Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit diare penyebab kedua kematian balita didunia. Hampir 1 dari 5

kematian anak sekitar 1,5 juta setiap tahunnya dikarenakan diare. Diare merupakan

penyebab kematian balita sebesar 40% diseluruh dunia setiap tahunnya. Diare adalah

pembunuh utama anakanak, pada tahun 2015 sebanyak 9% dari semua kematian

anak balita diseluruh dunia. Ini berarti untuk lebih dari 1.400 anak-anak meninggal

setiap hari, atau sekitar 526.000 anak per tahun, meskipun ketersediaan pengobatan

efektif yang sederhana. (WHO, 2015). Penyakit diare sampai dengan saat ini masih

termasuk masalah kesehatan terbesar dunia apalagi bagi negara-negara berkembang

karena angka kesakitan dan kematian yang masih tinggi. (Ariani, 2016).

Tahun 2017 terjadi 21 kali Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare yang tersebar di

12 provinsi, 17 kabupaten/kota. Kabupaten Polewali Mandar, Pohuwato, Lampung

Tengah dan Merauke masing-masing terjadi 2 kali KLB. Jumlah penderita 1.725

orang dan kematian 34 orang (CFR 1,97%).Angka kematian (CFR) saat KLB Diare

diharapkan 1%) kecuali pada tahun 2011 CFR pada saat KLB sebesar 0,40%,

sedangkan tahun 2017 CFR Diare saat KLB mengalami penurunan di banding tahun

2016 yaitu menjadi 1,97% (Profil kesehatan RI 2017).

Berdasarkan data pada profil kesehatan Indonesia tahun 2017, perkiraan

angka kejadian diare di fasilitas kesehatan di provinsi Jambi berjumlah 94.905 kasus.

Sedangkan angka kejadian diare yang ditangani di fasilitas kesehatan berjumlah

63.194 (66,6%) (Profil Kesehatan Indonesia 2017).

1
2

Diare merupakan salah satu permasalahan kesehatan dunia yang patut menjadi

perhatian global. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun

2013 dilaporkan bahwa terdapat hampir 1,7 miliar kasus diare terjadi di dunia tiap

tahunnya. Diare merupakan penyebab utama kedua kematian anak setelah

pneumonia yaitu sebesar 11% dari seluruh kematian anak dibawah 5 tahun. Setiap

tahunnya, 1,9 juta anak dibawah 5 tahun meninggal akibat diare terutama di negara

berkembang. Sekitar 78% kematian tersebut terjadi di daerah Afrika dan Asia

Tenggara. Diperkirakan di negara berkembang setiap anak dibawah 3 tahun

mengalami 3 kali episode diare akut setiap tahunnya. Setiap episode tersebut akan

menekan nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Oleh karena itu, diare juga

menjadi penyebab utama malnutrisi pada anak (Sukmayani et.al, 2018).

Penanganan penyakit diare sangat sederhana, terjangkau, dan tidak

memerlukan teknologi yang canggih. Namun dalam implementasinya,

penatalaksanaan sesuai dengan standar masih sangat kurang. Secara global, hanya

40% anak dibawah 5 tahun dengan diare yang mendapatkan terapi rehidrasi oral dan

melanjutkan pemberian makanan sesuai dengan rekomendasi. (Sukmayani et.al,

2018).

Diare akut merupakan penyakit yang tersering terjadi pada anak berusia di

bawah lima tahun, yang didefinisikan sebagai peningkatan secara tiba-tiba frekuensi

dan perubahan konsistensi feses. Perubahan tersebut sering kali disebabkan oleh agen

infeksius pada saluran pencernaan. Diare akut biasanya berlangsung tidak lebih dari

14 hari dan membaik tanpa penanganan spesifik jika tidak disertai dengan dehidrasi

(Hockenberry & Wilson, 2009).


3

Menurut penelitian penyakit diare pada anak merupakan penyakit dengan

derajat menyakitkan dan mematikan diperkirakan lebih dari 10 juta anak berusia

kurang dari 5 tahun meninggal setiap tahunnya, sekitar 20% meninggal karena

infeksi diare.

Diare menyebabkan kehilangan banyak cairan dan elektrolit melalui

feses.Kelainan yang mengganggu penyerapan di usus halus cenderung menyebabkan

diare, sedang kelainan penyerapan di usus besar lebih jarang menyebabkan diare.

Pada dasarnya, semua diare merupakan gangguan transportasi larutan di usus

(Sodikin, 2012 : 16).

Penyakit diare ini adalah penyakit yang multifaktoral, dimana dapat muncul

karena akibat tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang kurang serta akibat

kebiasaan atau budaya masyarakat yang salah. Oleh karena itu keberhasilan

menurunkan serangan diare sangat tergantung dari sikap setiap anggota masyarakat,

terutama membudayakan pemakaian larutan oralit dan cairan rumah tangga pada

anak yang menderita diare.

Saat ini sedang digalakkan dan dikembangkan pada masyarakat luas untuk

menanggulangi diare dengan upaya rehidrasi oral (oralit) dan ternyata dapat

menurunkan angka kematian dan kesakitan karena diare (Anik Maryunani, 2010:21).

Faktor ibu berperan sangat penting dalam kejadian diare balita. Ibu adalah

sosok yang paling dekat dengan balita. Jika balita terserang diare maka tindakan-

tindakan yang ibu ambil akan menentukan perjalanan penyakitnya. Tindakan tersebut

dipengaruhi berbagai hal, salah satunya adalah pengetahuan. Saputra et.al, (2014).

Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Dari pengalaman dan penelitian


4

ternyata perilaku yang disadari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada

perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoadmojo, 2010 : 12).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Jambi tahun 2018 didapatkan

Puskesmas dengan kasus diare pada balita kedua tertinggi yaitu Puskesmas Putri Ayu

dengan jumlah anak balita laki-laki dan perempuan adalah 561 kasus. Dengan

keadaan ini penulis tertarik untuk meneliti apakah ada hubungan pengetahuan Ibu

tentang diare terhadap pertolongan pertama diare pada anak usia 1-5 tahun di

Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi Tahun 2019.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah penelitian adalah

apakah ada hubungan pengetahuan ibu tentang diare terhadap pertolongan pertama

pada anak diare usia 1-5 Tahun di Poli Anak Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi

Tahun 2019?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang diare dengan pertolongan

pertama diare pada anak usia 1-5 Tahun di Poli Anak Puskesmas Putri Ayu Kota

Jambi tahun 2019.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui gambaran ibu dalam melakukan pertolongan pertama diare pada

anak di Poli Anak Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi Tahun 2019.
5

b. Diketahui gambaran pengetahuan ibu tentang pertolongan pertama diare

pada anak usia 1-5 Tahun di Poli Anak Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi

Tahun 2019.

c. Diketahui hubungan antara pengetahuan ibu tentang diare dengan

pertolongan pertama diare pada anak usia 1-5 Tahun di Poli Anak Puskesmas

Putri Ayu Kota Jambi Tahun 2019.

D. Ruang Lingkup Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian kuantitatif

dengan pendekatan Cross Sectional mengambil 41 orang sebagai sampel secara

purposive sampling. Hasil penelitian dianalisis secara univariat dan bivariate

menggunakan uji chi square untuk mengetahui hubungan variabel independen

(pengetahuan) dengan variabel dependen (pertolongan pertama diare). Penelitian ini

dilakukan di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi pada tanggal 25 Mei – 15 Juli 2019.

Populasi berjumlah 561 orang dan sampel berjumlah 41 responden.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti lain dapat dijadikan sebagai bahan dalam melanjutkan penelitian

terkait dengan hubungan pengetahuan ibu tentang diare dengan pertolongan

pertama diare pada anak usia 1-5 Tahun. Serta diharapkan penelitian ini dapat

mendasari penelitian selanjutnya untuk mencari faktor lain terkait dengan

pengetahuan Ibu dalam melakukan pertolongan pertama diare pada anak.


6

2. Bagi Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu masukan dalam

pengambilan kebijakan Puskesmas dalam perencanaan program penyuluhan

untuk meningkatkan pengetahuan terkait pertolongan pertama diare pada anak

usia 1-5 tahun.

3. Bagi perkembangan ilmu keperawatan

Memberikan masukan bagi pendidikan tentang penerapan asuhan keperawatan di

puskesmas sehingga dapat menjadi landasan dalam menentukan hal baru yang

dapat dipergunakan untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai