Anda di halaman 1dari 3

BAHAN DISKUSI

Studi kasus 1 :

TKI PULANG & KEMBALI MISKIN

Fenomena Pekerja Migran asal Indonesia atau yang lebih populer disebut TKI adalah pahlawan
devisa bagi bangsa ini. Berdasarkan data dari Bank Indonesia remittance hasil kerja TKI yang
dikirim ke Indonesia tahun 2005 (data lama) sebesar USD 2,7 Milyar, inilah salah satu bukt
mereka pantas dijuluki dengan gelar pahlawan. Contoh hasil remittance TKI di kabupaten
Ponorogo lebih besar 3 kali lipat dari APBD-nya. Jadi, kemajuan pesat daerah kantong-kantong
TKI salah satunya atas jasa mereka. Namun penghargaan yang mereka terima tdak sebanding
dengan jasa yang telah diberikan kepada negeri ini.

Terpuruk dan miskin kembali setelah mereka pulang dari kerja di negeri orang telah menjadi
fenomena yang sangat memprihatnkan. Ditambah umumnya mereka semakin konsumtf sebagai
dampak migrasi yang pada akhirnya menjerumuskan mereka pada rantai kemiskinan yang tada
ujungnya. Ironis sekali, hasil cucuran keringan bahkan darah mereka hanya mampu
mengantarkan kebanggaan salah satunya dengan memiliki sebuah rumah permanen alias
gedong ala trend masa kini di desanya.

Masa depan dan kesejahteraan keluarganya yang seharusnya lebih dipentngkan ternyata hanya
mimpi di siang bolong yang tdak pernah kesampaian. Masalahnya, di negeri sendiri mereka
kembali menganggur dan tdak memiliki akses pada sumber – sumber ekonomi. Boro-boro hidup
enak, bahkan untuk makan sehari-hari saja mereka hanya mengadalkan uang hasil selama
menjadi TKI yang akan habis setelah dikonsumsi dalam beberapa bulan kemudian, karena
mereka tdak memiliki sumber penghasilan yang lain.

Fenomena sepert ini terus berlangsung sepanjang sejarah migrasi WNI ke luar negeri sebagai
TKI. “Ah….. dimanakah letak kesalahannya & bagaimana aku harus memulai hidup tanpa
mengantungkan diri kepada negeri asing ?”, keluh Sumaidi TKI asal Kendal. Sumaidi
bukanlahsatu-satunya mantan TKI yang miskin dan harus berjuang demi menyambung hidup dan
tanpa mengert apa yang harus dilakukan di negeri gemah rimpah loh jinawi ini.

Mungkinkah ada cara yang lebih tepat dan bijaksana dalam mengatasi problematka tersebut ?
Bagaimanakah solusinya ? Sementara semuanya masih asing dalam benak mereka, kecuali
menjadi TKI.

Studi kasus 2 :
DESA ORANG-ORANG BINGUNG

Ada masyarakat yang sedang dalam keadaan bingung. Bingung menentukan apa yang
dapat dijadikan sebagai sumber penghidupan mereka. Sebab sementara mata pencahariannya
yang lama semakin tdak dapat diharapkan, usahanya yang baru belum dapat memberikan
kepastan. Sehingga kerja mereka hanyalah "mondar-mandir" dari usaha yang lama ke
usahanya yang baru, dan sebaliknya. Akibatnya tdak satu pun dari usahanya dapat
memberikan hasil yang memuaskan, karena keduanya dikerjakan dengan hat bimbang. Desa
semacam inilah yang dimaksud dengan "Desa Orang-Orang Bingung„
Desa Orang-Orang Bingung semacam ini dapat terjadi dimana-mana, misalnya

a. Ada suatu masyarakat nelayan yang hasil tangkapannya dari waktu ke waktu semakin
berkurang. Oleh karenanya mereka mulai mencoba membuka lahan pertanian. Namun apabila
suatu saat mendengar temannya pulang dari laut mendapatkan banyak ikan, maka
ladang yang sedang dikerjakan langsung ditnggalkan begitu saja, dan kemudian mereka
kembali lagi mencari ikan. Namun apabila ternyata hasil laut tdak dapat diharapkan, maka
mereka mulai lagi ke ladang yang sudah kembali ditumbuhi rumput dan ilalang. Akibatnya
kerjanya hanya mondar-mandir dari laut ke daratan bagaikan seekor itk yang sedang belajar jadi
ayam

b. Ada masyarakat petani hutan, yang karena hasil hutan tdak lagi bisa diharapkan atau
dilarang maka mereka mulai membuka ladang pertanian. Namun apabila suatu saat
mendengar cerita temannya pulang dari hutan membawa banyak uang, maka langsung
saja ladangnya ditnggalkan dan ikut-ikutan kembali mencari makan di hutan. Dan kalau
ternyata hasilnya kurang mernuaskan, maka mereka kembali lagi berladang. Akibatnya kerja
mereka hanyalah mondar-mandir dari hutan ke ladang pertanian bagaikan ayam hutan
yang sedang belajar menjadi ayam piaraan.

Dan masih banyak contoh lain tentang masyarakat yang sedang dalam masa peralihan. Dan
masyarakat semacam ini akan semakin banyak terjadi di mana-mana bersamaan dengan
semakin cepatnya terjadi perubahan sosial sampai ke desa-desa. Dan kalaupun kebingungan
ini hanya dialami oleh satu dua orang saja atau hanya berlangsung sementara, memang tdak
terlalu merisaukan. Tetapi jika keadaan ini dialami hampir seluruh penduduk di daerah
itu dan telah berlangsung cukup lama, maka sudah sepantasnya jika dipersoalkan.

Sebab dalam keadaan semacam ini, past keadaan keluarga mereka tdak lagi dalam
keadaan tenang. Keadaan desa tdak lagi terasa tenteram. Bahkan sering dalam waktu-
kewaktu tertentu desa menjadi kosong ditnggalkan penduduknya mencari makan. Kalau
sudah demikian bagaimanakah pembangunan di daerah itu dapat berjalan?

Studi Kasus 3
SULITNYA SEKOLAH SAMPAI TINGKAT SLTP

Suatu Desa di jalur pantai selatan Jawa memiliki permasalahan yang sulit sekali mencapai
penididkan dasar 9 tahun, jangankan sampai SLTA, SLTP aja susah. Saking jauhnya jarak
tempuh dari desa tersebut kepada lokasi sekolah. ”Biasanya anak2 perempuan disini lulus SD
Dikawinkan” Begitu ujar salah seorang tokoh masyaakat di Desa Selatan Kecamatan Pantai
selatan kabupaten Selatan Selatan. Para anak lelaki yang orang tuanya mampu baru bisa
sekolah, yang orang tuanya tdk mampu menggembala ternak sapi aja sambil ikut mencetak
gula di kebun kelapa milik perusahaan.

Sebenarnya desa ini kaya akan sumber daya alam, gula kelapa melimpah, hasil tani membludak
sepert sayuran dan beras. Tapi kenapa tdak punya ongkos menjadi alasan tdak bisa sekolha?

Studi Kasus 4

DESA NELAYAN BESAR PASAK DARI PADA TIANG

Begitulah pribahasa yang menggambarkan orang yang pengeluarannya lbh besar dari pada
pendapatan. Ungkapan ini cocock sekali diberikan bagipara keluarga nelayan di Desa tanjung
ujung Kabupaten Ujung Tarung. Karna setap hari warganya selalu terlibat dengan bank harian
untuk gali lobang tutup lobang. Tingginya konsumsi keluarga tdak diimbangi dengan
pendapatan yang setap hari kian tdak jelas karena hasil laut yang tak mementu apalagi saat
musim barat, bisa 3 bulan tdak ada penghasilan untuk makan aja kadang makan buah api2
buat penggant nasi. Kenapa masyarakat di Desa nelayan ini menjadi sangat miskin bahkan
untuk makan sehari-hari aja sulit? Adakah upaya supaya mereka keluar dari masalah ini?

Anda mungkin juga menyukai