Anda di halaman 1dari 40

PEMBERIAN OBAT TOPIKAL PADA MATA, KULIT, TELINGA,

DAN KOMPRES PANAS DINGIN

2.1 Pemberian Obat pada Mata

2.1.1 Pengertian, Jenis-Jenis Dan Tujuan


Cara memberikan obat pada mata dengan tetes mata atau salep mata obat tetes mata.
Obat yang biasa digunakan oleh klien ialah tetes mata dan salep, meliputi preparat yang biasa
dibeli bebas , misalnya air mata buatan dan vasokonstrikstor (misalnya visine, dsb). Namun
banyak klien menerima resep obat-obatan oftalmic untuk kondisi mata seperti glaukoma dan
untuk terapi setelah suatu prosedur, misalnya ekstraksi katarak. Persentase besar klien yang
menerima obat mata ialah klien lanjut usia. Masalah yang berhubungan dengan usia
termasuk penglihatan yang buruk, tremor tangan dan kesulitan dalam memegang atau
menggunakan botol obat, mempengaruhi kemudahan lansia menggunakan obat mata secara
mandiri. Perawat atau bidan memberi penjelasan kepada klien dan anggota keluarga tentang
teknik yang digunakan dalam pemberian obat mata. (Donnelly. 1987) menganjurkan untuk
memperlihatkan klien setiap langkah prosedur pemberian obat tetes mata untuk
meningkatkan kepatuhan klien. 1

Obat mata dapat digolongkan menjadi


a. Obat mata golongan antiseptik dan antiinfeksi
b. Obat mata golongan kortikosteroid
c. Obat mata lainnya1

Tujuan pemberian obat pada mata diantaranya:


 digunakan untuk persiapan pemeriksaan struktur internal mata dengan cara mendilatasi
pupil, untuk pengukuran refraksi lensa dengan cara melemahkan otot lensa,
 digunakan untuk menghilangkan iritasi mata.
 Obat mata golongan antiseptik dan antiinfeksi digunakan pada gangguan mata karena adanya
infeksi oleh mikroba, masuknya benda asing ke dalam kornea mata atau kornea mata yang
luka/ ulkus.
 Obat mata kortikosteroid digunakan untuk radang atau alergi mata atau juga bengkak yang
bisa disebabkan oleh alergi itu sendiri atau oleh virus. Karena infeksi mata oleh virus itu
resisten terhadap pengobatan biasanya digunakan obat mata golongan kortikosteroid untuk
menghilangkan gejalanya saja. Kalaupun dengan antiseptik hal itu menghindari infksi
sekunder.
 Gabungan antiseptik dengan kortikosteroid digunakan untuk masalah mata yang disebabkan
oleh mikroba dan dengan keluhan bengkak/ radang juga gatal atau alergi.
 Digunakan untuk keluhan mata karena habis operasi.

Prinsip pemberian obat mata


1. Kornea mata banyak disuplai serabut nyeri sehingga menjadi sangat sensitif terhadap apapun
yang diberikan ke kornea. Oleh karena itu, perawat atau bidan menghindari obat mata apapun
secara langsung ke kornea.
2. Resiko penularan infeksi dari satu mata ke mata lain sangatlah tinggi. Perawat atau bidan
menghindari menyentuh kelopak mata atau struktur mata yang lain dengan alat tetes mata
atau tube salep.
3. Perawat atau bidan menggunakan obat mata hana untuk mata yang terinfeksi. 1

2.1.2 Indikasi dan kontra indikasi pemberian obat pada mata


Indikasi
Biasanya obat tetes mata digunakan dengan indikasi sebagai berikur
 meredakan sementara mata merah akibat iritasi ringan yang dapat disebabkan oleh debu,
sengatan sinar matahari, pemakaian lensa kontak, alergi atau sehabis berenang.
 antiseptik dan antiinfeksi.
 radang atau alergi mata.

Kontraindikasi
Obat tetes mata yang mengandungnafazolin hidroksida tidak boleh digunakan pada penderita
glaukoma atau penyakit mata lainnya yang hebat, bayi dan anak. Kecuali dalam pegawasan
dan nasehat dokter.

2.1.4 Persiapan Alat dan Bahan


Alat dan Bahan:
1. Obat dalam tempatnya dengan penetes steril atau berupa salep.
2. Pipet.
3. Pinset anatomi dalam tempatnya.
4. Korentang dalam tempatnya.
5. Plestier.
6. Kain kasa.
7. Kertas tisu.
8. Balutan.
9. Sarung tangan.
10. Air hangat/kapas pelembab.

a. tetes atau salep mata


1. botol obat dengan tetes mata steril atau tube salep.
2. Patch dan plester mata (bila perlu).
3. Kartu, format, atau huruf cetak nama obat.
4. Bola kapas atau tisu.
5. Wadah cuci berisi air hangat atau lap.
6. Sarung tangan sekali pakai.

b. cakram intraokuler
1. cakram obat.
2. Kartu, format, atau huruf cetak nama obat.
3. Sarung tangan sekali pakai. 1
2.1.5 Prosedur kerja1
No. Langkah rasional Gambar
1. Tinjau kembali program obatMemastika kelepatan
dari dokter, termasuk namapemberian obat.
klien, nama obat, konsentrasi
obat, jumlah tetesan obat (jika
dalam bentuk cair), waktu dan
mata (kanan atau kiri) yang
menerima obat.

2. Cuci tangan Mengurangi penularan


mikroorganisme.

3. Siapkan peralatan dan suplai


tetes atau salep mata Tetes mata tersedia dalam
botol obat dengan tetes matabemtuk botol plastik atau
steril atau tube salep. kaca.
Patch dan plester mata (bilaSalep dignakan dalam
perlu). tube kecil.
Kartu, format, atau huruf cetak
nama obat.
10. Bola kapas atau tisu.
11. Wadah cuci berisi air hangat
atau lap.
12. Sarung tangan sekali pakai.
cakram intraokuler
cakram obat.
Kartu, format, atau huruf cetak
nama obat.
Sarung tangan sekali pakai.

4. Periksa atau identifikasi klienMemastikan klien yang


dengan membaca gelangmenerima obat benar.
identifikasi atau menanyakan
nama klien
5. Jika tercapai patchmata,
lepaskan.

6. Kaji kondisi stuktur mata luar. Memberi data dasar yang


selanjutnya digunakan
untuk menentukan
apakah timbul respon
lokal terhadap
pengobatan juga
mengindikasikan
perlunya membersihkan
mata sebelum obat
diberikan.
7. Periksa apakah klien alergi Klien akan megalami
terhadap lateks, jika alergi respons hipersensitivitas
gunakan sarung tangan yang jika sarung tangan
buka lateks. menyentuh membran
mukosa.
8. Jelaskan prosedur kepada klien. Klien sering merasa
cemas tentang obat yang
dimasukan ke mata
karena adanya
kemungkinan
ketidaknyamanan.
9. Atur suplai di sisi tempat tidur Memastikan prosedur
dan gunakan sarung tangan. yang lancar dan teratur.
Sarunng tangan
mengurangi pajanan
terhadap drainase yang
infeksius.
10. Minta klien untuk berbaring Memudahkan obat
terlentang atau duduk dikursi dimasukkan dan
dengan kepala sedikit memudahkan drainase
hiperekstensi. yang ekluar dari mata.
11. Jika ada krusta (keropeng) atau Krusta atau drainase
drainase disepanjang kelopak merupakan tempat
mata atau kantus dalam, buang mikroorganisme
dengan perlahan. Basahi kerak berkumpul. Membasahi
yang kering dan sulit krusta akan
dipindahkan dengan mempermudah
menggunakan kain atau bola pembuangannya, dengan
kapas lembab selama beberapa demikian mencegah
menit. Selalu mengusap dari tekanan langsung pada
kantus ke kantus luar. mata.
12. Masukan obat tetes, salep atau
cakram:
Jika memasukkan obat tetes Kapas atau tisu
atau salep, dengan tangan yang mengabsorpsi obat yang
tidak dominan, pegang bola keluar dari mata.
kapas atau tisu pembersih pada
tulang pipi klien tepat di bawah
kelopak mata.
Jika memasukan obat tetes atau
salep, dengan tisu atau kapas
diletakkan dibawah kelopak Teknik ini memenjankan
mata bawah, tekan kebawah kantong konjungtiva.
dengan lembut, dengan ibu jari Menarik kembali
atau telunjuk pada lingkaran (retraksi) lingkaran
tulang mata. tulang mata. Mencegah
tekanan dan trauma pada
bola mata dan mencegah
jari menyentuh mata.
Minta klien melihat kelangit-
langit.

Tindakan ini menarik


kornea ke atas dan
menjauhi kantong
konjungtiva dan
mengurangi stimulasi
refleks mengedip.
Memasukkan tetes mata:
Dengan tangan yang dominan Membantu mencegah alat
pada dahi klien, pegang alat tetes mata menyentuh
tetes mata berisi obat kira-kira struktur mata secara tidak
sampai 2 cm diatas kantong sengaja sehingga
konungtiva. mengurangi resiko cedera
pada mata dan
perpindahan infeksi ke
alat tetes mata. Obat
mata sudah disterilkan.

Kantong konjungtiva
biasanya menampung 1
sampai 2 tetes.

Teteskan sejumlah tetesan yang Memasukkan tetesan ke


diresepkan ke dalam kantong dalam kantong mata
konjungtiva. memungkinkan distribusi
yang merata.

Jika klien mengedip atau


menutup mata atau jika tetes Efek terapeutik diperoleh
mata jatuh dibatas mata luar, hanya jika tetesan mata
ulangi prosedur. masuk ke kantong
konjungtiva.
Ketika memberikan obat yang
dapat menimbulkan efek
sistemik, lindungi jari anda Mencegah aliran obat
dengan tisu bersih dan beri berlebihan ke dalam
tekanan lembut pada duktus saluran hidung dan
nasolakrimalis klien selama 30 faring. Mencegah
sampai 60 detik. absorpsi ke sirkulasi
sistemik.

Setelah memasukkan obat,


minta klien untuk menutup mata
dengan lembut.

Membantu distribusi
obat, mendorong obat
dari kantong konjungtiva
Memasukkan salep mata:
Dengan memegang aplikator Obat didistribusi merata
salep diatas batas kelopak mata, dalam mata mata dan
berikan aliran salep tipis mrata batas kelopak mata.
disepanjang sisi dalam kelopak
mata bawah pada konjungtiva.
Minta klien melihat kebawah.

Mengurangi refleks
Berikan aliran tipis salep mengedip selama
konjungtiva di sepanjang pemberian salep.
kelopak atas mata.

Mendistribusikan obat
Minta klien menutup mata dan merata dalam mata dan
menggosok kelopak dengan batas kelopak mata
lembut dalam gerakan memutar
menggunakan kapas.

Jika terdapat kelebihan obat Mendistribusikan obat


pada kelopak mata, seka obat lebih lanjut tanpa
tersebut dengan lembut dari menimbulkan trauma
bagian dalam ke bagian luar pada mata.
kantus.

Jiak klien Meningkatkan rasa


menggunakanpatch mata, nyaman dan mencegah
kenakan dengan trauma pada mata
menempatkanpatch yang bersih
diatas mata yang diobati,
sehingga yang bersih diatas
mata yang diobati, sehingga
yang bersih diatas mata yang
diobati, sehingga yang bersih Mengurangi peluang
diatas mata yang diobati, infeksi
sehingga yang bersih diatas
mata yang diobati, sehingga
yang bersih diatas mata yang
diobati, sehingga yang bersih
diatas mata yang diobati,
sehingga seluruh mata tertutup.
Plester dengan baik tanpa
menekan mata.
Memasang cakram inokuler
Buka kemasan berisi cakram Memungkinkan perawat
obat dengan lembut, tekan atau bidan menginspeksi
cakram pada ujung jari sehingga adanya kerusakan atau
cakram melekat pada jari. deformitas cakram
sebelelum diberikan.

Dengan tangan yang lain, tarik


kelopak mata bawah klien
menjauhi matanya. Minta klien
melihat ke atas. Menyiapkan kantong
konjungtiva untuk
Tempatkan cakram didalam menerima cakram obat.
kantong konjungtiva, sehingga
cakram mengapung pada sklera
antara iris dan kelopak mata
bawah. Menjamin pengantaran
obat.
Tarik kelopak mata bawah klien
keluar dan keatas cakram.
Seharusnya tidak bisa melihat
cakram pada saat ini.
Ulangi tindakan ini jika dapat
melihat cakram obat.
Menjamin keakuratan
pengantaran obat.
13. Keluarkan cakram intraokuler
Cuci tangan dan kenakan sarungMengurangi penularan
tangan. mikroorganisme.

Jelaskan prosedur kepada klien.


Menyiapkan klien untuk
Dengan lembut tarik kelopak menjalani prosedur.
mata bawah klien untuk
memajankan cakram.
Dengan jri telunjuk dan ibu jari
tangan yang lain, jepit cakram
obat dan angkat keluar dari mata
klien.

14. Buang suplai yang kotor ke Mempertahankan


dalam wadah yang tepat. Lepas lingkungan yang rapi
dan buang sarung tangan dan pada sisi tempat tidur dan
cuci tangan. mengurangi penularan
mikroorganisme.
15. Observasi resons klien terhadap Mengevaluasi reaksi
pengobatan, perhatikan tanda terhadap obat.
dan gejala efek sistemik yang
potensial dan kondisi mata.

16. Catat konsentrasi obat, jumlah Pencatatan yang tepat


tetesan atau cakram waktu pada waktunya mencegah
pemberian dan mata yang kesalahan dalam
menerima obat (kanan atau kiri). pemberian obat (misal,
pengulangan pemberian
dosis obat atau
pemberian obat terlewat)

2.2 Pemberian Obat Topikal pada Kulit


2.2.1 Pengertian
Pemberian obat topikal pada kulit merupakan cara memberikan obat pada kulit
dengan mengoleskan obat yang akan diberikan. Pemberian obat topikal pada kulit memiliki
tujuan yang lokal, seperti pada superficial epidermis. Obat ini diberikan untuk mempercepat
proses penyembuhan, bila pemberian per-oral tidak dapat mencapai superficial epidermis
yang miskin pembuluh darah kapiler. Efek sistemik tidak diharapkan pada pemberian obat
topikal pada kulit ini. Apabila terjadi kerusakan kulit setelah penggunaan obat topikal pada
kulit, maka kemungkinan besar efek sistemik akan terjadi.2
Pemberian obat topikal pada kulit terbatas hanya pada obat-obat tertentu karena tidak
banyak obat yang dapat menembus kulit yang utuh. Keberhasilan pengobatan topical pada
kulit tergantung pada:
 Umur
 Pemilihan agen topikal yang tepat
 Lokasi dan luas tubuh yang terkena atau yang sakit
 Stadium penyakit
 Konsentrasi bahan aktif dalam vehikulum
 Metode aplikasi
 Penentuan lama pemakaian obat
Penetrasi obat topical pada kulit, melalui: stratum korneum  epidermis papilla
dermis  aliran darah2

Proses penyerapan obat topikal jika diberikan pada kulit, yaitu:


 Lag phase - hanya di atas kulit, tidak masuk ke dalam darah
 Rising - dari stratum korneum diserap sampai ke kapiler dermis darah
 Falling - obat habis di stratum korneum. Jika terus diserap kedalam, khasiatnya akan
semakin berkurang
Kurangnya konsentrasi obat yang sampai ke tempat sasaran bisa karena proses eksfoliasi
(bagian atas kulit mengelupas), terhapus atau juga karena tercuci.
Faktor-faktor yang berperan dalam penyerapan obat, diantaranya adalah2:
 Keadaan stratum korneum yang berperan sebagai sawar kulit untuk obat.
 Oklusi, yaitu penutup kedap udara pada salep berminyak yang dapat meningkatkan penetrasi
dan mencegah terhapusnya obat akibat gesekan, usapan serta pencucian. Namun dapat
mempercepat efek samping, infeksi, folikulitis dan miliaria jika penggunaannya bersama obat
atau kombinasinya tidak tepat.
 Frekuensi aplikasi, seperti pada obat kortikosteroid yang kebanyakan cukup diaplikasikan
satu kali sehari, serta beberapa emolien (krim protektif) yang akan meningkat penyerapannya
setelah pemakaian berulang, bukan karena lama kontaknya.
 Kuantitas obat yang diaplikasi
Jumlah pemakaian obat topikal pada kulit ini harus cukup, jika pemakaiannya berlebihan
justru malah tidak berguna. Jumlah yang akan dipakai, sesuai dengan luas permukaan kulit
yang terkena infeksi (setiap 3% luas permukaan kulit membutuhkan 1 gram krim atau salep).
 Faktor lain
Faktor lain seprti peningkatan penyerapan, dapat terjadi apabila:
 Obat dipakaikan dengan cara digosok sambil dipijat perlahan
 Dioles searah dengan pertumbuhan folikel rambut
 Ukuran partikel obat diperkecil
 Sifat kelarutan dan penetrasi obat diperbaiki
 Konsentrasi obat yang diberikan tepat
Contoh obat topikal untuk kulit :
1. Anti jamur : ketoconazol, miconazol, terbinafin
2. Antibiotik : oxytetrasiklin
3. Kortikosteroid : betametason, hidrokortison

2.2.2 Tujuan
Pemberian obat topikal pada kulit bertujuan untuk mempertahankan hidrasi atau
cairan tubuh untuk mencapai homeostasis, melindungi permukaan kulit, mengurangi iritasi
kulit, menghilangkan gejala atau mengatasi infeksi. 2
2.2.3 Jenis
Pemberian obat topikal pada kulit dapat bermacam-macam seperti:
  Krim

  Salep (ointment)

  Lotion

  Lotion yang mengandung suspensi

  Bubuk atau powder

  Spray aerosol.

2.2.4 Keuntungan dan Kerugian


 Keuntungan
Untuk efek lokal, mencegah first-pass effect serta meminimalkan efek samping sistemik.
Untuk efek sistemik, menyerupai cara pemberian obat melalui intravena (zero-order)
 Kerugian
Secara kosmetik kurang menarik
Absorbsinya tidak menentu
2.2.5 Alat dan Bahan
 Troli
 Baki dan alas
 Perlak dan alas
 Bengkok (nierbekken)
 Air DTT dalam kom
 Kapas
 Sarung tangan
 Kassa kecil steril (sesuai kebutuhan)
 Kassa balutan, penutup plastik dan plester (sesuai kebutuhan)
 Lidi kapas atau tongue spatel
 Obat topikal sesuai yang dipesankan (krim, salep, lotion, lotion yang mengandung suspensi,
bubuk atau powder, spray aerosol)
 Buku obat (ISO)
 Baskom
 Larutan klorin 0.5% dalam tempatnya
 Sabun cuci tangan
 Lap handuk
 Tempat sampah basah dan kering
2.2.6 Prosedur kerja1
NO. LANGKAH - LANGKAH RASIONALISASI
Untuk memastikan kepada
siapa obat tersebut akan
Cek instruksi dokter untuk memastikan nama
1. diberikan, agar
obat, daya kerja, tempat pemberian
meminimalisir kesalahan
pemberian
Agar klien mengetahui
Jelaskan prosedur tindakan (lakukan Informed
2. tindakan seperti apa yang
Consent)
akan dia dapatkan
Agar memudahkan
Setelah disiapkan pada baki dalam troli,
3. penjangkauan alat dalam
dekatkan alat dan bahan
melakukan tindakan
Susun alat tersebut secara secara ergonomis, Agar memudahkan kita
4.
berurutan sesuai dengan pemakaian dalam penggunaan alat-alat
Cuci tangan 7 langkah (sesuai dengan standar Untuk pencegahan infeksi
5. pencegahan infeksi) dengan sabun dan air
mengalir, lalu keringkan dengan lap handuk
Agar dapat mempermudah
Persiapkan posisi klien dengan tepat dan pemberian obat dan tetap
6.
nyaman perhatikan kenyamanan dan
privasi klien
Untuk memastikan keadaan
7. Identifikasi klien secara tepat
klien
8. Pakai sarung tangan Untuk pencegahan infeksi
9. Inspeksi kondisi kulit. Cuci area yang sakit, Untuk membersihkan area
lepaskan semua debris dan kerak pada kulit yang akan diobati agar
penyerapan obat dapat
maksimal
10. Keringkan atau biarkan area kering oleh udara Untuk pencegahan infeksi
Bila kulit terlalu kering dan mengeras, gunakan Untuk mempermudah
11.
agen topikal penggunaan obat
Oleskan agen topical :
Krim, salep dan lotion yang mengandung
minyak
a) Letakkan satu sampai dengan dua sendok teh
obat di telapak tangan kemudian lunakkan
dengan menggosok lembut diantara kedua
tangan
b) Usapkan merata diatas permukaan kulit,
lakukan gerakan memanjang searah
pertumbuhan bulu
c) Jelaskan pada klien bahwa kulit dapat terasa
berminyak setelah pemberian
Lotion yang mengandung suspensi
a) Kocok wadah dengan kuat
b) Oleskan sejumlah kecil lotion pada kassa
balutan atau bantalan kecil
c) Jelaskan pada klien bahwa area akan terasa
dingin dan kering
12.
Bubuk atau powder
a) Pastikan bahwa permukaan kulit kering secara
menyeluruh
b) Regangkan dengan baik lipatan bagian kulit
seperti diantara ibu jari atau bagian bawah
lengan
c) Bubuhkan secara tipis pada area yang
bersangkutan
Spray aerosol
a) Kocok wadah dengan keras
b) Baca label untuk jarak yang dianjurkan untuk
memegang spray menjauhi area (biasanya 15-30
cm)
c) Bila leher atau bagian atas dada harus
disemprot, minta klien untuk memalingkan
wajah dari arah spray
d) Semprotkan obat dengan cara merata pada
bagian yang sakit
Rapikan klien, kembalikan peralatan yang masih Untuk pencegahan infeksi
dapat dipakai, buang peralatan yang sudah tidak
13.
digunakan pada tempat yang sesuai dan
dekontaminasi alat
Cuci tangan 7 langkah (sesuai dengan standar Untuk pencegahan infeksi
14. pencegahan infeksi) dengan sabun dan air
mengalir, lalu keringkan dengan lap handuk
Buat laporan mengenai tindakan yang telah Untuk dokumentasi
15.
dilakukan
Agar klien mengetahui
Beritahukan pada klien tentang pengobatan yang
16. tidakan yang telah dilakukan
telah dilakukan
serta keadaan terakhirnya

2.2.7 Indikasi dan Kontraindikasi


 Indikasi: infeksi lokal, dermatitis, psoriasis ringan, keloid, parut hipertrofik, alopesia areata,
aknekistik dan prurigo
 Kontraindikasi: ulkus

2.3 Pemberian Obat pada Telinga

2.3.1 Pengertian

Struktur telinga dalam sangat sensitif terhadap suhu yang ekstrem. Apabila tetes
telinga atau cairan irigasi tidak diberikan pada suhu ruangan, dapat timbul vertigo (pusing
berat) atau mual. Walaupun struktur telinga luar tidak steril, adalah bijak untuk menggunakan
tetesan dan larutan steril, jika gendang telinga rupture. Masuknya larutan tidak steril ke dalam
struktur telinga tengah dapat menyebabkan infeksi. Dengan mendrainase telinga, perawat
bersama dokter dapat mengecek untuk meyakinkan bahwa gendang telinga klien tidak ruptur.
Perawat tidak pernah boleh menyumbat saluran telinga dengan alat tetes atau puit irigasi.
Memaksa obat masuk ke dalam telinga yang tersumbat dapat menciptakan tekanan yang
menimbulkan cedera pada gendang telinga.

Struktur telinga luar pada anak berbeda dari yang dimiliki orang dewasa. Ketika
memasukkan tetesan atau mengairi telinga perawat harus meluruskan saluran telinga. Pada
bayi dan anak kecil perawat meluruskan saluran kartilago telinga dengan memegang daun
telinga dan menariknya ke bawah dan kebelakang dengan lembut. Pada orang dewasa saluran
telinga lebih panjang dan tersusun atas tulang dibawahnya dan diluruskan dengan menarik
daun telinga ke atas dank e belakang. Apabila saluran telinga tidak diluruskan dengan benar,
larutan obat tidak akan mencapai bagian dalam struktur telinga luar.

Cara memberikan obat pada telinga dengan tetes telinga atau salep. Obat tetes telinga ini pada
umumnya diberikan pada gangguan infeksi telinga khususnya pada telinga tengah (otitis
media), dapat berupa obat antibiotik.3

Obat telinga dapat terbagi menjadi :


1. Obat telinga sebagai antiseptik dan anti infeksi.
Biasanya merupakan antibiotik seperti chlorampenikol, gentamisin, atau ofloxacin
dengan tambahan penghilang sakit lokal (lidokain/benzokain).
2. Antiseptik telinga dengan kortikosteroid
Pada kelompok obat telinga ini selain mengandung antibiotik dan penghilang sakit
lokal juga ditambah kortikosteroid yang berfungsi untuk menghilangkan gejala alergi
pada telinga.
3. Obat telinga lainnya
Obat telinga ini diindikasikan untuk saluran telinga yang tersumbat oleh kotoran yang
mengeras.
Obat telinga ini dibuat dalam bentuk sediaan khusus untuk telinga dengan pembawa yang
mudah menyebar ke dalam liang telinga. Bentuk kemasannya pun didesain khusus untuk
mempermudah pemberian obat telinga.
Semua obat telinga tidak boleh digunakan untuk jangka panjang karena bisa menimbulkan
ototoksik, superinfeksi.
Bila permasalahan telinga disebabkan oleh jamur/virus tidak boleh menggunakan obat telinga
yang mengandung antibiotik karena bisa menimbulkan superinfeksi. Selain itu antibiotik
digunakan untuk infeksi oleh bakteri.3

Cara membersihkan telinga yang baik adalah;


 Dengan menggunakan cotton bud (lidi berkapas) yang dicelup ke dalam cairan
perhidrol (H202 3%) atau fenolgliserin.
 Untuk membersihkan penumpukan serumen dapat juga dengan meneteskan terlebih
dahulu cairan perhidrol (H202 3%) atau fenolgliserin ke dalam liang telinga, tunggu beberapa
saat kemudian dibersihkan dengan alat pembersih telinga yang ujungnya lunak.
Untuk pemilihan obat telinga yang tepat sesuai kebutuhan dan keluhan anda ada baiknya
anda harus periksakan diri dan konsultasi ke dokter THT.
Di apotik online medicastore anda dapat mencari obat telinga yang telah diresepkan dokter
secara mudah dengan mengetikkan di search engine medicastore. Sehingga anda dapat
memilih dan beli obat telinga sesuai kebutuhan anda.

2.3.2 Persiapan Alat


Alat dan Bahan:
1. Obat dalam tempatnya.
2. Penetes.
3. Spekulum telinga.
4. Pinset anatomi dalam tempatnya.
5. Korentang dalam tempatnya.
6. Plester.
7. Kain kasa.
8. Kertas tisu.
9. Balutan.
10. Bengkok

2.3.3 Indikasi dan Kontra Indikasi


NAMA GENERIK
Clindamycin / Klindamisin HCl.
INDIKASI
Infeksi saluran napas, otitis media (radang rongga gendang telinga), infeksi kulit,
osteomyelitis (radang sumsum tulang), endokarditis (radang endokardium jantung).
KONTRA INDIKASI
# Hipersensitivitas.
# Diare, gangguan fungsi hati & ginjal.
# Individu yang atopi (hipersensitifitas atau alergi berdasarkan kecenderungan yang
ditemurunkan).

gbr. Contoh obat tetes telinga

2.3.4 Prosedur Kerja1


No Langkah Rasional
1 Tinjau kembali program obat dari dokter Menjamin pemberian obat yang aman dan
meliputi nama klien, nama obat, konsentrasi tepat.
obat, waktu pemberian obat, jumlah tetesan,
dan telinga (kanan atau kiri) yang akan
menerima obat.
2 Cuci tangan Mengurangi penularan mikroorganisme
3 Siapkan peralatan dan suplai : Digunakan untuk membuang serumen atau
Botol obat dan alat tetes drainase
Kartu, format atau huruf cetak nama obat
Lidi kapas
Tisu
Bola kapas (opsional)
Sarung tangan sekali pakai (bila perlu)
4 Periksa identifikasi klien dengan melihat Memastikan klien yang menerima obat
gelang identifikasi dan menanyakan benar.
namanya.
5 Kenakan sarung tangan. Mengurangi pajanan pada mikroorganisme.
6 Kaji struktur telinga luar dan salurannya Memberikan dasar untuk menentukan
apakah timbul respons local terhadap
pengobatan, apakah kondisi klien
membaik, atau apakah telinga perlu
dibersihkan dahulu sebelum obat diberikan.
7 Jelaskan prosedur pada klien Mengurangi rasa cemas
8 Atur suplai disisi tempat tidur Memastikan prosedur berjalan lancar
9 Minta klien mengambil posisi miring dengan Memudahkan memasukkan obat ke dalam
telinga yang akan diobati berada di atas telinga. Saluran telinga dalam posisi
menerima obat.
10 Jika serumen atau drainase menyumbat Serumen dan drainase menjadi tempat
bagian paling luar saluran telinga, seka berkumpulnya mikroorganisme dan dapat
dengan lembut menggunakan lidi kapas. menghambat distribusi obat ke dalam
Jangan mendorong serumen kedalam untuk saluran telinga. Oklusi saluran telinga
menghambat atau menyumbat saluran. mempengaruhi kondisi suara yang normal.
11 Luruskan saluran telinga dengan menarik Meluruskan saluran telinga member jalan
daun telinga kebawah dan ke belakang (pada masuk langsung ke bagian struktur telinga
anak-anak) atau ke atas dan ke luar (dewasa). luar yang lebih dalam.
12 Masukkan tetesan obat yang diresepkan, Mendorong tetesan ke dalam saluran yang
pegang alat tetes 1cm diatas saluran telinga tersumbat akan menyebabkan cedera pada
gendang telinga.
13 Minta klien mengambil posisi miring 2 Memungkinkan distribusi obat yang
sampai 3 menit. Beri pijatan atau tekanan menyeluruh. Tekanan dan pijatan
lembut pada tragus telinga dengan menggerakkan obat ke dalam.
menggunakan jari tangan.
14 Kadang-kadang dokter menginstruksikan Memasukkan kapas ke dalam saluran luar
penempatan kapas ke bagian terluar saluran mencegah obat keluar ketika klien duduk
telinga jangan menekan kapas ke bagian atau berdiri. Kapas tidak boleh menyumbat
terdalam saluran. saluran, sehingga merusak pendengaran.
15 Lepaskan kapas dalam 15 menit Meningkatkan distribusi dan absorpsi obat
16 Buang suplai dan sarung tangan yang kotor Menjaga kerapihan sisi tempat tidur
dan cuci tangan. Mengurangi penularan infeksi
17 Bantu klien mengambil posisi yang nyaman Mengembalikan rasa nyaman.
setelah tetesan di absorpsi.
18 Evaluasi kondisi telinga luar diantara Menentukkan respon terhadap obat.
pemasukkan obat

