Erlangga.
http://fisikaasikdotcom.wordpress.com/2012/03/16/efek-fotolistrik
http://id.scribd.com/doc/124621696/hamburan-kompton

21
22
23

Anda mungkin juga menyukai