Kontraindikasi
Obat tetes mata yang mengandungnafazolin hidroksida tidak boleh digunakan pada penderita
glaukoma atau penyakit mata lainnya yang hebat, bayi dan anak. Kecuali dalam pegawasan
dan nasehat dokter.
b. cakram intraokuler
1. cakram obat.
2. Kartu, format, atau huruf cetak nama obat.
3. Sarung tangan sekali pakai. 1
2.1.5 Prosedur kerja1
No. Langkah rasional Gambar
1. Tinjau kembali program obatMemastika kelepatan
dari dokter, termasuk namapemberian obat.
klien, nama obat, konsentrasi
obat, jumlah tetesan obat (jika
dalam bentuk cair), waktu dan
mata (kanan atau kiri) yang
menerima obat.
Kantong konjungtiva
biasanya menampung 1
sampai 2 tetes.
Membantu distribusi
obat, mendorong obat
dari kantong konjungtiva
Memasukkan salep mata:
Dengan memegang aplikator Obat didistribusi merata
salep diatas batas kelopak mata, dalam mata mata dan
berikan aliran salep tipis mrata batas kelopak mata.
disepanjang sisi dalam kelopak
mata bawah pada konjungtiva.
Minta klien melihat kebawah.
Mengurangi refleks
Berikan aliran tipis salep mengedip selama
konjungtiva di sepanjang pemberian salep.
kelopak atas mata.
Mendistribusikan obat
Minta klien menutup mata dan merata dalam mata dan
menggosok kelopak dengan batas kelopak mata
lembut dalam gerakan memutar
menggunakan kapas.
2.2.2 Tujuan
Pemberian obat topikal pada kulit bertujuan untuk mempertahankan hidrasi atau
cairan tubuh untuk mencapai homeostasis, melindungi permukaan kulit, mengurangi iritasi
kulit, menghilangkan gejala atau mengatasi infeksi. 2
2.2.3 Jenis
Pemberian obat topikal pada kulit dapat bermacam-macam seperti:
Krim
Salep (ointment)
Lotion
Lotion yang mengandung suspensi
Bubuk atau powder
Spray aerosol.
2.3.1 Pengertian
Struktur telinga dalam sangat sensitif terhadap suhu yang ekstrem. Apabila tetes
telinga atau cairan irigasi tidak diberikan pada suhu ruangan, dapat timbul vertigo (pusing
berat) atau mual. Walaupun struktur telinga luar tidak steril, adalah bijak untuk menggunakan
tetesan dan larutan steril, jika gendang telinga rupture. Masuknya larutan tidak steril ke dalam
struktur telinga tengah dapat menyebabkan infeksi. Dengan mendrainase telinga, perawat
bersama dokter dapat mengecek untuk meyakinkan bahwa gendang telinga klien tidak ruptur.
Perawat tidak pernah boleh menyumbat saluran telinga dengan alat tetes atau puit irigasi.
Memaksa obat masuk ke dalam telinga yang tersumbat dapat menciptakan tekanan yang
menimbulkan cedera pada gendang telinga.
Struktur telinga luar pada anak berbeda dari yang dimiliki orang dewasa. Ketika
memasukkan tetesan atau mengairi telinga perawat harus meluruskan saluran telinga. Pada
bayi dan anak kecil perawat meluruskan saluran kartilago telinga dengan memegang daun
telinga dan menariknya ke bawah dan kebelakang dengan lembut. Pada orang dewasa saluran
telinga lebih panjang dan tersusun atas tulang dibawahnya dan diluruskan dengan menarik
daun telinga ke atas dank e belakang. Apabila saluran telinga tidak diluruskan dengan benar,
larutan obat tidak akan mencapai bagian dalam struktur telinga luar.
Cara memberikan obat pada telinga dengan tetes telinga atau salep. Obat tetes telinga ini pada
umumnya diberikan pada gangguan infeksi telinga khususnya pada telinga tengah (otitis
media), dapat berupa obat antibiotik.3
4. Atur posisi klien yang nyaman Agar saat pemberian obat, klien merasa
nyaman
5. Pasang pengalas dibawahAgar menjaga kebersihan dan kenyamanan
daerah yang akan dikompres klien di tempat tidur atau tempat klien saat
diberikan obat
6. Kenakan sarung tangan laluUntuk perlindungan diri
buka balutan perban bila
diperban. Kemudian, buang
bekas balutan ke dalam
bengkok kosong
9. Lakukan prasat ini selama 15-Agar hasil dari kompresan tersebut maksimal
30 menit atau sesuai program
dengan anti balutan kompres
tiap 5 menit
12. Bereskan semua alat-alat untukAgar alat terlihat rapi dan bersih, juga
disimpan kembali berpengaruh pada kenyamanan klien maupun
perawat atau bidan
13. Cuci tangan Untuk pencegahan infeksi
f. Indikasi
Indikasi Pemberian Kompres Panas
Klien yang kedinginan(suhu tubuh yang rendah)
Klien dengan perut kembung
Klien yang punya penyakit peradangan, seperti radang persendian
Spasme otot
Adanya abses, hematoma
klien dengan suhu tubuh yang tinggi
klien dengan batuk dan muntah darah
pascatonsilektomi
radang, memar
g. Kontraindikasi
Kontraindikasi pemberian kompres panas, yaitu:
1. K u l i t y a n g b e n g k a k d a n t e r j a d i p e r d a r a h a n , k a r e n a p a n a s a k a n
meningkatkan perdarahan dan pembengkakan yang semakin
parah.
2. Peradarahan aktif. Panas akan menyebabkan vasdilatasi dan meningkatkan
perdarahan.
3. Edema noninflamasi. Panas meningkatkan permeabilitas kapiler dan edema.
4. Tumor ganas terlokalisasi. Karena panas mempercepat metabolisme sel,
pertumbuhan sel, dan meningkatkan sirkulasi, panas dapat, mempercepat metastase
(tumor sekunder).
5. Gangguan kulit yang menyebabkan kemerahan atau lepuh. Panas dapan membakar
atau menyebabkan kerusakan kulit lebih jauh.
a. Pengertian
Terapi dingin dikenal sebagai cryotherapy yang bekerja pada prinsip pertukaran panas.
Hal ini terjadi ketika menempatkan objek pendingin dalam kontak langsung dengan objek suhu
yang lebih hangat, seperti es terhadap kulit. Objek dingin akan menyerap panas dari objek yang
lebih hangat. Setelah cedera, pembuluh darah akan memberikan oksigen dan nutrisi kepada sel-
sel yang rusak. Sel-sel di sekitar cedera meningkatkan metabolisme dalam upaya mengkonsumsi
lebih banyak oksigen. Ketika seluruh oksigen digunakan, sel-sel akan mati serta pembuluh darah
yang rusak tidak bisa membuang sampah. Sel darah dan cairan meresap ke dalam ruang di
sekitar otot yang mengakibatkan pembengkakan dan memar. Saat es ditempelkan akan
menyebabkan suhu jaringan yang rusak menurun melalui pertukaran panas dan menyempitkan
pembuluh darah lokal. Hal ini memperlambat metabolisme dan konsumsi oksigen, sehingga
mengurangi laju kerusakan. Proses tersebut menghentikan transfer impuls ke otak yang
mendaftar sebagai nyeri. Kebanyakan terapis dan dokter menyarankan untuk tidak menggunakan
terapi panas setelah cedera, karena hal ini akan memiliki efek sebaliknya dari terapi dingin. Panas
meningkatkan aliran darah dan melemaskan otot-otot. Hal itu baik untuk meredakan ketegangan
otot, tetapi hanya akan meningkatkan rasa sakit dan pembengkakan cedera dengan mempercepat
metabolisme. Terapi dingin harus selalu digunakan sesegera mungkin setelah cedera terjadi.
Terapi dingin dilakukan sekitar 15 hingga 20 menit selama 48 jam.
b. Tujuan
e. Pemeriksaan Pendahuluan
Pemeriksaan dilakukan dengan tanya jawab antara terapis dengan pasien. Hal-hal
yang perlu diketahui dari pasien antara lain:
Kondisi patologis pasien yaitu berkaitan dengan tingkat keparahan kondisi patologis
pasien ( akut atau kronis ). Di samping itu juga apakah kondisi patologis pasien indikatif atau
kontra indikatif dengan terapi yang akan diberikan.
Gangguan sensibilitas yang dimaksud adalah sensibilitas panas-dingin. Untuk
mengetahui keadaan sensibilitas pasien maka perlu dilakukan tes sensibilitas panas-dingin,
seperti berikut:
a. Sediakan 2 buah tabung / kantung plastik kecil. Sebuah tabung berisi air panas (hangat)
yang lain berisi air dingin (air es).
b. Kedua tabung tersebut diujikan satu per satu ke bagian tubuh pasien yang normal sambil
mengenalkan rasa / sensasi yang dirasakan oleh pasien ( pasien diminta untuk melihat
pengujian / pengenalan ini).
c. Setelah pengenalan sensasi dilakukan, pengujuan sensasi yang sebenarnya dilakukan.
Pasien diminta untuk tidak melihat pengujian pada daerah yang abnormal. Pasien bisa
diminta untuk memejamkan matanya ataupun dengan cara yang lain, misalnya dengan
menghalangi pandangannya
a) Bengkok
b) Handuk kering
c) Kom
Bahan
Kontra Indikasi
a. Hipersensitivitas terhadap dingin
b. Cryoglobulinemia
c. Intoleransi terhadap dingin
d. Raynaud’s phenomen
e. Paroxysmal cold hemoglobinuria
f. HPT
g. Gangguan kognitif atau komunikasi
b. Fenomena Rebound
Fenomena rebaound terjadi pada saat efek terapeutik maksimal dari kompres
panas atau dingin telah mencapai dan kemudian efek yang berlawanan terjadi.
Misalnya, panas menyebabkan vasodilatasi maksimum dalam 20 sampai 30 menit;
melanjutkan kompres melebihi 30 sampai 45 menitakan mengakibatkan kongesti
jaringan, dan pembuluh darah kemudian berkontriksi dengan alasan yang tidak
diketahui apabila kompres panas terus dilanjutkan, klien beresiko mengalami luka
bakar, karena pembuluh darahyan kontriksi tidak mampu membuang panas secara
adekuat melalui sirkulasi darah. Pada kompres dingin vasokonstriksi maksimum
terjadi ketika kulit yang dikompres mencapai suhu 15 C. Dibawah suhu 15 C,
vasodilatasi melalui. Mekanismedingin bersifat protektif: vasodilatasi membantu
mencegah pembekuan jaringan tubuh yang biasa terpanajan dingin, seperti hidung
dan telinga. Hal ini juga menjelaskan merahnya kulit seseorang yang berjalan
dimusim dingin.
Pemahaman tentang fenomena rebound merupakan hal yang penting bagi
perawata. Kompres harus diberhentikan sebelum fenomena rebound terjadi. 5
c. Efek Sistemik
Kompres panas diberikan pada area tubuh lokal, terutama pada area tubuh
yang luas, dapat meningkatkan curah jantung dan ventilasi paru. Peningkatan
tersebut adalah hasil vasodilatasi perifer yan berlebihan, yang mengalihkan sejumlah
besar suplai darah dari organ dalam dan menghasilkan tekanan darah. Penurunan
tekanan darah yang signifikan dapat menyebabkan klien pingsan. Klien yang
memiliki penyakit jantung atau paru serta memiliki gangguan sirkulasi seperti
arteriosklerosis akan lebih rentan terhadap efek kompres ini dibandingkan orang
sehat. Kompres dingin yang berlebihan(seperti ketika klien ditempatkan dalam
selimut pendingin) dan vasokonstriksi dapat mengakibatkan tekanan darah klien
meningkat, karena darah dialihkan dari sirkulasi kutaneus ke pembuluh darah
internal.
Pengalihan darah ini adalah respon protektif normal terhadap rasa dingin yang
panjang yang mana merupakan upaya tubuh untuk mempertahankan suhu inti.
Menggigil, efek umum lainnya dari rasa dingin yang berkepanjangan, adalah respon
normal karena tubuh beruoaya untuk menghangatkan dirinya. 5
Berbagai bagian tubuh memiliki toleransi panas dan dingin yang berbeda.
Variabel yang mempengaruhi toleransi fisiologi tubuh tersebut sebagai berikut:
a. Bagian tubuh. Bagian punggung tangan dan kaki adalah bagian yang tidak
terlalusensitif terhadap suhu, sebaliknya, bagian dalam dari pergelangan tangan dan
lengan bawah, leher, dan area perineum adalah bagian yang sensitif terhadap suhu.
b. Ukuran bagian tubuh yang terpanjan. Semakin besar area yang terpanjan oleh panas
dan dingin, semakin rendah toleransinya.
c. Toleransi perorangan. Individu yang sangat tua umumnya memiliki toleransi yang
paling rendah. Individu yang memiliki kerusakan neurosensori mungkin memiliki
toleransi yang tinggi, tapi resiko cederanya juga lebih besar.
d. Lama panjanan. Individu paling merasakan kompres panas dan dingin saat awal
kompres diberikan. Setelah jangka waktu tertentu, toleransi akan meningkat.
e. Keutuhan kulit. Area kulit yang cedera lebih sensitif terhadap variasi suhu. Kondisi
tertentu merupakan kontraindikasi penggunaan kompres panas atau dingin.
Ada pun efek fisiologi tubuh yang terjadi akibat kompres panas dan dingin
menurut Audery Berman dkk, yaitu sebagai berikut:
g. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
Kaji :
1. Kemampuan klien untuk mengenali kapan rasa dapat menyebabkan ceder. Kaji apaan klien
menyadari rasa dingin serta dapat membedakan suhu yang terlalu dingin untuk jaringan tubuh
2. Tingkat kesadaran dan kondisi fisik umum klien. Klien yang sangat muda, sangat tua, tidak
sadar,atau yang lemah tidak dapat menoleransi panas dengan baik.
3. Area yang dikompres dengan memeriksa :
Perubahan integritas kulit, seperti adanya edema, memar, kemerahan, lesi terbuka, adanya
rabas, dan perdarahan.
Status sirkulasi (warna, suhu, dan sensasi). Jaringan yang terasa dingin, berwarna pucat atau
kebiruan, dan kurangnya sensasi atau mati rasa mengindikasikan kerusakan sirkulasi.
Tingkat ketidaknyamanan dan rentang pergerakan sendi jika spasme otot atau nyeri sedang
dikompres.
Denyut nadi, pernapasan, dan tekanan darah. Faktor ini penting dikaji sebelum kompres
diberikan pada area tubuh yang luas.
2. Perencanaan
Sebelum memberikan kompres panas atau dingin, tentukan:
a. Apakah klien perlu menandatangani surat persetujuan tindakan (jika surat
persetujuan diperlukan, periksa surat tersebut pada catatan klien).
b. Tipe kompres panas atau dingin yang akan digunakan, suhu, dan durasi serta
frekuensi kompres (periksa program dokter jika perlu).
c. Protokol institusi tentang tipe perlengkapan yang digunakan, suhu yang
direkomendasikan, dan durasi kompres (periksa program dokter jika perlu),
d. Waktu kompres diberikan
3. Pendelegasian
Pemberian kompres panas dan dingin tertentu dapat didelegasikan kepa UAP
(misalnya rendam jongkok, mandi air dingin) jika mereka memenuhi kriteria untuk
menjalankan tugas yang didelegasikan. Kan tetapi, pada semua kasus, pengkajian
klien dan penentuan bahwa tindakan tersebut aman untuk dilakukan adalah
tanggungjawab perawat. UAP dapat mengobservasi area yang dikompres selama
perawatan sehari-hari dan mereka harus dilaporkan temuan yang abnormal pada
perawat. Temuan yang abnormal harus divalidasi dan diintervensi oleh perawat.
4. Implementasi
e. Memberikan Kompres Hangat Kering (Botol Air Panas, bantalan Pemanas Elektrik,
bantalan Akuatermia, Kemasan Pemanas Disposabel)
Perlengkapan:
Bantalan Akuatermia
Bantalan
Air Suling
Unit pengontrol
Sarung
Pengikat kasa atau plester (pilihan)
Bengkok
Sarung tangan
Baki dan alasnya
Tempat sampah basah dan kering
Baskom
Kom
f. Pelaksanaan
Langkah –Langkah :
1. Menjelaskan pada klien apa yang akan dilakukan, serta beri tahu tujuannya agar dapat
menjalankan perawatannya
2. Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan
3. Cuci tangan dengan 7 langkah
4. Berikan kompres panas
Prosedur kerja1
Pelaksanaan Botol Air Panas Rasionalisasi
1. Mengukur suhu air. Ikuti praktek institusiMemastikan suhu yang akan
tentang penggunaan suhu yang tepat. diberikan agar terapi berefek
Suhu yang sering diberikan: maksimal
46 – 52 °C untuk orang dewasa normal
40,5 – 46 °C untuk orang dewasa yang
tidak sadar atau yang kondisinya sedang
lemah
2. Mengisi sekitar dua pertiga botol denganAgar air tidak terlalu penuh dan
air panas tidak tumpah
3. Mengeluarkan udara dari botol. UdaraUntuk menjaga suhu agar tetap
yang tetap berada di botol akan mencegahstabil
botol mengikuti bentuk tubuh yang sedang
dikompres.
4. Menutup botol dengan kencang Agar air tidak tumpah dari
tempatnya
5. Membalikkan botol dan memeriksa adanyaUntuk memastikan ada atau
kebocoran tidaknya kebocoran
6. Mengeringkan botol Agar saat terapi dilaksanakan
pakaian pasien tidak terkena basah
7. Membungkus botol dengan handuk atauAgar panas air tidak langsung
sarung botol air panas menyentuh kulit. Ditakutkan kulit
melepuh
8. Meletakkan bantalan pada bagian tubuhUntuk memberikan kenyamanan
dan menggunakan bantal untukpada pasien
menyangganya jika perlu
Perlengkapan
Disesuaikan berdasarkan kebutuhan
1. Untuk kompres basah hangat:
a. Seperangkat peralatan steril terdiri dari:
Pinset 2 buah
Kasa secukupnya
Mangkok berisi cairan hangat
b. Peralatan non-steril yang terdiri dari:
Buli-buli
Air panas
Pembalut atau kain segitiga
Gunting pembalut
Perlak kecil dan alasnya
Bengkok (nierbekken)
Kapas bersih
Plester
PELAKSANAAN
1. Untuk kompres basah hangat kain bias diambil dengan
pinset, kemudian dicelupkan ke dalam cairan, diperas sedikit
selanjutnya diletakkan pada bagian yang dikompres. Kain
kasa harus dibalut atau ditutupdengan kain kasa kering, lalu
di plester
2. Bilanenggunakan air panas
Buli-buli diisi air panas 1/3 sampai 2/3 bagian
Udara dikeluarkan dengan cara : buli-buli ditempatkan di
tempat rata, lalu bagian atasnya ditekuk sampai air kelihatan,
selanjutnya ditutup
Di bungkus dengan kantong buli-buli
Diletakkan pada bagian yang akan dikompres
Perhatian :
a. Untuk kompres basah hangat, pada luka terbuka peralatan harus steril
b. Untuk kompres basah hangat pada jaringan permukaan yang tertutup (bengkak atau memar),
alat tidak harus steril tapi harus bersih
c. Bila cairan atau alat kompres terlalu panas, pada bagian kulit yang dikompres bias terjadi
luka bakar
d. Cegah terjadinya luka bakar pada pemberian kompres hangat. Luka bakar bias terjadi, jika
cairan atau alat kompres terlalu panas.
Indikasi
1. Sprain dan strain
2. Sebagai tindakan pendahuluan (preliminary) sebelum dilakukan latihan untuk kondisi stiff
joint (kekakuan sendi)
3. Low back pain yang disertai spasme otot
4. Arthritis kronis
Kontraindikasi
1. Gangguan sensibilitas
2. Buerger diseases
3. Gangguan peredaran darah arterial perifir
2.5.4 Kompres Dingin
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kompres adalah kain pembebat yang dibasahi
dengan air dingin (es, dan sebagainya) untuk menyejukkan kepala dan sebagainya.
Kompres dingin dibagi menjadi dua, yaitu kompres dingin kering (kirbat) dan
kompres dingin basah. Kompres dingin kering terdiri dari kompres es biasa, kompres es
leher, dan kompres es gantung.
Kompres dingin kering diberikan untuk mendapat efek lokal dengan menggunakan
kantong es kolar es, sarung tangan es, dan kemasan pendingin disposabel. Kompres dingin
basah diberikan pada bagian tubuh untuk memberi efek lokal. Kompres dingin sering kali
digunakan untuk meredakan perdarahan dengan cara mengkonstriksi pembuluh darah,
meredakan inflamasi dengan vasokonstrisi, dan meredakan nyeri dengan memperlambat
kecepatan konduksi saraf, menyebabkan mati rasa, dan bekerja sebagai counterirritant.
A. Kompres Dingin Kering atau Kirbat
a. Kompres Dingin Kering atau Kirbat Es Biasa
Pengertian
Memberikan kompres dingin kepada pasien yang memerlukannya, dengan menggunakan
kirbat es yang telah diisi dengan potongan es.
Tujuan
1. Membantu menurunkan suhu tubuh
2. Mengurangi rasa sakit atau nyeri
3. Membantu mengurangi perdarahan
4. Membatasi peradangan
Dilakukan pada :
1. Pasien yang suhunya tinggi
2. Pasien perdarahan hebat
3. Pasien yang kesakitan
Alat
1. Bengkok
2. Kantong es
3. Sarung pelindung
Bahan
1. Potongan es secukupnya dalam wadah
2. Kassa gulung
3. Plester
4. Larutan klorin 0,5%
Perlengkapan
1. Baki dan alas
2. Perlak kecil atau handuk kecil dan alas
3. Tempat cuci tangan
4. Sarung tangan
5. Alat tulis dan buku catatan
6. Tempat sampah basah
7. Tempat sampah kering
8. Baskom
Pelaksanaan1
NO LANGKAH KERJA RASIONALISASI
1 Menyiapkan alat dan bahan Memudahkan kita dalam
Sebelum dimasukkan ke dalam kantong es,melakukan tindakan
potongan es dicelupkan dulu ke dalam air untuk
menghilangkan ujung- ujungnya yang runcing.
Isi alat dengan keping es sebanyak stengah
hingga dua pertiga kantong.
Keluarkan udara yang berlebihan dengan
menekuk atau memelintir alat
Pasang tutup kantong atau kolar es dengan kuat,
atau buat sebauh simpul pada sarung tangan di
bagian ujung yang terbuka. Hal ini dilakukan
untuk mencegah kebocoran cairan jika es
meleleh.
Pegang alat secara terbalik dan periksa jika ada
kebocoran
Bungkus alat dengan sarung penutup yang
lembut, jika alat tersebut belum dibungkus.
Pertahankan alat tersebut pada tempatnya
dengan menggunakan kasa gulung, pengikat,atau
handuk. Fiksasi dengan plester sesuai kebutuhan.
Pengertian
Memasang kompres dingin pada leher
Tujuan
Mengurangi perdarahan, rasa sakit, dan lain- lain
Dilakukan pada
Pasien pasca bedah tonsil (tonsilectomi), dan lain- lain
Alat
1. Bengkok
2. Kantong es
3. Sarung pelindung
Bahan
1. Potongan es secukupnya dalam wadah
2. Kassa gulung
3. Plester
4. Larutan klorin 0,5%
Perlengkapan
1. Baki dan alas
2. Perlak kecil atau handuk kecil dan alas
3. Tempat cuci tangan
4. Sarung tangan
5. Alat tulis dan buku catatan
6. Tempat sampah basah
7. Tempat sampah kering
8. Baskom
Pelaksanaan1
NO LANGKAH KERJA RASIONALISASI
1 Menyiapkan alat dan bahan Memudahkan kita dalam
Sebelum dimasukkan ke dalam kantong es,melakukan tindakan
potongan es dicelupkan dulu ke dalam air untuk
menghilangkan ujung- ujungnya yang runcing.
Isi alat dengan keping es sebanyak stengah
hingga dua pertiga kantong.
Keluarkan udara yang berlebihan dengan
menekuk atau memelintir alat
Pasang tutup kantong atau kolar es dengan kuat,
atau buat sebauh simpul pada sarung tangan di
bagian ujung yang terbuka. Hal ini dilakukan
untuk mencegah kebocoran cairan jika es
meleleh.
Pegang alat secara terbalik dan periksa jika ada
kebocoran
Bungkus alat dengan sarung penutup yang
lembut, jika alat tersebut belum dibungkus.
Pertahankan alat tersebut pada tempatnya
dengan menggunakan kasa gulung, pengikat,atau
handuk. Fiksasi dengan plester sesuai kebutuhan.
Pengertian
Memasang kompres es secara tidak langsung di atas tubuk pasien yang memerlukan
Tujuan
Mengurangi perdarahan, rasa nyeri, dan pergerakan
Dilakukan pada
Pasien dengan perdarahan pada usus (dalam rongga perut), sakit kepala yang hebat
Alat
1. Bengkok
2. Kantong es
3. Sarung pelindung
4. Lengkungan atau busur selimut
5. Tali khusus kompres es
6. Kain atau handuk untuk mengantungkan kompres es
7. Peniti secukupnya
Bahan
1. Potongan es secukupnya dalam wadah
2. Kassa gulung
3. Plester
4. Larutan klorin 0,5%
Perlengkapan
1. Baki dan alas
2. Perlak kecil atau handuk kecil dan alas
3. Tempat cuci tangan
4. Sarung tangan
5. Alat tulis dan buku catatan
6. Tempat sampah basah
7. Tempat sampah kering
8. Baskom2
Pelaksanaan1
NO LANGKAH KERJA RASIONALISASI
1 Menyiapkan alat dan bahan Memudahkan kita dalam
Sebelum dimasukkan ke dalam kantong es,melakukan tindakan
potongan es dicelupkan dulu ke dalam air untuk
menghilangkan ujung- ujungnya yang runcing.
Isi alat dengan keping es sebanyak stengah
hingga dua pertiga kantong.
Keluarkan udara yang berlebihan dengan
menekuk atau memelintir alat
Pasang tutup kantong atau kolar es dengan kuat,
atau buat sebauh simpul pada sarung tangan di
bagian ujung yang terbuka. Hal ini dilakukan
untuk mencegah kebocoran cairan jika es
meleleh.
Pegang alat secara terbalik dan periksa jika ada
kebocoran
Bungkus alat dengan sarung penutup yang
lembut, jika alat tersebut belum dibungkus.
Pertahankan alat tersebut pada tempatnya
dengan menggunakan kasa gulung, pengikat,atau
handuk. Fiksasi dengan plester sesuai kebutuhan.
Pengertian
Kompres basah adalah balutan kasa basah yang sering diletakkan di atas luka terbuka.
Kompres kasa dan kemasan basah dapat diberikan dalam bentuk panas atau dingin.
Tujuan
1. Membersihkan luka
2. Mengobati luka
3. Mencegah kekeringan pada luka tertentu
Dilakukan pada
1. Luka yang kotor
2. Pasien colostomi sebelum dilakukan opersi
Alat dan bahan
Kompres
1. Sarung tangan disposabel atau sarung tangan steril
2. Wadah untuk larutan
3. Larutan dengan kekuatan dan suhu yang telah ditetapkan oleh dokter
4. Termometer
5. Kasa segiempat
6. Sarung tangan, forsep, dan lidi kapas (jika kompres harus steril)
7. Jeli minyak
8. Handuk penyekat
9. Plastik
10. Tali
11. Botol air panas atau bantalan akuatermia atau antung es
12. Balutan steril (ika perlu)
Kemasan basah
1. Sarung tangan disposabel
2. Kain flanel atau kemasan handuk
3. Baskom air dengan beberapa keping es
4. Termometer
5. Sarung tangan steril, forsep, dan lidi kapas (jika sterilitas harus dipertahankan)
6. Jeli minyak
7. Material penyekat
8. Plastik
9. Kantong es
10. Balutan steril jika perlu
Perlengkapan
1. Baki dan alas
2. Perlak kecil atau handuk kecil dan alas
3. Tempat cuci tangan
4. Sarung tangan
5. Alat tulis dan buku catatan
6. Tempat sampah basah
7. Tempat sampah kering
8. Baskom
Pelaksanaan
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Melakukan informed concent
3. Mencuci tangan di bawah ait mengalir
4. Memasang perlak dan alasnya pada bagian yang akan dikompres
5. Mendekatkan alat dan bahan
6. Berikan privasi klien
7. Siapkan klien
Bantu klien ke posisi nyaman
Pajankan area tubuh yang akan dikompres
Sangga bagian tubuh yang memerlukan kompres kasa atau kemasan basah
Pasang sarung tangan disposabel, dan lepaskan balutan luka, jika ada.
8. Basahi kompres kasa atau kemasan
Letakkan kasa di dalam larutan
Dinginkan flanel atau handuk di dalam baskom berisi airu dan keping es
9. Lindungi kulit sekitar luka sesuai indikasi
Denga lidi kapas, oleskan jeli minyak ke kulit di sekeliling luka, jangan oleskan ke luka atau
area kulit yang rusak. Jeli minyak melindungi kulit dari kemungkinan efek iritasi dari
beberaa larutan
10. Tempelkan kompres kasa basah atau kemasan basah
Peras kompres kasa sehingga larutan tidak menetes dari kompres kasa tersebut
Tempelkan kasa secara lembut dan bertahap pada area yang dituju dan jika dapat ditoleransi
klien, tempelkan kompres kasa hingga menutupi area yang dikompres dengan baik. Padatkan
kasa sampai pas memenuhi semua permukaan luka.
Peras flanel
Tempelkan flanel ke area tubuh, tutupi area tubuh yang dikompres
11. Segera sematkan dan fiksasi kompres
Tutupi kasa atau flanel segera dengan handuk kering atau selembar plastik. Langkah ni
membantu mempertahankan efektivitasnya
Fiksasi kompres kasa atau kemasan di tempatnya dengan menggunakan pengikat kasa ayau
plester.
12. Pantau klien
13. Angkat kompres kasa atau kemasan pada waktu yang telah ditentukan.
14. Dokumentasikan5
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teknik pemberian obat dan terapi dapat diberikan dengan berbagi cara disesuaikan
dengan kondisi pasien, diantaranya : pemberian obat kulit, mata dan telinga, terapi panas
dingin, serta kompres panas dingin.
Dalam pemberian obat dan terapi ada hal- hal yang perlu diperhatikan, yaitu indikasi
dan kontraindikasi pemberian obat dan terapi. Sebab ada jenis- jenis terapi tertentu yang tidak
bereaksi jika diberikan dengan cara yang salah.
3.2 Saran
Dalam memberikan obat dan terapi pada pasien, kita sebagai tenaga medis (bidan)
harus memahami dengan benar cara atau teknik pemberian obat dan terapi serta
memperhatikan indikasi dan kontraindikasi dari pemberian obat dan terapi tersebut.
Pemberian obat dan terapi yang tidak sesuai bisa saja memperburuk kondisi pasien yang kita
tangani.
DAFTAR PUSTAKA
3. Berman, Audrey,et al,. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Kozier Erb. Jakarta :
EGC
4. Bandiyah, Siti. 2009. Keterampilan Dasar Praktek Klinik : Keperawatan dan Kebidanan.
Yogyakarta : Nuha Medika
5. Uliyah, Musrifatul. A. Aziz Alimul Hidayah. 2008. Keterampilan Dasar Klinik untuk
Kebidanan. Jakarta : Salemba