2.4 Terapi Panas Dingin


2.4.1 Pengertian Terapi
Terapi adalah suatu proses berjangka panjang berkenaan dengan rekonstruksi
pribadi.
Dalam kamus Bahasa Indonesia, definisi terapi adalah “usaha untuk memulihkan
kesehatan orang yang sedang sakit”. Tidak disebut ‘usaha medis’ dan juga tidak disebut
menyembuhkan penyakit. Maka kita bisa paham bahwa terapi adalah lebih luas daripada
sekadar pengobatan atau perawatan. Apa yang dapat memberi kesenangan, baik fisik maupun
mental, pada seseorang yang sedang sakit dapat dianggap terapi.4
2.4.2 Terapi Panas
Terapi panas merupakan terapi dengan menggunakan panas. Sedangkan kompres
adalah salah satu metode fisik yang digunakan untuk menurunkan suhu tubuh bila anak
demam yang sudah dikenal sejak zaman dulu. Kompres panas membantu meredakan sakit
yang berhubungan dengan radang sendi dan otot kaku dengan mengurangi ketegangan dan
melancarkan aliran darah. 4
a. Tujuan Terapi Panas
Terapi Panas pada tubuh bertujuan untuk meningkatkan perbaikan dan pemulihan
jaringan. Bentuk kompres termal biasanya bergantung pada tujuannya. Kompres panas akan
menghangatkan menghangatkan area tubuh tersebut. Kompres panas menghasilkan
perubahan fisiologis suhu jaringan, ukuran pembuluh darah, tekanan darah kapiler, area
permukaan kapiler untuk pertukaran cairan dan elektrolit, dan metabolisme jaringan. Durasi
kompres juga memengaruhi respons . 4
b. Jenis
Kompres panas pada tubuh berbentuk:
1. Kering
Kompres panas kering dapat digunakan secara lokal, untuk konduksi panas, dengan
menggunakan botol air panas, bantalan pemanas elektrik, bantalan akuatermia, atau kemasan
pemanas disposabel.
2. Basah.
Kompres panas basah dapat diberikan melalui konduksi, dengan cara kompres kasa, kemasan
pemanas, berendam, atau mandi.

c. Keuntungan dan Kerugian


A. Keuntungan
1. Memenuhi kebutuhan rasa nyaman pada klien
2. Mudah dan Praktis
3. Memberikan rasa hangat
4. Mengurangi dan membebaskan rasa nyeri
B. Kerugian
1. Pada 24 jam pertama setelah cedera traumatik. Panas akan meningkatkan perdarahan
dan pembengkakan
2. Peradarahan aktif. Panas akan menyebabkan vasdilatasi dan meningkatkan
Perdarahan
3. Edema noninflamasi. Panas meningkatkan permeabilitas kapiler dan edema.
4. Tumor ganas terlokalisasi. Karena panas mempercepat metabolisme sel,
pertumbuhan sel, dan meningkatkan sirkulasi, panas dapat, mempercepat metastase
(tumor sekunder)
5. Gangguan kulit yang menyebabkan kemerahan atau lepuh. Panas dapan membakar
atau menyebabkan kerusakan kulit lebih jauh.

d. Alat dan Bahan


 Kom berisi air hangat sesuai kebutuhan (40-46c)
 Bak seteril berisi dua buah kasa beberapa potong dengan ukuran yang sesuai
 Kasa perban atau kain segitiga
 Pengalas
 Sarung tangan bersih di tempatnya
 Bengkok dua buah (satu kosong, satu berisi larutan Lysol 3%)
 Waslap 4 buah/tergantung kebutuhan
 Pinset anatomi 2 buah
 Korentang
e. Prosedur Kerja1
NO LANGKAH RASIONALISASI
1. Dekatkan alat-alat kedekat klienAgar bidan atau perawat mudah menjangkau
alat.
2. Perhatikan privacy klien Agar menjaga privacy klien
3. Cuci tangan Untuk pencegahan infeksi

4. Atur posisi klien yang nyaman Agar saat pemberian obat, klien merasa
nyaman
5. Pasang pengalas dibawahAgar menjaga kebersihan dan kenyamanan
daerah yang akan dikompres klien di tempat tidur atau tempat klien saat
diberikan obat
6. Kenakan sarung tangan laluUntuk perlindungan diri
buka balutan perban bila
diperban. Kemudian, buang
bekas balutan ke dalam
bengkok kosong

7. Ambil beberapa potong kasaUntuk merendam kasa yang akan digunakan


dengan pinset dari bak seteril,untuk terapi kompres hangat
lalu masukkan ke dalam kom
yang berisi cairan hangat.

8. Kemudian ambil kasa tersebut,Untuk mengompres daerah yang nyeri agar


lalu bentangkan dan letakkanklien merasa nyaman dan mengurangi rasa
pada area yang akan dikompres sakit klien.
Bila klien menoleransi kompres
hangat tersebut, lalu
ditutup/dilapisi dengan kasa
kering. selanjutnya dibalut
dengan kasa perban atau kain
segitiga

9. Lakukan prasat ini selama 15-Agar hasil dari kompresan tersebut maksimal
30 menit atau sesuai program
dengan anti balutan kompres
tiap 5 menit

10. Lepaskan sarung tangan Untuk pencegahan infeksi

11. Atur kembali posisi klienAgar klien merasa nyaman


dengan posisi yang nyaman

12. Bereskan semua alat-alat untukAgar alat terlihat rapi dan bersih, juga
disimpan kembali berpengaruh pada kenyamanan klien maupun
perawat atau bidan
13. Cuci tangan Untuk pencegahan infeksi

14. Dokumentasikan tindakan iniAgar saat pengulangan kegiatan ini


beserta responnya jadwalnya teratur dan tidak terjadi kekeliruan
pada perawat/bidan

f. Indikasi
Indikasi Pemberian Kompres Panas
 Klien yang kedinginan(suhu tubuh yang rendah)
 Klien dengan perut kembung
 Klien yang punya penyakit peradangan, seperti radang persendian
 Spasme otot
 Adanya abses, hematoma
 klien dengan suhu tubuh yang tinggi
 klien dengan batuk dan muntah darah
 pascatonsilektomi
 radang, memar

g. Kontraindikasi
Kontraindikasi pemberian kompres panas, yaitu:
1. K u l i t y a n g b e n g k a k d a n t e r j a d i p e r d a r a h a n , k a r e n a p a n a s a k a n
meningkatkan perdarahan dan pembengkakan yang semakin
parah.
2. Peradarahan aktif. Panas akan menyebabkan vasdilatasi dan meningkatkan
perdarahan.
3. Edema noninflamasi. Panas meningkatkan permeabilitas kapiler dan edema.
4. Tumor ganas terlokalisasi. Karena panas mempercepat metabolisme sel,
pertumbuhan sel, dan meningkatkan sirkulasi, panas dapat, mempercepat metastase
(tumor sekunder).
5. Gangguan kulit yang menyebabkan kemerahan atau lepuh. Panas dapan membakar
atau menyebabkan kerusakan kulit lebih jauh.

2.4.2 Terapi Dingin

a. Pengertian
Terapi dingin dikenal sebagai cryotherapy yang bekerja pada prinsip pertukaran panas.
Hal ini terjadi ketika menempatkan objek pendingin dalam kontak langsung dengan objek suhu
yang lebih hangat, seperti es terhadap kulit. Objek dingin akan menyerap panas dari objek yang
lebih hangat. Setelah cedera, pembuluh darah akan memberikan oksigen dan nutrisi kepada sel-
sel yang rusak. Sel-sel di sekitar cedera meningkatkan metabolisme dalam upaya mengkonsumsi
lebih banyak oksigen. Ketika seluruh oksigen digunakan, sel-sel akan mati serta pembuluh darah
yang rusak tidak bisa membuang sampah. Sel darah dan cairan meresap ke dalam ruang di
sekitar otot yang mengakibatkan pembengkakan dan memar. Saat es ditempelkan akan
menyebabkan suhu jaringan yang rusak menurun melalui pertukaran panas dan menyempitkan
pembuluh darah lokal. Hal ini memperlambat metabolisme dan konsumsi oksigen, sehingga
mengurangi laju kerusakan. Proses tersebut menghentikan transfer impuls ke otak yang
mendaftar sebagai nyeri. Kebanyakan terapis dan dokter menyarankan untuk tidak menggunakan
terapi panas setelah cedera, karena hal ini akan memiliki efek sebaliknya dari terapi dingin. Panas
meningkatkan aliran darah dan melemaskan otot-otot. Hal itu baik untuk meredakan ketegangan
otot, tetapi hanya akan meningkatkan rasa sakit dan pembengkakan cedera dengan mempercepat
metabolisme. Terapi dingin harus selalu digunakan sesegera mungkin setelah cedera terjadi.
Terapi dingin dilakukan sekitar 15 hingga 20 menit selama 48 jam.

b. Tujuan

a. Mengurangi peradangan dengan cara mengerutkan atau mengecilkan pembuluh darah


b. Mengurangi rasa sakit
c. Mengurangi kejang otot
d. Mengurangi kerusakan jaringan
e. Mengurangi pembengkakakan
f. Mengurangi pembentukan udema (Pembekuan darah di bawah kulit)
c. Jenis-jenis
1. Kantong Es
Teknik ini menggunakan tas sederhana seperti kantong plastik, botol air panas, kemasan
dingin kimia atau sayuran beku. Caranya dengan menerapkan kain handuk kering di atas area
tersebut untuk mencegah kontak langsung es untuk kulit. Kulit akan melewati empat tahapan
sensasi dalam 10-15 menit. Sensasi ini dalam rangka adalah:
1) Dingin kulit
2) Merasa Burning
3) Sakit
4) Kekebasan
2. Pijat Es
Es merupakan material dari teknik terapi dingin. Es adalah sebuah air bersih yang
dimasukkan ke dalam wadah lalu dibekukan di dalam lemari es samapi benar-benar beku. Langkah
pertama yang harus dilakukan dalam teknik ini yaitu sedikit demi sedikit membuka es lalu
pijatkan ke area yang sakit dengan menggunakan gerakan melingkar konstan. Jangan meletakkan
es di satu daerah selama lebih dari 3 menit karena hal ini dapat menyebabkan radang dingin.
Terapi dingin harus dihentikan setelah kulit terasa mati rasa.
d. Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan
 Alat dan bahan mudah ditemukan dan digunakan di rumah
 Murah
 Persiapan yang sedikit
 Baik untuk luka ringan yang hanya memerlukan terapi dingin untuk satu samapi dua hari.
Kerugian
 Es sebagai bahan dari terapi dingin mudah jatuh sendi serta sulit untuk menjaga es di tempat
 Es cepat mencair dan dapat membuat berantakan terutama jika melakukan terapi dingin di
tempat tidur.
 Es diterapkan pada permukaan sendi secara terbatas.
 Tidak ada kompresi yang diterapkan.
 Hanya dapat diterapkan untuk jangka waktu yang singkat (10-20 menit).
 Sulit digunakan untuk cedera yang lebih besar atau setelah operasi karena berbagai alasan.

e. Pemeriksaan Pendahuluan
Pemeriksaan dilakukan dengan tanya jawab antara terapis dengan pasien. Hal-hal
yang perlu diketahui dari pasien antara lain:
 Kondisi patologis pasien yaitu berkaitan dengan tingkat keparahan kondisi patologis
pasien ( akut atau kronis ). Di samping itu juga apakah kondisi patologis pasien indikatif atau
kontra indikatif dengan terapi yang akan diberikan.
 Gangguan sensibilitas yang dimaksud adalah sensibilitas panas-dingin. Untuk
mengetahui keadaan sensibilitas pasien maka perlu dilakukan tes sensibilitas panas-dingin,
seperti berikut:
a. Sediakan 2 buah tabung / kantung plastik kecil. Sebuah tabung berisi air panas (hangat)
yang lain berisi air dingin (air es).
b. Kedua tabung tersebut diujikan satu per satu ke bagian tubuh pasien yang normal sambil
mengenalkan rasa / sensasi yang dirasakan oleh pasien ( pasien diminta untuk melihat
pengujian / pengenalan ini).
c. Setelah pengenalan sensasi dilakukan, pengujuan sensasi yang sebenarnya dilakukan.
Pasien diminta untuk tidak melihat pengujian pada daerah yang abnormal. Pasien bisa
diminta untuk memejamkan matanya ataupun dengan cara yang lain, misalnya dengan
menghalangi pandangannya

f. Alat dan Bahan


Alat

a) Bengkok
b) Handuk kering
c) Kom
Bahan

a) Kirbat es atau eskap dengan sarungnya


b) Kom berisi potongan-potongan kecil es serta satu sendok teh garam agar es tidak cepat mencair
c) Air dalam kom
Perlengkapan

a) Baki dan alas


b) Perlak kecil atau handuk kecil
c) Tempet cuci tangan
d) Alat tulis dan buku catatan
e) Tempat sampah basah
f) Tempat sampah kering
g) Baskom
g. Prosedur Kerja1
No. Langkah Kerja Rasionalisasi
1. Siapkan alat dan bahan sertaPersiapan alat dan bahan secara
susu secara ergonomis ergonomis akan memudahkan
dalam memberikan pengobatan
serta mengefektifkan waktu
2. Kajian pasien Pengkajian dilakukan untuk
memastikan keadaan pasien serta
tepat dalam memberikan
pengobatan
3. Informed Consent Dilakukan untuk mendapatkan
persetujuan dari pasien untuk
mempermudah pengobatan
4. Bawa alat-alat ke dekat klien Agar alat dan bahan dapat
dengan mudah di jangkau
5. Cuci tangan Untuk pencegahan infeksi
6. Masukkan batnan es ke dalamAgar bagian pinggir es tidak
kom air tajam
7. Isi kirbat es dengan potongan esPemakaian es yang berlebihan
sebanyak kurang lebih setengahakan membuat mati rasa pada
bagian dari kirbat tersebut kulit
8. Keluarkan udara dari eskapAgar terapi dapat bekerja dengan
dengan melipat bagian yangmaksimal
kosong, lalu di tutup rapat
9. Periksa skap Untuk memastikan agar tidak
ada kebocoran
10. Keringkan eskap dengan lap,Agar air yang keluar dari es tidak
lalu masukkan ke dalamberceceran
sarungnya
11. Buka area yang akan di obatiPosisi yang nyaman bagi pasien
dan atur yang nyaman pada klien akan membantu terapi
12. Pasang perlak pengalas padaPerlak berfungsi sebagai alas
bagian tubuh yang akan di obati agar air tidak menetes ke kasur
atau ke tempat terapi dilakukan
13. Letakkan eskap pada bagianPeletakkan eskap pada bagian
yang memerlukan terapi yang memerlukan terapi akan
mempercepat terapi karena terapi
langsung ke tempat yang
memerlukannya
14. Kaji keadaan kulit setiap 20Pengkajian yang lebih dari 20
menit terhadap nyeri, mati rasa,menit akan membuat pasien
dan suhu tubuh tidak nyaman
15. Angkat eskap bila sudah selesai Terapi dingin harus dihentikan
setelah kulit terasa mati rasa.
16. Atur posisi klien kembali padaAgar pasien lebih nyaman
posisi yang nyaman setelah terapi
17. Bereskan alat setelah selesaiAgar alat dan bahan yang sudah
melakukan terapi ini dipakai tidak mengganggu
kenyamanan klien
18. Cuci tangan Untuk pencegahan infeksi
19. Dokumentasikan Untuk mencatat hasil dari
pengobatan

h. Indikasi dan Kontra Indikasi


 Indikasi
a. Trauma muskuloskeletal : sprain, strain,tendinitis, tenosinovitis, bursitis,tendinitis,
b. Myofacial pain
c. Penurunan spastisitas
d. Pengobatan emergency luka bakar ringan

 Kontra Indikasi
a. Hipersensitivitas terhadap dingin
b. Cryoglobulinemia
c. Intoleransi terhadap dingin
d. Raynaud’s phenomen
e. Paroxysmal cold hemoglobinuria
f. HPT
g. Gangguan kognitif atau komunikasi

2.5 Kompres Panas Dingin


2.5.1 Pendahuluan
Suhu tubuh yang optimum sangat penting untuk kehidupan sel agar dapat
berfungsi secara efektif. Perubahan suhu tubuh yang eksterem dapat membahayakan
bagi tubuh. Oleh karena itu, perawata harus berusaha untuk dapat memelihara suhu
tubuh klien agar tetap normal. Ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk
memelihara suhu tubuh di antaranya adalah melalui kompres.
Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan menggunakan
cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau dingin pada bagian tubuh yang
memerlukan.
Terdapat 2 jenis kompres, yaitu kompres panas dan kompres dingin.
Berbeda dengan kompres, terapi adalah suatu proses usaha untuk memulihkan
kesehatan orang yang sakit dengan cara menggunakan alat-alat psikologis yang
bertujuan menghilangkan, mengubah atau menurunkan gejala-gejala yang ada untuk
mencapai kesembuhan. 5

2.5.2 Pedoman Kompres Panas dan Dingin

Pemahaman tentang respon adaptif reseptor termal, fenomena rebound, efek


sistemik, toleransi terhadap panas dan diongin, kontraindikasi merupakan hal yang
penting ketika memberikan kompres panas dan dingin. 5

a. Adaptasi Reseptor termal

Reseptor termal beradaptasi terhadap perubahan suhu. Ketika reseptor dingin


terpanjan suhu yang tiba-tiba rendah atau ketika reseftor hangat terpanjan suhu yang
tiba-tiba tinggi, pada awalnya reseftor terstimulasi dengan kuat. Stimulasi yang kuat
ini menurun dengan cepat selama beberapa detik pertama dan kemudian menjadi
lebih lambat selama setengah jam berikutnya atau lebih karena reseftor beradaptasi
terhadap suhu yang baru. Perawat perlu memahami respon adaptif ini ketika
memberikan kompres panas dan dingin. Klien ingin mengubah suhu pada kompres
tersebut karena adanya perubahan sensasi. 5

b. Fenomena Rebound

Fenomena rebaound terjadi pada saat efek terapeutik maksimal dari kompres
panas atau dingin telah mencapai dan kemudian efek yang berlawanan terjadi.
Misalnya, panas menyebabkan vasodilatasi maksimum dalam 20 sampai 30 menit;
melanjutkan kompres melebihi 30 sampai 45 menitakan mengakibatkan kongesti
jaringan, dan pembuluh darah kemudian berkontriksi dengan alasan yang tidak
diketahui apabila kompres panas terus dilanjutkan, klien beresiko mengalami luka
bakar, karena pembuluh darahyan kontriksi tidak mampu membuang panas secara
adekuat melalui sirkulasi darah. Pada kompres dingin vasokonstriksi maksimum
terjadi ketika kulit yang dikompres mencapai suhu 15 C. Dibawah suhu 15 C,
vasodilatasi melalui. Mekanismedingin bersifat protektif: vasodilatasi membantu
mencegah pembekuan jaringan tubuh yang biasa terpanajan dingin, seperti hidung
dan telinga. Hal ini juga menjelaskan merahnya kulit seseorang yang berjalan
dimusim dingin.
Pemahaman tentang fenomena rebound merupakan hal yang penting bagi
perawata. Kompres harus diberhentikan sebelum fenomena rebound terjadi. 5

c. Efek Sistemik

Kompres panas diberikan pada area tubuh lokal, terutama pada area tubuh
yang luas, dapat meningkatkan curah jantung dan ventilasi paru. Peningkatan
tersebut adalah hasil vasodilatasi perifer yan berlebihan, yang mengalihkan sejumlah
besar suplai darah dari organ dalam dan menghasilkan tekanan darah. Penurunan
tekanan darah yang signifikan dapat menyebabkan klien pingsan. Klien yang
memiliki penyakit jantung atau paru serta memiliki gangguan sirkulasi seperti
arteriosklerosis akan lebih rentan terhadap efek kompres ini dibandingkan orang
sehat. Kompres dingin yang berlebihan(seperti ketika klien ditempatkan dalam
selimut pendingin) dan vasokonstriksi dapat mengakibatkan tekanan darah klien
meningkat, karena darah dialihkan dari sirkulasi kutaneus ke pembuluh darah
internal.
Pengalihan darah ini adalah respon protektif normal terhadap rasa dingin yang
panjang yang mana merupakan upaya tubuh untuk mempertahankan suhu inti.
Menggigil, efek umum lainnya dari rasa dingin yang berkepanjangan, adalah respon
normal karena tubuh beruoaya untuk menghangatkan dirinya. 5

d. Toleransi dan Kontraindikasi

Berbagai bagian tubuh memiliki toleransi panas dan dingin yang berbeda.
Variabel yang mempengaruhi toleransi fisiologi tubuh tersebut sebagai berikut:
a. Bagian tubuh. Bagian punggung tangan dan kaki adalah bagian yang tidak
terlalusensitif terhadap suhu, sebaliknya, bagian dalam dari pergelangan tangan dan
lengan bawah, leher, dan area perineum adalah bagian yang sensitif terhadap suhu.
b. Ukuran bagian tubuh yang terpanjan. Semakin besar area yang terpanjan oleh panas
dan dingin, semakin rendah toleransinya.
c. Toleransi perorangan. Individu yang sangat tua umumnya memiliki toleransi yang
paling rendah. Individu yang memiliki kerusakan neurosensori mungkin memiliki
toleransi yang tinggi, tapi resiko cederanya juga lebih besar.
d. Lama panjanan. Individu paling merasakan kompres panas dan dingin saat awal
kompres diberikan. Setelah jangka waktu tertentu, toleransi akan meningkat.
e. Keutuhan kulit. Area kulit yang cedera lebih sensitif terhadap variasi suhu. Kondisi
tertentu merupakan kontraindikasi penggunaan kompres panas atau dingin.

Selama itu beberapa kondisi memerlukan tindakan kewaspadaan ketika


memberikan terapi kompres panas dan dingin. Adapun kontra indikasi kompres panas
dan dingin sebagai berikut:

a.Kontraindikasi pemberian kompres panas, yaitu:

1 . Pada 24 jam pertama setelah cedera traumatik. Panas akan meningkatkan


perdarahan dan pembengkakan
2. Peradarahan aktif. Panas akan menyebabkan vasdilatasi dan meningkatkan
perdarahan
3. Edema noninflamasi. Panas meningkatkan permeabilitas kapiler dan edema.
4. Tumor ganas terlokalisasi. Karena panas mempercepat metabolisme sel,
pertumbuhan sel, dan meningkatkan sirkulasi, panas dapat ,mempercepat metastase
(tumor sekunder)
5. Gangguan kulit yang menyebabkan kemerahan atau lepuh. Panas dapat membakar
atau menyebabkan kerusakan kulit lebih jauh.

b . Kontraindikasi pemberian kompres dingin, yaitu:


1. Luka terbuka dengan meningkatkan kerusakan jaringan karena mengurangi aliran ke
luka terbuka
2. Gangguan sirkulasi. Dingin dapat mengganggu nutrisi jaringan lebih lanjut dan
menyebabkan kerusakan jaringan. Pada klien dengan penyakit raynaud, dingin akan
meningkatkan spasme arteri
3. Alergi atau hipersensitivitas terhadap dingin. Beberapa klien memiliki alergi
terhadap dingin yang dimanisfestasikan dengan respon inflamasi (mis, eritema, hive,
bengkak, nyeri sendi, dan kadang-kadang spasme otot), yang dapat membahayakan
jika orang tersebut hipersensitif.

e. Efek fisiologis Kompres Panas dan Dingin

Ada pun efek fisiologi tubuh yang terjadi akibat kompres panas dan dingin
menurut Audery Berman dkk, yaitu sebagai berikut:

Kompres panas Kompres dingin


Vasodilatasi Vasokontriksi
Meningkatkan permeabilitas kapiler Menurunkan permeabilitas kapiler
Meningkatkan metabolisme selulas Menurunkan metabolisme selular
Merelaksasi otot Merelaksasi otot
Menigkatkan inflamasi, meningkatkan Memperlambat pertumbuhan bakteri,
aliran darah ke suatu area mengurangi inflamasi
Meredakan nyeri dengan merelaksasi otot Meredakan nyeri dengan membuat area
menjadi mati rasa, memperlambat
aliran impuls nyeri, dan menigkatkan
ambang nyeri
Efek sedatif Efek anastesi lokal
Mengurangi kekakuan sendi dengan Meredakan perdarahan
menurunkan viskositas cairan senovial

f. Suhu yang Direkomendasikan untuk Kompres Panas dan Dingin

Derajat Panas Suhu Bentuk dan Kegunaan


Sangat dingin Di bawah 15° C Kantong es
Dingin 15- 18° C Kemasan pendingin
Sejuk 18- 27° C Kompres dingin
Hangat kuku 27- 37° C Mandi spons- alkohol
Hangat 37- 40° C Mandi dengan air hangat
Panas 40- 60° C Berendam dalam air panas, irigasi,
kompres panas
Sangat panas Di atas 60° C Kantong air untuk orang dewasa

g. Proses Keperawatan

1. Pengkajian
Kaji :
1. Kemampuan klien untuk mengenali kapan rasa dapat menyebabkan ceder. Kaji apaan klien
menyadari rasa dingin serta dapat membedakan suhu yang terlalu dingin untuk jaringan tubuh
2. Tingkat kesadaran dan kondisi fisik umum klien. Klien yang sangat muda, sangat tua, tidak
sadar,atau yang lemah tidak dapat menoleransi panas dengan baik.
3. Area yang dikompres dengan memeriksa :
 Perubahan integritas kulit, seperti adanya edema, memar, kemerahan, lesi terbuka, adanya
rabas, dan perdarahan.
 Status sirkulasi (warna, suhu, dan sensasi). Jaringan yang terasa dingin, berwarna pucat atau
kebiruan, dan kurangnya sensasi atau mati rasa mengindikasikan kerusakan sirkulasi.
 Tingkat ketidaknyamanan dan rentang pergerakan sendi jika spasme otot atau nyeri sedang
dikompres.
 Denyut nadi, pernapasan, dan tekanan darah. Faktor ini penting dikaji sebelum kompres
diberikan pada area tubuh yang luas.

2. Perencanaan
Sebelum memberikan kompres panas atau dingin, tentukan:
a. Apakah klien perlu menandatangani surat persetujuan tindakan (jika surat
persetujuan diperlukan, periksa surat tersebut pada catatan klien).
b. Tipe kompres panas atau dingin yang akan digunakan, suhu, dan durasi serta
frekuensi kompres (periksa program dokter jika perlu).
c. Protokol institusi tentang tipe perlengkapan yang digunakan, suhu yang
direkomendasikan, dan durasi kompres (periksa program dokter jika perlu),
d. Waktu kompres diberikan

3. Pendelegasian
Pemberian kompres panas dan dingin tertentu dapat didelegasikan kepa UAP
(misalnya rendam jongkok, mandi air dingin) jika mereka memenuhi kriteria untuk
menjalankan tugas yang didelegasikan. Kan tetapi, pada semua kasus, pengkajian
klien dan penentuan bahwa tindakan tersebut aman untuk dilakukan adalah
tanggungjawab perawat. UAP dapat mengobservasi area yang dikompres selama
perawatan sehari-hari dan mereka harus dilaporkan temuan yang abnormal pada
perawat. Temuan yang abnormal harus divalidasi dan diintervensi oleh perawat.

4. Implementasi

2.5.3 Kompres Hangat


a. Pengertian Kompres Hangat
Memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan menggunakan cairan atau alat
yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang memerlukan. Kompres hangat diberikan
satu jam atau lebih.
b. Tujuan Kompres Hangat
Pada umunya bertujuan untuk meningkatkan perbaikan
dan pemulihan jaringan. Tujuan khususnya yaitu:
a. Memperlancar sirkulasi darah
b. Mengurangi rasa sakit
c. Memberi rasa hangat, nyaman, dan tenang pada klien
d. Memperlancar pengeluaran eksudat
e. Merangsang peristaltic usus

c. Jenis-Jenis Kompres Hangat


Kompres hangat kering
Dapat digunakan secara local, untuk konduksi panas, dengan menggunakan botol air
panas, bantalan pemanas elektrik, bantalan akuatermia, atau kemasan pemanas disposable.
Kompres hangat basah
Dapat diberikan melalui konduksi, dengan cara kompres kasa, kemasan pemanas,
berendam atau mandi.

d. Kompres Hangat dilakukan:


1. Pada radang persendian
2. Pada kekejangan otot
3. Bila perut kembung
4. Bila ada bengkak (abses) akibat pemberian suntikan
5. Bila pasien kedinginan (misalnya akibat narkose, iklim atau ketegangan dll)
6. Pada bagian tubuh yang abses
7. Bila ada haematoom

e. Memberikan Kompres Hangat Kering (Botol Air Panas, bantalan Pemanas Elektrik,
bantalan Akuatermia, Kemasan Pemanas Disposabel)

Perlengkapan:

 Botol (kantong) air panas


 Botol air panas dengan tutupnya
 Sarung botol
 Air panas dan sebuah thermometer
 Bengkok
 Sarung tangan
 Baki dan alasnya
 Tempat sampah basah dan kering
 Baskom
 Kom

 Bantalan Pemanas elektrik


 Bantalan elektrik dan pengontrolnya
 Sarung (gunakan bahan yang kedap air jika kemungkinan bagian bawah bantalan akan
menjadi lembab)
 Pengikat kasa (pilihan)
 Bengkok
 Sarung tangan
 Baki dan alasnya
 Tempat sampah basah dan kering
 Baskom
 Kom

 Bantalan Akuatermia
 Bantalan
 Air Suling
 Unit pengontrol
 Sarung
 Pengikat kasa atau plester (pilihan)
 Bengkok
 Sarung tangan
 Baki dan alasnya
 Tempat sampah basah dan kering
 Baskom
 Kom

 Kemasan Pemanas Disposabel


 Satu atau dua buah kemasan pemanas disposable yang telah dipersiapkan secara komersial

f. Pelaksanaan

Langkah –Langkah :
1. Menjelaskan pada klien apa yang akan dilakukan, serta beri tahu tujuannya agar dapat
menjalankan perawatannya
2. Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan
3. Cuci tangan dengan 7 langkah
4. Berikan kompres panas
Prosedur kerja1
Pelaksanaan Botol Air Panas Rasionalisasi
1. Mengukur suhu air. Ikuti praktek institusiMemastikan suhu yang akan
tentang penggunaan suhu yang tepat. diberikan agar terapi berefek
Suhu yang sering diberikan: maksimal
46 – 52 °C untuk orang dewasa normal
40,5 – 46 °C untuk orang dewasa yang
tidak sadar atau yang kondisinya sedang
lemah
2. Mengisi sekitar dua pertiga botol denganAgar air tidak terlalu penuh dan
air panas tidak tumpah
3. Mengeluarkan udara dari botol. UdaraUntuk menjaga suhu agar tetap
yang tetap berada di botol akan mencegahstabil
botol mengikuti bentuk tubuh yang sedang
dikompres.
4. Menutup botol dengan kencang Agar air tidak tumpah dari
tempatnya
5. Membalikkan botol dan memeriksa adanyaUntuk memastikan ada atau
kebocoran tidaknya kebocoran
6. Mengeringkan botol Agar saat terapi dilaksanakan
pakaian pasien tidak terkena basah
7. Membungkus botol dengan handuk atauAgar panas air tidak langsung
sarung botol air panas menyentuh kulit. Ditakutkan kulit
melepuh
8. Meletakkan bantalan pada bagian tubuhUntuk memberikan kenyamanan
dan menggunakan bantal untukpada pasien
menyangganya jika perlu

Pelaksanaan Bantalan Pemanas Elektrik Rasioalisasi


1. Memastikan arca tubuh kering. Penggunaan listrik pada area yang
lembab dapat mengakibatkan syok
2. Memeriksa bahwa bantalan elektrik
tersebut berfungsi dan berada dalam
kondisi yang baik. Kawat tidak boleh
bercelah dan kabel harus utuh, komponen
pemanas tidak boleh terbuka, dan
pendistribusian suhu pada bantalan harus
rata.
3. Memasang sarung bantalan. BeberapaTempat yang lembab dan
model memiliki sarung kedap air yangmenyebabkan arus pendek pada
dapat digunakan jika bantalan diletakkan dibantalan sehingga membakar atau
atas balutan basah. membuat klien syok.
4. Menyambungkan bantalan ke stop kontakUntuk menghidupkan bantalan
listrik listrik
5. Mengatur pengontrol suhu pada suhu yangAgar terapi yang diberikan efektif
tepat
6. Setelah bantalan dipanaskan, meletakkanUntuk memberikan efek kompres
bantalan di atas bagian tubuh yang
memerlukan bantalan tersebut
7. Menggunakan ikatan basa, bukan peniti untuk memfiksasi bantalan agar tetap
berada di tempatnya

Pelaksanaan Bantalan Akuatermia


1. Mengisi unit dengan air suling sampai memenuhi 2/3 inut. Unit akan
menghangatkan air, yang bersirkulasi di bantalan
2. Mengeluarkan gelembung udara, dan fiksasi tutup bantalan
3. Mengatur suhu pada tombol pengatur jika memang belum diatur. Suhu normal
adalah 40,5 °C. periksa instruksi pabrik
4. Membungkus bantalan dengan sebuah handduk atau sarung bantal
5. Menyambungkan unit ke aliran listrik
6. Memeriksa adanya kebocoran atau fungsi bantalan yang tidak benar sebelum
digunakan
7. Menggunakan plester atau pengikat kasa untuk memfiksasi bantalan di
tempatnya. Jangan menggunakan peniti, Karena dapat mengakibatkan
kebocoran
8. Jika terjadi kemerahan atau nyeri yang tidak biasa, hentikan terapi, dan
laporkan reaksi klien

Pelaksanaan Kemasan Pemanas Disposabel


1. Masukkan ke microwave, pukul-pukul, peras atau remas kemasan sesuai
dengan petunjuk pabrik
2. Perhatikan instruksi pabrik mengenai lama waktu produksi panas.

5. Memberikan klien instruksi sebagai berikut :


 Jangan memasukan benda-benda tajam, benda berujung runcing (misalnya peniti) ke dalam
bantalan atau botol.
 Jangan meletakkan botol atau bantalan secara langsung. Permukaan di bawah objek
meningkatkan absorpsi panas, bukan pengeluaran panas iar yang normal
 Untuk mencegah cedera, jangan mengatur panas lebih tinggi dari yang telah ditentukan.
Derajat panas yang dirasakan akan menurun dengan cepat setelah pemberian kompres karena
reseptor suhu tubuh beradaotasi dengan cepat terhadap suhu. Mekanisme adaptif ini dapat
menyebabkan cedera jaringan jika suhu diatur lebih tinggi
6. Meletakkan kemasan pemanas pada tempatnya hanya selama jangka waktu yang telah
ditentukan guna menghindari fenomena rebound. Untuk bantalan elektrik, selama 1—15
menit.
7. Mendokumentasikan pemberian kompres panas dan respon klien pada catatan klien dengan
menggunakan format atau daftar tilik yang disertai catatan narasi jika perlu.

Memberikan kompres pada kondisi rawat jalan dan komunitas


Memberikan kompres panas Bayi/Anak
 Suhu air dalam botol air panas harus 40,5 – 46 °C untuk anak-anak berusia kurang dari 2
tahun.

Memberikan kompres panas pada Lansia


 Berikan perhatian khusus saat mengkaji yang akan diterapi dan ketika mengevaluasi efek
terapi karena lansia memiliki banyak kondisi yang merupakan predispodidi terjadinya cedera
pada pemberian kompres.

h. Memberikan Kompres Hangat Kasa Dan Kemasan Basah

Perlengkapan
Disesuaikan berdasarkan kebutuhan
1. Untuk kompres basah hangat:
a. Seperangkat peralatan steril terdiri dari:
 Pinset 2 buah
 Kasa secukupnya
 Mangkok berisi cairan hangat
b. Peralatan non-steril yang terdiri dari:
 Buli-buli
 Air panas
 Pembalut atau kain segitiga
 Gunting pembalut
 Perlak kecil dan alasnya
 Bengkok (nierbekken)
 Kapas bersih
 Plester
PELAKSANAAN
1. Untuk kompres basah hangat kain bias diambil dengan
pinset, kemudian dicelupkan ke dalam cairan, diperas sedikit
selanjutnya diletakkan pada bagian yang dikompres. Kain
kasa harus dibalut atau ditutupdengan kain kasa kering, lalu
di plester
2. Bilanenggunakan air panas
Buli-buli diisi air panas 1/3 sampai 2/3 bagian
Udara dikeluarkan dengan cara : buli-buli ditempatkan di
tempat rata, lalu bagian atasnya ditekuk sampai air kelihatan,
selanjutnya ditutup
Di bungkus dengan kantong buli-buli
Diletakkan pada bagian yang akan dikompres

3. Bila menggunakan elektrikal pad:


Periksa tegangan listrik (voltage), disesuaikan voltage alat.
Stopkontak dipasang
Panas diukur sesuai kebutuhan
Elektrikal pad diletakkan pada bagian yang akan dikompres.

Perhatian :
a. Untuk kompres basah hangat, pada luka terbuka peralatan harus steril
b. Untuk kompres basah hangat pada jaringan permukaan yang tertutup (bengkak atau memar),
alat tidak harus steril tapi harus bersih
c. Bila cairan atau alat kompres terlalu panas, pada bagian kulit yang dikompres bias terjadi
luka bakar
d. Cegah terjadinya luka bakar pada pemberian kompres hangat. Luka bakar bias terjadi, jika
cairan atau alat kompres terlalu panas.

Indikasi
1. Sprain dan strain
2. Sebagai tindakan pendahuluan (preliminary) sebelum dilakukan latihan untuk kondisi stiff
joint (kekakuan sendi)
3. Low back pain yang disertai spasme otot
4. Arthritis kronis
Kontraindikasi
1. Gangguan sensibilitas
2. Buerger diseases
3. Gangguan peredaran darah arterial perifir
2.5.4 Kompres Dingin
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kompres adalah kain pembebat yang dibasahi
dengan air dingin (es, dan sebagainya) untuk menyejukkan kepala dan sebagainya.
Kompres dingin dibagi menjadi dua, yaitu kompres dingin kering (kirbat) dan
kompres dingin basah. Kompres dingin kering terdiri dari kompres es biasa, kompres es
leher, dan kompres es gantung.
Kompres dingin kering diberikan untuk mendapat efek lokal dengan menggunakan
kantong es kolar es, sarung tangan es, dan kemasan pendingin disposabel. Kompres dingin
basah diberikan pada bagian tubuh untuk memberi efek lokal. Kompres dingin sering kali
digunakan untuk meredakan perdarahan dengan cara mengkonstriksi pembuluh darah,
meredakan inflamasi dengan vasokonstrisi, dan meredakan nyeri dengan memperlambat
kecepatan konduksi saraf, menyebabkan mati rasa, dan bekerja sebagai counterirritant.
A. Kompres Dingin Kering atau Kirbat
a. Kompres Dingin Kering atau Kirbat Es Biasa

Pengertian
Memberikan kompres dingin kepada pasien yang memerlukannya, dengan menggunakan
kirbat es yang telah diisi dengan potongan es.

Tujuan
1. Membantu menurunkan suhu tubuh
2. Mengurangi rasa sakit atau nyeri
3. Membantu mengurangi perdarahan
4. Membatasi peradangan
Dilakukan pada :
1. Pasien yang suhunya tinggi
2. Pasien perdarahan hebat
3. Pasien yang kesakitan

Alat
1. Bengkok
2. Kantong es
3. Sarung pelindung

Bahan
1. Potongan es secukupnya dalam wadah
2. Kassa gulung
3. Plester
4. Larutan klorin 0,5%
Perlengkapan
1. Baki dan alas
2. Perlak kecil atau handuk kecil dan alas
3. Tempat cuci tangan
4. Sarung tangan
5. Alat tulis dan buku catatan
6. Tempat sampah basah
7. Tempat sampah kering
8. Baskom
Pelaksanaan1
NO LANGKAH KERJA RASIONALISASI
1 Menyiapkan alat dan bahan Memudahkan kita dalam
Sebelum dimasukkan ke dalam kantong es,melakukan tindakan
potongan es dicelupkan dulu ke dalam air untuk
menghilangkan ujung- ujungnya yang runcing.
Isi alat dengan keping es sebanyak stengah
hingga dua pertiga kantong.
Keluarkan udara yang berlebihan dengan
menekuk atau memelintir alat
Pasang tutup kantong atau kolar es dengan kuat,
atau buat sebauh simpul pada sarung tangan di
bagian ujung yang terbuka. Hal ini dilakukan
untuk mencegah kebocoran cairan jika es
meleleh.
Pegang alat secara terbalik dan periksa jika ada
kebocoran
Bungkus alat dengan sarung penutup yang
lembut, jika alat tersebut belum dibungkus.
Pertahankan alat tersebut pada tempatnya
dengan menggunakan kasa gulung, pengikat,atau
handuk. Fiksasi dengan plester sesuai kebutuhan.

2. Mengkaji pemberian kompres dingin terhadap Memastikan apakah kompres


pasien tersebut benar diberikan untuk
pasien tersebut
3. Melakukan informed concent Mempermudah kita dalam
melakukan tindakan dengan
bekerja sama dengan pasien
karena antara bidan dan pasien
sudah ada perjanjian
4. Mencuci tangan di bawah ait mengalir Mencegah penularan infeksi
5. Memasang perlak dan alasnya Mencegah air membasahi kasur
pasien
6. Mendekatkan alat dan bahan Memudahkan dalam pelaksanaan
prosedur kerja
7. Memakai sarung tangan Pencegahan infeksi
8. Memasang kompres pada bagian tubuh yangMemberikan efek kompres yang
memerlukan dan hanya pada jangka waktu yangoptimal
telah ditentukan guna menghindari efek yang
mebahayakan dari kompres dingin yang
berkepanjangan
9. Membereskan alat- alat
10. Merendam sarung tangan dalam larutan klorin Dekontaminasi
11. Mencuci tangan Pencegahan infeksi
12. Mendokumentasikan di buku catatan Pencatatan yang tepat pada
waktunya mencegah kesalahan
dalam pemberian kompres (misal,
pengulangan pemberian atau
pemberian terlewat)

b. Kompres Dingin Kering atau Kirbat Es Leher

Pengertian
Memasang kompres dingin pada leher

Tujuan
Mengurangi perdarahan, rasa sakit, dan lain- lain

Dilakukan pada
Pasien pasca bedah tonsil (tonsilectomi), dan lain- lain

Alat
1. Bengkok
2. Kantong es
3. Sarung pelindung

Bahan
1. Potongan es secukupnya dalam wadah
2. Kassa gulung
3. Plester
4. Larutan klorin 0,5%
Perlengkapan
1. Baki dan alas
2. Perlak kecil atau handuk kecil dan alas
3. Tempat cuci tangan
4. Sarung tangan
5. Alat tulis dan buku catatan
6. Tempat sampah basah
7. Tempat sampah kering
8. Baskom

Pelaksanaan1
NO LANGKAH KERJA RASIONALISASI
1 Menyiapkan alat dan bahan Memudahkan kita dalam
Sebelum dimasukkan ke dalam kantong es,melakukan tindakan
potongan es dicelupkan dulu ke dalam air untuk
menghilangkan ujung- ujungnya yang runcing.
Isi alat dengan keping es sebanyak stengah
hingga dua pertiga kantong.
Keluarkan udara yang berlebihan dengan
menekuk atau memelintir alat
Pasang tutup kantong atau kolar es dengan kuat,
atau buat sebauh simpul pada sarung tangan di
bagian ujung yang terbuka. Hal ini dilakukan
untuk mencegah kebocoran cairan jika es
meleleh.
Pegang alat secara terbalik dan periksa jika ada
kebocoran
Bungkus alat dengan sarung penutup yang
lembut, jika alat tersebut belum dibungkus.
Pertahankan alat tersebut pada tempatnya
dengan menggunakan kasa gulung, pengikat,atau
handuk. Fiksasi dengan plester sesuai kebutuhan.

2. Mengkaji pemberian kompres dingin terhadap Memastikan apakah kompres


pasien tersebut benar diberikan untuk
pasien tersebut
3. Melakukan informed concent Mempermudah kita dalam
melakukan tindakan dengan
bekerja sama dengan pasien
karena antara bidan dan pasien
sudah ada perjanjian
4. Mencuci tangan di bawah ait mengalir Mencegah penularan infeksi
5. Memasang perlak dan alasnya Mencegah air membasahi kasur
pasien
6. Mendekatkan alat dan bahan Memudahkan dalam pelaksanaan
prosedur kerja
7. Memakai sarung tangan Pencegahan infeksi
8. Memasang kompres pada bagian leher yangMemberikan efek kompres yang
memerlukan dan hanya pada jangka waktu yangoptimal
telah ditentukan guna menghindari efek yang
mebahayakan dari kompres dingin yang
berkepanjangan
9. Membereskan alat- alat
10. Merendam sarung tangan dalam larutan klorin Dekontaminasi
11. Mencuci tangan Pencegahan infeksi
12. Mendokumentasikan di buku catatan Pencatatan yang tepat pada
waktunya mencegah kesalahan
dalam pemberian kompres (misal,
pengulangan pemberian atau
pemberian terlewat)

c. Kompres Dingin Kering atau Kirbat Es Gantung

Pengertian
Memasang kompres es secara tidak langsung di atas tubuk pasien yang memerlukan
Tujuan
Mengurangi perdarahan, rasa nyeri, dan pergerakan

Dilakukan pada
Pasien dengan perdarahan pada usus (dalam rongga perut), sakit kepala yang hebat

Alat
1. Bengkok
2. Kantong es
3. Sarung pelindung
4. Lengkungan atau busur selimut
5. Tali khusus kompres es
6. Kain atau handuk untuk mengantungkan kompres es
7. Peniti secukupnya

Bahan
1. Potongan es secukupnya dalam wadah
2. Kassa gulung
3. Plester
4. Larutan klorin 0,5%
Perlengkapan
1. Baki dan alas
2. Perlak kecil atau handuk kecil dan alas
3. Tempat cuci tangan
4. Sarung tangan
5. Alat tulis dan buku catatan
6. Tempat sampah basah
7. Tempat sampah kering
8. Baskom2

Pelaksanaan1
NO LANGKAH KERJA RASIONALISASI
1 Menyiapkan alat dan bahan Memudahkan kita dalam
Sebelum dimasukkan ke dalam kantong es,melakukan tindakan
potongan es dicelupkan dulu ke dalam air untuk
menghilangkan ujung- ujungnya yang runcing.
Isi alat dengan keping es sebanyak stengah
hingga dua pertiga kantong.
Keluarkan udara yang berlebihan dengan
menekuk atau memelintir alat
Pasang tutup kantong atau kolar es dengan kuat,
atau buat sebauh simpul pada sarung tangan di
bagian ujung yang terbuka. Hal ini dilakukan
untuk mencegah kebocoran cairan jika es
meleleh.
Pegang alat secara terbalik dan periksa jika ada
kebocoran
Bungkus alat dengan sarung penutup yang
lembut, jika alat tersebut belum dibungkus.
Pertahankan alat tersebut pada tempatnya
dengan menggunakan kasa gulung, pengikat,atau
handuk. Fiksasi dengan plester sesuai kebutuhan.

2. Mengkaji pemberian kompres dingin terhadap Memastikan apakah kompres


pasien tersebut benar diberikan untuk
pasien tersebut
3. Melakukan informed concent Mempermudah kita dalam
melakukan tindakan dengan
bekerja sama dengan pasien
karena antara bidan dan pasien
sudah ada perjanjian
4. Mencuci tangan di bawah ait mengalir Mencegah penularan infeksi
5. Memasang perlak dan alasnya Mencegah air membasahi kasur
pasien
6. Mendekatkan alat dan bahan Memudahkan dalam pelaksanaan
prosedur kerja
7. Memakai sarung tangan Pencegahan infeksi
8. Lengkungan atau busur selimut dipasang
9. Tali dipasang pada busur agar kendor, sehingga
bagian tengah melengkung ke dalam dan hampir
menyentuh perut atau kepala pasien
10. Pada handuk atau kain diberi peniti
11. Kompres es diletakkan di atas handuk atau kain
tepat di atas bagaian tubuh yang akan dikompres.
12. Pasien diselimuti
13. Membereskan alat- alat
14. Merendam sarung tangan dalam larutan klorin
15. Mencuci tangan
16. Mendokumentasikan

B. Kompres Dingin Basah

Pengertian
Kompres basah adalah balutan kasa basah yang sering diletakkan di atas luka terbuka.
Kompres kasa dan kemasan basah dapat diberikan dalam bentuk panas atau dingin.
Tujuan
1. Membersihkan luka
2. Mengobati luka
3. Mencegah kekeringan pada luka tertentu
Dilakukan pada
1. Luka yang kotor
2. Pasien colostomi sebelum dilakukan opersi
Alat dan bahan
Kompres
1. Sarung tangan disposabel atau sarung tangan steril
2. Wadah untuk larutan
3. Larutan dengan kekuatan dan suhu yang telah ditetapkan oleh dokter
4. Termometer
5. Kasa segiempat
6. Sarung tangan, forsep, dan lidi kapas (jika kompres harus steril)
7. Jeli minyak
8. Handuk penyekat
9. Plastik
10. Tali
11. Botol air panas atau bantalan akuatermia atau antung es
12. Balutan steril (ika perlu)
Kemasan basah
1. Sarung tangan disposabel
2. Kain flanel atau kemasan handuk
3. Baskom air dengan beberapa keping es
4. Termometer
5. Sarung tangan steril, forsep, dan lidi kapas (jika sterilitas harus dipertahankan)
6. Jeli minyak
7. Material penyekat
8. Plastik
9. Kantong es
10. Balutan steril jika perlu

Perlengkapan
1. Baki dan alas
2. Perlak kecil atau handuk kecil dan alas
3. Tempat cuci tangan
4. Sarung tangan
5. Alat tulis dan buku catatan
6. Tempat sampah basah
7. Tempat sampah kering
8. Baskom

Pelaksanaan
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Melakukan informed concent
3. Mencuci tangan di bawah ait mengalir
4. Memasang perlak dan alasnya pada bagian yang akan dikompres
5. Mendekatkan alat dan bahan
6. Berikan privasi klien
7. Siapkan klien
 Bantu klien ke posisi nyaman
 Pajankan area tubuh yang akan dikompres
 Sangga bagian tubuh yang memerlukan kompres kasa atau kemasan basah
 Pasang sarung tangan disposabel, dan lepaskan balutan luka, jika ada.
8. Basahi kompres kasa atau kemasan
 Letakkan kasa di dalam larutan
 Dinginkan flanel atau handuk di dalam baskom berisi airu dan keping es
9. Lindungi kulit sekitar luka sesuai indikasi
 Denga lidi kapas, oleskan jeli minyak ke kulit di sekeliling luka, jangan oleskan ke luka atau
area kulit yang rusak. Jeli minyak melindungi kulit dari kemungkinan efek iritasi dari
beberaa larutan
10. Tempelkan kompres kasa basah atau kemasan basah
 Peras kompres kasa sehingga larutan tidak menetes dari kompres kasa tersebut
 Tempelkan kasa secara lembut dan bertahap pada area yang dituju dan jika dapat ditoleransi
klien, tempelkan kompres kasa hingga menutupi area yang dikompres dengan baik. Padatkan
kasa sampai pas memenuhi semua permukaan luka.
 Peras flanel
 Tempelkan flanel ke area tubuh, tutupi area tubuh yang dikompres
11. Segera sematkan dan fiksasi kompres
 Tutupi kasa atau flanel segera dengan handuk kering atau selembar plastik. Langkah ni
membantu mempertahankan efektivitasnya
 Fiksasi kompres kasa atau kemasan di tempatnya dengan menggunakan pengikat kasa ayau
plester.
12. Pantau klien
13. Angkat kompres kasa atau kemasan pada waktu yang telah ditentukan.
14. Dokumentasikan5

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Teknik pemberian obat dan terapi dapat diberikan dengan berbagi cara disesuaikan
dengan kondisi pasien, diantaranya : pemberian obat kulit, mata dan telinga, terapi panas
dingin, serta kompres panas dingin.
Dalam pemberian obat dan terapi ada hal- hal yang perlu diperhatikan, yaitu indikasi
dan kontraindikasi pemberian obat dan terapi. Sebab ada jenis- jenis terapi tertentu yang tidak
bereaksi jika diberikan dengan cara yang salah.

3.2 Saran
Dalam memberikan obat dan terapi pada pasien, kita sebagai tenaga medis (bidan)
harus memahami dengan benar cara atau teknik pemberian obat dan terapi serta
memperhatikan indikasi dan kontraindikasi dari pemberian obat dan terapi tersebut.
Pemberian obat dan terapi yang tidak sesuai bisa saja memperburuk kondisi pasien yang kita
tangani.
DAFTAR PUSTAKA

1. Potter dan Perry. 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC


2. Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Konsep & Aplikasi Kebutukan Dasar Klien. Jakarta :
Salemba Medika

3. Berman, Audrey,et al,. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Kozier Erb. Jakarta :
EGC

4. Bandiyah, Siti. 2009. Keterampilan Dasar Praktek Klinik : Keperawatan dan Kebidanan.
Yogyakarta : Nuha Medika

5. Uliyah, Musrifatul. A. Aziz Alimul Hidayah. 2008. Keterampilan Dasar Klinik untuk
Kebidanan. Jakarta : Salemba

Anda mungkin juga menyukai