Anda di halaman 1dari 6

PERANAN SEMIKONDUKTOR dalam TEKNOLOGI

Dosen Pengajar : Noor Saputera, ST., MT.

Disusun Oleh :

Prysella Theresia Sitanggang


C010318100
Teknik Listrik 2D3K

POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN

BANJARMASIN

2019
PERANAN SEMIKONDUKTOR dalam TEKNOLOGI
Kemampuan menguasai teknologi tinggi adalah merupakan syarat mutlak bagi suatu
negara untuk memasuki negara industri baru. Salah satu bidang teknologi tinggi yang sangat
mempengaruhi peradaban manusia di abad ini adalah teknologi semikonduktor dan
mikroelektronika. Bidang ini biasanya dianalogikan dengan tiga kata bahasa Inggris yang
mempengaruhi kehidupan modern yaitu Computer, Component dan communication. Untuk
komputer, topik utama dalam bidang ini adalah bagaimana membuat komputer menjadi lebih
cepat, lebih ramping dengan fungsi yang lebih kompleks dan komsumsi daya yang makin kecil.
Untuk tujuan tersebut, terdapat dua pendekatan yang saling mendukung yakni dari segi hardware
dan software. Dari segi hardware adalah bagaimana membuat transistor sebagai komponen aktif
terkecil menjadi semakin kecil dan berkecepatan tinggi. Dari segi software adalah bagaimana
mendesain rangkaian terpadu (integrated circuit) yang makin kompleks menjadi semakin
ramping dan kompak.
Perindustrian teknologi semikonduktor merupakan industri yang pertumbuhannya
dinamis. Berkat produk-produk industri tersebut telah ditemukan banyak penerapan dalam
berbagai bidang industri dan telah memberi jalan terbukanya industri-industri baru. Ledakan
perkembangannya nampak dengan adanya penggunaan semikonduktor. Aspek yang sangat
berarti bagi industri semikonduktor yaitu sejak transistor ditemukan pada tahun 1948. Untuk
mengantisipasi perkembangan ke arah masa depan beberapa perusahaan semikonduktor di dunia
membuat karakteristik perkembangan yang sudah berjalan selama selang tahun 1980-1987.
Setelah diambil solusi karakteristiknya ternyata pada selang waktu tersebut tampak
perkembangan penggunaan piranti-piranti yang terbuat dari bahan semikonduktor bisa mencapai
150 kali.
Terdapat 2 macam teknologi dalam semikonduktor yaitu teknologi silikon dan teknologi
GaAs. Silikon (Si) dengan persediaan yang berlimpah di bumi dan dengan teknologi pembuatan
kristalnya yang sudah mapan, telah menjadi pilihan dalam teknologi semikonduktor. Kebutuhan
akan kecepatan yang lebih tinggi dan unjuk kerja yang lebih baik dari komputer telah mendorong
teknologi silikon VLSI ke silikon ultra high scale integration (ULSI). Salah satu hambatan dari
teknologi silikon adalah sifat listrik yang berhubungan dengan rendahnya mobilitas pembawa
muatan dari material silikon ini. Maka dari itu Galium arsenide (GaAs) dan material-material
panduannya telah dipertimbangkan sebagai material pengganti silikon. GaAs adalah material
semikonduktor dari golongan III-V yang memiliki mobilitas elektron sekitar enam kali lebih
tinggi dari silikon pada suhu ruang.
Teknologi Planar merupakan satu-satunya teknologi yang menjadi dasar utama dalam
permulaan pengolahan bahan-bahan semikonduktor. Dengan adanya teknologi planar telah
memungkinkan terciptanya transistor stabil dan mendorong pesatnya industri semikonduktor
pada akhir tahun 1950-an. Pada awal tahun 1960-an teknologi itu dikembangkan lagi menjadi
sebuah piranti baru yang berupa sirkuit terintegrasi yang merupakan kombinasi dari transistor,
resistor dan kapasitor. Pada teknologi planar yang selalu menjadi perhatian serius saat ini adalah
dalam pengolahan bahan baku silikon semikonduktor menjadi bentuk wafer, yang merupakan
bahan yang siap dikonversi menjadi bentuk-bentuk piranti seperti IC. Adapun proses yang
termasuk menjadi langkah pembuatan wafer silikon yaitu proses produksi silikon polikristalin,
pengembangan kristal, serta pemotongan dan pembentukan wafer.
Salah satu teknologi yang memanfaatkan keunggulan semikonduktor adalah teknologi
sensor, teknologi sensor yang tengah banyak digeluti oleh para penteliti di bidang sensor adalah
sensor yang berdasarkan metal oksida atau semikonduktor. Teknologi yang memanfaatkan
keunggulan sifat semikonduktor suatu bahan merupakan teknologi yang cukup menjanjikan bagi
masa depan mengingat harganya yang murah, bentuknya yang lebih kecil, serta lebih tahan lama.
Tidak mengherankan jika dunia sensor masa depan diprekdisikan akan didominasi oleh jenis
sensor tipe metal oksida ini. Teknologi semikonduktor memiliki peran yang siginifikan dalam
teknologi sensor mengingat kemampuan konduktifitas dari semikonduktor yang dapat berubah
ubah. Kunci dari teknologi semikonduktor bagi aplikasi dalam dunia sensor adalah jumlah dan
mobilitas dari pembawa muatan yang terdapat dalam bahan semikonduktor sangat sensitif tidak
hanya terhadap paramater fisik seperti temnperatur, cahanya atauapun tekanan, tetapi juga sangat
sensitive terhadap paramter kimia. Dengan sifat seperti ini maka sebuah bahan semikonduktor
yang dilalui oleh zat kimia tertentu akan mengalami perubahan besaran konduktifitasnya yang
jika diubah dalam proses berikutnya mampu mengeluarkan besaran kuantitatif. Sensor jenis
semikonduktor ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1953 setelah seorang peneliti Amerika
yaitu John Bardeen dan Walter H Brattain menemukan perubahan konduktifitas suatu bahan
semikonduktor setelah terjadi penyerapan gas kimia pada bahan semikonduktor tersebut [6]. Atas
temuan yang spektakuler ini (kedua peneliti ini juga berhasil mengugkap sifat sifat lain
semikonduktor) kedua peneliti tersebut bersama dengan William Shokley mendapat hadiah nobel
bidang Fisika pada tahun 1956. Pada perkembangan berikutnya dari sensor semikonduktor ini,
sentuhan teknologi nano yang pada kenyataannya mampu menghasilkan bahan semikonduktor
yang lebih baik membuat daya tarik lebih besar bagi para peneliti sensor semikonduktor.
Dan semikonduktor pun diterapkan dalam pembuatan sel surya fotovoltaik. Dalam sel
tersebut energi dapat berubah menjadi arus listrik yang searah yaitu dengan menggunakan silikon
yang tipis. Sebuah kristal silindris Si diperoleh dengan cara memanaskan Si itu dengan tekanan
yang diatur sehingga Si itu berubah menjadi penghantar. Bila kristal silindris itu dipotong stebal
0,3 mm, akan terbentuklah sel-sel silikon yang tipis atau yang disebut juga dengan sel surya
fotovoltaik. Sel-sel silikon itu dipasang dengan posisi sejajar/seri dalam sebuah panel yang
terbuat dari alumunium atau baja anti karat dan dilindungi oleh kaca atau plastik. Kemudian pada
tiap-tiap sambungan sel itu diberi sambungan listrik. Bila sel-sel itu terkena sinar matahari maka
pada sambungan itu akan mengalir arus listrik. Besarnya arus/tenaga listrik itu tergantung pada
jumlah energi cahaya yang mencapai silikon itu dan luas permukaan sel itu.
Pada asasnya sel surya fotovoltaik merupakan suatu dioda semikonduktor yang berkerja
dalam proses tak seimbang dan berdasarkan efek fotovoltaik. Dalam proses itu sel surya
menghasilkan tegangan 0,5-1 volt tergantung intensitas cahaya dan zat semikonduktor yang
dipakai. Sementara itu intensitas energi yang terkandung dalam sinar matahari yang sampai ke
permukaan bumi besarnya sekitar 1000 Watt. Tapi karena daya guna konversi energi radiasi
menjadi energi listrik berdasarkan efek fotovoltaik baru mencapai 25% maka produksi listrik
maksimal yang dihasilkan sel surya baru mencapai 250 Watt per m2 . Dari sini terlihat bahwa
PLTS itu membutuhkan lahan yang luas. Hal itu merupakan salah satu penyebab harga PLTS
menjadi mahal. Ditambah lagi harga sel surya fotovoltaik berbentuk kristal mahal, hal ini karena
proses pembuatannya yang rumit. Namun, kondisi geografis Indonesia yang banyak memiliki
daerah terpencil sulit dibubungkan dengan jaringan listrik PLN. Kemudian sebagai negara tropis
Indonesia mempunyai potensi energi surya yang tinggi. Hal ini terlihat dari radiasi harian yaitu
sebesar 4,5 kWh/m2/hari. Berarti prospek penggunaan fotovoltaik di masa mendatang cukup
cerah. Untuk itulah perlu diusahakan menekan harga fotovoltaik misalnya dengan cara sebagai
berikut. Pertama menggunakan bahan semikonduktor lain seperti Kadmium Sulfat dan Galium
Arsenik yang lebih kompetitif. Ke dua meningkatkan efisiensi sel surya dari 10% menjadi 15%.
Komponen utama sistem surya fotovoltaik adalah modul yang merupakan unit rakitan
beberapa sel surya fotovoltaik. Untuk membuat modul fotovoltaik secara pabrikasi bisa
menggunakan teknologi kristal dan thin film. Modul fotovoltaik kristal dapat dibuat dengan
teknologi yang relatif sederhana, sedangkan untuk membuat sel fotovoltaik diperlukan teknologi
tinggi. Modul fotovoltaik tersusun dari beberapa sel fotovoltaik yang dihubungkan secara seri
dan paralel. Biaya yang dikeluarkan untuk membuat modul sel surya yaitu sebesar 60% dari
biaya total. Jadi, jika modul sel surya itu bisa diproduksi di dalam negeri berarti akan bisa
menghemat biaya pembangunan PLTS. Untuk itulah, modul pembuatan sel surya di Indonesia
tahap pertama adalah membuat bingkai (frame), kemudian membuat laminasi dengan sel-sel
yang masih diimpor. Jika permintaan pasar banyak maka pembuatan sel dilakukan di dalam
negeri. Hal ini karena teknologi pembuatan sel surya dengan bahan silikon single dan poly cristal
secara teoritis sudah dikuasai. Dalam bidang fotovoltaik yang digunakan pada PLTS, Indonesia
ternyata telah melewati tahapan penelitian dan pengembangan dan sekarang menuju tahapan
pelaksanaan dan instalasi untuk elektrifikasi untuk pedesaan. Teknologi ini cukup canggih dan
keuntungannya adalah harganya murah, bersih, mudah dipasang dan dioperasikan dan mudah
dirawat. Sedangkan kendala utama yang dihadapi dalam pengembangan energi surya fotovoltaik
adalah investasi awal yang besar dan harga per kWh listrik yang dibangkitkan relatif tinggi,
karena memerlukan subsistem yang terdiri atas baterai, unit pengatur dan inverter sesuai dengan
kebutuhannya.
Industri semikonduktor juga menghasilkan berbagai jenis chip untuk produk-produk
elektronik masa kini. Contohnya :
1. Dynamic Random Access Memory (DRAMs) merupakan memori utama komputer,
komputer saat ini dapat memiliki hingga 8 DRAM chip pada satu papan elektronik
(circuit board) untuk memenuhi kebutuhan pengguna. DRAMs dapat menyimpan
memori selama ia menerima energi listrik, sehingga apabila komputer dimatikan,
memorinya akan terhapus. Pada saat kita memasukkan informasi ke dalam komputer,
DRAM akan menyimpan data tersebut hingga data itu disimpan ke dalam disk.
2. Mikroprosesor (MPUs) merupakan otak dari suatu komputer. Mikroprosesor terdiri dari
unit pemroses pusat (central processing unit) dan memori yang dapat diprogram.
Mikroposesor inilah yang menginstruksikan apa yang harus dilakukan pada saat
komputer berfungsi. Mikroprosesor juga digunakan pada produk elektronik lainnya.
3. Application Specific Integrated Circuits (ASICs) merupakan semikonduktor yang
didesain untuk fungsi yang sangat spesifik dan digunakan pada produk elektronik seperti
kamera, sistem airbag mobil, printer, dan lain-lain.
4. Digital Signal Processors (DSPs) memproses sinyal, seperti gambar dan suara atau pulsa
radar. DSP mengubah sinyal analog menjadi sinyal digital, kemudian memperbaiki,
mengolah dan/atau memanipulasi sinyal tersebut dengan cepat. DSP digunakan pada
telepon genggam, modem kecepatan tinggi, dan produk lainnya.
5. Programmable memory chips (EPROMs, EEPROMs, and Flash) digunakan untuk
melakukan fungsi-fungsi yang diprogramkan ke dalam chip. Progam ini disimpan di
dalam chip meskipun tidak diberi catu daya. Chip ini digunakan pada telepon genggam,
video game, perangkat wireless dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai