Anda di halaman 1dari 24

TUGAS BAKTERIOLOGI II

BAKTERIOLOGI MINUMAN KEMASAN

VISI :
‘’Menjadi program study yang “BERHASIL “ meluluskan ahli madya analis kesehehatan professional
yang unggul dibidang mikroskopis sumsum tulang tingkat nasional tahun 2020”

Disusun oleh

Nama : Yumiarti Rahmayani


Nim : PO.71.34.0.17.040
Tingkat / Semester : IIA / 3
Dosen : Herry Hermansyah, AMAK, SKM, M.Kes

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
JURUSAN ANALIS KESEHATAN TAHUN 2018 / 2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Minuman adalah sejenis zat yang berbentuk cair yang disimpan dalam sebuah kemasan.
Jenis kemasan minuman bisa dalam bentuk botol, kaleng, gelas/kaca dan kertas. Contoh
minuman dalam bentuk kertas adalah Hydrococo. Contoh Minuman dalam bentuk botol
minuman dalam bentuk kaleng Minuman dalam bentuk Gelas/kaca . Dalam minuman juga ada
kandungannya, kandungannya antara lain; alkohol, soda, vitamin c dan lain-lain . Minuman
disajikan dalam bentuk minuman yang hangat, panas dan dingin. Khasiat minuman antara lain :
sebagai obat haus, obat panas dalam, dan obat penunda rasa lapar.
Air minum kemasan atau dengan istilah AMDK (Air Minum Dalam Kemasan), merupakan
air minum yang siap di konsumsi secara langsung tanpa harus melalui proses pemanasan
terlebih dahulu. Air kemasan diproses dalam beberapa tahap baik menggunakan proses
pemurnian air (Reverse Osmosis / Tanpa Mineral) maupun proses biasa Water treatment
processing (Mineral), dimana sumber air yang digunakan untuk Air kemasan mineral berasal
dari mata air pengunungan, Untuk Air kemasan Non mineral biasanya dapat juga digunakan
dengan sumber mata air tanah / mata air pengunungan.
Proses Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) harus melalui proses tahapan baik secara
klinis maupun secara hukum, secara higines klinis biasanya disahkan menurut peraturan
pemerintah memalui Departemen Badan Balai Pengawasan Obat Dan Makanan ( Badan POM
RI) baik dari segi kimia, fisika, microbiologi, dll. Tahapan secara hukum biasanya melalui proses
pengukuhan merek dagang, hak paten, sertifikasi dan asosiasi yang mana keseluruhannya
mengacu pada peraturan pemerintah melalui DEPERINDAG, Untuk SNI (Standar Nasional
Indonesia), Merek Dagang dll. Untuk masalah air kemasan tentang Hak Cipta, Hak Paten
Merek dll biasanya melalui instansi DEPARTEMEN KEHAKIMAN untuk pengurusan paten
merek jenis barang dll.
AMDK harus memenuhi standar nasional (SNI dengan kode SNI No.01-3553-1996)
tentang standar baku mutu air dalam kemasan, serta MD yang dikeluarkan oleh BPOM RI yang
merupakan standar baku kimia, fisika, mikrobiologis. Serta banyak lagi persyaratan yang harus
dipenuhi agar AMDK itu layak dikonsumsi dan aman bagi kesehatan manusia.
Meningkatnya taraf kehidupan dan kesibukan di kota besar menyebabkan masyarakat
cenderung memilih hal-hal praktis seperti memanfaatkan jasa layanan makanan dan minuman
untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum selama bekerja, baik di kantor, pabrik, dan di
pasar. Masalah kebersihan dan keamanan makanan dan minuman merupakan masalah
penting bagi konsumen.
Mengingat bahwa minuman yang digunakan kemungkinan mengandung bakteri
patogen maka sebelum digunakan harus diperiksa terlebih dahulu, sebab makanan harus
bebas dari bakteri-bakteri patogen tersebut. Untuk pemeriksaan tersebut diperlukan pengujian
bakteriologis makanan di laboratorium. Pengujian ini dapat menentukan makanan yang
diperiksa tersebut mengandung bakteri patogen atau tidak. Alam prakteknya pengujian
makanan secara bakteriologis untuk menentukan ada tidaknya bakteri bentuk koli.
Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian tentang kuman-kuman patogen pada makanan.
Mikroorganisme merupakan salah satu makhluk hidup yang hanya dapat dilihat dengan
bantuan mikroskop. Karena ukurannya yang sangat kecil, maka sukar sekali untuk menghitung
mikroorganisme. Oleh sebab itu, praktikan harus mengetahui cara-cara untuk melakukan
perhitungan mikroorganisme dengan metode-metode tertentu, yaitu metode ALT (Angka
Lempeng Total) dan MPN (Most Probable Number).

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Air Minum ataupun minuman Dalam Kemasan?
2. Apa saja bakteriologi yang ditimbulkan dari minuman dalam kemasan?
3. Bagaimana cara memilih minuman dalam kemasan yang baik?

C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui apa itu minuman dalam kemasan .
2. Untuk mengetahui bakteriologi minuman kemasan .
3. Untuk mengetahui cara memilih minuman kemasan dengan baik.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Air Minum Dalam Kemasan


Air minum kemasan atau dengan istilah AMDK (Air Minum Dalam Kemasan),
merupakan air minum yang siap di konsumsi secara langsung tanpa harus melalui proses
pemanasan terlebih dahulu. Air minum dalam kemasan merupakan air yang dikemas dalam
berbagai bentuk wadah 19 ltr atau 5 galon , 1500 ml / 600 ml ( bottle), 240 ml /220 ml (cup).1[2]
Hal ini tentu mendorong berkembangnya industri produk Air Minum Dalam Kemasan
(AMDK) di Indonesia yang notabene lebih menarik, lebih praktis dan lebih disukai masyarakat
dengan berbagai macam rasa. Sehingga banyak terjadi persaingan bagaimana memproduksi
air minum yang layak dikonsumsi masayarakat. Di masyarakat AMDK sering disebut air mineral
maupun air murni yang masih dianggap sama oleh beberapa kalangan masyarakat.
Berdasarkan SNI 01-3553-2006 Air minum Dalam Kemasan (AMDK) adalah air baku yang telah
diproses, dikemas, dan aman diminum mencakup air mineral dan demineral/air murni. Air
Mineral adalah AMDK yang mengandung mineral dalam jumlah tertentu tanpa menambahkan
mineral. Sedangkan Air Demineral/Air Murni/Non Mineral adalah air minum dalam kemasan
yang diperoleh melalui proses pemurnian seperti destilasi, deionisasi, reverse osmosis dan
proses setara. Dari definisi tersebut jelas bahwa keduanya merupakan air baku yaitu air yang
telah memenuhi persyaratan kualitas air bersih sesuai aturan yang berlaku.

2. Dampak dari Air Minum Dalam Kemasan


Pada dasarnya, kebutuhan air minum yang bersih dan sehat dapat dipenuhi sendiri yaitu
dengan cara memasak air bersih sampai mendidih. Namun, memasak air minum sendiri dinilai
tidak praktis dan ketinggalan zaman, tuntutan masyrakat sekarang ini adalah mendapatkan air
minum yang siap pakai bersih dan sehat dengan harga murah.
Maka dari itu masyarakat zaman sekarang pasti lebih memilih air minum dalam
kemasan untuk kebutuhan air minum sehari-hari dibandingkan dengan air yang dimasak. Tetapi
dalam menggunakan air minum dalam kemasan, kita perlu mengetahui sisi positif dan negatif
AMDK tersebut.
Adapun sisi positifnya adalah:
 Praktis
 Lebih higienis
 Mudah didapat Karena dengan adanya perkembangan teknologi, maka lebih diyakini
kebersihannya
Dan sisi negatif dari AMDK adalah:
 Prosesnya yang menggunakan kimia plastic
 Adanya bakteri berbahaya
 Kualitas buruk
 Harga yang terlalu mahal
 Membuat bibir cepat keriput
 Memicu obesitas

3. Cara memilih AMDK yang baik


Tidak semuanya air minum dalam kemasan memiliki kualitas baik dan layak minum. Oleh
karena itu, tidak ada salahnya jika kita bersikap hati-hati atau waspada jika ingin mengonsumsi
air minum dalam kemasan. Berikut beberapa tips yang mungkin berguna saat membeli produk
air minum dalam kemasan, antara lain:
a. Pilihlah produk minuman yang tidak memiliki banyak gelembung kecil udara di dalam
kemasannya. Karena gelembung udara bisa menjadi indikator bahwa kemasan
minuman tersebut terbuat dari bahan yang murah dan tidak berkualitas baik.
b. Untuk minuman dari kotak karton, seperti susu, teh, atau jus buah, pastikan mereka
dibungkus dengan menggunakan kemasan tetrapak. Mengapa? Karena kemasan
tetrapak telah mengalami proses pensterilan yang terpisah antara bahan dan kemasan,
sehingga dapat menekan risiko pencemaran oleh zat tertentu. Selain itu, produk dengan
kemasan tetrapak mampu bertahan selama 8-12 bulan setelah tanggal produksi, meski
tanpa disimpan di dalam lemari pendingin sekalipun.
c. Hindari meletakkan minuman kemasan (terutama untuk kemasan dari plastik) kita di
tempat yang bisa terpapar sinar matahari atau panas dalam waktu yang lama. Sebab
peningkatan suhu dapat membuat monomer lebih cepat melakukan pencemaran pada
minuman.
d. Pastikan bentuk kemasan minuman yang kita beli tidak rusak. Sebab bentuk yang tidak
sempurna bisa mengartikan produk tersebut sering terpaparan panas dalam waktu yang
lama.
b. Pilihlah produk dengan kemasan yang terbuat dari botol gelas berkualitas tinggi. Selain
lebih aman bisa digunakan ulang dan bisa mengurangi sampah juga.
c. Selalu perhatikan tanggal kadaluarsa produk terlebih dahulu sebelum membelinya.
Jika sudah selesai meminum-minuman kemasan tersebut, jangan lupa untuk membuang
sampahnya di tempat sampah yang sesuai. Dan lebih bagus lagi kalau
. 3.1 Pengertian dan Standard Kualitas Air Bersih
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 Tentang ”Syarat-
syarat Dan Pengawasan Kualitas Air“, air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan
sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah
dimasak. Adapun syarat-syarat kesehatan air bersih adalah:
1 Persyaratan Biologis
Persyaratan biologis berarti air bersih itu tidak mengandung mikroorganisme yang
nantinya menjadi infiltran tubuh manusia. Mikroorganisme itu dapat dibagi dalam empat
group, yakni parasit, bakteri, virus, dan kuman. Dari keempat jenis mikroorganisme
tersebut umumnya yang menjadi parameter kualitas air adalah bakteri seperti Eschericia
coli.
2 Persyaratan Fisik
Persyaratan fisik air bersih terdiri dari kondisi fisik air pada umumnya, yakni derajat
keasaman, suhu, kejernihan, warna, bau. Aspek fisik ini sesungguhnya selain penting
untuk aspek kesehatan langsung yang terkait dengan kualitas fisik seperti suhu dan
keasaman tetapi juga penting untuk menjadi indikator tidak langsung pada persyaratan
biologis dan kimiawi, seperti warna air dan bau.
3 Persyaratan Kimia
Persyaratan kimia menjadi penting karena banyak sekali kandungan kimiawi air
yang memberi akibat buruk pada kesehatan karena tidak sesuai dengan proses
biokimiawi tubuh. Bahan kimiawi seperti nitrat, arsenic, dan berbagai macam
logam berat khususnya air raksa, timah hitam, dan cadmium dapat menjadi gangguan
pada faal tubuh dan berubah menjadi racun.
4 Persyaratan Radioaktif
Persyaratan radioaktif sering juga dimasukkan sebagai bagian persyaratan fisik,
namun sering dipisahkan karena jenis pemeriksaannya sangat berbeda, dan pada
wilayah tertentu menjadi sangat serius seperti di sekitar reaktor nuklir.
4. Pengaruh Air Terhadap Kesehatan
Menurut Soemirat (2002), secara khusus, pengaruh air terhadap kesehatan dapat
bersifat langsung maupun tidak langsung.
a. Pengaruh Tidak Langsung
Pengaruh tidak langsung adalah pengaruh yang timbul sebagai akibat
pendayagunaan air yang dapat meningkatkan atau pun menurunkan kesejahteraan
masyarakat. Misalnya, air yang dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik, untuk
industri, untuk irigasi, perikanan, pertanian, dan rekreasi dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Sebaliknya pengotoran air dapat menurunkan kesejahteraan
masyarakat.
b. Pengaruh Langsung
Air minum atau air konsumsi penduduk dapat menyebabkan penyakit seperti :
 Air di dalam tubuh manusia, berkisar antara 50 -70 % dari seluruh berat badan. Air terdapat
di seluruh badan, di tulang terdapat air sebanyak 22 % berat tulang, di darah dan ginjal
sebanyak 83 %. Kehilangan air untuk 15 % dari berat badan dapat mengakibatkan
kematian. Karenanya orang dewasa perlu minum minimum 1,5 – 2 liter air sehari.
Kekurangan air ini menyebabkan banyaknya didapat penyakit batu ginjal dan kandung
kemih di daerah tropis seperti Indonesia, karena terjadinya kristalisasi unsur –unsur yang
ada di dalam cairan tubuh. (Soemirat, 2002).
 Penyebab Penyakit Menular, Air yang telah tercemar oleh bakteri penyebab berbagai
penyakit, dapat menularkan kepada manusia atau hewan melalui empat mekanisme:
a) Water Borne Disease
Mekanisme penyebaran penyakit dimana pathogen penyebab penyakit berada dalam air
yang telah tercemar dan dapat menyebabkan penyakit infeksi bila terminum oleh manusia atau
hewan. Hal ini karena air tersebut mengandung kuman pathogen. Diantara penyakit- penyakit
yang disebarkan dengan mekanisme ini adalah penyakit kolera, tifoid, hepatitis A, disentri,
poliomyelitis, dan diare.
Menurut Slamet (2002) penyakit yang disebabkan oleh pathogen penyebab penyakit
berada dalam air yang telah tercemar adalah : Penyakit kolera disebabkan olehVibrio
cholera. Kolera adalah penyakit usus halus yang akut dan berat, sering mewabah yang
mengakibatkan kematian. Gejala utamanya adalah muntaber, dehidrasi dan kolaps dapat terjadi
dengan cepat. Sedangkan gejala kolera yang khas adalah tinja yang menyerupai air cucian
beras, tetapi sangat jarang ditemui.
Tifoid merupakan penyakit yang menyerang usus halus, penyebabnya
adalah Salmonella typhi. Gejala utama adalah panas yang terus menerus dengan taraf
kesadaran yang menurun, terjadi rata-rata dua minggu. Penularan dapat terjadi dari orang ke
orang, atau tidak langsung lewat makanan, minuman yang terkontaminasi bakteri. Hepatitis A
dikenal juga sebagai Hepatitis infectiosa, disebabkan oleh Virus hepatitis A. Gejala utama
adalah demam yang akut, dengan perasaan mual dan muntah, hati membengkak, dan sclera
mata menjadi kuning, diikuti oleh icterius seluruh kulit. Penyakit ini dapat menyebar secara
langsung dari orang ke orang, secara tak langsung lewat air, makanan yang terkontaminasi
virus, dan lewat udara.
Poliomyelitis, Penyakit ini seringkali disebut “Polio” saja ataupun dikenal sebagai
kelumpuhan anak- anak. Polio disebabkan oleh virus. Polio meninggalkan cacat, menyebar
lewat lingkungan air yang tidak saniter. Gejala polio sangat bervariasi, dapat sangat ringan,
menyerupai penyakit influenza, sampai keadaan kelumpuhan ringan, parah, dan kematian.
Diare, Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), Diare adalah penyebab nomor
satu kematian balita di seluruh dunia. Di Indonesia, diare adalah pembunuh balita nomor dua
setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Diare adalah buang air besar dalam bentuk
cairan lebih dari tiga kali dalam satu hari dan biasanya berlangsung selama dua hari atau lebih.
Orang yang mengalami diare akan kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi
tubuh. Hal ini membuat tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik dan dapat membahayakan
jiwa, khususnya pada anak dan orang tua. Menurut USAID yang menjadi penyebab diare
adalah: Infeksi dari berbagai bakteri yang disebabkan oleh kontaminasi makanan maupun air
minum, Infeksi berbagai macam virus, Alergi makanan, khususnya susu atau laktosa (makanan
yang mengandung susu), Parasit yang masuk ke tubuh melalui makanan atau minuman yang
kotor.
b) Water Washed Disease
Mekanisme penyebaran penyakit bila suatu penyakit infeksi dapat dicegah dengan
memperbanyak volume pemakaian air serta memperbaiki hygiene perorangan. Dengan
terjaminnya kebersihan oleh tersedianya air yang cukup, maka penyakit- penyakit tertentu dapat
dikurangi penularannya pada manusia, dan penyakit ini banyak terjadi di daerah tropis. Contoh
penyakit yang disebabkan adalah penyakit infeksi saluran pencernaan, penyakit infeksi kulit dan
selaput lendir, penyakit yang ditimbulkan oleh insekta pada kulit dan selaput lendir.
c) Water Based Disease
Cara penyebaran penyakit ini terjadi bila sebagian siklus hidup penyebab penyakit
memerlukan hospes perantara seperti siput air. Infeksi pada manusia dapat dicegah dengan
menurunkan keinginan dengan kontak dengan air, mengontrol populasi siput air, dan
memperbaiki kualitas air. Contoh penyakit yang disebabkan adalahSchistomiasis. Dimana
larva schistosoma hidup dalam keong - keong air. Setelah waktunya larva ini mengubah bentuk
menjadi cercaria dan menembus kulit (kaki) manusia yang berada dalam air tersebut.
d) Insect Vector Disease
Cara penyebaran berkaitan dengan serangga sebagai vektor penyebaran pathogen
penyebab penyakit yang hidup di air. Strategi pencegahan penyebaran penyakit dapat melalui
perbaikan pengelolaan air permukaan, menghilangkan tempat- tempat perkembangbiakan
serangga yang menjadi vektor penyebaran penyakit infeksi. Contoh- contoh penyakit yang
ditularkan melalui vektor yang hidupnya bergantung pada air misalnya malaria, demam
berdarah, filariasis, Yellow fever, dan lain sebagainya.

4.1 Kualitas Air Baku dan Air Bersih


Masalah air baku untuk industri air bersih menjadi sangat penting. Kualitas air bersih
yang dipengaruhi kualitas air baku tersebut akan berpengaruh pada kesehatan masyarakat
yang mengkonsumsinya (Amsyari, 1996).
Kualitas air bersih sangat erat kaitannya dengan kualitas air bakunya. Umumnya air
baku dari air sumber (air tanah) kualitasnya sudah cukup baik sehingga tidak sulit
menjadikannya air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan. Pada sisi lain air bersih
dalam jumlah banyak harus mengambil dari sumber air yang besar pula. Ini sering terjadi di
kota besar dan akhirnya memilih air sungai yang ada di dekatnya sebagai sumber air baku.
Kualitas air sungai sebagai air permukaan jelas berbeda dengan air sumber dan air tanah
dalam sehingga perlu proses yang lebih banyak. Pada awalnya proses itu pun tidak begitu berat
karena air sungai hanya terkait dengan limbah rumah tangga yang jumlahnya pun terbatas
sehingga proses penjernihannya pun relatif sederhana (Amsyari, 1996).
Dengan perkembangan industri masalah air baku tidak hanya karena pencemaran dari
limbah domestik, akan tetapi juga dari limbah industri yang pekat dengan macam bahan kimiawi
yang luas. Bahan beracun dan berbahaya jelas tidak banyak dikeluarkan oleh limbah rumah
tangga. Bahan seperti itu umumnya dari industri yang melibatkan banyak reaksi kimia, seperti
industri kertas, cat dan lainnya. Jelas proses pengolahan air bersih yang akan dilakukan akan
lebih kompleks (Amsyari, 1996).
. 4.2 Tinjauan Umum Tentang Mikrobiologi Pada Air
Mikroorganisme yang terdapat di dalam air berasal dari berbagai sumber seperti udara,
tanah, sampah, lumpur, tanaman hidup atau mati, hewan hidup atau mati (bangkai), kotoran
manusia atau hewan, bahan organik lainnya, dan sebagainya. Mikroorganisme tersebut
mungkin tahan lama hidup di dalam air, atau tidak tahan lama hidup dalam air karena
lingkungan hidupnya yang tidak cocok. (Fardiaz, 1992).
Jumlah dan jenis mikroorganisme yang terdapat di dalam air bervariasi tergantung dari
berbagai faktor. Faktor- faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Sumber Air
Jumlah dan jenis mikroorganisme di dalam air dipengaruhi oleh sumber air tersebut,
misalnya air permukaan (danau, sungai), air tanah (sumur, mata air), air tergenang, air laut, dan
sebagainya. Misalnya pada air laut yng ditumbuhi ganggang memungkinkan pertumbuhan
bakteri fotosintetik sulfur hijau dan ungu, bakteri yang hanya dapat tumbuh pada medium air
laut seperti Thiothirx, Beggiatoa, Thiovalum danThiobacillus.
2. Komponen Nutrien Dalam Air
Air, terutama air buangan sering mengandung komponen- komponen yang dibutuhkan
oleh spesies mikroorganisme tertentu. Mikroorganisme yang bersifat saprofit organotrofik sering
tumbuh pada air buangan yang mengandung sampah tanaman dan bangkai hewan. Semua air
secara alamiah juga mengandung mineral- mineral yang cukup untuk kehidupan
mikroorganisme di dalam air.
3. Komponen Beracun
Komponen beracun yang terdapat di dalam air mempengaruhi jumlah dan jenis
mikroorganisme di dalam air tersebut. Sebagai contoh, air laut mengandung garam dengan
konsentrasi yang terlalu tinggi untuk kehidupan kebanyakan spesies mikroorganisme. Hidrogen
sulfida yang diproduksi oleh mikroorganisme pembusuk dari sampah- sampah organik bersifat
racun terhadap ganggang dan mikroorganisme lainnya, tetapi sebaliknya H2S dapat digunakan
oleh bakteri fotosintetik sebagai donor electron/ hydrogen untuk mereduksi karbondioksida.
4. Organisme Air
Adanya organisme lain di dalam air dapat mempengaruhi jumlah dan jenis
mikroorganisme. Sebagai contoh, plankton merupakan organisme yang makan bakteri,
ganggang dan plankton lainnya, sehingga adanya plankton dapat mengurangi jumlah
organisme-organisme tersebut. Adanya protozoa dan bakteriophage mengurangi jumlah bakteri
di dalam air karena kedua organisme tersebut dapat membunuh bakteri.
5. Faktor Fisik
Faktor-faktor fisik yang berpengaruh terhadap jumlah dan jenis mikroorganisme
adalah suhu, pH, tekanan osmotik, tekanan hidrostatik, aerasi, dan penetrasi sinar matahari.
Sebagai contoh, mikroorganisme yang dapat hidup di dalam air laut adalah yang tahan
terhadap tekanan osmotik tinggi.
6. Komponen polutan.
Air yang mengandung polutan yang berasal dari tanaman dan bangkai hewan
mengandung bakteri koliform, sedangkan air yang mengandung sampah organik akan
menyebabkan pertumbuhan bakteri anaerob seperti Clostridium dan Disulfovibrio.
a. Bakteri Indikator Polusi
Bakteri indikator polusi atau indikator sanitasi adalah bakteri yang dapat digunakan
sebagai petunjuk adanya polusi feses atau kotoran manusia atau hewan, karena organisme
tersebut merupakan organisme komensal yang terdapat di dalam saluran pencernaan manusia
atau hewan.
Syarat- syarat bakteri indikator tersebut mungkin tidak selalu dapat dipenuhi karena
bakteri indikator mungkin berbeda dalam hal toleransi terhadap suhu, tingkat khlorinasi, dan
terhadap konsentrasi garam. Bakteri indikator tersebut adalah :
1) Escherichia coli adalah salah satu bakteri yang tergolong koliform dan hidup secara normal di
dalam kotoran manusia maupun hewan, oleh karena itu disebut juga koliform fekal.
2) Streptococcus Fecal adalah suatu bakteri yang bersifat gram positif, berbentuk bulat
memanjang yang disebut juga kokobasili.Streptococcus fecal dapat dibedakan
dari Streptococcuslainnya karena bakteri ini hidup di dalam saluran pencernaan hewan
berdarah panas, tahan terhadap bile, dan dapat tumbuh pada suhu 45oC.
3) Clostridium perfringens merupakan bakteri yang bersifat gram positif berbentuk batang dan
membentuk spora. Bakteri ini tersebar luas di alam, yaitu di dalam tanah, debu, dan merupakan
bagian dari mikroflora normal di dalam saluran usus manusia dan hewan. Bakteri ini bersifat
aerobik, tetapi masih tahan hidup pada kondisi aerobik, meskipun pertumbuhannya lebih
dirangsang pada kondisi anaerobik.
4) Escherichia coli adalah salah satu jenis bakteri yang secara normal hidup dalam saluran
pencernaan baik manusia maupun hewan yang sehat. Nama bakteri ini diambil dari nama
seorang bacteriologist yang berasal dari Germani yaitu Theoder Von Escherich, yang berhasil
melakukan isolasi bakteri ini pertama kali pada tahun 1885. DR. Escherich juga berhasil
membuktikan bahwa diare dan gastroenteritis yang terjadi pada infant adalah disebabkan oleh
bakteri Escherichia coli (Andriani, 2004).
b. Escherichia coli Yang Berhubungan Dengan Penyakit Diare:
Berdasarkan Brooks (2005), Escherichia coli yang berhubungan dengan penyakit diare adalah :
1) Enterophatogenic E. coli (EPEC) merupakan penyebab penting diare pada bayi, khususnya di
negara berkembang. EPEC awalnya dihubungkan dengan terjangkitnya diare di ruang
perawatan di negara berkembang. EPEC melekat pada sel mucosa usus kecil. Faktor yang
berhubungan dengan kromosom mendukung pelekatan yang erat. Akibat dari infeksi EPEC
adalah diare yang cair, yang biasanya susah diatasinamun tidak kronis. Diare EPEC
berhubungan dengan berbagai serotype spesifik dari E. coli. Waktu diare EPEC dapat
diperpendek dan diare kronik dapat disembuhkan dengan pemberian antibiotik.
2) Enterotoxigenic E.coli (ETEC) merupakan penyebab umum diare pada musafir dan
merupakan penyebab yang sangat penting dari diare pada bayi di Negara berkembang. Cara
untuk membantu mencegah diare ini adalah dengan memperhatikan pemilihan dan
pengkonsumsian makanan yang potensial terkontaminasi ETEC. Antimicrobial
prophylaxis dapat menjadi efektif tetapi dapat terjadi peningkatan resistensi terhadap antibiotik
pada bakteri dan mungkin tidak dianjurkan secara keseluruhan. Pemberian antibiotik yang
efektif akan memperpendek jangka waktu penyakit.
3) Enterohemorrhagic E.coli (EHEC) memproduksi verotoksin. EHEC banyak dihubungkan
dengan hemorrhagic colitis,sebuah bentuk diare yang parah, dan dengan sindroma uremic
hemolytic, sebuah penyakit akibat kegagalan ginjal akut,microangiopathi hemolytic anemia, dan
thrombocytopenia. Hemorrhagic colitis dan komplikasinya dapat dicegah dengan cara memasak
daging segar.
4) Enteroinvasire E. coli (EIEC) menyebabkan penyakit yang mirip dengan shigellosis. Penyakit
yang terjadi umumnya pada anak di Negara berkembang dan dalam perjalanan ke Negara
tersebut. EIEC menyebabkan penyakit dengan menyerang selepithelial mukosa usus.
5) Enteroagregative E. coli (EAEC) menyebabkan diare yang akut dan kronis (dalam jangka
waktu > 14 hari) pada orang di negara berkembang. Organisme ini juga menyebabkan penyakit
karena makanan di negara industri. Mereka digolongkan berdasarkan bentuk dan perlekatan
pada sel manusia. Patogenesis EAEC penyebab diare tidak begitu dipahami dengan baik,
meskipun demikian dinyatakan bahwa EAEC melekat pada mukosa intestinal dan
menghasilkan enterotoksin dan sitotoksin. Akibatnya adalah kerusakan mukosa, pengeluaran
sejumlah besar mucus, dan terjadinya diare.
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Eschericia coli Dalam Air
1) Sumber air yang berbeda seperti air hujan, air laut, air permukaan dan air tanah mengandung
mikroorganisme dalam jumlah dan jenis yang berbeda pula. Air permukaan yang tercemar oleh
kotoran hewan dan manusia akan mengandung bakteri Eschericia coli.
2) Suhu, Pertumbuhan mikroba memerlukan kisaran suhu tertentu. Kisaran suhu pertumbuhan
dibagi menjadi suhu minimum, suhu optimum, dan suhu maksimum. Suhu minimum adalah
suhu terendah tetapi mikroba masih dapat hidup. Suhu optimum adalah suhu paling baik untuk
pertumbuhan mikroba. Suhu maksimum adalah suhu tertinggi untuk kehidupan
mikroba.Eschericia coli merupakan mikroba yang tahan hidup pada suhu tinggi (mikroba
termofi). Kelompok ini mempunyai suhu minimum 400C, optimum pada suhu 55-600C dan suhu
maksimum untuk pertumbuhannya 750C (Anonim, 2009).
3) pH, Mikroba umumnya menyukai pH netral (pH 7). Eschericia coli merupakan mikroba alkalifil
yaitu kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH 8,4-9,5. (Anonim, 2009).
4) Kerusakan atau kebocoran pipa, Adanya kerusakan atau kebocoran pipa dapat
menyebabkan masuknya air tanah ke dalam sistem distribusi terutama bila tekanan airnya
rendah dan lebih kecil dari tekanan air tanah. Dengan masuknya air tanah ke dalam sistem
distribusi akan menyebabkan pencemaran baik secara kimiawi maupun pencemaran
bakteriologis. (Said, 2002).

4.2.1 Tinjauan Umum Tentang Metode EMBA


Media Eosin Methylene Blue Agar adalah hasil modifikasi dari Levine M. (1918-1921)
yang digunakan untuk diferensiasi Escherichia colidan Enterobacteria aerogenes, untuk
identifikasi cepat dari Candida albicans, dan untuk identifikasi Staphylococcus koagulase-positif.
Media yang sudah jadi dirumuskan secara spesifik oleh APHA (American Public Health
Association) (1970-1992). Media ini dibuat dan dirumuskan dengan tujuan untuk mendeteksi
dan membedakan mikroorganisme dari kelompok bakteri coliform (Fitri, 2010).
Secara umum media EMB agar adalah media isolasi untuk
membedakan bakteri Enterobacteriaceae. EMB Agar adalah media yang digunakan untuk
mengetahui ada atau tidaknya bakteri coliform di dalam suatu sample. Media Eosin Methylene
Blue Agar ini mempunyai keistimewaan mengandung laktosa dan berfungsi untuk membedakan
mikroba yang memfermentasikan laktosa seperti S. aureus, P. aerugenosa, dan Salmonella.
Mikroba yang memfermentasi laktosa menghasilkan koloni dengan inti berwarna gelap dengan
kilap logam. Sedangkan mikroba lain yang dapat tumbuh koloninya tidak berwarna. Fungsi dari
eosin dan metilen blue membantu mempertajam perbedaan warna.
Namun demikian, jika media ini digunakan pada tahap awal, kuman lain bisa juga tumbuh
terutama P. Aerugenosa dan Salmonella sp. Hal ini dapat menimbulkan keraguan.
Bagaiamanapun media ini sangat baik untuk mengkonfirmasi bahwa kontaminan tersebut
adalah Esherichia coli . Media ini berbentuk padat berguna untuk menjaga sel tidak berpindah
tempat sehingga akan mudah dihitung dan dipisahkan jenisnya ketika tumbuh menjadi koloni.
Media padat juga menampakkan difusi hasil metabolit bakteri sehingga memudahkan dalam
pengujian suatu hasil metabolit (Anonim, 2008)
5. Penentuan Angka Lempeng total (ALT)
Metode penentuan angka lempeng total ini digunakan untuk menentukan jumlah total
mikroorganisma aerob dan anaerob (psikrofilik, mesofilik dan termofilik) .
a) Psikofilik adalah kelompok mikroorganisme yang hidup pada suhu kurang dari 20°C,
b) Mesofilik adalah kelompok mikroorganisme yang hidup pada suhu 20 °C-40°C
c) Termofilik adalah kelompok mikroorganisme yang hidup pada suhu lebih besar dari 40°C.
Angka lempeng total aerob adalah jumlah mikroorganisme hidup yang membutuhkan
oksigen yang terdapat dalam suatu produk yang diuji. Pertumbuhan mikroorganisme aerob dan
anaerob (psikrofilik, mesofilik dan termofilik) setelah contoh diinkubasikan dalam media agar
pada suhu 35°C ± 1°C selama 24 jam 48 jam ± 1 jam mikroorganisme ditumbuhkan pada suatu
media agar, maka mikroorganisma tersebut akan tumbuh dan berkembang biak dengan
membentuk koloni yang dapat langsung dihitung.
Penentuan Angka Lempeng Total dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
1) Metoda cawan agar tuang/pour plate yaitu dengan menanamkan contoh ke dalam cawan
petri terlebih dahulu kemudian ditambahkan media agar.
2) Metode cawan agar sebar/spread plate yaitu dengan menuangkan terlebih dahulu media agar
ke dalam cawan petri kemudian contoh diratakan pada permukaan agar dengan menggunakan
batang gelas bengkok. Pada metode cawan agar tuang, untuk menghindari berkurangnya
populasi bakteri akibat panas yang berlebihan maka media agar yang akan dituang mempunyai
suhu 45°C ±1°C.Koloni cendawan itu dapat segera di bedakan dari koloni bakteri,koloni
cendawan itu memperhatikan benanang- benang miselium.koloni nampak sekelumin
mentega,air susu atau percikan sari buah yang kental.
Populasi bakteri dihitung dengan cara mengencerkan sampel atau bahan uji, dilanjutkan
dengan melakukan inokulasi semua hasil pengenceran didalam media pelat. Jumlah koloni
yang dapat tumbuh pada pelat dihitung secara manual dengan bantuan “Colony Counter”.
Jumlah koloni yang memenuhi ketentuan perhitungan adalah 25-30 sampai 250-300 koloni
pada media pelat.
Artinya: Bila percobaan menunjukan data terdapat populasi 20 koloni pada pelat hasil
pengenceran ke-4 dan 200 koloni pada pengenceran ke-3, maka kesimpulannya adalah bahan
uji mengandung = 200 x 10³ = 200.000 koloni bakteri / mL atau perhitungan berdasarkan pada
koloni yang tumbuh pada hasil pengenceran ke-3.
Metode ini dapat dianggap yang paling sensitive kerena sel hidup yang dapat terhitung,
beberapa jenis mikroorganisme dapat dihitung sekaligus dan dapat digunakan utuk isolasi dan
identifikasi karena koloni yang terbentuk mungkin berasal dari satu sel induk.
Pengukuran kuantitatif populasi mikroorganisme sangat diperlukan untuk berbagai
macam penelaahan mikrobiologis. Terdapat berbagai macam cara untuk menghitung jumlah
mikroorganisme, akan tetapi secara mendasar, ada dua cara yaitu secara langsung dan secara
tidak langsung. Ada beberapa cara perhitungan secara langsung, antara lain adalah dengan
membuat preparat dari suatu bahan (preparat sederhana diwarnai atau tidak diwarnai) dan
penggunaan ruang hitung (counting chamber). Sedangkan perhitungan cara tidak langsung
hanya untuk mengetahui jumlah mikroorganisme pada suatu bahan yang masih hidup saja
(viabel count). Dalam pelaksanaannya, ada beberapa cara yaitu : perhitungan pada cawan petri
(total plate count / TPC), perhitungan melalui pengenceran, perhitungan jumlah terkecil atau
terdekat (MPN methode), dan kalorimeter (cara kekeruhan atau turbidimetri) (Cappuccino &
Natalie, 1983).
Berbagai macam uji mokrobiologis dapat dilakukan terhadap bahan pangan, meliputi uji
kuantitatif mikroba untuk menentukan daya tahan suatu makanan, uji kualitatif bakteri patogen
untuk menenetukan tingkat keamanan dan uji indikator untuk menentukan tingkat sanitasi
makanan tersebut. Pengujian yang dilakukan terhadap tiap bahan pangan tidak sama
tergantung berbagai faktor, seperti jenis dan komposisi bahan pangan, cara pengepakan dan
penyimpanan serta komsumsinya, kelompok konsumen dan berbagai faktor lainnya (Djide,
2003).
a. untuk menetapkan standar awal proses pengolahan, kemudian dilakukan proses produksi. Uji
yang sama juga dilakukan terhadap produk akhir yang dihasilkan. Hasil uji bakteriologi terhadap
susu kedelai, yaitu ALT adalah 18 koloni/mL, jumlah bakteri coliform <3 Angka Paling
Mungkin/mL, dan uji terhadap Escherichia coli, Salmonella, dan Staphylococcus aureus
menunjukkan hasil negatif. Uji bakteriologi pada produk akhir, yaitu susu kedelai kental manis
menunjukkan hasil ALT 160 koloni/mL, jumlah bakteri coliform <3 Angka Paling Mungkin/mL,
dan uji terhadap Escherichia coli, Salmonella, dan Staphylococcus aureus menunjukkan hasil
negatif.
b. Untuk mengetahui sifat-sifat morfologi bakteri dapat diperiksa di dalam keadaan hidup atau di
dalam keadaan mati. Pemeriksaan morfologi ini perlu untuk mengenal nama bakteri. Disamping
itu juga diperlukan juga pengenalan sifat-sifat fisiologinya, bahkan sifat-sifat fisiologi itu
kebanyakan merupakan faktor penentu dalam mengenal nama spesies suatu bakteri.
c. Nama bakteri itu berasal dari kata “Bakterion” (bahasa Yunani) yang berarti tongkat atau
batang. Sekarang nama itu dipakai untuk menyebut sekelompok mikroorganisme yang bersel
satu, tidak berklorofil (meskipun ada kecualinya), berbiak dengan pembelahan diri, serta
demikian kecilnya sehingga hanaya nampak dengan koloni bakteri jenis tertentu sepertinya bisa
dimanfaatkan untuk memperkecil kerusakan fisik bangunan karena gempa. Sebab bakteri
tersebut memiliki kemampuan merekatkan butiran-butiran pasir sehingga tanah menjadi
kokoh.

5.1. Pemeriksaan Angka lempeng Total (ALT)


Pemeriksaan angka lempeng total/Standar plate Count adalah menentukan jumlah bakteri
dalam suatu sampel. Dalam test tersebut diketehui perkembangan banyaknya bakteri dengan
mengatur sampel, di mana total bakteri tergantung atas formasi bakteri di dalam media tempat
tumbuhnya dan masing-masing bakteri yang dihasilkan akan membentuk koloni yang tunggal
(Pelczar & Chan, 1986).
Populasi bakteri dihitung dengan cara mengencerkan sampel atau bahan uji, dilanjutkan
dengan melakukan inokulasi semua hasil pengenceran didalam media pelat. Jumlah koloni
yang dapat tumbuh pada pelat dihitung secara manual dengan bantuan “Colony Counter”.
Jumlah koloni yang memenuhi ketentuan perhitungan adalah 25-30 sampai 250-300 koloni
pada media pelat, Artinya: Bila percobaan menunjukan data terdapat populasi 20 koloni pada
pelat hasil pengenceran ke-4 dan 200 koloni pada pengenceran ke-3, maka kesimpulannya
adalah bahan uji mengandung = 200 x 10³ = 200.000 koloni bakteri / mL atau perhitungan
berdasarkan pada koloni yang tumbuh pada hasil pengenceran ke-3. Metode ini dapat dianggap
yang paling sensitive kerena sel hidup yang dapat terhitung, beberapa jenis mikroorganisme
dapat dihitung sekaligus dan dapat digunakan utuk isolasi dan identifikasi karena koloni yang
terbentuk mungkin berasal dari satu sel induk.
Prinsip metode ALT ini adalah apabila ada satu sel mikroorganisme yang masih hidup
ditumbuhkan pada medium yang sesuai, maka sel tersebut akan berkembang biak dan
membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan dihitung dengan mata pada media yang
digunakan dan setelah dilakukan inkubasi pada suhu dan waktu tertentu.
Metode hitungan cawan memiliki prinsip yaitu jika sel jasad renik yang masih hidup
ditumbuhkan pada medium agar, maka sel jasad renik tersebut akan berkembang biak
membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan dihitung dengan mata tanpa menggunakan
mikroskop(Fardiaz,1992).
Metode hitungan cawan adalah metode perhitungan secara tidak langsung yang didasarkan
pada anggapan bahwa setiap sel yang dapat hidup akan berkembang menjadi satu koloni yang
merupakan suatu indeks bagi jumlah organisme yang dapat hidup yang terdapat pada
sampel(Penn, 1991).
koloni yang dipilih untuk dihitung menggunakan cara metode hitungan cawan memiliki
syarat khusus berdasarkan statistik untuk memperkecil kesalahan dalam perhitungan.
Perhitungan mengacu kepada standar atau peraturan yang telah ditentukan. Syarat-syaratnya
sebagai berikut :
Pilih cawan yang ditumbuhi koloni dengan jumlah 30-300 koloni. > 300 = TNTC (Too Numerous
To Count) atau TBUD (Terlalu Banyak Untuk Dihitung). < 30 = TFTC (Too Few To Count).
Jumlah koloni yang dilaporkan terdiri dari 2 digit yaitu angka satuan dan angka sepersepuluh
yang dikalikan dengan kelipatan 10 (eksponensial)
Bila diperoleh perhitungan < 30 dari semua pengenceran, maka hanya dari pengenceran
terendah yang dilaporkan.
Bila diperoleh perhitungan > 300 dari semua pengenceran, maka laporannya adalah 300 dikali
1/ faktor pengenceran dengan menuliskan hasil yang sebenarnya dalam tanda kurung. (hasil
yang sebenarnya diperoleh dari pengenceran tertinggi). berurutan dengan jumlah koloni 30-300
dan hasil bagi dari jumlah koloni pengenceran tertinggi dan terendah ≤ 2, maka jumlah yang
dilaporkan adalah nilai rata-rata. Jika hasil bagi dari pengenceran tertinggi dan terendah > 2
maka jumlah yang dilaporkan adalah dari cawan dengan pengenceran terendah.
Sebagai salah satu metode perhitungan metode hitungan cawan ini memiliki kelebihan
dan kekurangan(Fardiaz,1992).
1) Kelebihan dari metode hitungan cawan:
a. Hanya sel yang masih hidup yang hidup yang dihitung
b. Beberapa jenis jasad renik dapat dihitung sekaligus
c. Dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi jasad renik karena koloni yang terbentuk
mungkin berasal sari suatu jasad renik yang memiliki penamapakan pertumbuhan spesifik.
2) Kekurangannya, yaitu:
a. Hasil hitungannya tidak menunjukkan jumlah sel yang sebenarnya, karena beberapa sel
yang berdekatan mungkin membentuk satu koloni.
b. Medium dan kondisi inkubasi yang berbeda mungkin menghasilkan nilai yang berbeda
c. Jasad renik yang ditumbuhkan harus dapat tumbuh pada medium padat dan membentuk koloni
yang kompak dan jelas, tidak menyebar.
d. Memerlukan persiapan dan waktu inkubasi yang relative lama sehingga pertumbuhan koloni
dapat dihitung.

5.3. Metode MPN


Metode MPN biasanya biasanya dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam
contoh yang bebentuk cair, meskipun dapat pula digunakan untuk contoh berbentuk padat.
Dalam praktikum ini suatu bahan makanan/ minuman dengan sampelnya yaitu sirup dilakukan
pengenceran secara desimal (10-1), kemudian masing-masing tabung dengan seri 3-3-3
dimasukkan 10 ml, 1 ml dan 0,1 ml ke dalam tabung yang berisi Lactosa Broth dan tabung
Durham. Untuk setiap pengenceran digunakan 3 seri tabung. Setelah diinkubasi selama 2 x 24
jam dengan suhu 37°C, maka akan dapat dilihat tabung yang positif yaitu tabung yang
ditumbuhi mikroba yang dapat ditandai dengan terbentuknya gas di dalam tabung Durham. Lalu
diamati tabung yang terdapat gas/ gelembung dan berwarna keruh sehingga kombinasi tabung
yang positif dari uji duga dan uji penegasan dapat dicocokkan dengan tabel MPN-seri 9 tabung.

5.4. Jenis Minuman dan Bakteri yang ada dalam minuman


Susu merupakan media yang sangat baik bagi pertumbuhan bakteri dan dapat menjadi
sarana bagi penyebaran bakteri yang membahayakan kesehatan manusia. Karena itu, susu
akan mudah tercemar mikroorganisme bila penanganannya tidak memperhatikan aspek
kebersihan (Balia et al. 2008).
Bakteri yang dapat mencemari susu terdiri atas dua golongan, yaitu bakteri patogen dan
bakteri pembusuk. Kedua golongan bakteri tersebut dapat menyebabkan penyakit yang
ditimbulkan oleh susu (milkborne disease), seperti tuberkulosis, bruselosis, dan demam tipoid.
Mikroorganisme lain yang terdapat di dalam susu yang dapat menyebabkan penyakit adalah
Salmonella, Shigella, Bacillus cereus, dan S. aureus (Buckle et al. 1987). Selain itu pada susu
juga terdapat bakteri Proteus, Clostridium, E.Coli, dan Streptococcus pyogenes.
Mikroorganisme tersebut dapat masuk ke dalam susu melalui udara, debu, alat pemerah, dan
manusia.
Streptococcus pyogenes adalah salah satu bakteri pada susu, bakteri ini berbentuk coccus
Gram positif, non motil, tidak berkapsul dan tidak berspora. Bakteri ini termasuk dalam bakteri
β-hemolitik. Bakteri ini berasal dari kelenjar mammae yang terinfeksi. Pada manusia infeksi dari
bakteri ini akan menyebabkan radang tenggorokan akut tanpa dahak (faringitis).
Pada kasus keracunan setelah minum susu, S. aureus sering dilaporkan sebagai
penyebabnya. Hal yang penting dari S.aureus adalah menghasilkan toksin yang bersifat tahan
panas. S. aureus menghasilkan enterotoksin yang menyebabkan mual, muntah, dan diare dan
kasus tersebut disebut intoksikasi. Kasus intoksikasi terjadi karena mengonsumsi makanan
atau minuman yang mengandung toksin. Enterotoksin tahan pada suhu 110ºC selama 30
menit, dan dalam jumlah 106−108 cfu/ml berpotensi menghasilkan toksin.
Jumlah S. aureus >10 cfu/ml pada susu sudah dapat membentuk toksin dan bila
dikonsumsi akan menyebabkan intoksikasi. Mekanisme kerja toksin S. aureus adalah dengan
cara merangsang reseptor saraf lokal dalam perut, selanjutnya mengantarkan impuls melalui
syaraf vagus dan simpatetik dan pada akhirnya menstimulasi pusat muntah yang terdapat di
medula oblongata (Tamarapau et al. 2001)

6. METODE KERJA

Cara Pemeriksaan
Alat dan Bahan:
Alat :
1. Tabung reaksi steril @ 5 buah
2. Bunsen
3. Cawan petri steril @ 5 buah
4. Karet pengisap
5. Pipet steril 1mL , 10mL
6. Pipet media steril
7. Inkubator
Bahan :
1. NaCl steril
2. Sampel air kemasan merek DIVA
3. Media NA steril
4. Kapas
Prosedur Kerja :
Hari I
1 Sediakan alat dan bahan yang akan digunakan
2 Pengenceran sampel .
1 Larutan Sampel Dipipet 1 ml masuk ke tabung steril yang sudah berisi 9 ml NaCl steril,
kemudian homogenkan. Tabung pengenceran I.
2 Contoh
3
a. Sampel

b. 9 ml 9 ml 9 ml 9 ml

4 Dari tabung pengenceran I dipipet 1 ml masuk ke tabung pengenceran ke II yang juga


sudah berisi 9 ml NaCl steril. Begitu seterusnya sampai diperoleh pengenceran yang
diperlukan.
 Penuangan sampel yang diencerkan ke Plate
5 Masing-masing pengenceren sampel diambil 1 ml, dimasukkan masing-masing ke
dalam petridish steril yang sudah diberi tanda nomor sampel, pengenceran dan tanggal
pelaksanaan pemeriksaan.
6 Untuk mengetes Sterilitas alat, reagensia, ruangan, ruangan, dan cara kerjanya, perlu
dibuat plate control yang petridish diisi pelarut sebanyak 1 cc.
7 Penuangan media NA
8 Kemudian kepada masing-masing petridish yang sudah berisi sampel dan plate control
dituangi plate control agar suhu 45-500C sebanyak 15-20 cc.
9 Homogenkan dengan cara digoyang-goyangkan ke kiri-ke kanan-ke depan –ke
belakang
10 Diamkan di atas meja sampai agar-agarnya membeku
11 Diinkubasi pada suhu 370C 48 jam.
Hari II
5. Perhitungan jumlah Koloni
 Idealnya jumlah koloni per plate yang boleh dihitung yaitu antara 30 s/d 300 cfu (Colony
from unit)
 Koloni besar, kecil, menjalar dianggap berasal dari satu bakteri.
 Perhitungan dapat dilakukan dengan cara manual dengan member tanda titik dengan
spidol pada petridish pada koloni yang sudah dihitung, dapat pula digunakan colony
Counter.
 Dengan mengkalikan pengencerannya akan diperoleh angka/jumlah kuman/bakteri per
1 gram/1 cc sampelnya
BAB III
PENUTUP

A. . Kesimpulan
Air minum kemasan atau dengan istilah AMDK (Air Minum Dalam Kemasan),
merupakan air minum yang siap di konsumsi secara langsung tanpa harus melalui proses
pemanasan terlebih dahulu. Praktis, merupakan alasan manusia memilih AMDK ini. Namun
pada dasarnya, tidak semua air minum dalam kemasan layak untuk dikonsumsi. Bukannya
menyegarkan, namun banyak produk air minum yang memberikan efek negatif bagi kesehatan.
Botol kemasan dari air minum juga memberikan dampak tersendiri terhadap lingkungan.

B. Saran
Bagi konsumen, pandai-pandailah memilih dan memilah produk air minum yang aman
untuk dikonsumsi karena tidak menutup kemungkinan didalam minuman kemasan tidak
terdapat bakteri yang dapat menginfeksi bagi manusia yang mengomsumsinya
GLOSARIUM

1 Water Borne Disease, merupakan penyakit yang ditularkan ke manusia akibat adanya
cemaran baik berupa mikroorganisme ataupun zat pada air. diakibatkan oleh
mikroorganisme berupa bakteri, protozoa, dan cacing. Bakteri penyebab water atau
foodborn disease
2 Water Washed Disease,merupakan penyakit yang disebabkan oleh kurangnya air
untuk pemeliharaan hygiene perorangan,khususnya untuk menjaga kebersihan diri
sehingga dapat menimbulkan berbagai penyakit kulit dan mata.
3 Water Based Disease,penyakit yang ditularkan pleh bibit penyakit yang sebagian siklus
hidupnya diair.
4 Insect Vector Disease,penyakit yang ditularkan oleh serangga yang siklus hidupnya
diair seperti malaria,filariasis.
5 Mikroorganisme, adalah organisme yang berukuran sangat kecil sehingga untuk
mengamatinya diperlukan bantuan alat dan juga biasanya disebut juga organisme
mikroskopik
6 Organisme aerob , organisme yang melakukan metabolism dengan bantuan oksigen
yang disebut dengan resprasi sel.
7 Organisme anaerob ,organisme yang melakukan metabolisme tidak membutuhkan
bantuan oksigen.
DAFTAR PUSTAKA
..

1 Maksum Radji, Heria Oktavia dan Herman Suryadi 2008 Laboratorium Mikrobiologi dan
Bioteknologi Departemen Farmasi FMIPA UI
2 Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

3 Anonim, 2008. Bacterial Growth. (Online). http:// en.wikipedia.org/ wiki/ Bacterial_Growth

4 Soemirat, Juli. 2002. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta : Gadjah Mada University


Press,: 65-72

5 http://lina-haohao.blogspot.co.id/2011/05/bahaya-minuman-kemasan.html

6 Brooks, GF. Butel, JS dan Morse, SA. (2005). Mikrobiologi Kedokteran.

Anda mungkin juga menyukai