Anda di halaman 1dari 11

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 TEORI MASUK-NYA ISLAM DI NUSANTARA


Di Indonesia sendiri terdapat beberapa Teori tentang masuknya islam di Nusantara,
yaitu :
1. Teori Gujarat
Teori ini merupakan teori tertua yang menjelaskan tentang masuknya Islam di
Nusantara. Dinamakan Teori Gujarat, karena bertolak dari pandangannya yang
mengatakan bahwa Islam masuk ke Nusantara berasal dari Gujarat, pada abad ke-13
M, dan pelakunya adalah pedagang India Muslim.
Bukti-bukti dari teori ini yaitu :
a. Batu nisan Sultan pertama Kerajaan Samudera Pasai, yakni Malik al-Shaleh yang
wafat pada 1297. relif nisan tersebut bersifat Hinduistis yang mempunyai
kesamaan dengan nisan yang terdapat di Gujarat.
b. Adanya kenyataan bahwa agama Islam disebarkan melalui jalan dagang antara
Indonesia-Cambai (Gujarat)-Timur Tengah-Eropa.

2. Teori Makkah
Teori ini dicetuskan oleh Hamka, Ia lebih menguatkan teorinya dengan
mendasarkan pandangannya pada peranan bangsa Arab sebagai pembawa agama
Islam ke Indonesia, kemudian diikuti oleh orang Persia dan Gujarat. Gujarat
dinyatakan sebagai tempat singgah semata, dan Makkah sebagai pusat, atau Mesir
sebagai tempat pengambilan ajaran Islam.
Hamka menolak pendapat yang mengatakan bahwa Islam baru masuk pada abad
13, karena kenyataanya di Nusantara pada abad itu telah berdiri suatu kekuatan politik
Islam, maka sudah tentu Islam masuk jauh sebelumnya yakni abad ke-7 Masehi atau
pada abad pertama Hijriyah. Pada 674 M telah terdapat perkampungan perdagangan
Arab Islam di Pantai Barat Sumatera, bersumber dari berita Cina, kemudian berita
Cina ini ditulis kembali oleh T.W. Arnold (1896), J.C. van Leur (1955) dan Hamka
(1958). Timbulnya perkampungan perdagangan Arab Islam ini karena ditunjang oleh
kekuatan laut Arab. Dari keterangan tentang peranan bangsa Arab dalam dunia
perniagaan seperti di atas, kemudian dikuatkan dengan kenyataan sejarah adanya

3
perkampungan Arab Islam di pantai barat Sumatera di abad ke-7, maka terbukalah
kemungkinan peranan bangsa Arab dalam memasukkan Islam ke Nusantara.

3. Teori Persia
Pencetus teori ini adalah P.A. Hoesein Djajadiningrat. Teori ini berpendapat
bahwa agama Islam yang masuk ke Nusantara berasal dari Persia, singgah ke Gujarat,
sedangkan waktunya sekitar abad ke-13. Teori ini lebih menitikberatkan tinjauannya
kepada kebudayaan yang hidup di kalangan masyarakat Islam Indonesia yang
dirasakan memiliki persamaan dengan Persia (Morgan, 1963:139-140). Di antaranya
adalah:
a. Peringatan 10 Muharram atau Asyura sebagai hari peringatan Syi'ah atas
syahidnya Husein.
b. Adanya kesamaan ajaran antara Syeikh Siti Jenar dengan ajaran Sufi Iran al-
Hallaj, sekalipun al-Hallaj telah meninggal pada 310H / 922M, tetapi ajarannya
berkembang terus dalam bentuk puisi, sehingga memungkinkan Syeikh Siti Jenar
yang hidup pada abad ke-16 dapat mempelajarinya.

2.1.1 PROSES PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA


Proses perkembangan wilayah pengaruh Islam Nusantara dapat dilakukan antara lain
melalui beberapa jalur, sebagai berikut :
1. Jalur perdagangan
Para pedagang Muslim dari Arab, Gujarat, Persia yang berdatangan di wilayah
Nusantara umumnya tinggal selama berbulan-bulan di pusat-pusat perdagangan.
Sambil menunggu angina musim yang baik untuk berlayar kembali ke Negara asal,
kesempatan itu dimanfaatkan untuk mengadakan transaksi dengan para pedagang
setempat. Pusat perdagangan di pantai atau pelabuhan merupakan terminal dan
tempat penghubung dengan daerah-daerah pedalaman. Pelabuhan pada umumnya
terletak di muara sungai, karenanya hubungan dagang dengan daerah pedalaman lebih
banyak dilakukan melalui sungai. Mula-mula para pedagang hanya menyebarkan
Islam pada masyarakat pelabuhan, tetapi karena transaksi dagang masyarakat
pedalaman dengan masyarakat pesisir berlangsung terus menerus,maka lama
kelamaan dakwah Islamiyah dapat disampaikan hingga kewilayah masyarakat
pedalaman. Misalnya, terdapatnya pemukiman masyarakat Muslim di lokasi
berdirinya pusat pemerintahan Majapahit. Indikator adanya masyarakat Muslim

4
tersebut ditemukan komplek makam Muslim di Sentono Rejo, Troloyo,
KecamatanTrowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Selain makam bertulisan
Arab, terdapat batu-batu nisan bertuliskan huruf Jawa berupa angka tahun (wafat) -
yang tertua 1203 Caka atau 1281 M,sedangkan angka (tahun wafat) yang termuda
sebagamana tertera pada batu nisan 1533Cakaatau 1611 M. Daa berupa angka tahun
dan tulisan Arab tersebut dapat disimpulkan bahwa kehadiran pemukiman masyarakat
Muslim di pusat pemerintahan Majapahit ini telah berlangsung sangat lama, selama
lebih dari 300 tahun, yakni dari abad ke 14 hingga abad ke 17 M – suatu 6 bentangan
waktu dimulai awal munculnya kerajaan Majapahit 10 hingga masa kemundurannya,
bahkan ketika kerajaan tersebut hilang sama sekali dalam percaturan politik di Jawa,
abad ke-17 M.

2. Jalur Dakwah
Kehadiran makam Muslim di Trowulan sebagaimana tersebut dalam angka-angka
tahun wafat di atas, telah menarik perhatian tentang kemungkinan adanya masyarakat
Muslim didekat pusat kekuasaan Kerajaan Majapahit. Pusat-pusat perdagangan di
pesisir Utara Jawa, yakni Gresik, Jepara, Cirebon, Banten, sejak akhir abad ke-15 M
dan permulaan abad ke 16 M telah menunjukkan kegiatan keagamaan oleh para wali
di Jawa, hingga kemudian lahirnya kerajaan Islam Demak. Sejak itu, perkembangan
wilayah pengaruh Islam di Jawa telah dapat berperan secara politik. Sesuai dengan
ajaran agama Islam, setiap Muslim adalah “dai”. Para muballigh, guru agama Islam
mempunyai tugas khusus menyiarkan agama Islam . Keberadaan mereka secara
khusus telah mempercepat proses berkembangnya wilayah pengaruh Islam, antara lain
melalui strategi mendirikan pesantren Islam. Di Pulau Jawa, penyiaran agama Islam
dilakukan terutama oleh para wali yang dikenal dengan sebutan Walisongo. Strategi
dakwah yang mereka terapkan telah berhasil meluaskan wilayah pengaruh Islam ke
Banjarmasin, Hitu, Ternate, Tidore, serta Lombok. Sultan Samudra – atas bantuan
Demak, sebagai raja pertama kerajaan Banjarmasin masuk Islam. Ia kemudian
memakai gelar Maharaja Suryanullah. Ketika Suryanullah naik tahta, beberapa daerah
sekitarnya sudah mengakui kekuasaannya, yaknidaerah Sambas, Batanglawai,
sukadana, Kotawaringin, Sampit,, Mendawi, /sambangan. Adapun Lombok, meurut
tradisi diislamkan oleh Sunan Prapen, dari giri, Gresik, Jawa Timur. Kesultanan
terbesar di Kepulauan Maluku abad ke 14-16 M adalah Kesultanan Ternate. Sejak
abad ke-10 M terkenal sebagai pusat perdagangan rempah-rempah.Kapal-kapal dari

5
Jawa, Malaka,dan Arab secara teratur berlayar ke sana. Pada awalnya, Kesultanan itu
menganut animisme. Namun setelah Sultan Zainal Abidin (1486-1500), raja Ternate
ke-19 kembali dari Giri, Gresik dan menyandang gelar Sultan, agama Islam menjadi
agama resmi kerajaan.
Daerah yang agak terlambat menerima perkembangan Islam selain tempat-tempat
yang disebutkan di atas adalah Sulawesi kecuali beberapa tempat seperti Buton dan
Selayar, berdasarkan tradisi setempat telah menerima pengaruh Islam dari Ternate
pada pertengan abad ke-16 M. Sejak Gowa-Tallo 11 atau Makassar tampil sebagai
pusat perdagagan laut, kerajaan ini menjalin hubungan yang baik dengan Ternate,
suatu kerajaan pusat cengkeh, yang telah menerima Islam dari Gresik / Giri, di bawah
kekuasaan Sultan Babullah, ternate mengadakan perjanjian persahabatan dengan
Gowa Tallo. Ketika ini raja Ternate berusaha mengajak penguasa Gowa Tallo untuk
iku menganut agama Islam, tetapi gagal.aru pada waktu Dato’ ri Bandang 12 datang
ke Gowa Tallo, agama Islam masuk ke kerajaan ini. Sultan Alauddin (1591 - 1636)
adalah sultan Gowa Tallo yang pertama menganut Islam pada tahun 1605. Dua tahun
berikutnya, rakyat Gowa dan Tallo diislamka seperti terbukti dengan dilakukannya
sembahyang Jum.at bersama di Tallo pada 19 Rajab 1068H/ November 1607M.

3. Jalur Perkawinan
Semakin berkembangnya perdagangan, semakin banyak pula para pedagang Islam
dari Persia , Arab, Gujarat yang datang ke Nusantara, bahkan banyak di antara mereka
yang kemudian menetap di berbagai wilayah Nusantara.
Daerah pemukiman mereka disebut Pekojan. Banyak di antara mereka kemudian
menikah dengan anggota masyarakat setempat. Jika wanita yang dinikahinya itu
berasal dari golongan elite, setidaknya akan berpengaruh dan mendukung bagi proses
dakwah Islamiyah terhadap masyarakat.

4. Jalur Kesenian
Penyebaran agama Islam dengan menggunakan sarana kesenian, disesuaikan
denagan kondisi pada masanya. Saat itu kebudayaan pra Islam (praSejarah, klasik)
masih sangat kuat dan menyebabkan para mubaligh memanfaatkan kesenian sebagai
sarana syiar agama. Misalnya, di Jawa menggunakan wayang kulit, gamelan, dan
sebagainya. Melalui jalur-jalur di atas setidaknya proses perluasan wilayah Muslim di

6
Nusantara mengalami perkembagan, hingga kemudian Islam sebagai agama sebagai
mayoritas panutan bagi masyarakat di wilayah budaya Nusantara.

2.2 CORAK ISLAM DINUSANTARA


Ada tiga corak islam dinusantara sebagai berikut:
1. Corak dan Perkembangan Islam di Indonesia Masa Kesultanan
Pada Tahun 1267 M berdiri pula kesultanan Islam lainnya di wilayah Sumatera yang
dikenal dengan kesultanan Samudera Pasai yang didirikan oleh Merah Silu dengan gelar
Malik as-Shalih. Di daerah-daerah yang sedikit sekali di sentuh oleh kebudayaan Hindu-
Budha seperti daerah-daerah Aceh dan Minangkabau di Sumatera dan Banten di Jawa,
Agama Islam secara mendalam mempengaruhi kehidupan agama, sosial dan politik
penganut-penganutnya sehingga di daerah-daerah tersebut agama Islam itu telah
menunjukkan diri dalam bentuk yang lebih murni.
Di kerajaan Banjar, dengan masuk Islamnya raja, perkembangan Islam selanjutnya
tidak begitu sulit karena raja menunjangnya dengan fasilitas dan kemudahan-kemudahan
lainnya dan hasilnya mebawa kepada kehidupan masyarakat Banjar yang benar-benar
bersendikan Islam.Secara konkrit, kehidupan keagamaan di kerajaan Banjar ini
diwujudkan dengan adanya mufti dan qadhi atas jasa Muhammad Arsyad Al-Banjari yang
ahli dalam bidang fiqih dan tasawuf. Di kerajaan ini, telah berhasil pengkodifikasian
hukum-hukum yang sepenuhnya berorientasi pada hukum islam yang dinamakan Undang-
Undang Sultan Adam. Dalam Undang-Undang ini timbul kesan bahwa kedudukan mufti
mirip dengan Mahkamah Agung sekarang yang bertugas mengontrol dan kalau perlu
berfungsi sebagai lembaga untuk naik banding dari mahkamah biasa. Tercatat dalam
sejarah Banjar, di berlakukannya hukum bunuh bagi orang murtad, hukum potong tangan
untuk pencuri dan mendera bagi yang kedapatan berbuat zina.Guna memadu penyebaran
agama Islam dipulau jawa, maka dilakukan upaya agar Islam dan tradisi Jawa didamaikan
satu dengan yang lainnya, serta dibangun masjid sebagai pusat pendidikan Islam.
Dengan kelonggaran-kelonggaran tersebut, tergeraklah petinggi dan penguasa
kerajaan untuk memeluk agama Islam. Bila penguasa memeluk agama Islam serta
memasukkan syari’at Islam ke daerah kerajaannya, rakyat pun akan masuk agama tersebut
dan akan melaksanakan ajarannya. Begitu pula dengan kerajaan-kerajaan yang berada di
bawah kekuasaannya. Ini seperti ketika di pimpin oleh Sultan Agung. Ketika Sultan
Agung masuk Islam, kerajaan-kerajaan yang ada di bawah kekuasaan Mataram ikut pula
masuk Islam seperti kerajaan Cirebon, Priangan dan lain sebagainya.Lalu Sultan Agung

7
menyesuaikan seluruh tata laksana kerajaan dengan istilah-istilah keislaman, meskipun
kadang-kadang tidak sesuai dengan arti sebenarnya.
2. Corak dan Perkembangan Islam di Indonesia Masa Penjajahan
Ditengah-tengah proses transformasi sosial yang relatif damai itu, datanglah
pedagang-pedagang Barat, yaitu portugis, kemudian spanyol, di susul Belanda dan Inggris.
Tujuannya adalah menaklukkan kerajaan-kerajaan Islam Indonesia di sepanjang pesisir
kepulauan Nusantara ini.Pada mulanya mereka datang ke Indonesia hanya untuk
menjalinkan hubungan dagang karena Indonesia kaya akan rempah-rempah, tetapi
kemudian mereka ingin memonopoli perdagangan tersebut dan menjadi tuan bagi bangsa
Indonesia. Apalagi setelah kedatangan Snouck Hurgronye yang ditugasi menjadi
penasehat urusan pribumi dan Arab, pemerintah Hindia-Belanda lebih berani membuat
kebijaksanaan mengenai masalah Islam di Indonesia karena Snouck mempunyai
pengalaman dalam penelitian lapangan di Negeri Arab, Jawa dan Aceh. Lalu ia
mengemukakan gagasannya yang di kenal dengan politik Islam di Indonesia. Dengan
politik itu ia membagi masalah Islam dalam tiga kategori, yaitu:
1. Bidang agama murni atau ibadah;
2. Bidang sosial kemasyarakatan; dan
3. Politik.
Terhadap bidang agama murni, pemerintah kolonial memberikan kemerdekaan
kepada umat Islam untuk melaksanakan ajaran agamanya sepanjang tidak mengganggu
kekuasaan pemerintah Belanda. Dalam bidang kemasyarakatan, pemerintah memanfaatkan
adat kebiasaan yang berlaku sehingga pada waktu itu dicetuskanlah teori untuk membatasi
keberlakuan hukum Islam, yakni teori reseptie yang maksudnya hukum Islam baru bisa
diberlakukan apabila tidak bertentangan dengan alat kebiasaan.Oleh karena itu, terjadi
kemandekan hukum Islam.Sedangkan dalam bidang politik, pemerintah melarang keras
orang Islam membahas hukum Islam baik dari Al-Qur’an maupun Sunnah yang
menerangkan tentang politik kenegaraan atau ketatanegaraan.
3. Gerakan dan Organisasi Islam
Akibat dari “resep politik Islam”nya Snouck Hurgronye itu, menjelang permulaan
abad xx umat Islam Indonesia yang jumlahnya semakin bertambah menghadapi tiga
tayangan dari pemerintah Hindia Belanda, yaitu: politik devide etimpera, politik
penindasan dengan kekerasan dan politik menjinakan melalui asosiasi.
Namun, ajaran Islam pada hakikatnya terlalu dinamis untuk dapat dijinakkan begitu
saja. Dengan pengalaman tersebut, orang Islam bangkit dengan menggunakan taktik baru,

8
bukan dengan perlawanan fisik tetapi dengan membangun organisasi. Oleh karena itu,
masa terakhir kekuasaan Belanda di Indonesia ditandai dengan tumbuhnya kesadaran
berpolitik bagi bangsa Indonesia, sebagai hasil perubahan-perubahan sosial dan ekonomi,
dampak dari pendidikan Barat, serta gagasan-gagasan aliran pembaruan Islam di Mesir.
Akibat dari situasi ini, timbullah perkumpulan-perkumpulan politik baru dan
muncullah pemikir-pemikir politik yang sadar diri. Karena persatuan dalam syarikat Islam
itu berdasarkan ideologi Islam, yakni hanya orang Indonesia yang beragama Islamlah yang
dapat di terima dalam organisasi tersebut, para pejabat dan pemerintahan (pangreh praja)
ditolak dari keanggotaan itu.
Persaingan antara partai-partai politik itu mengakibatkan putusnya hubungan antara
pemimpin Islam, yaitu santri dan para pengikut tradisi Jawa dan abangan. Di kalangan
santri sendiri, dengan lahirnya gerakan pembaruan Islam dari Mesir yang
mengompromikan rasionalisme Barat dengan fundamentalisme Islam, telah menimbulkan
perpecahan sehingga sejak itu dikalangan kaum muslimin terdapat dua kubu: para
cendekiawan Muslimin berpendidikan Barat, dan para kiayi serta Ulama tradisional.
Selama pendudukan jepang, pihak Jepang rupanya lebih memihak kepada kaum
muslimin dari pada golongan nasionalis karena mereka berusaha menggunakan agama
untuk tujuan perang mereka. Ada tiga perantara politik berikut ini yang merupakan hasil
bentukan pemerintah Jepang yang menguntungkan kaum muslimin, yaitu:
1. Shumubu, yaitu Kantor Urusan Agama yang menggantikan Kantor Urusan
Pribumi zaman Belanda.
2. Masyumi, yakni singkatan dari Majelis Syura Muslimin Indonesia menggantikan
MIAI yang dibubarkan pada bulan oktober 1943.
3. Hizbullah, (Partai Allah dan Angkatan Allah), semacam organisasi militer untuk
pemuda-pemuda Muslimin yang dipimpin oleh Zainul Arifin.

2.2.1 KEDATANGAN DAN PENJAJAHAN BANGSA BARAT DI NUSANTARA


Secara umum kedatangan bangsa Eropa ke Asia termasuk Indonesia dilandasi
keinginan mereka untuk berdagang. Mewujudkan 3G yaitu Gold (Mencari emas atau
kekayaan), Glory (mencari kemulian atau kejayaan), dan Gospel (penyebaran agama
kristen) & menyalurkan jiwa penjajahan. Pada abad ke-16 mulai terdapat suasana baru di
perairan Indonesia. Selama berabad-abad perairan Nusantara hanya di layarin oleh kapal-
kapal dari Indonesia dan Asia, seperti Cina, Peru, Gujarat, Benggala, Persia, dan Arab.

9
Kemajuan ilmu dan teknik pelayaran, menyebabkan pelaut-pelaut Eropan itu mampu
berlayar dengan menggunakan kapal sampai perairan Indonesia.
Hal di atas mendorong bangsa barat berlomba melakukan penjajahan samudra dan
berusaha mencari daerah Asia (Hildia Timur). Hildia Timur telah lama dikenal sebagai
daerah penghasilan rempah-rempah seperti vanili, lada, dan cengkeh. Rempah-rempah ini
digunakan untuk mengawet makanan, bumbu masakan, bahkan obat. Pada tahun 1453
Turki Utsmani jatuhnya Konstantinopel mengakibatkan pasokan rempah-rempah ke
wilayah Eropan terputus. Hal ini dikarenkan boikot yang dilakukan oleh Turki Utsmani.
Situasi ini mendorong orang-orang Eropa menjelajahi jalur pelayaran kepulauan Nusantara
di Indonesia. Dalam perkembangnya mereka tidak saja berdagang, tetapi juga menguasai
sumber rempah-rempah di negara penghasilan.
Dimulai era kolonialisasi Barat di Asia. Perkembangan dan pertumbuhan Islam di
Indonesia menyebabkan berdirinya kerajaan Islam. Kemudian karena Indonesia kaya raya,
maka datanglah bangsa-bangsa Barat, di antaranya Portugis di tahun 1512, kemudian di
susul Spanyol di tahun 1521, lalu Prancis pada tahun 1529, dan Belanda pada tahun 1596,
baru inggris dating kemudian. Kedatangan dan terbentuknya kekuasaan colonial di
Indonesia sebagai berikut:
1) Kedatangan Bangsa Portugis
Pada tahun 1510, setelah mengalami banyak pertempuran, penderitaan, dan
kekacauan internal, tampaknya Portugis hampir mencapai tujuannya. Sasaran yang paling
penting adalah menyerang ujung timur perdagangan Asia di Maluku Pada tahun 1551,
Portugis berhasil menguasai malaka, selanjutnya Portugis mengadakan hubungan dagang
dengan Maluku yang merupakan daerah penghasil rempah-rempah di Indonesia. Pada
tahun 1512, Alfonso de Albuquerque mengurumkan beberapa buah kapal ke Maluku.
Awalnya masyarakat Maluku menyambut baik dan saling berebut menanamkan pangaruh
kepada Portugis agar dapat membeli rempah-rempah dan membantu masyarakat Maluku
mengahadap musuh-musuhnya.
Pada saat itu, kesultanan Ternate di Maluku diperintah oleh Kaicil Darus. Sultan
ternate itu meminta bantuan Portugis untuk mendirikan benteng di Ternate dengan tujuan
agar ternate terhindar dari kemungkinan serangan dari daerah lain. Tahun 1522 Portugis
mengabulkan pemintaan Sultan Ternate dengan mendirikan benteng Saint jhon. Pendirian
benteng tersebut ternyata harus dibayar mahal oleh Ternate karena Portugis menuntut
imbalan berupa hak monopoli perdagangan rempah-rempah di Ternate. Sultan ternate
terpaksa harus menandatangani perjanjian monopoli pendagangan dengan

10
Portugis.Perjanjian monopoli pendagangan rempah-rempah tersebut ternyata menimbulkan
kesengsaraan. Rakyat tidak dapat menjual rempah-rmpah secara bebas, rakyat ternate
harus menjual rempah-rempah kepada Portugis. Hal itu merugikan rayat. Oleh karena itu
tejadi permusuhan antara rakyat ternate dan Portugis. Selain mengadakan monopoli
pendagangan rempah-rempah di maluku, portugis juga aktif menyebarkan agama katolik
dengan tokohnya Franciscus Xaverius
2) Kedatangan Bangsa Spanyol
Pada masa Belanda, setelah kompeni dikepalai oleh Gubernur Jendral J.P. Coen,
maka tujuan mereka semakin jelas, yakni mengusai perdagangan rempah-rempah di
Indonesia, secara sendirian maupun monopoli. Dalam upaya melaksanakan monopoli,
mereka tidak segan-segan menggunakan kekerasan. Kompeni mulai menguasai beberapa
wilayah. Praktek sedemikian itu merugikan kerajaan-kerajaan di Indonesia, sehingga di
mana-mana timbul perlawanan terhadap kompeni. Pelopor berkebangsaan Spanyol yang
mencari jalan langsung ke Indonesia adalah Christopher Columbus, ia berlayar ke arah
barat.
Pada tahun 1521 bangsa spanyol berhasil untuk pertama kali mendara di Tidore
(Maluku) kemundian singgah di Bacan dan Jailolo. Mereka tergabung dalam ekspedisi
megelhaens-del cano. Kedatangan bangsa spanyol di sambut baik oleh masyarakat
setempat karena pada saat itu rakyat Maluku sedang bersengketa dengan Portugis.
Kedatangan spanyol di Maluku merupakan keberhasilan bangsa spanyol dalam
mencapai daerah yang di idam-idamkan, yaitu daerah penghasil rempah-rempah. Orang-
orang spanyol senang berdagang di maluku sehingga jumlahnya semakin banyak. Bagi
portugis kehadiran spanyol merupakan pelanggaran atas hak monopolinya. Akibatnya
timbul persaingan antara Portugis dan Spanyol. Persaingan tersebut sejalan dengan
pertentangan antara sultan Ternate dan Sultan tidore. Sultan ternate bersekutu dengan
portugis, sedangkan sultan tidore bersekutu dengan Spanyol. Puncaknya Portugis dan
Spanyol menempuh jalan perundingan yang di laksanakan di Saragosa (Spanyol) tahun
1529.
3) Kedatangan Bangsa Inggris
Pada tahun 1579, Francis Drake Berlayar ke Indonesia mengikuti jalur yang dilalui
Megalhaens dan berhasil membawa rempah-rempah dari Ternate kembali ke Inggris lewat
Samudra Hidia.Armadanya berhasil membawa rempah-rempah dari Ternate dan kembali
ke Inggris lewat Samudera Hindia. Perjalanan beriktunya dilakukan pada tahun 1586 oleh
Thomas Cavendish melewati jalur yang sama. Pengalaman kedua pelaut tersebut

11
mendorong Ratu Elizabeth I meningkatkan pelayaran internasioalnya. Hal ini dilakukan
dalam rangka menggalakan ekspor wol, menyaingi perdagangan Spanyol, dan mencari
rempah-rempah. Ratu Elizabeth I kemudian memberi hak istimewa kepada EIC (East
Indian Company) untuk mengurus perdagangan dengan Asia.EIC kemudian mengirim
armadanya ke Indonesia.Armada EIC yang dipimpin James Lancestor berhasil melewati
jalan Portugis (lewat Afrika). Namun, mereka gagal mencapai Indonesia karena diserang
Portugis dan bajak laut Melayu di selat Malaka.
Awal abad ke 17, Inggris telah memiliki jajahan di India dan terus berusaha
mengembangkan pengaruhnya di Asia Tenggara, kahususnya di Indonesia. Kolonialisme
Inggris di Hindia Belanda dimulai tahun 1604. menurut catatan sejarah, sejak pertama kali
tiba di Indonesia tahun 1604, EIC mendirikan kantor-kantor dagangnya. Di antaranya di
Ambon, Aceh, Jayakarta, Banjar, Japara, dan Makassar.Di bawah Gubernur Jenderal Lord
Minto yang berkedudukan di Kalkuta dibentuk ekspedisi Inggris untuk merebut daerah-
daerah kekuasaan Belanda yang ada di wilayah Indonesia.Pada tahun 1811, Thomas
Stamford Raffes telah berhasil merebut seluruh wilayah kekuasaan Belanda di Indonesia.
Pada tahun 1811, inggris mampu menguasai daerah jajahan belanda, maka belanda
harus menandatangani kapitulasi tuntang tanggal 18 september 1811, yang isinya:
a) daerah jajahan belanda diserahkan kepada inggris
b) tentara belanda menjadi tawanan inggris
c) orang-orang belanda dapat menjadi pegawai inggris
Walaupun demikian, armada Inggris tidak mampu menyaingi armada dagang Belanda
dan Berdasarkan perjanjian London tahun 1815, Inggris diharuskan mengembalikan
kekuasaannya di Indonesia kepada Belanda. Dan pada tahun 1816 Inggris melaksanakan
kewajibannya itu. Mereka akhirnya memusatkan aktivitas perdagangannya di India.
Mereka berhasil membangun kota-kota perdagangan seperti Madras, Kalkuta, dan
Bombay.
Tujuan kedatangan bangsa inggris di Indonesia :
Bangsa inggris datang ke nusantara pada 1811 dengan kongsi dagang bernama East
India Company (EIC) tujuannya, merebut seluruh kekuasaan belanda yang saat itu sudah
menguasai sebagian besar Nusantara (tidak hanya ternate).
4) Kedatangan Bangsa Belanda
Dahulu, bangsa Belanda bertindak sebagai perantara dalam menjual rempah-rempah
secara eceran dari Portugis ke Eropa bagian utara. Menyatunya takhta Spanyol dengan
Portugis pada 1580 mengacaukan jalur mereka untuk mendapatkan rempah-rempah dari

12
Portugis, hal ini mendorong mereka untuk mencari sendiri sumber rempah-rempah
tersebut, dalam hal ini adalah Asia.
Bangsa Belanda berlayar ke Nusantara menggunakan petunjuk dari Jan Huygen van
Lin-schoten seorang Belanda yang awalnya bekerja pada portugis.
Dia menerbitkan bukunya Itinerario naer Portugaels Indie(Pedoman Perjalanan ke Timur
atau Hindia Portugis), yang memuat peta-peta dan deskripsiterperinci mengenai
penemuan-penemuan Portugis. Dari buku itu bangsa Belanda dapatmengetahui kekayaan
Asia dan problem-problem bangsa Portugis di sana. Oleh sebab itu, bangsa Belanda
meningkatkan penyempurnaan konstruksi kapal dan persenjataan mereka.
Pada tahun 1595, armada Belanda pimpinan Cornelis de Houtman & Pieter Kaizer
berangkat menuju Indonesia. Mereka menyusuri pantai barat Afrika & sampai ke Tanjung
Harapan.Kemudian mereka melewati Samudra Hindia & masuk ke Indonesia melalui jalur
Sunda, lalu tiba di Banten. Pada 1596, pelayaran Belanda yang dipimpin de Houtman tiba
di Banten, yangmerupakan pelabuhan lada terbesar di Jawa Barat.
Pada 1597, mereka kembali ke Belanda dengan membawa cukup banyak rempah-
rempah di atas kapal mereka. Setelah itu, banyak perusahaan-perusahaan ekspedisi
Belanda bersaing untuk mendapatkan rempah-rempah di Indonesia.
Pada 1598 22 buah kapal milik lima perusahaan yang berbeda
mengadakan pelayaran. Pada bulan Maret 1599, armada di bawah pimpinan Jacob van Nec
k tiba di“Kepulauan Rempah” Maluku, kapalnya kembali ke Belanda pada 1599-1600
denganmembawa rempah-rempah yang cukup banyak dan keuntungan sebanyak 400
persen.
Terjadi persaingan antar perwakilan dagang Belanda yang mengakibatkan naiknya
harga, sementara meningkatnya pasokan menyebabkan turunya keuntungan yang
diperoleh. Pada 1598, parlemen Belanda mengajukan usulan agar perseroan-perseroan
yang saling bersaing tersebut bergabung ke dalam suatu kesatuan. Pada 1602, perseroan-
perseroan yang bersaing itu akhirnya tergabung membentuk Maskapai Hindia Timur,VOC.

13

Anda mungkin juga menyukai