Anda di halaman 1dari 86

di

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN “A” DENGAN DIAGNOSA


POST OPERASI PERITONITIS DI RUANG BEDAH
RSUD PALEMBANG BARI
TAHUN 2019

Nama Kelompok 3 :
1. Wahyu Kusuma Wardani ( PO.71.20.1.17.073 )
2. Waiz Al-qorniadi ( PO.71.20.1.17.074 )
3. Windi Wahyuni ( PO.71.20.1.17.075 )
4. Witri Khairul ( PO.71.20.1.17.076 )
5. Yochika Oktapiani ( PO.71.20.1.17.077 )
6. Yola Oktaviani ( PO.71.20.1.17.078 )
7. Yuni Sariati ( PO.71.20.1.17.079 )
8. Yunita Anggraini ( PO.71.20.1.17.080 )

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PRODI DIII KEPERAWATAN
TAHUN 2019
di

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha


Esa, atas segala Rahmat dan Hidayah-Nya yang telah dilimpahkan kepada
penyusun sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA TN “A” DENGAN DIAGNOSA POST
OPERASI PERITONITIS DI RUANG BEDAH RSUD PALEMBANG BARI
TAHUN 2019 “
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun tidak luput dari kesulitan dan
hambatan tetapi berkat bantuan dan petunjuk serta kerja sama, maka makalah ini
dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, oleh karena itu
pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat
:.
1. Dr. Hj. Makiani, S.H, M.M, MARS sebagai direktur RSUD
Palembang BARI.
2. Muhammad Taswin, S.Si, Apt, MM, M.Kes sebagai direktur
Poltekkes Kemenkes Palembang.
3. Dr. Ayus Astoni,Sp.PD.K –GEH ,FINASIM,MARS Sebagai wakil
Direktur pelayanan.
4. Ns. Masrianah, S.Kep, M.Kes Sebagai Kepala Bidang Keperawatan
RSUD
5. Farida Andriani,S.ST sebagai ketua Kasie Sdm dan Etika Frofesi
keperawatan
6. Ns. Erni Endriani ,S.Kep,M.M Sebagai Kasie Logistik dan Asuhan
Keperawatan
7. Mewi Andriani ,S.KM , M.KES sebagai Kepala Bidang Penunjang
Medis dan Pendidikan RSUD Palembang BARI
8. Rizka Primananda,S.KM sebagai Kasie Diklat dan Litbang RSUD
Palembang BARI.
9. Diana Novitasari S.Kep, Ners Sebagai Pembimbing Perawatan Bedah
RSUD Palembang BARI
10. Darmawati, S.Kep, Ners sebagai Kepala Ruangan dan CI Perawatan
Penyakit Dalam Laki-Laki RSUD Palembang BARI.

i
di

11. Aguscik S.Kep, Ns. M.Kes sebagai Dosen Pembimbing Akademik


Poltekkes Kemenkes Palembang.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada semua pihak yang tidak
dapat kami ucapkan satu persatu atas bantuan dan dukungannya yang
telah berikan selama ini kami menjalankan praktik ini semoga amal
ibadah dan budi yang diberikan kepada kami mendapat imbalan yang
setimpal oleh Allah SWT.

Palembang, Oktober, 2019


Penulis

ii
di

HALAMAN PERSETUJUAN

Telah diperiksa dan disetujui untuk mengikuti seminar tentang “ASUHAN


KEPERAWATAN PADA TN “A” DENGAN DIAGNOSA POST OPERASI
PERITONITIS DI RUANG BEDAH RSUD PALEMBANG BARI TAHUN
2019” dan sebagai syarat menyelesaikan kerja Praktik Klinik Mahasiswa Politeknik
Kesehatan Palembang Program Studi DIII Keperawatan Semester III PKK Keperawatan
Medikal Bedah I Tahun Ajaran 2019/2020.
1. Wahyu Kusuma Wardani ( PO.71.20.1.17.073 )
2. Waiz Al-qorniadi ( PO.71.20.1.17.074 )
3. Windi Wahyuni ( PO.71.20.1.17.075 )
4. Witri Khairul ( PO.71.20.1.17.076 )
5. Yochika Oktapiani ( PO.71.20.1.17.077 )
6. Yola Oktaviani ( PO.71.20.1.17.078 )
7. Yuni Sariati ( PO.71.20.1.17.079 )
8. Yunita Anggraini ( PO.71.20.1.17.080 )
Palembang, 15 Oktober 2019

Menyetujui,

Pembimbing Pembimbing Klinik

Lapangan Kampus Keperawatan Poltekkes RSUD Palembang BARI

Aguscik, S.Kep, Ns, M.Kes Diana Novitasari S.Kep, Ners

NIP. 196208231985021001 NIP.198011102005012012

Mengetahui,

Kepala Bidang Penunjang Medis dan Pendidikan

Mewi Andriani, S.K.M, M.Kes

NIP. 197205041996032003

iii
di

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii

DAFTAR ISI ..........................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 2

1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................... 2

1.4.Tempat dan waktu ............................................................................................. 3

1.5. Manfaat Penulisan ............................................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 5

2.1 Profil RSUD Palembang BARI......................................................................... 5

2.2 Konsep Dasar Peritonitis ................................................................................. 10

2.3 Asuhan Keperawatan ...................................................................................... 20

BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................... 67

4.1 Pengkajian ....................................................................................................... 67

4.2 Diagnosa Keperawatan.................................................................................... 68

4.3 Intervensi Keperawatan ................................................................................... 69

4.4 Implementasi ................................................................................................... 69

4.5 Evaluasi ........................................................................................................... 70

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 72

5.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 72

5.2 Saran ................................................................................................................ 72

iv
di

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 74

LAMPIRAN ......................................................................................................... 75

v
di

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peritonitis merupakan suatu proses membran serosa yang
membatasi rongga abdomen dan organ-organ yang terdapat didalamnya.
Peritonitis dapat bersifat lokal maupun generalisata, bakterial maupun
kimiawi. Peradangan peritonium dapat disebabkan oleh bakteri, virus,
jamur, bahan kimia iritan, dan benda asing. Perotinitis merupakan salah
satu penyebab kematian tersering pada penderita bedah dengan mortalitas
sebesar 10-40%. Peritonitis difus sekunder yang merupakan 90%
penderita peritonitis dalam praktik bedah dan biasanya disebabkan oleh
suatu perforasi gastrointestinal ataupun kebocoran. (Tarigan, M.H, 2014)
Reaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh bakteri adalah
keluarnya eksudat fibrinosa.Gejala berbeda-beda tergantung luas
peritonitis, beratnya peritonitis dan jenis organisme yang bertanggung
jawab. Gejala-gejala utama adalah sakit perut, muntah, abdomen tegang,
kaku, nyeri dan tanpa bunyi, demam dan leukositosis yang sering terjadi
(Price & Wilson, 2005). Prinsip umum pengobatan adalah dengan
pemberian antibiotik yang sesuai, dekompresi saluran gastrointestinal
dengan penyedotan intestinal atau nasogastrik, penggantian cairan dan
elektrolit yang hilang secara intravena, tirah baring dalam posisi fowler,
pembuangan fokus septik (apendiks, dsb) atau penyebab inflamasi lainnya
(bila mungkin), dan tindakan untuk menghilangkan nyeri (Price &
Wilson, 2005).
Angka kejadian penyakit peritonitis di Amerika pada tahun 2011
diperkirakan 750 ribu pertahun dan akan meningkat bila pasien jatuh
dalam keadaan syok . Dalam setiap jamnya didapatkan 25 pasien
mengalami syok dan satu dari tiga pasien syok berakhir dengan kematian.
Angka insiden ini meningkat 91,3% dalam sepuluh tahun terakhir dan
merupakan penyebab terbanyak kematian di ICU diluar penyebab
penyakit peritonitis. Angka insidensi syok masih tetap meningkat selama

1
di

beberapa dekade, rata-rata angka mortalitas yang disebabkannya juga


cenderung konstan atau hanya sedikit mengalami penurunan. Kejadian
peritonitis tersebut dapat memberikan dampak yang sangat kompleks bagi
tubuh.Adanya penyakit peritonitis menjadikan kasus ini menjadi
prognosis yang buruk.
Hasil survey pada tahun 2014 Angka kejadian peritonitis di
sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih tinggi. Di
Indonesia, jumlah pasien yang menderita penyakit peritonitis berjumlah
sekitar 7% dari jumlah penduduk di Indonesia atau sekitar 179.000 orang
(Depkes, RI 2013). Hasil survey Sumatera Selatan tahun 2015, jumlah
kasus peritonitis dilaporkan sebanyak 5.980 dan 177 diantaranya
menyababkan kematian. Jumlah penderita peritonitis tertinggi ada di Kota
Semarang, yakni 970 orang. (Dinkes Sumsel, 2015).
Jumlah kasus perotinitis di Ruang Bedah RSUD Palembang BARI
pada tahun 2018 ada 9 kasus, dan dari bulan januari sampai bulan
september 2019 berjumlah 17 kasus.
Berdasarkan uraian di atas maka kelompok kami tertarik
mengambil judul Makalah Asuhan Keperawatan Pada Tn “A” Dengan
Diagnosa Post Operasi Peritonitis di Ruang Bedah RSUD Palembang
BARI Tahun 2019.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan pada Tn “A”


Dengan Diagnosa Post Operasi Peritonitis di Ruang Bedah RSUD
Palembang BARI Tahun 2019?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Mampu menerapkan Asuhan Keperawatan Pada Tn “A” Dengan
Diagnosa Post Operasi Peritonitis di Ruang Bedah RSUD Palembang
BARI Tahun 2019?

2
di

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mampu melakukan pengkajian secara langsung pada pasien Post
Operasi Peritonitis
2. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien Post
Operasi Peritonitis
3. Mampu membuat rencana keperawatan pada pasien Post Operasi
Peritonitis
4. Mampu melaksanakan tindakan asuhan keperawatan pada pasien
Post Operasi Peritonitis
5. Mampu melakukan evaluasi pada pasien Post Operasi Peritonitis

1.4. Tempat dan waktu


1.4.1 Tempat
Asuhan Keperawatan Pada Tn “A” Dengan Diagnosa Post
Operasi Peritonitis di Ruang Bedah RSUD Palembang BARI Tahun
2019
1.4.2 Waktu
Asuhan Keperawatan PadaTn “A” Dengan Diagnosa Post
Operasi Peritonitis di Ruang Bedah RSUD Palembang BARI Tahun
2019 dilakukan selama 2 hari dari 9 oktober 2019 sampai 10
oktober 2019, dan pengkajian dilakukan pada tanggal 9 oktober
2019.

1.5. Manfaat Penulisan


1.5.1 Bagi Mahasiswa
Mahasiswa mampu mengaplikasikan pengalaman,
pemahaman tentang bagaimana mengelola dan mencapa itujuan
asuhan keperawatan berkualitas pada situasi yang nyata

3
di

1.5.2. Bagi Institusi Pendidikan


Dapat menjadi suatu bahan kajian yang memberikan
gambaran kondisi lapangan sehingga untuk kedepannya dapat
membekali mahasiswanya dengan keterampilan yang di butuhkan
1.5.3. Bagi Institusi Rumah Sakit
Dapat menjadi wahana pertukaran informasi dengan dunia
pendidikan yang akan memberikan pencerahan tentang asuhan
keperawatan sebagai masukan bagi peningkatan mutu pelayanan
rumah sakit khususnya pelayanan keperawatan.

4
di

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Profil RSUD Palembang BARI


2.1.1 Selayang Pandang
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI merupakan
unsur penunjang pemerintah daerah dibidang pelayanan kesehatan
yang merupakan satu-satunya rumah sakit milik pemerintah kota
Palembang. Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI
terletak di jalan Panca Usaha No.1 Kelurahan 5 Ulu Kecamatan
Seberang Ulu 1 dan berdiri diatas tanah seluas 4,5 H.
Bangunan berada lebih kurang 800 meter dari jalan raya
jurusan Kertapati. Sejak tahun 2001, dibuat jalan alternatif dari
jalan Jakabaring menuju RSUD Palembang BARI dari jalan poros
Jakabaring.

2.1.2 Visi, Misi, Motto dan Tujuan


- Visi
Menjadi rumah sakit unggul, amanah, dan terpercaya di
Indonesia.
- Misi
1. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan
berorientasi pada keselamatan dan ketepatan sesuai standar
mutu berdasarkan pada etika dan profesionalisme yang
menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
2. Meningkatkan mutu manajemen sumber daya kesehatan.
3. Menjadikan RSUD Palembang BARI sebagai rumah sakit
pendidikan dan pelatihan di indonesia.
- Motto
Kesembuhan dan kepuasan pelanggan adalah kebahagian kami.
- Tujuan

5
di

1. Mengoptimal pelayanan yang efektif dan efisien sesuai


standar mutu.
2. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang menjangkau
seluruh lapisan masyarakat.
3. Menciptakan pelayanan kesehatan dan berkualitas dan mampu
bersaing di era pasar bebas.
4. Meningkatkan kemampuan SDM yang berkompeten
dibidangnya.
5. Menyelenggarakan manajemen pengelolahan rumah sakit
yang kondusif dan profesional.

2.1.3 Sejarah
2.1.3.1 Sejarah Berdirinya
1. Pada tahun 1986 sampai dengan 1994 RSUD Palembang
BARI merupakan gedung Poli Klinik/ Puskesmas Panca
Usaha.
2. Seiring dengan perkembangan sarana dan prasarana, pada
tanggal 19 Juni 1995 diresmikan menjadi RSUD Palembang
BARI dengan SK Depkes Nomor 1326/Menkes/XI/1997, dan
tanggal 10 November 1997 ditetapkan menjadi Rumah Sakit
Umum Daerah Palembang BARI Kelas C.
3. Kepmenkes RI Nomor: HK.00.06.2.2.4646 Tentang
Pemberian Status Akreditasi Penuh Tingkat Dasar kepada
RSUD Palembang BARI, tanggal 7 November 2003.
4. Kepmenkes RI Nomor: YM.01.10/I3/334/08 tentang
Pemberian Status Akreditasi Penuh Tingkat Lanjut kepada
RSUD Palembang BARI, tanggal 5 November 2008.
5. Telah ditetapkan sebagai BLUD-SKPD RSUD Palembang
BARI berdasarkan keputusan Wali Kota Palembang No.915B
Tahun 2008 tentang penetapan RSUD Palembang BARI
sebagai SKPD Palembang yang merupakan pola pengelolaan
keuangan BLUD (PPK-BLUD) secara penuh.

6
di

6. Kemudiandengan SK Depkes Nomor


241/Menkes/SK/IV/2009, tanggal 2 April 2009 ditetapkan
menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Kelas B.
7. KAKS-SERT/363/5/2012 tentang Status Akreditasi Lulus
Tingkat Lengkap kepada RSUD Palembang BARI tanggal 25
Januari 2012.
2.1.3.2 Sejarah Pemegang Jabatan Direktur
1. Tahun 1986 s/d 1994 : dr.Jane Lidia Jilahelu sebagai kepala
poliklinik/puskesmas panca usaha.
2. Tanggal 1 juli 1996 s/d juni2000 : dr.h.Eddy Zakarty Monasir.
SpOG Sebagaidirektur RSUD palembang BARI.
3. Bulan juli 2000 s/d November 2000 pelaksanaan petugas dr.H.
Dachlan Abbas S.PB
4. Bulan Desember 2000 s/d Febuari 2001 pelaksanaan petugas
dr. M.Faisal soleh. SpPD
5. Tanggal 14 november 2000 s/d Januari 2012 : dr.Hj.Indah
Puspita
6. H.A.MARS sebagai Direktur RSUD palembang BARI.
7. Bulan Febuari 2012 s/d sekarang : dr. Hj. MAKIANI
M.Kes.,MM.,MARS sebagai direktur RSUD palembang
BARI

2.1.4 Fasilitas dan Pelayanan


2.1.4.1 Fasilitas
1. Instalasi Gawat Darurat 24 Jam
2. Farmasi / Apotek 24 Jam
3. Rawat Jalan / Poliklinik
4. Rawat Inap
5. Bedah Sentral
6. Rehabilitasi Medik
7. Radiologi 24 jam
8. Laboratorium Klinik 24 Jam

7
di

9. Patologi Anatomi
10. Bank Darah
11. Hemodialisa
12. Medical Check Up
13. ECG / EEG
14. USG 4 Dimensi
15. Endoscopy
16. Kamar Jenazah
17. CT Scan 64 Slices
2.1.4.2 Pelayanan Rawat Jalan
1. Poliklinik Spesialis Penyakit Dalam
2. Poliklinik Spesialis Bedah
3. Poliklinik Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan
4. Poliklinik Spesialis Anak
5. Poliklinik Spesialis Mata
6. Poliklinik Spesialis THT
7. Poliklinik Saraf
8. Poliklinik Kulit dan Kelamin
9. Poliklinik Spesialis Jiwa
10. Poliklinik Rehabilitasi Medik
11. Poliklinik Spesialis Jantung
12. Poliklinik Spesialis Gigi
13. Poliklinik Spesialis Psikologi
14. Poliklinik Spesialis Terpadu
15. Poliklinik PKBRS
2.1.4.3 Pelayanan Raway Inap
1. Graha Eksekutif
2.1.4.4 Fasilitas Kendaraan Operasional
1. Ambulance 118
2. Ambulance Bangsal
3. Ambulance Siaga Bencana
4. Ambulance Trauma Center

8
di

5. Mobil Jenazah
2.1.4.5 Pelayanan Rawat Inap
1. Perawatan VIP dan VVIP
2. Perawatan Kelas I, II, dan III
3. erawatan Penyakit Dalam Perempuan
4. Perawatan Penyakit Dalam Laki-laki
5. Perawatan Anak
6. Perawatan Bedah
7. Perawatan ICU
8. Perawatan Kebidanan
9. Perawatan Neonatus/Nicu/Picu
2.1.4.6 Pelayanan Penunjang
1. Instalasi Laboratorium Klinik
2. Instalasi Radiologi
3. Instalasi Bedah Sentral
4. Instalasi Farmasi (Apotek)
5. Instalasi Gizi
6. Instalasi Laundry
7. Central Sterilized Suplay Departemen (CSSD)
8. Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPS RS)
9. Instalasi Pemeliharaan Kesehatan Lingkungan
10. Bank Darah
11. Kasir
12. Hemodialisa
13. Instalasi Rehabilitasi Medis

9
di

2.2 Konsep Dasar Peritonitis


2.2.3 Pengertian
Peritonitis adalah peradangan peritoneum yang merupakan

komplikasi berbahaya akibat penybaran infeksi dari organ-organ abdomen

(apendiksitis, pankreatitis, dan lain-lain) ruptur saluran cerna dan luka

tembus abdomen. (Padila, 2012). Peritonitis adalah inflamasi peritoneum

dan mungkin disebabkan oleh bakteri ( misalnya dari perforasi usus ) atau

akibat pelepasan iritan kimiawi, misalnya empedu, asam lambung, atau

enzim pancreas (Brooker, 2009). Peritonitis adalah suatu keadaan yang

mengancam jiwa yang sering bersamaan dengan kondisi bakteremia dan

sindroma sepsis. (Dahlan.M, 2004)

2.2.4 Anatomi dan Fisiologi

a. Anatomi
1) Peritoneum
Peritoneum adalah membran serosa rangkap yang terbesar di
dalam tubuh yang terdiri dari bagian utama yaitu peritoneum
parietal yang melapisi dinding rongga abdominal dan
peritoneum viseral yang meliputi semua organ yang ada
didalam rongga itu (Pearce, 2009). Peritoneum parietal yaitu

10
di

bagian peritoneum yang melapisi dinding abdomen dan


peritoneum yaitu lapisan yang menutup viscera (misalnya gaster
dan intestinum). Cavitas peritonealis adalah ruangan sebuah
potensi karena organ-organ tersusun amat berdekatan. Dalam
cavitas terdapat sedikit cairan sebagai lapisan tipis untuk
melumasi permukaan peritoneum sehingga memungkinkan
viscera abdomen bergerak satu terhadap yang ain tanpa adanya
gerakan.
Organ intraperitoneal adalah abdomen yang meliputi
peritoneum vesiceral dan organ ekstraperitoneal
(retroperitoneal) adalah vesicelera yang terletak antaran
peritoneum pariatale dan dinding abdomen dorsal (Pearce,
2009).
2) Mesinterium
Yaitu lembaran ganda peritoneum yang berawal sebagai
lanjutan peritoneum visceral pembungkus sebuah organ.
Mesenterium berisi jaringan ikat yang berisi pembuluh darah,
pembuluh limfe (Pearce, 2009).
3) Omentum
Yaitu lanjutan peritoneum visceral bilaminar yang
melintasi gaster dan bagian proksimal duadenum ke struktur lain.
Omentum terbagi menjadi 2 yaitu omentum minus dan omentum
majus, omentum minus menghubungkan curvatura minor gaster
dan bagian proksimal duodeneum dengan hepar dan ementum
mencegah melekatnya peritoneum visceral pada peritoneum
parietal yang melapisi dinding abdomen. Daya gerak omentum
majus cukup besar dan dapat bergeser – geser keseluruh cavitas
paritonealis serta membungkus organ yang meradang seperti
appendiks vermiformitis artinya omentum majus dapat
mengisolasi organ itu dan melindungi organ lain terhadap organ
yang terinfeksi (Pearce, 2009).

11
di

4) Ligamentum Peritoneal
Yaitu lembar-lembar ganda peritoneum. Hepar
dihubungkan pada dinding abdomentum ventral oleh ligamentum
falciforme dan aster dihubungkan pada permukaan kaudal
diafragma oleh ligamentum gatrophenicul lien yang melipatkan
balik pada hilum splenicum dan colon tranversum oleh
ligamentum gastroconicum. Plica peritonealis adalah peritoneum
yang terangkat dari abdomen oleh pembuluh darah, saluran, dan
pembuluh fetal yang telah mengalami oblitersi dan resucessus
peritonealis adalah sebuah kantong peritoneal yang dibentuk oleh
plica peritonealis (Pearce, 2009).

b. Fisiologi
Peritoneum adalah membran serosa rangkap yang terbesar
dalam tubuh. Peritoneum terdiri dari atas dua bagian yaitu
peritoneum parietal dan pertoneum viseral. Ruang yang terdapat di
antara dua lapisan ini disebut ruang peritoneal atau kantong
peritoneum. Banyak lipatan atau kantong yang terdapat dalam
peritoneum sebuah lipatan besar atau oementum mayor yang kaya
akan lemak bergantung di sebelah depan lambung (Pearce, 2009).
Omentum minor berjalan dari porta heparis setelah
menyelaputi hati ke bawah kurvatura minor lambung dan di sini
bercabang menyelaput lambung. Peritoneum ini kemudian berjalan
keatas dan berbelok kebelakang sebagai mesokolon ke arah
posterior abdomen dan sebagian peritoneum membentuk
mesentrium usus halus. Omentum besar dan kecil, mensenterium
sebagian besar organ-organ abdomen dan pelvis, dan membentuk
perbatasan halus (Pearce, 2009).

2.2.3 Etiologi
Penyebab peritonitis menurut Hughes, 2012 adalah :

12
di

a. Infeksi bakteri

1) Mikroorganisme berasal dari penyakit saluran

gastrointestinal.

2) Appendisitis yang meradang dan perforasi .

3) Tukak peptik (lambung/dudenum).

4) Tukak thypoid.

5) Tukan disentri amuba/ colitis

6) Tukak pada tumor

7) Salpingitis

8) Divertikulitis (radang usus)

Kuman yang paling sering ialah bakteri coli, streptokokus U dan B

hemolitik, stapilokokus aurens, enterokokus dan yang paling

berbahaya adalah clostrdiumwechii.

b. Secara langsung dari luar

1) Operasi yang tidak steril

2) Tercontaminasi talcum venetum, lycopodium, sulfonamide,

terjadi Peritonitis yang disertai pembentukan jaringan

granulomatosa sebagai respon terhadap benda asing, disebut

juga Peritonitis granulomatosa serta merupakan Peritonitis

local.

3) Trauma pada kecelakaan seperti ruptur limpa, ruptur hati

4) Melalui tuba fallopius seperti cacing enterobius

vermikularis.Terbentuk pula peritonitis granulomatos.

c. Secara hematogen sebagai komplikasi beberapa penyakit akut

13
di

seperti radang saluran pernapasan bagi atas, otitis media,

mastoiditis, glomerulonepritis.Penyebab utama adalah

streptokokus atau pnemokokus.

2.2.4 Patofisiologi

Peritonitis menyebabkan penurunan aktivikas fibrinolitik


intra abdomen (peningkatan aktivitas inhibitor aktivator
plasminogen) dan fibrin karantina dengan pembentukan adhesi
berikutnya. Produksi eksodakt fibrinosa merupakan reaksi
penting pertahanan tubuh tetapi sejumlah bakteri dapat
dikarantina dalam matriks fibrins. Matrin fibrin tersebut yang
memproteksi bakteri dari mekanisme pembersih tubuh.
(Muttaqin, 2001).

Efek utama dari fibrin mungkin berhubungan dengan


tingkat kontaminasi bakteri peritoneal. Pada study bakteri
campuran, hewan peritonitis mengalami efek sistemik
defibrinogenasi dan kontaminasi peritoneal berat menyebabkan
peritonitis berat dengan kematian dini (<48 jam) karena sangat
sepsis (Muttaqin, 2011).

Pembentukan abses merupakan strategi pertahanan tubuh


untuk mencegah penyebaran infeksi, namun proses ini dapat
menyebabkan infeksi paristen dan sepsis yang mengancam jiwa.
Awal pembentukan abses melibatkan pelepasan bakteri dan agen
potensi abses ke lingkungan yang steril. Pertahanan tubuh tidak
dapat mengeliminasi agen infeksi dan mencoba mengontrol
penyebaran melalui sistem kompartemen. Proses ini dibantu oleh
kombinasi faktor-faktor yang memiliki fitur yang umum yaitu
fagositosis. Kontaminasi transien bakteri pada peritoneal (yang
disebabkan oleh penyakit viseral primer) merupakan kondisi
umum. Resultan paparan antigen bakteri telah ditunjukan untuk
mengubah respon imun ke inokulasi peritoneal berulang. Hal ini

14
di

dapat mengakibatkan peningkatan insiden pembentukan abses,


perubahan konten bakteri, dan meningkatkan angka kematian.
Studi terbaru menunjukan bahwa infeksi nosokomial di organ
lain (pneumonea, spesies, infeksi luka) juga meningkatkan
kemungkinkan pembentukan abses abdomen berikutnya
(Muttaqin, 2011).

Faktor – faktor virulensi bakteri akan menghambat proses


fagositosis sehingga menyebabkan pembentukan abses. Faktor-
faktor ini adalah pembentukan kapsul, pembentukan fakultatif
anaerob, kemampuan adhesi, dan produksi asam suksinat. Sinergi
antara bakteri dan jamur tertentu mungkin juga memainkan peran
penting dalam merusak pertahanan tubuh. Sinergi seperti itu
mungkin terdapat antara B fagilis dan bakteri gram negatif
terutama E Coli, dimana ko-invokulasi bakteri secara signifikasi
meningkatkan perforasi dan pembentukan abses (Muttaqin,
2011).

Abses peritoneal menggambarkan pembentukan sebuah


kumpulan cairan yang terinfeksi dienkapsulasi oleh eksudat
fibrinosa, mentum, dan sebelah organ viseral. Mayoritas abses
terjadi selanjutnya pada peritonits. Sekitar setengah dari pasien
mengembangkan abses sederhan, sedangkan separuh pasien yang
lain mengembangkan sekunder abses kompleks fibrinosa dan
organisasi dari bahan abses. Pembentukan abses terjadi paling
sering didaerah subhepatik dan panggul, tetapi mungkin juga
terjadi didaerah perisplenik, kantong yang lebih kecil, dan
puteran usus kecil, serta mesenterium (Muttaqin, 2011).

Selanjutnya abses terbentuk diantara perlekatan fibrinosa,


menempel menjadi satu permukaan sekitarnya. Perlekatan
biasanya menghilang bila infeksi menghilang pula, tetapi dapat
menetap sebagai pita- pita fibrinosa. Bila bahan yang
menginfeksi terbesar luas pada perrmukaan peritoneum, maka

15
di

aktivitas motolitas usus menurun dan meningkatkan resiko ileus


peristaltik (Muttaqin, 2011).

Respon peradangan peritonitis juga menimbulkan


akumulasi cairan karena kapiler dan membran mengalami
kebocoran. Jika defisit cairan tidak dikoreksi dengan cepat dan
agresif, maka akan menyebabkan kematian sel. Pelepasan
berbagai mediator misal interleukin, dari kegagalan organ. Oleh
karena tubuh mencoba untuk mengompensasi dengan cara retensi
cairan dan elektrolit oleh ginjal, produk buangan juga ikut
menumpuk. Takikardi awalnya meningkatkan curah jantung,
tetapi kemudian akan segera terjadi badikardi begitu terjadi syok
hipovolamik (Muttaqin, 2011).

Organ – organ di dalam vakum peritoneum termasuk


dinding abdomen mengalami edema. Edema disebabkan oleh
parmeabilitas pembuluh darah kapiler organ- organ tersebut
meninggi. Pengumpulan cairan di dalam rongga peritoneum dan
lumen – lumen usus, serta edema seluruh organ intraperitoneal
dan edema dinding abdomen termasuk jaringan retroperitoneal
menyebabkan hipovolemia. Hipovolemik bertambah dengan
adanya kenaikan suhu, intake yang tidak ada, serta muntah.
Terjebaknya cairan di rongga peritoneum dan lumen usus, lebih
lanjut meningkatkan tekanan intraabdomen, membuat usaha
pernafasan penuh menjadi sulit dan menimbulkan perfusi
(Muttaqin, 2011).

2.2.5 Klasifikasi
Menurut Continuos ambulatory peritoneal dyalisis. (Padila, 2012)

1) Peritonitis Primer

Peritonitis terjadi tanpa adanya sumber infeksi dirongga peritoneum,

kuman masuk kedalam rongga peritoneum melalui aliran darah/pada

16
di

pasien perempuan melalui alat genital.

2) Peritonitis Sekunder

Terjadi bila kuman kedalam rongga peritoneum dalam jumlah yang

cukup banyak.

3) Peritonitis karena pemasangan benda asing kerongga peritoneum,

misalnya pemasangan kateter

1) Kateter ventrikula – peritoneal

2) Kateter peritoneal – jugular

2.2.6 Manifestasi klinik


Menuerut (Kowalak & Hughes, 2010) Manifestasi klinis yang

sering muncul pada pasien peritonitis adalah:

a. Distensi abdomen

a. Rigiditas abdomen

b. Nyeri tekan pada abdomen

c. Bising usus menurun bahkan hilang

d. Demam

e. Mual bahkan muntah

f. Takikardia

g. Takipnea

2.2.7 Komplikasi
Menurut (Haryono, 2012) :
1. Penumpukan cairan mengakibatkan penurunan tekanan vena sentral
yang menyebabkan gangguan elektrolit bahkan hipovolemik, syok
dan gagal ginjal.

17
di

2. Abses peritoneal
3. Cairan dapat mendorong diafragma sehingga menyebabkan
kesulitan bernafas.
4. Sepsis
Komplikasi yang dapat terjadi dari peritonitis adalah: gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit, sesak napas akibat desakan distensi
abdomen ke paru, pembentukan luka dan pembentukan abses.

2.2.8 Penatalaksanaan Medis

1. Bila peritonitis meluas dan pembedahan dikontraindikasikan karena syok


dan kegagalan sirkulasi, maka cairan oral dihindari dan diberikan cairan
vena untuk mengganti elektrolit dan kehilangan protein. Biasanya selang
usus dimasukkan melalui hidung ke dalam usus untuk mengurangi
tekanan dalam usus.

2. Bila infeksi mulai reda dan kondisi pasien membaik, drainase bedah dan
perbaikan dapat diupayakan.

3. Pembedahan mungkin dilakukan untuk mencegah peritonitis, seperti


apendiktomi. Bila perforasi tidak dicegah, intervensi pembedahan mayor
adalah insisi dan drainase terhadap abses.

Pada penatalaksanaan pasien Peritonitis penggantian cairan, koloid


dan elektrolit adalah fokus utama. Analgesik diberikan untuk mengatasi
nyeri antiemetik dapat diberikan sebagai terapi untuk mual dan muntah.
Terapi oksigen dengan kanul nasal atau masker akan meningkatkan
oksigenasi secara adekuat, tetapi kadang-kadang intubasi jalan napas dan
bentuk ventilasi diperlukan. Terapi medikamentosa nonoperatif dengan
terapi antibiotik, terapi hemodinamik untuk paru dan ginjal, terapi nutrisi
dan metabolik dan terapi modulasi respon peradangan.

18
di

19
di

2.3 Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
Pengkajian tahap pertama dari proses keperawatan, dimana data
dikumpulkan. Dalam proses asuhan keperawatan, pengkajian merupakan
dasar utama dan penting dilakukan oleh perawat. Hasil pengkajian yang
dilakukan perawat dikumpulkan dalam bentuk data. Adapun metode yang
dilakukan dalam pengkajian ; wawancara, pemeriksaan (fisik,
laboratorium, rontgen), observasi, konsultasi.
a) Riwayat Kesehatan:

1) Keluhan Utama

Keluhan utama adalah keluhan atau gejala apa yang

menyebabkan pasien berobat atau keluhan saat awal dilakukan

pengkajian pertama kali masuk rumah sakit. Pada klien dengan

peritonitis biasanya mengeluh nyeri dibagian perut sebelah

kanan.

2) Riwayat kesehatan Sekarang

Riwayat kesehatan sekarang adalah menggambarkan riwayat

kesehatan saat ini. Pada klien dengan peritonitis umumnya

mengalami nyeri tekan di bagian perut sebelah kanan dan

menjalar ke pinggang.demam, mual, muntah, bising usus

menurun bahkan hilang, takikardi, takipnea.

b) Riwayat Kesehatan Dahulu

Riwayat kesehatan dahulu adalah riwayat penyakit yang merupakan

predisposisi terjadinya penyakit saat ini. Pada klien dengan

20
di

peritonitis mempunayai riwayat ruptur saluran cerna, komplikasi

post operasi, operasi yang tidak steril dan akibat pembedahan,

trauma pada kecelakaan seperti ruptur limpa dan ruptur hati.

c) Pada penulisan ini menggunakan pendekaatan pola fungsi kesehatan

menurut Gordon:

1. Pola Persepsi Kesehatan atau Menejemen Kesehatan

Menggambarkan persepsi klien terhadap keluhan apa yang

dialami klien, dan tindakan apa yang dilakukan sebelum masuk

rumah sakit. Pada klien dengan peritonitis mengeluh nyeri berat

dibagian perut sebelah kanan dan menjalar ke pinggang dan

umumnya telah dilakukan tindakan dengan obat anti-nyeri.

2. Pola Nutrisi-Metabolik

Menggambarkan asupan nutrisi, cairan dan elektrolit, kondisi

kulit dan rambut, nafsu makan, diet khusus/suplemen yang

dikonsumsi, instruksi diet sebelumnya, jumlah makan atau

minum serta cairan yang masuk, ada tidaknya mual, muntah,

kekeringan, kebutuhan jumlah zat gizinya, dan lain-lain. Pada

pasien peritonitis klien akan mengalami mual. Vomit dapat

muncul akibat proses patologis organ visceral (seperti obstruksi)

atau secara sekunder akibat iritasi peritoneal, selain itu terjadi

distensi abdomen, bising usus menurun, dan gerakan peristaltic

usus turun (<12x/menit). Diet yang diberikan berupa makanan

21
di

cair seperti bubur saring dan diberikan melalui NGT.

3. Pola Eliminasi

Pada pola eliminasi menggambarkan eliminasi pengeluaran

sistem pencernaan, perkemihan, integumen, dan pernafasan.

Pada klien dengan peritonitis terjadi penurunan produksi urin,

ketidakmampuan defekasi, turgor kulit menurun akibat

kekurangan volume cairan, takipnea, .

4. Pola Kognitif Perseptual

Menggambarkan kemampuan proses berpikir klien, memori,

tingkat kesadaran, dan kemampuan mendengar, melihat,

merasakan, meraba, dan mencium, serta sensori nyeri. Pada

klien dengan peritonitis tidak mengalami gangguan pada otak

namun hanya mengalami penurunan kesadaran, adanya nyeri

tekan pada abdomen.

5. Pola Aktivitas/Latihan

Menggambarkan tingkat kemampuan aktivitas dan latihan,

selain itu, fungsi respirasi dan fungsi sirkulasi. Pada klien

dengan peritonitis mengalami letih, sulit berjalan.Kemampuan

pergerakan sendi terbatas, kekuatan otot mengalami kelelahan.

Pola nafas iregular (RR> 20x/menit), klien mengalami

takikardi, akral : dingin, basah, dan pucat.

6. Pola Istirahat dan Tidur

Pola istirahat tidur menggambarkan kemampuan pasien

mempertahankan waktu istirahat tidur serta kesulitan yang

22
di

dialami saat istirahat tidur. Pada klien dengan peritonitis

didapati mengalami kesulitan tidur karena nyeri.

7. Pola Nilai dan Kepercayaan

Pola nilai dan kepercayaan menggambarkan pantangan dalam

agama selama sakit serta kebutuhan adanya kerohanian dan

lain-lain. Pengaruh latar belakang sosial, faktor budaya,

larangan agama mempengaruhi sikap tentang penyakit yang

sedang dialaminya.Adakah ganggauan dalam peaksanaan

ibadah sehari-hari.

8. Pola Peran dan Hubungan Interpersonal

Pola peran dan hubungan menggambarkan status pekerjaan,

kemampuan bekerja, hubungan dengan klien atau keluarga, dan

gangguan terhadap peran yang dilakukan. Adanya kondisi

kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan interpersonaldan

mengalami hambatan dalam menjalankan perannya selama

sakit.

9. Pola Persepsi atau Konsep Diri

Pola persepsi menggambarkan tentang dirinya dari masalah-

masalah yang adaseperti perasaan kecemasan, kekuatan atau

penilaian terhadap diri mulai dari peran, ideal diri, konsep diri,

gambaran diri, dan identitas tentang dirinya. Pada klien dengan

peritonitis terjadi perubahan emosional

10. Pola Koping/Toleransi Stres

23
di

Pola koping/toleransi stres menggambarkan kemampuan untuk

menangani stres dan penggunaan sistem pendukung. Pada klien

engan peritonitis di dapati tingkat kecemasan pada tingkat berat

11. Pola Reproduksi dan Seksual

Pola reproduksi dan seksual menggambarkan periode

menstruasi terakhir, masalah menstruasi, masalah pap smear,

pemerikasaan payudara/testis sendiri tiap bulan, dan masalah

seksual yang berhubungan dengan penyakit. Pada pola ini, pada

wanita berhubungan dengan kehamilan, jumlah anak,

menstruasi, pernah terjangkit penyakit menular sehingga

menghindari aktivitas seksual. Pada pasien yang telah atau

sudah menikah akan terjadi perubahan.

d) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada klien Peritonitis:

a. Kesadaran dan Keadaan Umum Klien

Keadaan umum ini dapat meliputi kesan keadaan sakit

termasuk ekspresi wajah dan posisi pasien, kesadaran yang

dapat meliputi penilaian secara kualitatis seperti kompos

mentis, apatis, somnolen, spoor, koma dan delirium, dan

status gizinya, GCS (Glasow Coma Skala).

b. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium

(1) Complete Blood Count (CBC), umumnya pasien dengan

24
di

infeksi intra abdomen menunjukan adanya luokositosis.

(2) Cairan peritoneal

(3) Urinalisis untuk mengetahui adanya penyakit pada saluran

kemih

Pemeriksaan Radiologi

(1) Foto polos abdomen memperlihatkan distensi disertai

edema dan pembentukan gas dalam usus

(2) USG

(3) Foto rontgen abdomen memperlihatkan distensi disertai

edema dan pembentukan gas dalam usus halus dan usus

besar atau pada kasus perforasi organ viceral.Foto tersebut

menunjukan udara bebas dibawah diafragma. Foto rontgen

toraks dapat memperlihatkan diafragma

B. Diagnosa Keperawatan

Dignosa kepeawatan adalah penilaian klinis mengenai


pengalaman/respon individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah
kesehatan yang aktual atau potensial/proses hidup. (Herdman, 2013).
Diagnosa yang muncul pada pasien dengan kasus peritonitis berdasarkan
rumusan diagnosa keperawatan menurut NANDA (2006) antara lain:

a. Pre Operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit.
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual,muntah, anoreksia.
3) Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan.
4) Konstipasi berhubungan dengan distensi abdomen.
5) Resiko infeksi berhubungan dengan kemungkinan ruptur.
b. Post Operasi

25
di

1) Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik


2) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan
cairan yang tidak adekuat.
3) Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
C. Intervensi Keperawatan

Intervensi menurut Mc.Closkey (1996) Nursing Intervention


Classsification (NIC), dan hasil yang diharapkan menurut Johnson (2000)
Nursing Outcome Classification ( NOC) , antara lain :

1. Pre Operasi

Diagnosa 1 Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri dapat
berkurang atau hilang.
NOC : Level nyeri, kriteria hasil:
1. Nyeri berkurang
2. Ekspresi nyeri lisan atau pada wajah
3. Kegelisahan atau keteganganotot
4. Mempertahankan tingkat nyeri pada skala 0-10.
5. Menunjukkan teknik relaksasi yang efektif untuk mencapai
kenyamanan.
NIC : Penatalaksanaan nyeri
1. Lakukan pengkajian nyeri, secara komprhensif meliputi lokasi,
keparahan, factor presipitasinya
2. Observasi ketidaknyamanan non verbal
3. Gunakan pendekatan yang positif terhadap pasien, hadir dekat
pasien untuk memenuhi kebutuhan rasa nyamannya dengan cara:
masase, perubahan posisi, berikan perawatan yang tidak terburu-
buru
4. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon
pasien terhadap ketidaknyamanan
5. Anjurkan pasien untuk istirahat

26
di

6. Libatkan keluarga dalam pengendalian nyeri pada anak.


7. Kolaborasi medis dalam pemberian analgesic.

Diagnosa 2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan mual,muntah, anoreksia.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nutrisi pasien
adekuat.
NOC : Status Gizi, kriteria hasil:
1. Mempertahankan berat badan.
2. Toleransi terhadap diet yang dianjurkan.
3. Menunjukan tingkat keadekuatan tingkat energi.
4. Turgor kulit baik.
NIC : Pengelolaan Nutrisi
1. Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
2. Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan.
3. Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan
bagaimana memenuhinya.
4. Minimalkan faktor yang dapat menimbulkan mual dan muntah.
5. pertahankan higiene mulut sebelum dan sesudah makan.

Diagnosa 3 Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan suhu tubuh
kembali normal 370 C
NOC : Thermoregulation,kriteria hasil:
1. Suhu kulit dalam rentang yang diharapkan
2. Suhu tubuh dalam batas normal
3. Nadi dan pernapasan dalam rentang yang diharapkan
4. Perubahan warna kulit tidak ada
NIC : Fever Treatment
1. Pantau suhu minimal setiap dua jam, sesuai dengan kebutuhan
2. Pantau warna kulit dan suhu

27
di

4. Lepaskan pakaian yang berlebihan dan tutupi pasien dengan hanya


selembar pakaian.
4. Berikan cairan intravena

Diagnosa 4 Konstipasi berhubungan dengan pola makan yang buruk.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan konstipasi
teratasi.
NOC : Eliminasi defekasi, kriteria hasil:
1. Pola eliminasi dalam rentang yang diharapkan
2. Mengeluarkan feses tanpa bantuan.
3. Mengingesti cairan dan serat dengan adekuat.
NIC : Penatalaksanaan defekasi
1. Pantau pergerakan defekasi meliputi frekuensi, konsistensi,bentuk,
volume, dan warna yang tepat.
2. Perhatikan masalah defekasi yang telah ada sebelumnya, rutinitas
defekasi dan penggunaan laksatif.
3. Instruksikan pada pasien dan keluarga tentang diet, asupan
cairan,aktivitas dan latihan.
4. Awali konferensi keperawatan dengan melibatkan pasien dan
keluarga untuk mendorong perilaku positif yaitu perubahan diet.
5. Beri umpan balik positif untuk pasien saat terjadi perubahan
tingkah laku.

Diagnosa 5 Resiko infeksi berhubungan dengan kemungkinan ruptur.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien bebas
dari gejala peritonitis.
NOC : Pengendalian Resiko, kriteria hasil:
1. Terbebas dari tanda dan gejala peritonitis.
2. Mengindikasikan status gastrointestinal, pernafasan,genitourinaria,
dan imun dalam batas normal.

28
di

3. Menunjukan gejala dan tanda infeksi dan mengikuti prosedur dan


pemantauan.
NIC : Pengendalian Infeksi
1. Pantau TTV dengan ketat, khususnya adanya peningkatan
frekuensi jantung dan suhu serta pernafasan yang cepat dan
dangkal untuk mendeteksi rupturnya apendiks.
2. Observasi adanya tanda-tanda lain peritonitis ( misal hilangnya
nyeri secara tiba-tiba pada saat terjadi perforasi diikuti dengan
peningkatan nyeri yang menyebar dan kaku abdomen, distensi
abdomen, kembung, sendawa karena akumulasi udara, pucat,
menggigil, peka rangsang untuk menentukan tindakan yang tepat.
3. Hindari pemberian laksatif,karena dapat merangsang motilitas
usus dan meningkatkan resiko perforasi.
4. Pantau jumlah SDP sebagai indikator infeksi.
5. Lindungi pasien dari kontaminasi silang.

2. Post Operasi
Diagnosa 1 Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri dapat
berkurang atau hilang.
NOC : Level nyeri, kriteria hasil:
1. Nyeri berkurang
2. Ekspresi nyeri lisan atau pada wajah
3. Mempertahankan tingkat nyeri pada skala 0-10.
4. Menunjukkan teknik relaksasi yang efektif untuk mencapai
kenyamanan.
NIC: Penatalaksanaan nyeri
1. Lakukan pengkajian nyeri, secara komprhensif meliputi lokasi,
keparahan.
2. Observasi ketidaknyamanan non verbal
3. Gunakan pendekatan yang positif terhadap pasien, hadir dekat
pasien untuk memenuhi kebutuhan rasa nyamannya dengan cara:

29
di

masase, perubahan posisi, berikan perawatan yang tidak terburu-


buru
4. Kendalikan factor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon
pasien terhadap ketidaknyamanan
5. Anjurkan pasien untuk istirahat dan menggunakan tenkik relaksai
saat nyeri.
7. Kolaborasi medis dalam pemberian analgesic.

Diagnosa 2 Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan


cairan yang tidak adekuat.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keseimbangan
cairan pasien normal dan dapat mempertahankan hidrasi yang
adekuat.
NOC : Fluid balance, kriteria hasil:
1. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine
normal, HT normal
2. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas, turgor kulit, membran
mukosa lembab,
4. Tidak ada rasa haus yang berlebihan
NIC : Fluid Management
1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
2. Monitor vital sign dan status hidrasi
3. Monitor status nutrisi
4. Awasi nilai laboratorium, seperti Hb/Ht, Na+ albumin dan waktu
pembekuan.
5. Kolaborasikan pemberian cairan intravena sesuai terapi.
6. Atur kemungkinan transfusi darah.

Diagnosa 3 Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.


Tujuan : Setelah dilakuakan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi
infeksi pada luka bedah.

30
di

NOC : Pengendalian Resiko, kriteria hasil:


1. Bebas dari tanda dan gejala infeksi.
2. Higiene pribadi yang adekuat.
3. Mengikuti prosedur dan pemantauan.
NIC: Pengendalian Infeksi
1. Pantau tanda dan gejala infeksi( suhu, denyut jantung, penampilan
luka).
2. Amati penampilan praktek higiene pribadi untuk perlindungan
terhadap infeksi.
3. Instruksikan untuk menjaga higiene pribadi untuk melindungi
tubuh terhadap infeksi.
4. Lindungi pasien terhadap kontaminasi silang dengan pemakaian
set ganti balut yang steril.
5. Bersihkan lingkungan dengan benar setelah.

Diagnosa 4 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan diharapkan pasien dapat beraktivitas
tanpa mengalami kelemahan.
NOC : Konservasi energi, kriteria hasil:
1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan
tekanan darah, nadi, dan RR
2. Mampu melakukan aktivitas secara mandiri.
NIC : Management Energi
1. Tirah baring pada pasien dan bantu segala aktivitas sehari-hari,
atur periode istirahat dan aktivitas
2. Monitor terhadap tingkat kemampuan aktivitas, hindari aktivitas
yang berlebihan
3. Tingkatkan aktivitas sesuai dengan toleransi
4. Monitor kadar enzim serum untuk mengkaji kemampuan aktivitas
5. Monitor tanda-tanda vital dan atur perubahan posisi.
6. Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat.
D. Implementasi Keperawatan

31
di

Merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana


keperawatan dilaksanakan : melaksanakan intervensi/aktivitas yang
telah ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan
intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan
pasien. (NANDA, 2008)
Pelaksanaan keperawatan/implementasi harus sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan sebelumnya dan pelaksanaan ini disesuaikan
dengan masalah yang terjadi. Dalam pelaksanaan keperawatan ada 4
tindakan yang dilakukan yaitu :
a. Tindakan mandiri
b. Tindakan observasi
c. Tindakan health education
d. Tindakan kolaborasi
E. Evaluasi

Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian


ulang rencana keperawatan. Evaluasi bertujuan untuk menentukan
kemampuan pasien dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan dan
menilai aktifitas rencana keperawatan dan strategi asuhan keperawatan. Hal-
hal yang perlu dievaluasi antara lain :

1. Apakah asuhan keperawatan tersebut efektif.


2. Apakah tujuan keperawatan dapat dicapai pada tingkat tertentu.
3. Apakah perubahan pasien seperti yang diharapkan.
4. Strategi keperawatan manakah yang efektif.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam evaluasi adalah :
a. Mengumpulkan data perkembangan pasien.
b. Menafsirkan (menginterprestasikan) perkembangan pasien.
c. Membandingkan keadaan sebelum dan sesudah dilakukan
tindakan, dengan menggunakan kriteria pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan.
d. Mengukur dan membandingkan perkembangan pasien dengan
standar normal yang berlaku.

32
di

Ada tiga simpulan dalam menafsirkan hasil evaluasi, yaitu :


a. Tujuan tercapai
b. Tujuan tercapai sebagian
c. Tujuan sama sekali tidak tercapai
Penilaian tentang perkembangan pasien dibuat me lalui
observasi, interaksi dan pemeriksaan oleh tenaga keperawatan, pasien
dan keluarga dan anggota tim kesehatan lainnya. Apakah kemajuan
tidak tercapai sesuai dengan tujuan, tenaga keperawatan mengkaji
ulang dan memperbaiki rencana keperawatan. Evaluasi kemajuan
pasien dapat juga menunjukkan masalah sarana yang perlu dikaji dan
direncanakan kembali.
Evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan, namun
tidak berhenti sampai disini. Evaluasi hanya menunjukkan masalah
mana yang telah dapat dipecahkan dan masalah mana yang perlu dikaji
ulang, direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi kembali. Jadi, proses
keperawatan merupakan siklus yang dinamis dan berkelanjutan
(Suarli, 2012).
Istilah SOAP yang sering digunakan dalam evaluasi tersebut
memilki pengertian sebagai berikut :
S Subjektif : Keluhan-keluhan pasien (apa yang dikatakan pasien)

O Objektif : Apa yang dilihat, dicium, diraba dan diukur oleh perawat

A Assesment : Kesimpulan perawat tentang kondisi pasien

Plan of care : Rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi


P
masalah pasien

33
di

2.3 Konsep Skin Test

2.3.3 Pengertian

Menurut Wong (2013), Skin test merupakan suatu tindakan pengujian


yang dilakukan pada kulit untuk mengidentifikasi substansi alergi (alergen) yang
menjadi pemicu timbulnya reaksi alergi. Injeksi intracutan (IC) merupakan
memasukkan obat berbentuk cairan kedalam jaringan kulit dermis atau epidermis
menggunakan jarum suntik. biasanya dilakukan di bagian atas lengan bawah.

2.3.4 Tujuan
Menurut Aryani dan Ratna 2009, adapun tujuannya sebagai berikut :

1. Membantu dalam menentukan diagnosa suatu penyakit seperti tuberculin


test.

2. Mendapat reaksi setempat untuk alergi pada obat - obatan tertentu

3. Menghindari dampak obat sebelum diberikan

4. Mendapat / menambah kekebalan tubuh imunisasi / vaksinasi

2.3.5 Indikasi

1. Pasien yang membutuhkan tes alergi (mantoux)

34
di

2. Pasien yang akan melakukan imunisasi atau vaksinasi

3. Menegakkan diagnosa penyakit

2.3.6 Kontra Indikasi

1. Adanya infeksi kulit

2. Mengalami luka bakar

3. Telah mendapat skin test

2.3.7 Prosedur Pelaksanaan Intracutan (IC)


Persiapan Alat:

1. Buku daftar pemberian obat pasien

2. Handscoon atau sarung tangan steril disposible

3. Spuit insulin 1 ml dengan ukuran 2,5 - 2,7dengan panjang jarum 1/4 -


5/8 inci

4. Bak instrumen

5. Bengkok

6. Kom kecil

7. Kapas alkohol atau desinfektan yang bukan alergen

8. Obat dalam vial atau ampul

9. Pena atau alat tulis

Persiapan klien :

1) Perkenalkan diri dan lakukan validasi nama pasien.


2) Identifkasi pasien dengan prinsip 5 B : benar obat, benar dosis, benar
pasien, cara pemberian dan waktu.
3) Kaji riwayat alergi

35
di

4) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan


5) Pasang sampiran atau jaga privaci pasien
6) Atur posisi pasien senyaman mungkin

Prosedur tindakan :
1. Cuci tangan

2. Identifkasi pasien dengan prinsip 5 B : benar obat, benar dosis,


benar pasien, cara pemberian dan waktu.

3. Pasang handscoon

4. Hisap obat yang akan diberikan dari dalam ampul atau vial ke dalam
spuit yang telah tersedia sesuai kebutuhan

5. Tentukan lokasi yang akan diinjeksi, dilengan bawah : bagian depan


lengan bawah sepertiga dari lekukan siku pada kulit yang sehat, jauh
dari pembuluh darah untuk mantoux, dan lengan atas : tiga jari
dibawah sendi bahu ditengah - tengah daerah muskulus deltoideus
untuk BCG.

6. Bersihkan area penusukan dengan kapas alkohol atau dengan


desinfektan non alergen dengan cara sirkulen dari arah dalam keluar.

7. Pegang kapas alkohol atau desinfektan non alergen dengan tangan


non dominan

8. Buka tutup jarum dengan ujung jarum menghadap keatas tusukkan


jarum injeksi dengan sudut 15 - 20 derajat terhadap permukaan kulit

9. Masukkan obat secara perlahan

10. Cabut jarum sesuai dengan sudut masuknya, tidak dilakukan


pengurutan

36
di

11. Buat lingkaran pada gelembung hasil injeksi dengan menggunakan


alat tulis dengan diameter 5cm.

12. observasi kulit terhadap reaksi kemerahan dan bengkak, atau reaksi
sistemik (10 - 15 menit)

13. Kembalikan posisi klien

14. Bereskan alat

15. Lepaskan handscoon

16. Cuci tangan

Terminasi

17. Evaluasi pelaksanaan prosedur

18. Catat tindakan dan hasil tindakan dalam catatan keperawatan

19. Lihat reaksi obat dalam waktu 10 - 15 menit

20. Catat reaksi obat setelah dievaluasi

37
di

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada hari Rabu, tanggal 09Oktober 2019


pada pukul 09.30 WIB di ruang perawatan bedah RSUD Bari Palembang
dengan teknik wawancara, obervasi, pemeriksaan fisik, dan dokumentasi.

I. Identitas Klien
Nama (inisial) : Tn. A
Tgl MRS : 09-10-2019
TTL,umur : Palembang, 14/11/1963 (55th)
Sumber Informasi : Anak Kandung
Jenis Kelamin : Perempuan √ Laki-laki
Alamat : Seberang Ulu I Kota Palembang
Agama : Islam
Suku /bangsa : Melayu/Indonesia
Pendidikan : SD SMP √ SMA PT
Pekerjaan : PNS ABRI/POLRI Buruh √ Tidak
Bekerja
No. Reg : 581661
Tgl. Operasi : 09/10/2019 pukul 10.00 WIB
Diagnosa : Post op laparatomi dengan peritonitis

Keluarga terdekat yang dapat dihubungi segera (orang


tua/wali/suami/istri/dll)
Nama : Ny. R

38
di

Umur : 50 Tahun
Pendidikan : √ SD SMP SMA PT
Pekerjaan : PNS ABRI/POLRI Pensiunan
A
√ Wiraswasta Tani A Buruh lA
Alamat : Seberang Ulu I Kota Palemang
l al
a a
m
II. Status Kesehatan saat ini m am
1. Alasan kunjungan : Pada saat melakukan pengkajian
a klien tabaru selesai
operasi tampak balutan luka operasi pada perut kanan
t bawah.
t
2. Keluhan utama : nyeri pada area operasi
3. Faktor pencetus : Makanan pedas dan makanan mie
4. Lamanya : 2 tahun :
5. Timbulnya keluhan : √ Bertahap Mendadak
: :
6. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya S

Sendiri :- S eS
e be
Orang lain : Keluarga (Istri)
b eb

6. Diagnosa Medis : laparatomi peritonitis e re


r ar
7. Tanda-tanda vital
a na
Tekanan darah : 140/90 mmHg n gn
g g
Denyut Nadi : 90 x/m
U
Pernapasan : 21 x/m U lU
l ul
Suhu Tubuh : 36,2 ℃
u u

III. Riwayat Kesehatan yang lalu I


1. Penyakit yang pernah dialami I I
K
Kanan-kanan : pernah usia 8 tahun
K oK
Kecelakaan :- o to
t at
a a
P 39

P aP
a la
di

Pernah dirawat : Penyakit : - waktu/lama : - /

Operasi :-

2. Alergi :-
3. Imunisasi :-
4. Kebiasaan : √ Merokok Kopi Alkohol
5. Obat-obatan

Sendiri : Jenis : - , lamanya :

Orang lain : Jenis : - , lamanya :

6. Pola Nutrisi

Frekuensi makan : 3x/hari

Berat Badan (BB) : 50 kg

Tinggi Badan (TB) : 160 cm

Jenis Makanan : Nasi + laok Paok + sayuran

Nafsu makan : Baik


Sedang, alasan; mual/muntah/sariawan
√ kurang, alasan; mual/muntah/sariawan

Perubahan BB 3 bulan terakhir : Tetap


Bertambah kg
√ Berkurang 5 kg

7. Pola Eliminasi
a. Buang Air Besar
Frekuensi : 2 x/hari pengg.pencahar : Ya √
Tidak
Waktu : √ Pag i √ Sore Malam
Warna : √ Kuning Hitam Abu-Abu Normal
Konsistensi : Keras √ Lunak Lembek Cair

40
di

b. Buang Air Kecil

Frekuensi : 5 x/hari
Warna : √ Kuning/jernih Coklat Coklat Tua
Putih Merah lain-lain, sebutkan ....

8. Pola tidur dan istirahat


a. Waktu tidur (jam) :22.00 WIB
b. Lama tidur (jam) : 3 Jam
c. Kebiasaan pengantar tidur : Dipaksa/di ocehkan oleh seorang
istri
d. Kesulitan dalam hal tidur : Menjelang tidur
√ Sering/mudah terbangun
Merasa tidak puas setelah bangu
tidur
9. Pola aktivitas dan latihan
a. Kegiatan dalam pekerjaan : Klien tidak bekerja
b. Olahraga : Klien malas untuk
beraktivitas/olahraga
c. Kegiatan dalam waktu luang : Jenis, sebutkan -
frekuensi : -
d. Kesulitan/keluhan dalam hal : √ Pergerakan tubuh
Bersolek
Berhajat
Sesak napas setelah
mengadakan aktifitas
Mudah merasa kelelahan
10. Pola Bekerja
a. Jenis pekerjaan : PNS ABRI/POLRI
Pensiunan Wiraswata Tani √ Buruh Belum kerja
b. Jumlah jam kerja : - jam/24jam

41
di

c. Jadwal kerja : Reguler Shift √ Tidak


bekerja
d. Lain- lain, sebutkan :-

IV. Riwayat Keluarga


Genogram

Keterangan: Laki- laki

Perempuan

Meninggal

Pasien

V. Aspek Psikososial
1. Pola pikir dan persepsi
a. Alat bantu yang digunakan : Kacamata
Alat bantu pendengaran
b. Kesulitan yang dialami : √ Sering pusing

42
di

√ Menurunnya sensitifitas
terhadap sakit
Menurunnya sensitifitas
terhadap panas/ dingin
Membaca/ menulis
2. Persepsi Diri
a. Hal yang sangat dipikirkan saat ini : ingin cepat pulang
b. Harapan setelah menjalani perawatan : bisa berjalan dengan
seperti biasanya.
c. Perubahan yang dirasa setelah sakit : kondisi sudah
membaik
3. Suasana hati : baik
4. Hubungan/ komunikasi Bahasa utama : bahasa indonesia
Bahasa daerah : bahasa palembang
a. Bicara : Jelas Relevan
Mampu mengekspresikan
√ Mampu mengerti orang lain
b. Tempat tinggal : √Sendiri
Bersama orang lain, yaitu
c. Kehidupan keluarga : Adat istiadat yang dianut : Palembang
Pembuatan keputusan dalam keluarga : Kepala keluarga
Pola komunikasi : baik
Keuangan : √ Memadai Kurang
5. Pertahanan koping
a. Pengambilan keputusan : √ Sendiri
Dibantu orang lain, sebutkan
b. Yang disukai tentang diri sendiri : suka di dalam kama
c. Yang ingin dirubah dari kehidupan : ingin menjadikan
kepribadian yang lebih baik
d. Yang dilakukan jika stress : Pemecahan masalah
Makan
√ Tidur

43
di

Makan obat
e. Yang dilakukan perawat agar anda nyaman dan aman :
melakukan observasi terhadap perawatan dirinya.

6. Sistem Nilai - Kepercayaan


a. Siapa atau apa sumber kekuatan : Tuhan
b. Apakah Tuhan, Agama, Kepercayaan : √ Ya Tidak
c. Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan (macam
dan frekuensi), sebutkan sembayang
d. Kegiatan agama atau kepercayaan yang ingin dilakukan
selama di Rumah Sakit, sebutkan tidak melakukan kegiatan
apapun.

VI. Pengkajian Fisik


1. Kepala : Bentuk : Normocephal
Keluhan yang berhubungan : √ Pusing
Sakit kepala
2. Mata : Ukuran pupi : 2 mm √ Isokor Unisokor
Reaksi terhadap cahaya : langsung
Bentuk : sipit
Konjungtila : pucat
Fungsi penglihatan : √ Baik Kabur
3. Hidung : Reaksi alergi :-
Cara mengatasinya :-
Pernah mengalami flu : pernah
Bagaimana frekuensi per tahun : 2-3x
Perdarahan : -
4. Mulut dan gigi : Gigi : Normal, Tidak lengkap
Kesulitan/ gg.berbicara : iya
Kesulitan menelan : iya
Pemeriksaan gigi terakhir : tidak ada
5. Pernapasan : Suara napas : Wheezing Ronchibasah

44
di

Ronchikering √ Bebas
Frekuensi : 24 x/m
Pola napas : Normal
Batuk : √ Ya Tidak
Dispnea: Ya √ Tidak
Nyeri : √ Ya Tidak
Kemampuan melakukan aktifitas : pasien tidak
mampu melakukan aktivitas.
Batuk darah : Ya √ Tidak
Sianosis : iya
6. Kardiovaskuler dan Sirkulasi : Nadi perifer : 90 x/menit
Capillary Refill (CR) : < 2
Distensi vena jugularis : Normal
Suara jantung : Normal
Irama jantung (monitor) : Normal
Nyeri : - Edema :-
Palpitasi :- Baal : -
Perubahan warna (kulit, kuku, bibir)
: Normal
Clubbing : -
Keadaan ekstrimitas : Akral teraba
hangat
7. Nutrisi: Jenis diet : BB (Bubur Biasa)
Napsu makan : Baik √ Kurang
Rasa mual : Tidak √ Ya
Muntah : Ya √ Tidak
Intake: cairan, jenis :RL jumlah : 300 cc
8. Eliminas
Buang Air Besar: Penggunaan laxantif: Ya √ Tidak
Colostomy : -
Ileostomy : -
Konstipasi : -

45
di

Diare : -
Buang Air Kecil: Inkontinensia: Ya √ Tidak
Infeksi : -
Hamaturia : √ Ya Tidak
Kateter: Ya, sebutkan √ Tidak
Urin – Output : 700 cc
9. Reproduksi : Kehamilan :-
Buah dada : Normal
Perdarahan :-
Pemeriksaan pap smear terakhir :-
Hasil :-
Keputihan :-
Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari) : -
Prostat : -
Penggunaan Kateter : -
10. Persarafan : Tingkat Kesadaran : CM GCS : 15 E;4, V;5 M;6
Orientasi : baik
Riwayat epilepsi / kejang / parkison : -
Refleks : langsung (+)
Kekuatan menggenggam : Sedang
Pergerakan ekstrimitas : sedang
11. Pernapasan : Nyeri : iya pada daerah ulu hati
Kekakuan : -
12. Kulit : Warna : Normal
Integritas : sedang
Turgor : baik

46
di

3.2 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium tanggal 9 Oktober 2019

Hematologi dan
No. Hasil
Kimia darah
1. Hemoglobin 14,8
2. Eritrosit -
3. Leukosit 14,1
4. Trombosit 286
5. Hematokrit 44
6. Hitungjenis
-Basofil 0
-Eosinofil 1
-Batang 2
-Segmen 85
-Limfosit 8
-Monosit 4
7. Golongan darah
-ABO group (type) in blood B
-Rh (type) +/positif
8. Glukosa darah sewaktu 67

47
di

3.3 TERAPI YANG DIBERIKAN

NO OBAT DOSIS GOLONGAN INDIKASI KONTRAINDIKASI

Mencegah dan
mencegah Hipersensitif terhadap
Injeksi Antibiotik
1 2x1 vial (1 g) infeksi yang antibiotik cephalosporin
Ceftriaxone sefalosporin
disebabkan dan Neonatus
oleh bakteri

Mengatasi
penyakit
infeksi
menular Alergi terhadap
Infus seksual, metronidazole lainnya,
2 3x500 mg Antibiotik
Metronidazole mengatasi Kehamilan trisemester
penyakit pertama
bakteri parasit
amoeba
seperti diare.

48
di

3.4 Analisis Data


No Symptom Etiologi Problem

1 Ds: Peritonitis Nyeri

- Klien mengatakan nyeri


di daerah operasi

Do: Pre Operasi

- Nampak balutan luka



operasi di perut kanan
bawah Pembedahan/laparatomy

- Ekspresi wajah tampak


meringis menahan sakit,

skala nyeri 4
Nyeri
- Klien tampak lemas

- Klien tampak gelisah

TD : 130/90 mmHg

N : 92 x/m

RR : 24 x/m

S : 36 ℃

49
di

2 Ds: Peritonitis Resiko


Kekurangan
- Klien mengatakan mual
↓ volume cairan
dan sering muntah

Do: Post Operasi

- Klien terpasang NGT (untuk ↓


mencegah distensi abdomen)
Pembatasan Pasca Operasi
- Klien puasa selama 3 hari
post operasi (puasa selama 3 hari)

- Klien nampak pucat

- Klien tampak lemas

- Mukosa bibir kering

TD : 110/80 mmHg

N : 92 x/m

RR : 24 x/m

S : 36 ℃

3 Ds: Peritonitis Intoleransi


Aktivitas
- Klien mengeluh lemas

Do:
Post Operasi
- Klien tampak bedrest

- Keadaan umum lemah ↓


- Aktivitas klien masih Kelemahan Fisik
dibantu penuh keluarga

TD : 110/80 mmHg

50
di

N : 92 x/m

RR : 24 x/m

S : 36 ℃

1. Daftar masalah keperawatan :


1) Nyeri
2) Resiko devisit kekurangan cairan
3) Intoleransi Aktivitas
2. Prioritas Masalah Keperawatan :
1) Nyeri
2) Resiko devisit kekurangan cairan
3) Intoleransi Aktivitas
3. Diagnosis Keperawatan :
1) Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik
2) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan
cairan yang tidak adekuat.
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

51
di

3.5 Daftar Rumusan Masalah

Nama pasien : Tn. A

No.RM : 581661

Ruang Rawat : Bedah

RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA TUJUAN
NO
KEPERAWATAN & INTERVENSI
KRITERI HASIL
1 Nyeri berhubungan dengan NOC : NIC :
agen cedera fisik 1) Lakukan pengkajian nyeri
Setelah dilakukan
secara komprehensif
Ds: tindakan keperawatan
2) Ajarkan penggunaan teknik
selama 2 x 24 jam,
- Klien mengatakan relaksasi napas dalam
berkurang nyeri,
nyeri di daerah 3) Kolaborasi dengan dokter
dengan kriteria hasil :
operasi dalam pemberian
1) Nyeri dapat analgesik.
Do:
teratasi 4) Pantau Tanda-tanda vital
- Nampak balutan luka 2) Skala nyeri
operasi di perut kanan berkurang dan
bawah skala nyeri 4
menjadi skala 2
- Ekspresi wajah klien
3) Klien merasa
tampak meringis
nyaman
menahan sakit, skala
4) Tanda-tanda vital
nyeri 4
dalam batas
- Klien tampak lemas normal

- Klien tampak gelisah

52
di

TD : 130/90 mmHg

N : 92 x/m

RR : 24 x/m

T : 36 ℃

2 Resiko kekurangan volume NOC : NOC :


cairan berhubungan dengan - Pertahankan catatan intake
Setelah dilakukan
asupan cairan tidak adekuat dan output yang akurat
tindakan keperawatan
- Monitor status hidrasi (
Ds: Selama 3 x 24 jam klien
kelembaban membrane
mempertahankan
- Klien mengatakan mukosa, nadi adekuat,
keseimbangan cairan
mual dan sering tekanan darah)
dan dapat
muntah - Monitor vital sign
mempertahankan
- Kolaborasikan pemberian
Do: hidrasi yang adekuat,
cairan IV
dengan kriteria hasil :
- Klien terpasang NGT - Monitor status nutrisi
(untuk mencegah 1) Mempertahankan - Kolaborasi dengan dokter
distensi abdomen) urine output sesuai
dengan usia dan
- Klien puasa selama 3
BB, BJ urine
hari post operasi
normal, HT normal
- Klien nampak pucat 2) Tekanan darah,
nadi, suhu tubuh
- Klien tampak lemas
dalam batas normal
- Mukosa bibir kering 3) Tidak ada tanda-
tanda dehidrasi,
TD : 110/80 mmHg
elastisitas turgor
N : 92 x/m baik, membran
mukosa lembab,
RR : 24 x/m
tidak ada rasa haus

53
di

T : 36 ℃ yang berlebihan

3 Intoleransi aktivitas NOC : NIC :


berhubungan dengan
Setelah dilakukan - Tirah baring pada pasien
kelemahan fisik
asuhan keperawatan dan bantu segala aktivitas
Ds: sehari-hari, atur periode
3 x 24 jam pasien
istirahat dan aktivitas.
- Klien mengeluh lemas dapat beraktivitas
tanpa mengalami - Memonitor terhadap
Do:
kelemahan dengan tingkat kemampuan
- Klien tampak bedrest Kriteria hasil: aktivitas, hindari aktivitas
yang berlebihan
- Keadaan umum lemah - Berpartisipasi
dalam aktivitas - Tingkatkan aktivitas
- Aktivitas klien masih
fisik tanpa disertai sesuai dengan toleransi
dibantu penuh
peningkatan
keluarga - Monitor tanda-tanda vital
tekanan darah, nadi
atur perubahan posisi
TD : 110/80 mmHg dan RR
- Mampu - Monitor nutrisi dan
N : 92 x/m
Melakukan sumber energi yang
RR : 24 x/m aktivitas sehari – adekuat
hari (ADLs) secara
T : 36 ℃
mandiri

54
di

3.3 Implementasi Keperawatan

Tanggal/jam Diagnosa Implementasi Jam Evaluasi

09/10/2019 1  Melakukan pengkajian nyeri Jam 20.00 wib S : Klien mengatakan nyeri luka operasi masih
Jam 14.00 WIB secara komprehensif terasa hilang timbul
 Mengajarkan penggunaan O : Nampak balutan luka operasi di perut kanan
teknik relaksasi napas dalam bawah
 Kolaborasi dengan dokter  Ekspresi wajah klien masih tampak
dalam pemberian analgesik. meringis menahan sakit, skala nyeri 3
 Memantau Tanda-tanda vital  Klien masih tampak lemas
 Klien sudah agak tenang
TD : 120/80 mmHg
N : 84 x/m
RR : 24 x/m
S : 36 ℃
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
˗ Kaji skala nyeri klien
˗ Nyeri dengan latihan napas dalam
˗ Terapi diteruskan

55
di

˗ Observasi tanda-tanda vital

Jam 14.00 WIB 2  Mempertahankan catatan Jam 20.00 WIB S : Klien mengatakan masih mual, tetapi
intake dan output yang muntah tidak lagi
akurat O:
 Memonitor status hidrasi  NGT masih terpasang (untuk mencegah
(kelembapan mukosa, nadi distensi abdomen)
adekuat, TD)  Klien masih dalam keadaan puasa selama
 Memonitor TTV 3 hari post operasi
 Berkolaborasi dalam  Klien masih tampak lemas
pemberian cairan IV  Mukosa bibir sudah agak lembab
TD : 110/80 mmHg
N : 92 x/m
RR : 24 x/m
T : 36 ℃
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
 Mempertahankan catatan intake dan
output yang akurat
 Memonitor status hidrasi (kelembapan

56
di

mukosa, nadi adekuat, TD)


 Memonitor TTV
 Teruskan terapi pemberian cairan IV
Jam 14.00 WIB 3  Menganjurkan klien Tirah Jam 20.00 WIB S : Klien mengatakan sudah agak membaik
baring dan bantu segala O : Keadaan umum klien baik
aktivitas sehari-hari, atur TD : 110/80 mmHg
periode istirahat dan N : 85 x/m
aktivitas. RR : 23 x/m
 Memonitor terhadap tingkat T : 37 ˚C
kemampuan aktivitas, A : masalah belum teratasi
hindari aktivitas yang P : Intervensi dilanjutkan
berlebihan  Menganjurkan klien Tirah baring dan
 Metingkatkan aktivitas bantu segala aktivitas sehari-hari, atur
sesuai dengan toleransi periode istirahat dan aktivitas.
 Memonitor tanda-tanda vital  Memonitor terhadap tingkat kemampuan
dan atur perubahan posisi aktivitas, hindari aktivitas yang
 Memonitor nutrisi dan berlebihan
sumber energi yang adekuat  Metingkatkan aktivitas sesuai dengan
toleransi
 Memonitor tanda-tanda vital dan atur

57
di

perubahan posisi
 Memonitor nutrisi dan sumber energi
yang adekuat
Jam 20.00 WIB 1  Melakukan pengkajian nyeri 10/10/2019 S : Klien mengatakan nyeri luka operasi masih
secara komprehensif Jam 08.00 WIB terasa hilang timbul
 Mengajarkan penggunaan O : Nampak balutan luka operasi di perut kanan
teknik relaksasi napas dalam bawah
 Kolaborasi dengan dokter  Ekspresi wajah klien masih tampak
dalam pemberian analgesik. meringis menahan sakit, skala nyeri 3
 Memantau Tanda-tanda vital  Klien masih tampak lemas
 Klien sudah agak tenang
TD : 110/80 mmHg
N : 82 x/m
RR : 20 x/m
T : 36 ℃
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
 Kaji skala nyeri klien
 Nyeri dengan latihan napas dalam

58
di

 Terapi diteruskan
 Observasi TTV
Jam 20.00 WIB 2  Mempertahankan catatan Jam 08.00 WIB S : Klien mengatakan mual sudah berkurang
intake dan output yang O:
akurat  NGT masih terpasang (untuk mencegah
 Memonitor status hidrasi distensi abdomen)
(kelembapan mukosa, nadi  Klien masih dalam keadaan puasa selama
adekuat, TD) 3 hari post operasi
 Memonitor TTV  Klien masih tampak lemas
 Berkolaborasi dalam  Mukosa bibir sudah agak lembab
pemberian cairan IV TD : 110/80 mmHg
N : 92 x/m
RR : 24 x/m
T : 36 ℃
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
 Mempertahankan catatan intake dan
output yang akurat
 Memonitor status hidrasi (kelembapan

59
di

mukosa, nadi adekuat, TD)


 Memonitor TTV
 Teruskan terapi pemberian cairan IV
Jam 20.00 WIB 3  Menganjurkan klien Tirah Jam 08.00 WIB S: klien mengatakan sudah agak membaik
baring dan bantu segala O : Keadaan umum klien baik
aktivitas sehari-hari, atur TD : 110/80 mmHg
periode istirahat dan N : 85 x/m
aktivitas. RR : 23 x/m
 Memonitor terhadap tingkat T : 37 ˚C
kemampuan aktivitas, A : Masalah belum teratasi
hindari aktivitas yang P : Intervensi dilanjutkan
berlebihan  Menganjurkan klien Tirah baring dan
 Metingkatkan aktivitas bantu segala aktivitas sehari-hari, atur
sesuai dengan toleransi periode istirahat dan aktivitas.
 Memonitor tanda-tanda vital  Memonitor terhadap tingkat kemampuan
dan atur perubahan posisi aktivitas, hindari aktivitas yang
 Memonitor nutrisi dan berlebihan
sumber energi yang adekuat  Metingkatkan aktivitas sesuai dengan
toleransi
 Memonitor tanda-tanda vital dan atur

60
di

perubahan posisi
 Memonitor nutrisi dan sumber energi
yang adekuat
10/10/2019 1  Melakukan pengkajian nyeri Jam 14.00 WIB S : Klien mengatakan nyeri luka operasi masih
Jam 08.00 WIB secara komprehensif terasa hilang timbul
 Mengajarkan penggunaan O : Nampak balutan luka operasi di perut kanan
teknik relaksasi napas dalam bawah
 Kolaborasi dengan dokter  Ekspresi wajah klien masih tampak
dalam pemberian analgesic meringis menahan sakit, skala nyeri 3
 Memantau Tanda-tanda vital  Klien masih tampak lemas
 Klien sudah agak tenang
TD : 120/80 mmHg
N : 84 x/m
RR : 24 x/m
T : 36 ℃
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
 Kaji skala nyeri klien
 Nyeri dengan latihan napas dalam

61
di

 Terapi diteruskan
 Observasi TTV
Jam 08.00 WIB 2  Mempertahankan catatan Jam 14.00 WIB S : Klien mengatakan mual sudah berkurang
intake dan output yang O:
akurat  NGT masih terpasang (untuk mencegah
 Memonitor status hidrasi distensi abdomen)
(kelembapan mukosa, nadi  Klien masih dalam keadaan puasa selama
adekuat, Tekanan darah) 3 hari post operasi
 Memonitor TTV  Klien masih tampak lemas
 Berkolaborasi dalam  Mukosa bibir sudah agak lembab
pemberian cairan IV TD : 110/80 mmHg
N : 92 x/m
RR : 24 x/m
T : 36 ℃
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
 Mempertahankan catatan intake dan
output yang akurat
 Memonitor status hidrasi (kelembapan

62
di

mukosa, nadi adekuat, TD)


 Memonitor TTV
 Teruskan terapi pemberian cairan IV
Jam 08.00 WIB 3  Menganjurkan klien Tirah Jam 14.00 WIB S : klien mengatakan sudah agak membaik
baring dan bantu segala O : Keadaan umum klien baik
aktivitas sehari-hari, atur TD : 110/80 mmHg
periode istirahat dan N : 85 x/m
aktivitas. RR : 23 x/m
 Memonitor terhadap tingkat T : 37 ˚C
kemampuan aktivitas, A : Masalah belum teratasi
hindari aktivitas yang P : Intervensi dilanjutkan
berlebihan  Menganjurkan klien Tirah baring dan
 Metingkatkan aktivitas bantu segala aktivitas sehari-hari, atur
sesuai dengan toleransi periode istirahat dan aktivitas.
 Memonitor tanda-tanda vital  Memonitor terhadap tingkat kemampuan
dan atur perubahan posisi aktivitas, hindari aktivitas yang
 Memonitor nutrisi dan berlebihan
sumber energi yang adekuat  Metingkatkan aktivitas sesuai dengan
toleransi
 Memonitor tanda-tanda vital dan atur

63
di

perubahan posisi
 Memonitor nutrisi dan sumber energi
yang adekuat
Jam 14.00 WIB 1  Melakukan pengkajian nyeri Jam 20.00 WIB S : Klien mengatakan nyeri luka operasi masih
secara komprehensif terasa hilang timbul
 Mengajarkan penggunaan O : Nampak balutan luka operasi di perut kanan
teknik relaksasi napas dalam bawah
 Kolaborasi dengan dokter  Ekspresi wajah klien masih tampak
dalam pemberian analgesik. meringis menahan sakit, skala nyeri 3
 Memantau Tanda-tanda vital  Klien masih tampak lemas
 Klien sudah agak tenang
TD : 120/80 mmHg
N : 84 x/m
RR : 24 x/m
S : 36 ℃
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
 Kaji skala nyeri klien
 Nyeri dengan latihan napas dalam

64
di

 Terapi diteruskan
 Observasi TTV
Jam 14.00 WIB 2  Mempertahankan catatan Jam 20.00 WIB S : Klien mengatakan mual sudah berkurang
intake dan output yang O:
akurat  NGT masih terpasang (untuk mencegah
 Memonitor status hidrasi distensi abdomen)
(kelembapan mukosa, nadi  Klien masih dalam keadaan puasa selama
adekuat, TD) 3 hari post operasi
 Memonitor TTV  Klien masih tampak lemas
 Berkolaborasi dalam  Mukosa bibir sudah agak lembab
pemberian cairan IV TD : 110/80 mmHg
N : 92 x/m
RR : 24 x/m
T : 36 ℃
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
 Mempertahankan catatan intake dan
output yang akurat
 Memonitor status hidrasi (kelembapan

65
di

mukosa, nadi adekuat, TD)


 Memonitor TTV
 Teruskan terapi pemberian cairan IV
Jam 14.00 WIB 3  Menganjurkan klien Tirah Jam 20.00 WIB S : Klien mengatakan sudah agak membaik
baring dan bantu segala O : Keadaan umum klien baik
aktivitas sehari-hari, atur TD : 110/80 mmHg
periode istirahat dan N : 85 x/m
aktivitas. RR : 23 x/m
 Memonitor terhadap tingkat T : 37 ˚C
kemampuan aktivitas, A : Masalah belum teratasi
hindari aktivitas yang P : Intervensi dilanjutkan
berlebihan  Menganjurkan klien Tirah baring dan
 Metingkatkan aktivitas bantu segala aktivitas sehari-hari, atur
sesuai dengan toleransi periode istirahat dan aktivitas.
 Memonitor tanda-tanda vital  Memonitor terhadap tingkat kemampuan
dan atur perubahan posisi aktivitas, hindari aktivitas yang
 Memonitor nutrisi dan berlebihan
sumber energi yang adekuat  Metingkatkan aktivitas sesuai dengan
toleransi
 Memonitor tanda-tanda vital dan atur

66
di

perubahan posisi
 Memonitor nutrisi dan sumber energi
yang adekuat
Jam 20.00 WIB 1  Melakukan pengkajian nyeri 11/10/2019 S : Klien mengatakan nyeri luka operasi sudah
secara komprehensif Jam 08.00 WIB sangat berkurang
 Mengajarkan penggunaan O : Nampak balutan luka operasi di perut kanan
teknik relaksasi napas dalam bawah
 Kolaborasi dengan dokter  Klien tampak tenang dengan skala nyeri
dalam pemberian analgesik. 2
 Memantau Tanda-tanda vital TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/m
RR : 24 x/m
T : 36 ℃
A: Masalah teratasi
P: Intervensi selesai lanjutkan perawatan
Jam 20.00 WIB 2  Mempertahankan catatan Jam 08.00 WIB S : Klien mengatakan mual sudah berkurang
intake dan output yang O:
akurat  NGT masih terpasang ( belum ada order
 Memonitor status hidrasi untuk dilepas)
(kelembapan mukosa, nadi  Klien masih dalam keadaan puasa selama

67
di

adekuat, TD) 3 hari post operasi


 Memonitor TTV  Tidak tampak tanda-tanda dehidrasi
 Berkolaborasi dalam TD : 110/80 mmHg
pemberian cairan IV N : 80 x/m
RR : 24 x/m
T : 36 ℃
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
 Mempertahankan catatan intake dan
output yang akurat
Jam 20.00 WIB 3  Menganjurkan klien Tirah Jam 08.00 WIB S : Klien mengatakan sudah bisa beraktivitas
baring dan bantu segala mandiri walau masih bedrest
aktivitas sehari-hari, atur O : Klien sudah bisa melakukan aktivitas
periode istirahat dan mandiri, walaupun masih terbatas seperti
aktivitas. (duduk, miring kiri & kanan)
 Memonitor terhadap tingkat TD : 110/70 mmHg
kemampuan aktivitas, N : 80 x/m
hindari aktivitas yang RR : 23 x/m
berlebihan T : 37 ˚C
 Metingkatkan aktivitas A : masalah teratasi

68
di

sesuai dengan toleransi P : Intervensi selesai lanjutkan perawatan


 Memonitor tanda-tanda vital
dan atur perubahan posisi
 Memonitor nutrisi dan
sumber energi yang adekuat

69
di

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam makalah ini akan membahas masalah keperawatan pada pasien dengan
asuhan keperawatan Tn.A dengan post operasi peritonitis. Asuhan keperawatan tersebut
diterapkan sesuai dengan tahap proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi.

4.1 Pengkajian

Pengkajian dilakukan dengan cara observasi dan wawancara. Menggali


informasi dari pasien ruangan (autoanamnesa) dan informasi dari keluarga pasien
(alloanamnesa) serta dengan data-data rekam medic pasien yang selalu digunakan
dalam aspek atau tindakan yang pernah dilakukan terhadap pasien.

Dari data pengkajian yang dilakukan pada tanggal 09 Oktober 2019 didapatkan
bahwa tanda-tanda vital pasien Tn.A : TD 110/70 mmHg, Nadi 113 x/menit, T 37,5ºC,
RR 20 x/m dengan keluhan nyeri pada daerah operasi skala nyeri 4, klien tampak
gelisah , klien berpuasa selama 3 hari setelah post operasi dengan mukosa bibir kering,
klien juga masih belum bisa melakukan aktivitas secara mandiri dan klien tampak
bedrest.

Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil:

1. Pemeriksaan laboratorium

Tanggal pemeriksaan: 09 Oktober 2019

Hematologi dan
No. Hasil Nilai Rujukan
Kimia darah
1. Hemoglobin 14,8 14-16 g/dL
2. Eritrosit - 4,5-5,5 10*6/uL
3. Leukosit 14,1 5,0-10,0 10*3/uL
4. Trombosit 286 150,0-400,0 10*3/uL

70
di

5. Hematokrit 44 40-48 %
6. Hitung jenis
-Basofil 0 0,0-1,0 %
-Eosinofil 1 1,0-3,0 %
-Batang 2 2,0-6,0 %
-Segmen 85 50,0-70,0 %
-Limfosit 8 20,0-40,0 %
-Monosit 4 2,0-8,0 %
7. Golongan darah
-ABO group (type) in B
blood
-Rh (type) in blood +/Positif
8. Glukosa darah sewaktu 67 <180 mg/dL

4.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan


respons manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau
kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifkasi dan
memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan,
membatasi, mencegah dan merubah (a. Carpenito, 2000)

Setiap pasien memiliki keluhan yang berbeda-beda antara satu dengan


yang lainnya. Namun sebagian besar mengalami kejadian yang sama. Untuk
keluhan yang berbeda akan menimbulkan diagnosa keperawatan yang berbeda
pula. Berikut adalah diagnosa keperawatan pada pasien dengan post operasi
peritonitis, pada pasien kelolaan ini didapatkan diagnosa keperawatan sebagai
berikut:

a. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik


b. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan cairan yang
tidak adekuat.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

71
di

4.3 Intervensi Keperawatan

Pada rencana keperawatan lebih menekankan untuk mengatasi diagnosa


yang muncul lebih dominan. Perawat lebih mengutamakan tindakan kolaborasi
dari pada tindakan mandiri dengan tujuan dapat mencapai keberhasilan dalam hal
perawatan pasien dengan diagnosa post operasi peritonitis. Pada pasien kelolaan
lebih diutamakan untuk mengatasi nyeri pada daerah operasi. Untuk mengatasi
nyeri maka dilakukan Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik, ditandai dengan
ekspresi wajah tampak meringis, skala nyeri 4. Untuk mengatasi nyeri post operasi
peritonitis dengan pemberian obat analgetik. Serta pada tindakan ini diberikan cairan
RL dengan gtt 20x/m, inj ceptriaxone, dan cairan infus metronidazole. Kemudian
mengatasi resiko kekurangan cairan berhubungan dengan asupan cairan yang tidak
adekuat, ditandai dengan puasa 3 hari setelah post operasi dan terpasang NGT.
Untuk mengatasi resiko tersebut maka dilakukan monitor cairan yang masuk
maupun yang keluar, dan kolaborasi dengan tim medis. Untuk mengatasi intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, ditandai dengan keadaan umum
tampak lemah, bedrest. Maka dilakukan tindakan membantu klien dalam melakukan
aktivitas, observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas, monitor
pola tidur dan lamanya tidur atau istirahat klien.

4.4 Implementasi
Tindakan keperawatan yang dilaksanakan kelompok sesuai dengan
rencana keperawatan yang ditetapkan. Sebelum melakukan tindakan, kami
membuat rencana keperawatan dan setiap kali berinteraksi dengan klien kami
mengevaluasi kemampuan klien sesuai kriteria hasil dan indikator yang telah
kami buat. Tindakan keperawatan yang dilaksanakan sesuai shift dinas yang ada
(pagi, siang dan malam). Berdasarkan diagnosa pertama nyeri berhubungan dengan
agen cedera fisik dilakukan tindakan berupa melakukan pengkajian nyeri,
mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam, dan menganjurkan istirahat atau tidur
yang cukup. Diagnosa yang kedua resiko kekurangan volume cairan berhubungan
dengan asupan cairan yang tidak adekuat dilakukan dengan cara memonitor cairan
yang masuk maupun yang keluar, dorong keluarga untuk membantu pasien dalam
memberikan nutrisi, menganjurkan klien untuk banyak minum, menganjurkan klien

72
di

untuk menjaga kebersihan mulut dan kolaborasi dengan tim medis. Diagnosa ketiga
intoleransi berhubungan dengan kelemahan fisik dilakukan tindakan membantu
klien dalam melakukan aktivitas, observasi adanya pembatasan klien dalam
melakukan aktivitas, monitor pola tidur dan lamanya tidur atau istirahat klien.
Semua tindakan keperawatan telah dilakukan dalam waktu dua hari, untuk diagnosa
nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik dan intoleransi aktivitas berhubungan
dengan kelemahan fisik intervensi dihentikan karena sudah ada kemajuan pada
klien, namun pada diagnosa resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan
asupan cairan yang tidak adekuat masih dilanjutkan karena klien masih puasa.
4.5 Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan penulis meliputi evaluasi proses dan hasil koma
sehingga tindakan keperawatan yang dilakukan apabila belum berhasil sesuai tujuan
tindakan di ulang pada waktu yang sama atau modifikasi sesuai perencanaan dari
diagnosa yang muncul.
1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik
Hasil yang dicapai setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
masalah teratasi sebagian dengan data subjektif : nyeri pada daerah operasi sudah
berkurang. Adapun data objektif yang didapat klien tampak tenang, ekspresi wajah
ceria, dan skala nyeri 3 karena data yang didapatkan belum sesuai dengan kriteria
hasil maka intervensi dilanjutkan dengan mengkaji karakteristik nyeri, melakukan
pemeriksaan TTV, mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam, berkolaborasi dengan
tim dokter dalam pemberian analgetik.

2. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan cairan yang


tidak adekuat

Evaluasi yang didapatkan dari tindakan keperawatan selama 3x24 jam resiko
kekurangan volume cairan adalah data subjektif klien mengatakan sudah makan
dalam porsi kecil, sedangkan data objektif keadaan umum baik, klien tampak
tenang, mukosa bibir lembab. karena data yang didapatkan belum sesuai dengan
kriteria hasil maka intervensi dilanjutkan dengan monitor cairan yang masuk
maupun yang keluar dan kolaborasi dengan tim medis.

73
di

3. Intoleransi aktvitas berhubungan dengan kelemahan fisik

Evaluasi yang didapatkan dari tindakan keperawatan selama 3x24 jam


intoleransi aktivitas adalah data subjektif klien mengatakan sudah mampu
melakukan aktivitas secara mandiri, sedangkan data objektif keadaan umum baik,
klien tampak tenang, bisa melakukan aktivitas sendiri. karena data yang didapatkan
belum sesuai dengan kriteria hasil maka intervensi dilanjutkan dengan
mengobservasi kegiatan yang dilakukan dan monitor pola tidur dan lamanya tidur
atau istirahat klien.

74
di

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah memberikan asuhan keperwatan selama dua hari mulai tanggal 09


sampai 10 Oktober 2019. Penulis telah mempunyai gambaran tentang asuhan
keperawatan pada Tn.A dengan masalah post operasi peritonitis di ruang Bedah
RSUD Bari dengan menggunakan proses keperawatan meliputi : Diagnosa
keperawatan yang muncul pada Tn.A yang sesuai dengan teori meliputi: nyeri
berhubungan dengan agen cedera fisik, resiko kekurangan volume cairan
berhubungan dengan asupan cairan tidak adekuat. Hasil pelaksanaan asuhan
keperawatan mengacu pada tujuan yang ditentukan pada saat menyusun rencana
tindakan. Adapun masalah yang teratasi sebagian antara lain :

1. Diagnosa 1 : nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik, masalah ini teratasi
sebagian karena klien mengatakan masih nyeri, maka intervensi dilanjutkan
kaji skala nyeri ajarkan teknik relaksasi nafas dalam.

2. Diagnosa 2 : resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan


cairan tidak adekuat masalah teratasi sebagian, karena klien mengatakan masih
mual dan muntah, maka intervensi dilanjurkan memonitor cairan yang keluar
maupun yang masuk.

3. Diagnosa 3 : intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik,


masalah teratasi sebagian, karena klien mengatakan masih belum bisa bergerak
sepenuhnya. Maka intervensi dilanjutkan dengan membantu klien dalam
melakukan aktivitas, mengajarkan klien untuk bisa bergerak semampunya.

5.2 Saran
1. Bagi RSUD Palembang BARI
Diharapkan pihak RSUD Palembang BARI khususnya perawat dapat
mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan sesuai
standar yang ada khususnya dalam penggunaan alat pelindung diri yang

75
di

lengkap dalam menangani klien terutama dalam memberikan asuhan


keperawatan.
2. Bagi Institusi ( Poltekkes Kemenkes Palembang )
Diharapkan institusi pendidikan dapat memberikan kepada
mahasiswa dalam memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif,
sehingga mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diberikan
selama dipendidikan dengan benar dan tepat dilapangan praktik.
3. Bagi Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Palembang Jurusan Keperawatan
Diharapkan mahasiswa dapat melaksanakan asuhan keperawatan
komprehensif sesuai dengan teori sehingga dapat menjadi seorang perawat
yang berkualitas yang mampu memberikan kontribusi dalam menurunkan
angka kematian klien dikemudian hari.

76
di

DAFTAR PUSTAKA

Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Jakarta: Prima Medika.
Brunner & Suddarth. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Doenges, E. M, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan (Terjemahan), Edisi 3, Jakarta:


EGC.

Herdman, T Heather (ed). 2011. NANDA Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC

DepkesRI.2008. Kasus Appendicitis di Indonesia.

Diakses pada tanggal 10 oktober 2019: http://www.artikelkedokteran.com/arsip/kasus-


apendisitis-di-indonesia-pada-tahun-2008.html
http://darkcurez.blogspot.com/2011/01/makalah-apendisitis.html

Lubis. A. Angka Kejadian Appendicitis. diakses pada tanggal 10 oktober 2019:


http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-trimuflikh-6753- 1-babi.pdf pada
tanggal 2 November 2012

Stacrose.2009.Angka Kejadian Appendicitis. Diakses tanggal 10 oktober 2019:


http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-trimuflikh-6753- 1-babi.pdf pada
tanggal 2 November 2012

Ummualya. 2008. Angka Kejadian Appendisitis. diakses pada tanggal 10 oktober 2019 :
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-trimuflikh-6753- 1-babi.pdf pada
tanggal 2 November 2012

Ariyani, Ratna.2009. Prosedur Klinik Keperawatan Pada Mata Ajar Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta : Trans Info Media

77
di

LAMPIRAN

Prosedur Pelaksanaan Intracutan (IC)


Persiapan Alat:

1. Buku daftar pemberian obat pasien

2. Handscoon atau sarung tangan steril disposible

3. Spuit insulin 1 ml dengan ukuran 2,5 - 2,7dengan panjang jarum 1/4 - 5/8 inci

4. Bak instrumen

5. Bengkok

6. Kom kecil

7. Kapas alkohol atau desinfektan yang bukan alergen

8. Obat dalam vial atau ampul

9. Pena atau alat tulis

Persiapan klien :

1) Perkenalkan diri dan lakukan validasi nama pasien.


2) Identifkasi pasien dengan prinsip 5 B : benar obat, benar dosis, benar pasien, cara
pemberian dan waktu.
3) Kaji riwayat alergi
4) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
5) Pasang sampiran atau jaga privaci pasien
6) Atur posisi pasien senyaman mungkin
Prosedur tindakan :
1. Cuci tangan

2. Identifkasi pasien dengan prinsip 5 B : benar obat, benar dosis, benar pasien, cara
pemberian dan waktu.

3. Pasang handscoon

78
di

4. Hisap obat yang akan diberikan dari dalam ampul atau vial ke dalam spuit yang telah
tersedia sesuai kebutuhan

5. Tentukan lokasi yang akan diinjeksi, dilengan bawah : bagian depan lengan bawah
sepertiga dari lekukan siku pada kulit yang sehat, jauh dari pembuluh darah untuk
mantoux, dan lengan atas : tiga jari dibawah sendi bahu ditengah - tengah daerah
muskulus deltoideus untuk BCG.

6. Bersihkan area penusukan dengan kapas alkohol atau dengan desinfektan non alergen
dengan cara sirkulen dari arah dalam keluar.

7. Pegang kapas alkohol atau desinfektan non alergen dengan tangan non dominan

8. Buka tutup jarum dengan ujung jarum menghadap keatas tusukkan jarum injeksi
dengan sudut 15 - 20 derajat terhadap permukaan kulit

9. Masukkan obat secara perlahan

10. Cabut jarum sesuai dengan sudut masuknya, tidak dilakukan pengurutan

11. Buat lingkaran pada gelembung hasil injeksi dengan menggunakan alat tulis dengan
diameter 5cm.

12. observasi kulit terhadap reaksi kemerahan dan bengkak, atau reaksi sistemik (10 - 15
menit)

13. Kembalikan posisi klien

14. Bereskan alat

15. Lepaskan handscoon

16. Cuci tangan

Terminasi

17. Evaluasi pelaksanaan prosedur

18. Catat tindakan dan hasil tindakan dalam catatan keperawatan

19. Lihat reaksi obat dalam waktu 10 - 15 menit

79
di

20. Catat reaksi obat setelah dievaluasi

Referensi :
Ariyani, Ratna.2009. Prosedur Klinik Keperawatan Pada Mata Ajar Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta : Trans Info Media

80

Anda mungkin juga menyukai