Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lansia adalah orang yang harus diperhatikan dan mendapat bimbingan
secara spiritual dan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar hidup yang lebih
harmonis yang mendapat perhatian dan pelayanan dan hak yang sama dalam
menikmati hidup di hari tua yang lebih bahagia.
Penuaan adalah suatu proses akumulasi dari kerusakan sel somatic yang
diawali oleh adanya disfungsi sel sehingga terjadi disfungsi organ dan pada
akhirnya akan meningkatkan risiko kematian bagi seseorang. Apabila dilihat dari
sudut pandang yang lebih luas, proses penuaan merupakan suatu perubahan
progresif pada organisme yang telah mencapai kematangan instrinsic dan
bersifat irreversible serta menunjukkan adanya kemunduran sejalan dengan
waktu.
Besarnya jumlah penduduk lansia di Indonesia di masa depan membawa
dampak positif maupun negatif. Berdampak positif, apabila penduduk lansia
berada dalam keadaan sehat, aktif dan produktif. Disisi lain, besarnya jumlah
penduduk lansia menjadi beban jika lansia memiliki masalah penurunan
kesehatan yang berakibat pada peningkatan biaya pelayanan kesehatan,
penurunan pendapatan atau penghasilan, peningkatan disabilitas, tidak adanya
dukungan sosial dan lingkungan yang tidak ramah terhadap penduduk lansia.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2004,
lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun
ke atas. Komposisi penduduk tua bertambah dengan pesat baik di negara maju
maupun negara berkembang, hal ini disebabkan oleh penurunan angka fertilitas
(kelahiran) dan mortalitas (kematian), serta peningkatan angka harapan hidup
(life expectancy), yang mengubah struktur penduduk secara keseluruhan.
Proses terjadinya penuaan penduduk dipengaruhi oleh beberapa faktor,
misalnya: peningkatan gizi, sanitasi, pelayanan kesehatan, hingga kemajuan
tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang semakin baik. Secara global
populasi lansia diprediksi terus mengalami peningkatan seper tampak pada
gambar di bawah. Dari gambar juga menunjukkan bahwa baik secara global,
Asia dan Indonesia dari tahun 2015 sudah memasuki era penduduk menua
(ageing population) karena jumlah penduduknya yang berusia 60 tahun ke atas
(penduduk lansia) melebihi angka 7 persen.
Berdasarkan data proyeksi penduduk, diperkirakan tahun 2017 terdapat
23,66 juta jiwa penduduk lansia di Indonesia (9,03%). Diprediksi jumlah
penduduk lansia tahun 2020 (27,08 juta), tahun 2025 (33,69 juta), tahun 2030
(40,95 juta) dan tahun 2035 (48,19 juta). Berdasarkan data 2016 di Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru terdapat 110 orang lansia, 60 orang
laki–laki dan 50 orang perempuan.
Sejalan dengan terjadinya tingkat kemajuan ini telah terjadi pula perubahan
yang mendasar didalam system kehidupan keluarga, yakni dari extended family
menjadi nuclear family. Akibat perubahan ini, maka timbul permasalahan baru
berupa kurangnya perhatian dan perawatan terhadap para lansia, yang
mengakibatkan lansia menjadi terlantar atau bermasalah dengan anggota
keluarga yang lain. Di zaman sekarang ini, alasan kesibukan, aktivitas kerja
yang padat, jarak yang jauh pun mulai tidak digunakan. Alhasil, banyak manusia
mengikuti globalisasi dan akhirnya menitipkan orangtuanya di panti jompo
dengan tujuan agar orangtua mereka mendapatkan kebahagian dan
kesejahteraan.
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera merupakan salah satu unit
pelaksana teknis dinas di lingkungan Dinas Sosial Provinsi Kalimantan Selatan
yang memberikan pelayanan pada lanjut usia. Panti ini berdiri pada tahun 1977
dengan nama Sasana Tresna Werdha ”Rawa Sejahtrera” berlokasi di jalan A.
Yani KM 21.700 Landasan Ulin Tengah Banjarbaru dengan nama Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Sejahtera sesuai dengan SK Mensos Nomor 6 HUK/1994
dengan kapasitas daya tampung 110 orang. Berdasarkan SK Gubernuur
Kalimantan Selatan Nomor: 026/DIKDA-KEU/2002 tanggal 16 Januari 2002.
Adapun jenis pelayanan lanjut usia dalam panti berupa pelayanan
pengasramaan, jaminan hidup seperti makan/minum dan pakaian, pemeliharaan
kesehatan, pengisian waktu luang termasuk rekreasi, bimbingan sosial, mental
agama serta latihan keterampilan. Untuk meningkatkan kualitas mutu pelayanan
dan menyelesaikan suatu masalah maka diperlukan evaluasi ataupun strategi
untuk mendapatkan solusinya, strategi-strategi baru yang inovatif harus
dikembangkan untuk memastikan bahwa lembaga akan melaksanakan
tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan lansia mendatang dan setelahnya.
Untuk melakukan hal ini, antara lain dibutuhkan sebuah pengujian salah satunya
dengan analisis SWOT. Analisis SWOT adalah metode perencanaan yang
digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses),
peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu
spekulasi bisnis. Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT
(strengths, weaknesses, opportunities, dan threats). SWOT akan lebih baik
dibahas dengan menggunakan tabel yang dibuat dalam kertas besar, sehingga
dapat dianalisis dengan baik hubungan dari setiap aspek yang dilakukan di
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru.
Dari uraian latar belakang diatas maka kelompok tertarik untuk melakukan
analisis SWOT yang bertujuan untuk memberikan evaluasi terhadap kualitas
dan mutu pelayanan di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera agar dapat
dijadikan bahan pertimbangan kedepannya.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi masalah-masalah lingkungan yang ada di Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru dengan menggunakan teknik
analisis SWOT.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam analisis ini, adalah untuk mengetahui :
1) Untuk mengetahui masalah dalam sumber daya manusia (Man)
2) Untuk mengetahui masalah pada sumber daya alam (Material)
3) Untuk mengetahui masalah pada prosedur kerja (Methode)
C. Manfaat
1. Bagi Panti Werda
Diharapkan dengan dilakukannya analisis SWOT dapat membantu Panti
Sosial Tresna Werha Budi Sejahtera Banjarbaru dalam mengembangkan dan
memperbaiki pelayanan terhadap lansia
2. Bagi Praktisi
Diharapkan analisis SWOT ini dapat menjadi referensi dan menambah
pengetahuan untuk dijadikan pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Menua
1. Pengertian Lanjut Usia
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas
yaitu berdasarkan UU N0. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Sosial
Lanjut Usia yang mengamanatkan kepada pemerintah berkewajiban
memberikan pelayanan dan perlindungan sosial bagi lansia agar mereka
dapat mewujudkan dan menikmati taraf hidup yang wajar. Amanat terurai
dalam pasal-pasal untuk 12 departemen, lembaga non departemen serta
kepada unsur masyarakat dan UU No. 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan
Sosial. Sementara menurut WHO, kelompok lansia meliputi mereka yang
berusia 60-74 tahun, lansia tua 75-90 tahun serta lansia sangat tua diatas 90
tahun.
Proses menua dipandang sebagai sebuah proses total dan sudah
dimulai saat masa konsepsi. Meskipun penuaan adalah sebuah proses
berkelanjutan, belum tentu seseorang meninggal hanya karena usia tua,
sebab individu memiliki perbedaan yang unik terhadap genetik, sosial,
psikologik, dan faktor-faktor ekonomi yang saling terjalin dalam kehidupannya
menyebabkan peristiwa menua berbeda pada setiap orang. Dalam
sepanjang kehidupannya, seseorang mengalami pengalaman traumatik baik
fisik maupun emosional yang bisa melemahkan kemampuan seseorang
untuk memperbaiki atau mempertahankan dirinya. Akhirnya periode akhir
dari hidup yang disebut senescence terjadi saat onganisme biologik tidak
dapat menyeimbangkan lagi mekanisme “pengerusakan dan perbaikan”
(Azizah, 2011).

B. Profil Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera


1. Sejarah Singkat
Penanganan Usaha Kesejahteraan Sosial untuk Lanjut Usia
(Lansia/Jompo) terlantar merupakan tanggung jawab bersama antar
pemerintah, masyarakat dan keluarga. Salah satu usaha pemerintah dalam
penanganan lanjut usia terlantar adalah melalui program pelayanan dalam
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera, dengan harapan lanjut usia
dapat menikmati hidupnya dengan rasa aman, tentram lahir bathin. Adapun
jenis pelayanan lanjut usia dalam panti berupa pelayanan pengasramaan,
jaminan hidup seperti makan/minum dan pakaian, pemeliharaan kesehatan,
pengisian waktu luang termasuk rekreasi, bimbingan sosial, mental dan
agama serta latihan keterampilan.
Panti berdiri tahun 1977 dengan nama Sasana Tresna Werdha “Rawa
Sejahtera” berlokasi di Jl. A. Yani Km. 18.700 Kelurahan Landasan Ulin Barat
dengan daya tampung 50 orang, mengingat kondisi bangunan kurang
memenuhi syarat, maka sejak tahun 1981 dipindahkan ke lokasi yang baru
yaitu di Jl. A. Yani Km. 21.700 Landasan Ulin Tengah Banjarbaru dengan
nama Panti Sosial Tresna Werdha “Budi Sejahtera” sesuai dengan SK
Mensos Nomor : 6 HUK/1994 Tanggal 5 Februari 1994 dengan kapasitas
daya tampung 100 orang.
Berdasarkan SK Gubernur Kalimantan Selatan Nomor : 026/DIKDA-
KEU/2002 tanggal 16 Januari 2002, PSTW “Pembimbing Budi” Martapura
disatuka pengelolanya dengan PSTW “Budi Sejahtera” menjadi PSTW “Budi
Sejahtera” ada dua lokasi :
a. Jalan A. Yani Km 21.700 Liang Anggang Banjarbaru dengan kapasitas
tampung 110 orang.
b. Jalan A. Yani Km 38 Martapura dengan kapasitas tampung 60 orang.
Mulai tahun 2007 kapasitas tampung 170 orang sampai sekarang.

2. Visi dan Misi


Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera dalam kurun waktu 5 tahun
kedepan mempunyai Visi dan Misi sebagai berikut :
a. Visi
Terwujudnya pelayanan bagi lanjut usia agar hidup dengan aman, tentram
lahir dan bathin
b. Misi
1) Memantapkan peran dan fungsi Panti Sosial Tresna Wedha Budi
Sejahtera
2) Meningkatkan kualitas pelayanan
3) Meningkatkan jangkauan pelayanan
4) Meningkatkan sarana dan prasarana pelayanan

3. Tugas dan Fungsi


a. Tugas
Sebagai keluarga pengganti yang memberikan pelayanan dan perawatan
jasmani serta rohani kepada lansia yang terlantar dan bertujuan agar para
lansia tersebut dapat hidup secara wajar.
b. Fungsi
1) Untuk mengembalikan harkat dan martabat lansia agar dapat hidup
layak seperti warga masyarakat wajar
2) Membantu program pemberantasan kemiskinan di Provinsi Kalimantan
Selatan

C. Analisis SWOT
SWOT adalah metode perencanaan yang digunakan untuk
mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang
(opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi
bisnis. Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT
(strengths, weaknesses, opportunities, dan threats). SWOT akan lebih baik
dibahas dengan menggunakan tabel yang dibuat dalam kertas besar, sehingga
dapat dianalisis dengan baik hubungan dari setiap aspek.
Armstrong dan Kotler (2012) berpendapat bahwa pengertian analisis
swot merupakan penilaian faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut
harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT. Analisis SWOT ini akan
membandingkan antara faktor internal: kekuatan (strenghts) dan kelemahan
(weakness) dengan faktor eksternal peluang (opportunites) dan ancaman
(threats).
Jika analisis ini digambarkan dalam diagram akan tampak sebagai
berikut :
BERBAGAI PELUANG

3. Mendukung strategi 1. Mendukung strategi


agresif
turn-around

KELEMAHAN KEKUATAN
INTERNAL
INTERNAL

4. Mendukung stategi 2. Mendukung strategi


defensif diversifikasi

BERBAGAI ANCAMAN

Dari gambar diatas dapat dijelaskan sebagai berikut (Rangkuti, 2012; David
2014)

Kuadran 1
Jika perusahaan atau institusi pada kuadran ini merupakan situasi yang
sangat menguntungkan. Perusahaan atau institusi tersebut memiliki peluang
dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi
yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan
pertumbuhan yang agresif (growth oriented startegy)
Kuadran II
Perusahaan dan institusi pada posisi ini meskipun menghadapi berbagai
ancaman, perusahaan masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi
yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan
peluang jangka panjang dengan cara strategi yang diverifikasi baik produk
atau pasar.

Kuadran III
Preusan atau institusi menghadapi peluang pasar yang sangat besar tetapi
dipihak lain menghadapi kendala atau kelemahan. Fokus strategi
perusahaan atau organisasi ini adalah meminimalkan masalah-masalah
internal sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.

Kuadran IV
Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan atau
institusi ini menghadapi ancaman dan kelemahan internal.

D. Matriks TOWS
Pengembangan sebuah strategi dapat dilakukan dengan berbagai
pendekatan. Sudah banyak pakar yang berkecimpung dalam teori
pengembangan strategi dan sudah ratusan mungkin ribuan macam strategi
yang dipakai dalam manajemen. Strategi merupakan dasar atau
fundamental bagi keberlanjutan organisasi Anda, sejak dimulai (lahir) sampai
dengan tahap tumbuh kembangnya. (Setiawan - 2016)
Salah satu alat dalam pengembangan strategi yang terkenal adalah
SWOT Matrix (Strength Weakness Opportunities Threat), dan saat ini
pengembangan strategi SWOT sudah menggunakan pendekatan analisa
external-internal. Inilah mengapa TOWS Analysis adalah varian dari alat
bisnis klasik yakni SWOT analisis Pola pendekatannya yang berbeda namun
pada prinsipnya masih menggunakan environment external dan
internal. TOWS Analysis akan lebih dominan melihat sudut pandang
External dibandingkan SWOT analisis yang menggunakan sudut pandang
Internal. Strategi bertujuan menciptakan sebuah kemenangan dalam seni
berorganisasi atau berbisnis.
Berikut ini adalah cara Anda mengembangkan strategi memakai
pendekatan TWOS Matrix. Kombinasi dari faktor internal dan eksternal akan
menghasilkan sebuah pilihan strategi yang baik.
1. Strengths & Opportunities (SO)
Bagaimana Anda dapat menggunakan Kekuatan (Strengths) untuk
mengambil keuntungan dari Peluang (Opportunities) yang
ada. Kekuatan adalah faktor internal yang Anda miliki, baik bersifat
individual ataupun kelompok. Faktor kekuatan ini dapat menjadi
paramater paling krusial dalam keberhasilan strategi anda.
2. Strengths & Threats (ST)
Bagaimana Anda dapat menggunakan kekuatan (Strength) untuk
menghadapi adanya potensi dan ancaman (Threats) yang
nyata. Kekuatan juga diperlukan dalam mengatasi ancaman kompetitor,
dan dalam dunia bisnis dimana perubahan atau dinamika pasar yang
sangat cepat, akan membuat perubahan yang cepat pula setiap
pemain. Semisal kekuatan anda adalah jumlah jaringan bisnis yang
tersebar luas, maka pengelolaan dan pengawasan harus semakin
intensif agar kompetitor tidak memakan pangsa pasar berlebihan.
3. Weaknesses and Opportunities (WO)
Bagaimana anda dapat menggunakan peluang (Opportunites) untuk
mengatasi kelemahan (Weakness). Selain kekuatan yang bisa
dikedepankan, kelemahan dalam organisasi anda pun harus dapat
diminimalkan, agar tidak menjadi mangsa bagi pesaing dan
pasar. Dengan adanya peluang yang terbuka, maka kelemahan anda
dapat dikelola lebih baik.
4. Weaknesses and Threats (WT)
Bagaimana anda dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan
menghindari ancaman (Threats). Kelemahan yang ada harus dapat
menghindari ancaman nyata atau ancaman potensi. Kerjasama antar
tim sangat diperlukan agar kelemahan ini tidak membuat organsasi anda
sulit bersaing.
Supriyanto dan Darmayanti (2017) menjelaskan perencanaan
strategis merupakan bagian dari manajemen strategi, yang memliki arti suatu
perencanaan sebagai tindakan adaptif atau penyesuaian terhadap tuntutan
atau masalah atau perubahan yang ada dilingkungan organisasi sehingga
organisasi dapat melakukan tindakan adaptif dalam tuntutan perubahan.
Cara pengisian faktor IFAS dan EFAS disesuaikan dengan komponen
yang ada dalam pengumpulan data (bisa merujuk pada data fokus dan
contoh pengumpulan data pada bagian lain didalam buku ini). Data tersebut
dibedakan menjadi 2, yaitu IFAS (internal factors) yang meliputi aspek
Weakness dan Strength dan faktor EFAS (external factors) yang meliputi
aspek Opportunity dan Threatened.
Bobot masing-masing faktor mulai 1,0 (paling penting) sampai
dengan 0,0 tidak penting, berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap
strategi perusahaan.
Hitung peringkat masing-masing faktor dengan memberikan skala
mulai dari 4 (sangat baik) sampai dengan 1 (kurang/poor) berdasarkan
pengaruh faktor tersebut. Data rating didapatkan berdasarkan hasil
pengukuran baik secara observasi, wawancara, pengukuran langsung.
Faktor Strength dan Opportunity menggambarkan nilai kerja positif,
sebaliknya faktor Weekness dan Threatened. Menggambarkan nilai kinerja
yang negatif. Kemudian, kalikan bobot dengan rating untuk mendapatkan
nilai masing-masing faktor.
BAB III

ANALISIS LINGKUNGAN

A. ANALISIS SWOT
Berikut merupakan analisis SWOT di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru :
a. Internal Factor (IFAS)

NO ANALISIS SWOT BOBOT RATING Score


Strenght (Kekuatan) MAN (Sumber Daya Manusia)
1 Jumlah tenaga kesehatan yang memadai 0,4 4 1,6

2 Adanya pengasuh disetiap wisma 0,6 4 2,4


Total 1 4

NO ANALISIS SWOT BOBOT RATING Score


Weakness (Kelemahan) MAN (Sumber Daya Manusia)
1 Pengasuh panti yang jarang di tempat 0,5 3 1,5
2 Kurangnya komunikasi antara pengasuh dengan 0,5 4 2
penghuni panti
Total 1 3,5
b. Eksternal Factor (EFAS)
NO ANALISIS SWOT BOBOT RATING Score
Opportunity MAN (Sumber Daya Manusia)
1 Adanya mahasiswa praktik 1 2 2
Total 1 2

NO ANALISIS SWOT BOBOT RATING Score


Threat (Ancaman) MAN (Sumber Daya Manusia)
1 Perbandingan jumlah pengasuh dan lansia 1 : 6 0,6 3 1,8
2 Adanya orang luar panti yang berjualan tanpa 0,4 3 1,2
pengawasan
Total 1 3

Keterangan :
IFAS : S – W : 4 – 3,5 = 0,5
EFAS : O – T : 2 – 3 = -1
2. Material (Sarana dan Prasarana)
a. Internal Factor (IFAS)

NO ANALISIS SWOT BOBOT RATING Score


Strenght (Kekuatan) Material (Sarana dan Prasarana)

1 Adanya dapur khusus untuk lansia 0,2 2 0,6


2 Adanya bangunan milik sendiri ( Mushalla, poloklinik, 0,5 3 1,5
ruang Isolasi, dan ruang perawatan total)
Total 1 1,9

NO ANALISIS SWOT BOBOT RATING Score


Weakness (Kelemahan) Material (Sarana dan Prasarana)
1 Kurangnya tanaman di lingkungan wisma 0,2 2 0,4
2 Pembagian tongkat/kruk/kursi roda tidak merata 0,5 3 1,5
kepada yang membutuhkan
3 Beberapa fasilitas yang sudah rusak 0,3 2 0,6
Total 1 2,5
b. Eksternal Factor (EFAS)
NO ANALISIS SWOT BOBOT RATING Score
Opportunity Material (Sarana dan Prasarana)
1 Masih terdapat lahan kosong 1 3 3
Total 1 3

NO ANALISIS SWOT BOBOT RATING Score


Threat (Ancaman) Material (Sarana dan Prasarana)
1 Tidak adanya pegangan didalam kamar mandi 0,4 3 0,12
Total 0,4 0,12

Keterangan :
IFAS : S – W : 1,9 – 2,5 = -0,6
EFAS : O – T : 3 – 0,12 = 2,88
2. Method (Metode)
a. Internal Factor (IFAS)

NO ANALISIS SWOT BOBOT RATING Score


Strenght (Kekuatan) Method (Metode)
1 Adanya Visi dan Misi 0,2 3 0,6
2 Adanya Kebijakan Pemerintah dan Kebijakan Kepala 0,5 3 1,5
Dinas
3 Adanya jadwal kegiatan lansia yang rutin 0,2 2 0,4
Total 1 2,5

NO ANALISIS SWOT BOBOT RATING Score


Weakness (Kelemahan) Method (Metode)
1 Tidak ada penjadwalan tetap untuk keterampilan 0,9 3 2,7
lansia
Total 1 2,7

b. Eksternal Factor (EFAS)

NO ANALISIS SWOT BOBOT RATING Score


Opportunity Method (Metode)
1 Kebijakan pemerintah dalam demokratisasi 1 3 3
pelayanan kesehatan
Total 1 3
NO ANALISIS SWOT BOBOT RATING Score
Threat (Ancaman) Method (Metode)
1 Kurangnya evaluasi kinerja 1 2 2
Total 1 2

Keterangan :
IFAS : S – W : 2,5 – 2,7 = -0,2
EFAS : O – T : 3 – 2 = 1
B. MATRIKS TOWS
1. SO (Strength & Opportunities)

a. Mewujudkan visi,misi dengan memanfaatkan kebjakan pemerintah


dan kebijakan kepala dinas
b. Membuat jadwal rutin untuk memberi kesempatan penghuni panti
untuk melakukan keterampilan untuk mengisi waktu kosong
c. Mahasiswa praktik ikut serta saat kunjungan poli untuk
memaksimalkan pelayanan kesehatan
2. ST (Strength & Threat)
a. Menjadwalkan pengasuh/tenaga kesehatan/mahasiswa praktik untuk
membersihkan kamar mandi 2x/minggu
b. Mahasiwa praktik/tenaga kesehatan membantu tugas pengasuh
dalam memberikan pelayanan
c. Mahasiswa praktik dapat memberikan saran kepada pengasuh/staf
panti untuk membuatkan pegangan didalam kamar mandi
3. WO (Weakness & Opportunities)
a. Mengajukan proposal kepada pihak berwenang untuk kelengkapan
alat yang masih kurang
b. Membuat jadwal rutin untuk memberi kesempatan penghuni panti
untuk melakukan keterampilan untuk mengisi waktu kosong
c. Mengusulkan membuat taman mini di lahan yang kosong di depan
wisma
4. WT (Weakness & Threat)
a. Meningkatkan fasilitas keamanan, alat khusus untuk lansia (tongkat,
kruk, antislip, dll) dengan pengasuh yang sebanding jumlah lansia
agar resiko jatuh tidak terjadi.
b. Menyediakan lonceng di dalam kamar mandi yang dapat digunakan
sebagai penanda minta tolong jika pasien terjatuh
c. Kebijakan pemerintah dalam demokratisasi pelayanan kesehatan,
mengharuskan tenaga double kerja yang mengakibatkan kurangnya
evaluasi kinerja
MATRIKS TOWS
FAKTOR Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness)
INTERNAL
1. Adanya Visi dan Misi 1. Tidak adanya fasilitas
2. Jumlah tenaga keamanan untuk
kesehatan yang lansia di depan wisma
memadai 2. Pengasuh panti yang
3. Adanya Kebijakan jarang di tempat
Pemerintah dan 3. Kurangnya tanaman di
Kebijakan Kepala lingkungan wisma
Dinas 4. Kurang pengetahuan
4. Adanya dapur khusus PHBS
untuk lansia 5. Tidak ada
5. Adanya bangunan penjadwalan tetap
milik sendiri ( untuk keterampilan
Mushalla, poloklinik, lansia
ruang Isolasi, dan 6. Kurangnya alat
ruang perawatan total) khusus untuk lansia
6. Adanya jadwal (tongkat, kruk, antislip,
kegiatan lansia yang dll)
rutin
7. Adanya mahasiswa
praktik
FAKTOR EKTERNAL

Peluang (Opportunity) Strategi SO Strategi WO


1. Masih terdapat 1. Mewujudkan visi,misi 1. Mengajukan
lahan kosong dengan memanfaatkan proposal kepada
2. Adanya kebjakan pemerintah pihak berwenang
keterampilan dan kebijakan kepala untuk kelengkapan
penghuni panti dinas alat yang masih
dalam pembuatan 2. Membuat jadwal rutin kurang
pernak-pernik untuk memberi 2. Membuat jadwal rutin
3. Kebijakan kesempatan penghuni untuk memberi
pemerintah dalam panti untuk melakukan kesempatan
demokratisasi keterampilan untuk penghuni panti untuk
pelayanan mengisi waktu kosong melakukan
kesehatan 3. Mahasiswa praktik ikut keterampilan untuk
4. Adanya kunjungan serta saat kunjungan mengisi waktu
poli poli untuk kosong
5. Adanya MoU memaksimalkan 3. Mengusulkan
dengan rumah sakit pelayanan kesehatan membuat taman mini
di lahan yang kosong
di depan wisma
Ancaman (Treath) Strategi ST Strategi WT
1. Adanya orang 1. Menjadwalkan 1. Meningkatkan
luar panti yang pengasuh/tenaga fasilitas keamanan,
kesehatan/mahasiswa alat khusus untuk
berjualan tanpa
praktik untuk lansia (tongkat, kruk,
pengawasan membersihkan kamar antislip, dll) dengan
2. Perbandingan mandi 2x/minggu pengasuh yang
2. Mahasiwa sebanding jumlah
jumlah pengasuh
praktik/tenaga lansia agar resiko
dan lansia 1 : 6 kesehatan membantu jatuh tidak terjadi.
3. Tidak adanya tugas pengasuh dalam 2. Menyediakan
memberikan pelayanan lonceng di dalam
pegangan
3. Mahasiswa praktik dapat kamar mandi yang
didalam kamar memberikan saran dapat digunakan
mandi kepada pengasuh/staf sebagai penanda
4. Kurangnya panti untuk membuatkan minta tolong jika
pegangan didalam pasien terjatuh
evaluasi kinerja kamar mandi 3. Kebijakan
pemerintah dalam
demokratisasi
pelayanan
kesehatan,
mengharuskan
tenaga double kerja
yang mengakibatkan
kurangnya evaluasi
kinerja
BAB IV

PEMBAHASAN

Analisis SWOT

BERBAGAI PELUANG

3. Mendukung strategi
turn-around
Material (-0,6 , 2,88)
Methode (-0,2 , 1)

KELEMAHAN
KEKUATAN
INTERNAL INTERNAL

2. Mendukung strategi
Diversifikasi
Man (0,5 , -1)

BERBAGAI ANCAMAN

Kuadran II
Posisi ini menandakan bahwa pada analisis lingkungan yang telah dilakukan
pada poin kekuatan dan ancaman memiliki arah yang positif dimana dapat
dibuktikan dengan adanya solusi yang dapat menanggulangi dan mengatasi
ancaman yang ditemukan. Pada hasil analisis didapatkan bahwa terdapat
ancaman pada tenaga kerja yang mengakibatkan kurangnya evaluasi kinerja
sehingga dengan adanya Kebijakan pemerintah dalam demokratisasi
pelayanan kesehatan diharapkan bisa membantu mengatasi ancaman
tersebut.
Kuadran III
Posisi ini menandakan bahwa pada analisis lingkungan yang telah dilakukan
pada poin kelemahan dan peluang memiliki arah negatif yang berarti instansi
menghadapi peluang dan kelemahan internal pada poin sarana dan
prasarana. Pada hasil analisis dapat dibuktikan dengan didapatkannya data
berupa kurangnya sarana seperti alat bantu (tongkat, kruk, dan kursi roda),
sehingga membuat tingginya angka resiko jatuh pada lansia. Sehingga
diharapkan sarana prasarana perlu diidentifikasi dan dievaluasi oleh
pengelola agar tidak ada terjadinya kekurangan alat buat lansia.

Kuadran III
Posisi ini menandakan bahwa pada analisis lingkungan yang telah dilakukan
pada poin kelemahan dan peluang memiliki arah yang positif dimana dapat
dibuktikan dengan adanya solusi yang dapat mengatasi kelemahan yang
ditemukan. Pada hasil analisis didapatkan bahwa peluang dengan adanya
mahasiswa yang berpraktik dapat membantu tugas pengasuh seperti,
menjalin komunikasi kepada lansia, membantu aktivitas lansia, dan
memotivasi lansia.
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Analisis SWOT sebuah bentuk analisis situasi dan kondisi yang bersifat
deskriptif (memberi gambaran), yang kemudian dikelompokkan menurut
kontribusinya masing-masing. sangat penting perannya dalam meningkatkan mutu
pendidikan karena analisis dan gambaran yang diberikan merupakan tolok ukur
dalam mengembangkan lembaga/satuan pendidikan lebih lanjut.Setelah analisis,
perlu dirumuskan visi,misi, tujuan, dan program kerja yang lebih konkrit.
Perkembangan hubungan atau interaksi antar unsur-unsur internal, yaitu kekuatan
dan kelemahan terhadap unsur-unsur eksternal yaitu peluang dan ancaman.
Didalam penelitian analisis kita ingin memproleh hasil berupa kesimpulan
berdasarkan faktor dimuka yang sebelumnya telah dianalisa:
1. Pada poin Metode (Method) didapatkan hasil pada kuadran III hasil analisis
didapatkan bahwa menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
dengan adanya mahasiswa yang berpraktik dapat membantu tugas pengasuh
seperti, menjalin komunikasi kepada lansia, membantu aktivitas lansia, dan
memotivasi lansia.
2. Pada poin Sumber Daya Manusia (MAN) pada kuadran II hasil analisis Posisi ini
menandakan bahwa pada analisis lingkungan yang telah dilakukan
menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman memiliki arah yang
positif dimana dapat dibuktikan dengan adanya solusi yang dapat
menanggulangi dan mengatasi ancaman yang ditemukan. Didapatkan bahwa
terdapat ancaman pada tenaga kerja yang mengakibatkan kurangnya evaluasi
kinerja sehingga dengan adanya Kebijakan pemerintah dalam demokratisasi
pelayanan kesehatan diharapkan bisa membantu mengatasi ancaman tersebut.
3. Pada poin sarana prasarana (Material) pada kuadran III hasil analisis
didapatkan meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang, seperti
data kurangnya sarana seperti alat bantu (tongkat, kruk, dan kursi roda),
sehingga membuat tingginya angka resiko jatuh pada lansia.
B. Saran

Setelah dilakukan analisis SWOT diharapkan dapat memberikan gambaran


tahap-tahap perumusan tujuan untuk mengetahui lebih dalam masalah lingkungan
eksternal dan internal, mampu mengaplikasikan Analisis SWOT dalam Prespektif
Manajemen Pengambilan Keputusan di Panti.
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Lilik Ma’rifatul. 2011. Keperawatan Lanjut Usia Edisi 1. Graha Ilmu:
Yogyakarta

Kushariyadi. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Klien Lanjut Usia. Salemba Medika:
Jakarta

Nursalam. 2014. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional. Edisi 4. Salemba Medika: Jakarta

Tamher, S. Noorkasimi. 2011. Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan Asuhan


Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai