Nama Kelompok 3 :
1. Wahyu Kusuma Wardani ( PO.71.20.1.17.073 )
2. Waiz Al-qorniadi ( PO.71.20.1.17.074 )
3. Windi Wahyuni ( PO.71.20.1.17.075 )
4. Witri Khairul ( PO.71.20.1.17.076 )
5. Yochika Oktapiani ( PO.71.20.1.17.077 )
6. Yola Oktaviani ( PO.71.20.1.17.078 )
7. Yuni Sariati ( PO.71.20.1.17.079 )
8. Yunita Anggraini ( PO.71.20.1.17.080 )
KATA PENGANTAR
i
di
ii
di
HALAMAN PERSETUJUAN
Menyetujui,
Mengetahui,
NIP. 197205041996032003
iii
di
DAFTAR ISI
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................... 67
iv
di
LAMPIRAN ......................................................................................................... 75
v
di
BAB I
PENDAHULUAN
1
di
2
di
3
di
4
di
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
di
2.1.3 Sejarah
2.1.3.1 Sejarah Berdirinya
1. Pada tahun 1986 sampai dengan 1994 RSUD Palembang
BARI merupakan gedung Poli Klinik/ Puskesmas Panca
Usaha.
2. Seiring dengan perkembangan sarana dan prasarana, pada
tanggal 19 Juni 1995 diresmikan menjadi RSUD Palembang
BARI dengan SK Depkes Nomor 1326/Menkes/XI/1997, dan
tanggal 10 November 1997 ditetapkan menjadi Rumah Sakit
Umum Daerah Palembang BARI Kelas C.
3. Kepmenkes RI Nomor: HK.00.06.2.2.4646 Tentang
Pemberian Status Akreditasi Penuh Tingkat Dasar kepada
RSUD Palembang BARI, tanggal 7 November 2003.
4. Kepmenkes RI Nomor: YM.01.10/I3/334/08 tentang
Pemberian Status Akreditasi Penuh Tingkat Lanjut kepada
RSUD Palembang BARI, tanggal 5 November 2008.
5. Telah ditetapkan sebagai BLUD-SKPD RSUD Palembang
BARI berdasarkan keputusan Wali Kota Palembang No.915B
Tahun 2008 tentang penetapan RSUD Palembang BARI
sebagai SKPD Palembang yang merupakan pola pengelolaan
keuangan BLUD (PPK-BLUD) secara penuh.
6
di
7
di
9. Patologi Anatomi
10. Bank Darah
11. Hemodialisa
12. Medical Check Up
13. ECG / EEG
14. USG 4 Dimensi
15. Endoscopy
16. Kamar Jenazah
17. CT Scan 64 Slices
2.1.4.2 Pelayanan Rawat Jalan
1. Poliklinik Spesialis Penyakit Dalam
2. Poliklinik Spesialis Bedah
3. Poliklinik Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan
4. Poliklinik Spesialis Anak
5. Poliklinik Spesialis Mata
6. Poliklinik Spesialis THT
7. Poliklinik Saraf
8. Poliklinik Kulit dan Kelamin
9. Poliklinik Spesialis Jiwa
10. Poliklinik Rehabilitasi Medik
11. Poliklinik Spesialis Jantung
12. Poliklinik Spesialis Gigi
13. Poliklinik Spesialis Psikologi
14. Poliklinik Spesialis Terpadu
15. Poliklinik PKBRS
2.1.4.3 Pelayanan Raway Inap
1. Graha Eksekutif
2.1.4.4 Fasilitas Kendaraan Operasional
1. Ambulance 118
2. Ambulance Bangsal
3. Ambulance Siaga Bencana
4. Ambulance Trauma Center
8
di
5. Mobil Jenazah
2.1.4.5 Pelayanan Rawat Inap
1. Perawatan VIP dan VVIP
2. Perawatan Kelas I, II, dan III
3. erawatan Penyakit Dalam Perempuan
4. Perawatan Penyakit Dalam Laki-laki
5. Perawatan Anak
6. Perawatan Bedah
7. Perawatan ICU
8. Perawatan Kebidanan
9. Perawatan Neonatus/Nicu/Picu
2.1.4.6 Pelayanan Penunjang
1. Instalasi Laboratorium Klinik
2. Instalasi Radiologi
3. Instalasi Bedah Sentral
4. Instalasi Farmasi (Apotek)
5. Instalasi Gizi
6. Instalasi Laundry
7. Central Sterilized Suplay Departemen (CSSD)
8. Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPS RS)
9. Instalasi Pemeliharaan Kesehatan Lingkungan
10. Bank Darah
11. Kasir
12. Hemodialisa
13. Instalasi Rehabilitasi Medis
9
di
dan mungkin disebabkan oleh bakteri ( misalnya dari perforasi usus ) atau
a. Anatomi
1) Peritoneum
Peritoneum adalah membran serosa rangkap yang terbesar di
dalam tubuh yang terdiri dari bagian utama yaitu peritoneum
parietal yang melapisi dinding rongga abdominal dan
peritoneum viseral yang meliputi semua organ yang ada
didalam rongga itu (Pearce, 2009). Peritoneum parietal yaitu
10
di
11
di
4) Ligamentum Peritoneal
Yaitu lembar-lembar ganda peritoneum. Hepar
dihubungkan pada dinding abdomentum ventral oleh ligamentum
falciforme dan aster dihubungkan pada permukaan kaudal
diafragma oleh ligamentum gatrophenicul lien yang melipatkan
balik pada hilum splenicum dan colon tranversum oleh
ligamentum gastroconicum. Plica peritonealis adalah peritoneum
yang terangkat dari abdomen oleh pembuluh darah, saluran, dan
pembuluh fetal yang telah mengalami oblitersi dan resucessus
peritonealis adalah sebuah kantong peritoneal yang dibentuk oleh
plica peritonealis (Pearce, 2009).
b. Fisiologi
Peritoneum adalah membran serosa rangkap yang terbesar
dalam tubuh. Peritoneum terdiri dari atas dua bagian yaitu
peritoneum parietal dan pertoneum viseral. Ruang yang terdapat di
antara dua lapisan ini disebut ruang peritoneal atau kantong
peritoneum. Banyak lipatan atau kantong yang terdapat dalam
peritoneum sebuah lipatan besar atau oementum mayor yang kaya
akan lemak bergantung di sebelah depan lambung (Pearce, 2009).
Omentum minor berjalan dari porta heparis setelah
menyelaputi hati ke bawah kurvatura minor lambung dan di sini
bercabang menyelaput lambung. Peritoneum ini kemudian berjalan
keatas dan berbelok kebelakang sebagai mesokolon ke arah
posterior abdomen dan sebagian peritoneum membentuk
mesentrium usus halus. Omentum besar dan kecil, mensenterium
sebagian besar organ-organ abdomen dan pelvis, dan membentuk
perbatasan halus (Pearce, 2009).
2.2.3 Etiologi
Penyebab peritonitis menurut Hughes, 2012 adalah :
12
di
a. Infeksi bakteri
gastrointestinal.
4) Tukak thypoid.
7) Salpingitis
local.
13
di
2.2.4 Patofisiologi
14
di
15
di
2.2.5 Klasifikasi
Menurut Continuos ambulatory peritoneal dyalisis. (Padila, 2012)
1) Peritonitis Primer
16
di
2) Peritonitis Sekunder
cukup banyak.
a. Distensi abdomen
a. Rigiditas abdomen
d. Demam
f. Takikardia
g. Takipnea
2.2.7 Komplikasi
Menurut (Haryono, 2012) :
1. Penumpukan cairan mengakibatkan penurunan tekanan vena sentral
yang menyebabkan gangguan elektrolit bahkan hipovolemik, syok
dan gagal ginjal.
17
di
2. Abses peritoneal
3. Cairan dapat mendorong diafragma sehingga menyebabkan
kesulitan bernafas.
4. Sepsis
Komplikasi yang dapat terjadi dari peritonitis adalah: gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit, sesak napas akibat desakan distensi
abdomen ke paru, pembentukan luka dan pembentukan abses.
2. Bila infeksi mulai reda dan kondisi pasien membaik, drainase bedah dan
perbaikan dapat diupayakan.
18
di
19
di
1) Keluhan Utama
kanan.
20
di
menurut Gordon:
2. Pola Nutrisi-Metabolik
21
di
3. Pola Eliminasi
5. Pola Aktivitas/Latihan
22
di
ibadah sehari-hari.
sakit.
penilaian terhadap diri mulai dari peran, ideal diri, konsep diri,
23
di
d) Pemeriksaan Fisik
b. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
24
di
kemih
Pemeriksaan Radiologi
(2) USG
B. Diagnosa Keperawatan
a. Pre Operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit.
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual,muntah, anoreksia.
3) Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan.
4) Konstipasi berhubungan dengan distensi abdomen.
5) Resiko infeksi berhubungan dengan kemungkinan ruptur.
b. Post Operasi
25
di
1. Pre Operasi
26
di
27
di
28
di
2. Post Operasi
Diagnosa 1 Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri dapat
berkurang atau hilang.
NOC : Level nyeri, kriteria hasil:
1. Nyeri berkurang
2. Ekspresi nyeri lisan atau pada wajah
3. Mempertahankan tingkat nyeri pada skala 0-10.
4. Menunjukkan teknik relaksasi yang efektif untuk mencapai
kenyamanan.
NIC: Penatalaksanaan nyeri
1. Lakukan pengkajian nyeri, secara komprhensif meliputi lokasi,
keparahan.
2. Observasi ketidaknyamanan non verbal
3. Gunakan pendekatan yang positif terhadap pasien, hadir dekat
pasien untuk memenuhi kebutuhan rasa nyamannya dengan cara:
29
di
30
di
31
di
32
di
O Objektif : Apa yang dilihat, dicium, diraba dan diukur oleh perawat
33
di
2.3.3 Pengertian
2.3.4 Tujuan
Menurut Aryani dan Ratna 2009, adapun tujuannya sebagai berikut :
2.3.5 Indikasi
34
di
4. Bak instrumen
5. Bengkok
6. Kom kecil
Persiapan klien :
35
di
Prosedur tindakan :
1. Cuci tangan
3. Pasang handscoon
4. Hisap obat yang akan diberikan dari dalam ampul atau vial ke dalam
spuit yang telah tersedia sesuai kebutuhan
36
di
12. observasi kulit terhadap reaksi kemerahan dan bengkak, atau reaksi
sistemik (10 - 15 menit)
Terminasi
37
di
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Pengkajian
I. Identitas Klien
Nama (inisial) : Tn. A
Tgl MRS : 09-10-2019
TTL,umur : Palembang, 14/11/1963 (55th)
Sumber Informasi : Anak Kandung
Jenis Kelamin : Perempuan √ Laki-laki
Alamat : Seberang Ulu I Kota Palembang
Agama : Islam
Suku /bangsa : Melayu/Indonesia
Pendidikan : SD SMP √ SMA PT
Pekerjaan : PNS ABRI/POLRI Buruh √ Tidak
Bekerja
No. Reg : 581661
Tgl. Operasi : 09/10/2019 pukul 10.00 WIB
Diagnosa : Post op laparatomi dengan peritonitis
38
di
Umur : 50 Tahun
Pendidikan : √ SD SMP SMA PT
Pekerjaan : PNS ABRI/POLRI Pensiunan
A
√ Wiraswasta Tani A Buruh lA
Alamat : Seberang Ulu I Kota Palemang
l al
a a
m
II. Status Kesehatan saat ini m am
1. Alasan kunjungan : Pada saat melakukan pengkajian
a klien tabaru selesai
operasi tampak balutan luka operasi pada perut kanan
t bawah.
t
2. Keluhan utama : nyeri pada area operasi
3. Faktor pencetus : Makanan pedas dan makanan mie
4. Lamanya : 2 tahun :
5. Timbulnya keluhan : √ Bertahap Mendadak
: :
6. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya S
Sendiri :- S eS
e be
Orang lain : Keluarga (Istri)
b eb
P aP
a la
di
Operasi :-
2. Alergi :-
3. Imunisasi :-
4. Kebiasaan : √ Merokok Kopi Alkohol
5. Obat-obatan
6. Pola Nutrisi
7. Pola Eliminasi
a. Buang Air Besar
Frekuensi : 2 x/hari pengg.pencahar : Ya √
Tidak
Waktu : √ Pag i √ Sore Malam
Warna : √ Kuning Hitam Abu-Abu Normal
Konsistensi : Keras √ Lunak Lembek Cair
40
di
Frekuensi : 5 x/hari
Warna : √ Kuning/jernih Coklat Coklat Tua
Putih Merah lain-lain, sebutkan ....
41
di
Perempuan
Meninggal
Pasien
V. Aspek Psikososial
1. Pola pikir dan persepsi
a. Alat bantu yang digunakan : Kacamata
Alat bantu pendengaran
b. Kesulitan yang dialami : √ Sering pusing
42
di
√ Menurunnya sensitifitas
terhadap sakit
Menurunnya sensitifitas
terhadap panas/ dingin
Membaca/ menulis
2. Persepsi Diri
a. Hal yang sangat dipikirkan saat ini : ingin cepat pulang
b. Harapan setelah menjalani perawatan : bisa berjalan dengan
seperti biasanya.
c. Perubahan yang dirasa setelah sakit : kondisi sudah
membaik
3. Suasana hati : baik
4. Hubungan/ komunikasi Bahasa utama : bahasa indonesia
Bahasa daerah : bahasa palembang
a. Bicara : Jelas Relevan
Mampu mengekspresikan
√ Mampu mengerti orang lain
b. Tempat tinggal : √Sendiri
Bersama orang lain, yaitu
c. Kehidupan keluarga : Adat istiadat yang dianut : Palembang
Pembuatan keputusan dalam keluarga : Kepala keluarga
Pola komunikasi : baik
Keuangan : √ Memadai Kurang
5. Pertahanan koping
a. Pengambilan keputusan : √ Sendiri
Dibantu orang lain, sebutkan
b. Yang disukai tentang diri sendiri : suka di dalam kama
c. Yang ingin dirubah dari kehidupan : ingin menjadikan
kepribadian yang lebih baik
d. Yang dilakukan jika stress : Pemecahan masalah
Makan
√ Tidur
43
di
Makan obat
e. Yang dilakukan perawat agar anda nyaman dan aman :
melakukan observasi terhadap perawatan dirinya.
44
di
Ronchikering √ Bebas
Frekuensi : 24 x/m
Pola napas : Normal
Batuk : √ Ya Tidak
Dispnea: Ya √ Tidak
Nyeri : √ Ya Tidak
Kemampuan melakukan aktifitas : pasien tidak
mampu melakukan aktivitas.
Batuk darah : Ya √ Tidak
Sianosis : iya
6. Kardiovaskuler dan Sirkulasi : Nadi perifer : 90 x/menit
Capillary Refill (CR) : < 2
Distensi vena jugularis : Normal
Suara jantung : Normal
Irama jantung (monitor) : Normal
Nyeri : - Edema :-
Palpitasi :- Baal : -
Perubahan warna (kulit, kuku, bibir)
: Normal
Clubbing : -
Keadaan ekstrimitas : Akral teraba
hangat
7. Nutrisi: Jenis diet : BB (Bubur Biasa)
Napsu makan : Baik √ Kurang
Rasa mual : Tidak √ Ya
Muntah : Ya √ Tidak
Intake: cairan, jenis :RL jumlah : 300 cc
8. Eliminas
Buang Air Besar: Penggunaan laxantif: Ya √ Tidak
Colostomy : -
Ileostomy : -
Konstipasi : -
45
di
Diare : -
Buang Air Kecil: Inkontinensia: Ya √ Tidak
Infeksi : -
Hamaturia : √ Ya Tidak
Kateter: Ya, sebutkan √ Tidak
Urin – Output : 700 cc
9. Reproduksi : Kehamilan :-
Buah dada : Normal
Perdarahan :-
Pemeriksaan pap smear terakhir :-
Hasil :-
Keputihan :-
Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari) : -
Prostat : -
Penggunaan Kateter : -
10. Persarafan : Tingkat Kesadaran : CM GCS : 15 E;4, V;5 M;6
Orientasi : baik
Riwayat epilepsi / kejang / parkison : -
Refleks : langsung (+)
Kekuatan menggenggam : Sedang
Pergerakan ekstrimitas : sedang
11. Pernapasan : Nyeri : iya pada daerah ulu hati
Kekakuan : -
12. Kulit : Warna : Normal
Integritas : sedang
Turgor : baik
46
di
Hematologi dan
No. Hasil
Kimia darah
1. Hemoglobin 14,8
2. Eritrosit -
3. Leukosit 14,1
4. Trombosit 286
5. Hematokrit 44
6. Hitungjenis
-Basofil 0
-Eosinofil 1
-Batang 2
-Segmen 85
-Limfosit 8
-Monosit 4
7. Golongan darah
-ABO group (type) in blood B
-Rh (type) +/positif
8. Glukosa darah sewaktu 67
47
di
Mencegah dan
mencegah Hipersensitif terhadap
Injeksi Antibiotik
1 2x1 vial (1 g) infeksi yang antibiotik cephalosporin
Ceftriaxone sefalosporin
disebabkan dan Neonatus
oleh bakteri
Mengatasi
penyakit
infeksi
menular Alergi terhadap
Infus seksual, metronidazole lainnya,
2 3x500 mg Antibiotik
Metronidazole mengatasi Kehamilan trisemester
penyakit pertama
bakteri parasit
amoeba
seperti diare.
48
di
TD : 130/90 mmHg
N : 92 x/m
RR : 24 x/m
S : 36 ℃
49
di
TD : 110/80 mmHg
N : 92 x/m
RR : 24 x/m
S : 36 ℃
TD : 110/80 mmHg
50
di
N : 92 x/m
RR : 24 x/m
S : 36 ℃
51
di
No.RM : 581661
RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA TUJUAN
NO
KEPERAWATAN & INTERVENSI
KRITERI HASIL
1 Nyeri berhubungan dengan NOC : NIC :
agen cedera fisik 1) Lakukan pengkajian nyeri
Setelah dilakukan
secara komprehensif
Ds: tindakan keperawatan
2) Ajarkan penggunaan teknik
selama 2 x 24 jam,
- Klien mengatakan relaksasi napas dalam
berkurang nyeri,
nyeri di daerah 3) Kolaborasi dengan dokter
dengan kriteria hasil :
operasi dalam pemberian
1) Nyeri dapat analgesik.
Do:
teratasi 4) Pantau Tanda-tanda vital
- Nampak balutan luka 2) Skala nyeri
operasi di perut kanan berkurang dan
bawah skala nyeri 4
menjadi skala 2
- Ekspresi wajah klien
3) Klien merasa
tampak meringis
nyaman
menahan sakit, skala
4) Tanda-tanda vital
nyeri 4
dalam batas
- Klien tampak lemas normal
52
di
TD : 130/90 mmHg
N : 92 x/m
RR : 24 x/m
T : 36 ℃
53
di
T : 36 ℃ yang berlebihan
54
di
09/10/2019 1 Melakukan pengkajian nyeri Jam 20.00 wib S : Klien mengatakan nyeri luka operasi masih
Jam 14.00 WIB secara komprehensif terasa hilang timbul
Mengajarkan penggunaan O : Nampak balutan luka operasi di perut kanan
teknik relaksasi napas dalam bawah
Kolaborasi dengan dokter Ekspresi wajah klien masih tampak
dalam pemberian analgesik. meringis menahan sakit, skala nyeri 3
Memantau Tanda-tanda vital Klien masih tampak lemas
Klien sudah agak tenang
TD : 120/80 mmHg
N : 84 x/m
RR : 24 x/m
S : 36 ℃
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
˗ Kaji skala nyeri klien
˗ Nyeri dengan latihan napas dalam
˗ Terapi diteruskan
55
di
Jam 14.00 WIB 2 Mempertahankan catatan Jam 20.00 WIB S : Klien mengatakan masih mual, tetapi
intake dan output yang muntah tidak lagi
akurat O:
Memonitor status hidrasi NGT masih terpasang (untuk mencegah
(kelembapan mukosa, nadi distensi abdomen)
adekuat, TD) Klien masih dalam keadaan puasa selama
Memonitor TTV 3 hari post operasi
Berkolaborasi dalam Klien masih tampak lemas
pemberian cairan IV Mukosa bibir sudah agak lembab
TD : 110/80 mmHg
N : 92 x/m
RR : 24 x/m
T : 36 ℃
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
Mempertahankan catatan intake dan
output yang akurat
Memonitor status hidrasi (kelembapan
56
di
57
di
perubahan posisi
Memonitor nutrisi dan sumber energi
yang adekuat
Jam 20.00 WIB 1 Melakukan pengkajian nyeri 10/10/2019 S : Klien mengatakan nyeri luka operasi masih
secara komprehensif Jam 08.00 WIB terasa hilang timbul
Mengajarkan penggunaan O : Nampak balutan luka operasi di perut kanan
teknik relaksasi napas dalam bawah
Kolaborasi dengan dokter Ekspresi wajah klien masih tampak
dalam pemberian analgesik. meringis menahan sakit, skala nyeri 3
Memantau Tanda-tanda vital Klien masih tampak lemas
Klien sudah agak tenang
TD : 110/80 mmHg
N : 82 x/m
RR : 20 x/m
T : 36 ℃
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
Kaji skala nyeri klien
Nyeri dengan latihan napas dalam
58
di
Terapi diteruskan
Observasi TTV
Jam 20.00 WIB 2 Mempertahankan catatan Jam 08.00 WIB S : Klien mengatakan mual sudah berkurang
intake dan output yang O:
akurat NGT masih terpasang (untuk mencegah
Memonitor status hidrasi distensi abdomen)
(kelembapan mukosa, nadi Klien masih dalam keadaan puasa selama
adekuat, TD) 3 hari post operasi
Memonitor TTV Klien masih tampak lemas
Berkolaborasi dalam Mukosa bibir sudah agak lembab
pemberian cairan IV TD : 110/80 mmHg
N : 92 x/m
RR : 24 x/m
T : 36 ℃
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
Mempertahankan catatan intake dan
output yang akurat
Memonitor status hidrasi (kelembapan
59
di
60
di
perubahan posisi
Memonitor nutrisi dan sumber energi
yang adekuat
10/10/2019 1 Melakukan pengkajian nyeri Jam 14.00 WIB S : Klien mengatakan nyeri luka operasi masih
Jam 08.00 WIB secara komprehensif terasa hilang timbul
Mengajarkan penggunaan O : Nampak balutan luka operasi di perut kanan
teknik relaksasi napas dalam bawah
Kolaborasi dengan dokter Ekspresi wajah klien masih tampak
dalam pemberian analgesic meringis menahan sakit, skala nyeri 3
Memantau Tanda-tanda vital Klien masih tampak lemas
Klien sudah agak tenang
TD : 120/80 mmHg
N : 84 x/m
RR : 24 x/m
T : 36 ℃
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
Kaji skala nyeri klien
Nyeri dengan latihan napas dalam
61
di
Terapi diteruskan
Observasi TTV
Jam 08.00 WIB 2 Mempertahankan catatan Jam 14.00 WIB S : Klien mengatakan mual sudah berkurang
intake dan output yang O:
akurat NGT masih terpasang (untuk mencegah
Memonitor status hidrasi distensi abdomen)
(kelembapan mukosa, nadi Klien masih dalam keadaan puasa selama
adekuat, Tekanan darah) 3 hari post operasi
Memonitor TTV Klien masih tampak lemas
Berkolaborasi dalam Mukosa bibir sudah agak lembab
pemberian cairan IV TD : 110/80 mmHg
N : 92 x/m
RR : 24 x/m
T : 36 ℃
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
Mempertahankan catatan intake dan
output yang akurat
Memonitor status hidrasi (kelembapan
62
di
63
di
perubahan posisi
Memonitor nutrisi dan sumber energi
yang adekuat
Jam 14.00 WIB 1 Melakukan pengkajian nyeri Jam 20.00 WIB S : Klien mengatakan nyeri luka operasi masih
secara komprehensif terasa hilang timbul
Mengajarkan penggunaan O : Nampak balutan luka operasi di perut kanan
teknik relaksasi napas dalam bawah
Kolaborasi dengan dokter Ekspresi wajah klien masih tampak
dalam pemberian analgesik. meringis menahan sakit, skala nyeri 3
Memantau Tanda-tanda vital Klien masih tampak lemas
Klien sudah agak tenang
TD : 120/80 mmHg
N : 84 x/m
RR : 24 x/m
S : 36 ℃
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
Kaji skala nyeri klien
Nyeri dengan latihan napas dalam
64
di
Terapi diteruskan
Observasi TTV
Jam 14.00 WIB 2 Mempertahankan catatan Jam 20.00 WIB S : Klien mengatakan mual sudah berkurang
intake dan output yang O:
akurat NGT masih terpasang (untuk mencegah
Memonitor status hidrasi distensi abdomen)
(kelembapan mukosa, nadi Klien masih dalam keadaan puasa selama
adekuat, TD) 3 hari post operasi
Memonitor TTV Klien masih tampak lemas
Berkolaborasi dalam Mukosa bibir sudah agak lembab
pemberian cairan IV TD : 110/80 mmHg
N : 92 x/m
RR : 24 x/m
T : 36 ℃
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
Mempertahankan catatan intake dan
output yang akurat
Memonitor status hidrasi (kelembapan
65
di
66
di
perubahan posisi
Memonitor nutrisi dan sumber energi
yang adekuat
Jam 20.00 WIB 1 Melakukan pengkajian nyeri 11/10/2019 S : Klien mengatakan nyeri luka operasi sudah
secara komprehensif Jam 08.00 WIB sangat berkurang
Mengajarkan penggunaan O : Nampak balutan luka operasi di perut kanan
teknik relaksasi napas dalam bawah
Kolaborasi dengan dokter Klien tampak tenang dengan skala nyeri
dalam pemberian analgesik. 2
Memantau Tanda-tanda vital TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/m
RR : 24 x/m
T : 36 ℃
A: Masalah teratasi
P: Intervensi selesai lanjutkan perawatan
Jam 20.00 WIB 2 Mempertahankan catatan Jam 08.00 WIB S : Klien mengatakan mual sudah berkurang
intake dan output yang O:
akurat NGT masih terpasang ( belum ada order
Memonitor status hidrasi untuk dilepas)
(kelembapan mukosa, nadi Klien masih dalam keadaan puasa selama
67
di
68
di
69
di
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam makalah ini akan membahas masalah keperawatan pada pasien dengan
asuhan keperawatan Tn.A dengan post operasi peritonitis. Asuhan keperawatan tersebut
diterapkan sesuai dengan tahap proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi.
4.1 Pengkajian
Dari data pengkajian yang dilakukan pada tanggal 09 Oktober 2019 didapatkan
bahwa tanda-tanda vital pasien Tn.A : TD 110/70 mmHg, Nadi 113 x/menit, T 37,5ºC,
RR 20 x/m dengan keluhan nyeri pada daerah operasi skala nyeri 4, klien tampak
gelisah , klien berpuasa selama 3 hari setelah post operasi dengan mukosa bibir kering,
klien juga masih belum bisa melakukan aktivitas secara mandiri dan klien tampak
bedrest.
1. Pemeriksaan laboratorium
Hematologi dan
No. Hasil Nilai Rujukan
Kimia darah
1. Hemoglobin 14,8 14-16 g/dL
2. Eritrosit - 4,5-5,5 10*6/uL
3. Leukosit 14,1 5,0-10,0 10*3/uL
4. Trombosit 286 150,0-400,0 10*3/uL
70
di
5. Hematokrit 44 40-48 %
6. Hitung jenis
-Basofil 0 0,0-1,0 %
-Eosinofil 1 1,0-3,0 %
-Batang 2 2,0-6,0 %
-Segmen 85 50,0-70,0 %
-Limfosit 8 20,0-40,0 %
-Monosit 4 2,0-8,0 %
7. Golongan darah
-ABO group (type) in B
blood
-Rh (type) in blood +/Positif
8. Glukosa darah sewaktu 67 <180 mg/dL
71
di
4.4 Implementasi
Tindakan keperawatan yang dilaksanakan kelompok sesuai dengan
rencana keperawatan yang ditetapkan. Sebelum melakukan tindakan, kami
membuat rencana keperawatan dan setiap kali berinteraksi dengan klien kami
mengevaluasi kemampuan klien sesuai kriteria hasil dan indikator yang telah
kami buat. Tindakan keperawatan yang dilaksanakan sesuai shift dinas yang ada
(pagi, siang dan malam). Berdasarkan diagnosa pertama nyeri berhubungan dengan
agen cedera fisik dilakukan tindakan berupa melakukan pengkajian nyeri,
mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam, dan menganjurkan istirahat atau tidur
yang cukup. Diagnosa yang kedua resiko kekurangan volume cairan berhubungan
dengan asupan cairan yang tidak adekuat dilakukan dengan cara memonitor cairan
yang masuk maupun yang keluar, dorong keluarga untuk membantu pasien dalam
memberikan nutrisi, menganjurkan klien untuk banyak minum, menganjurkan klien
72
di
untuk menjaga kebersihan mulut dan kolaborasi dengan tim medis. Diagnosa ketiga
intoleransi berhubungan dengan kelemahan fisik dilakukan tindakan membantu
klien dalam melakukan aktivitas, observasi adanya pembatasan klien dalam
melakukan aktivitas, monitor pola tidur dan lamanya tidur atau istirahat klien.
Semua tindakan keperawatan telah dilakukan dalam waktu dua hari, untuk diagnosa
nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik dan intoleransi aktivitas berhubungan
dengan kelemahan fisik intervensi dihentikan karena sudah ada kemajuan pada
klien, namun pada diagnosa resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan
asupan cairan yang tidak adekuat masih dilanjutkan karena klien masih puasa.
4.5 Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan penulis meliputi evaluasi proses dan hasil koma
sehingga tindakan keperawatan yang dilakukan apabila belum berhasil sesuai tujuan
tindakan di ulang pada waktu yang sama atau modifikasi sesuai perencanaan dari
diagnosa yang muncul.
1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik
Hasil yang dicapai setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
masalah teratasi sebagian dengan data subjektif : nyeri pada daerah operasi sudah
berkurang. Adapun data objektif yang didapat klien tampak tenang, ekspresi wajah
ceria, dan skala nyeri 3 karena data yang didapatkan belum sesuai dengan kriteria
hasil maka intervensi dilanjutkan dengan mengkaji karakteristik nyeri, melakukan
pemeriksaan TTV, mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam, berkolaborasi dengan
tim dokter dalam pemberian analgetik.
Evaluasi yang didapatkan dari tindakan keperawatan selama 3x24 jam resiko
kekurangan volume cairan adalah data subjektif klien mengatakan sudah makan
dalam porsi kecil, sedangkan data objektif keadaan umum baik, klien tampak
tenang, mukosa bibir lembab. karena data yang didapatkan belum sesuai dengan
kriteria hasil maka intervensi dilanjutkan dengan monitor cairan yang masuk
maupun yang keluar dan kolaborasi dengan tim medis.
73
di
74
di
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Diagnosa 1 : nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik, masalah ini teratasi
sebagian karena klien mengatakan masih nyeri, maka intervensi dilanjutkan
kaji skala nyeri ajarkan teknik relaksasi nafas dalam.
5.2 Saran
1. Bagi RSUD Palembang BARI
Diharapkan pihak RSUD Palembang BARI khususnya perawat dapat
mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan sesuai
standar yang ada khususnya dalam penggunaan alat pelindung diri yang
75
di
76
di
DAFTAR PUSTAKA
Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Jakarta: Prima Medika.
Brunner & Suddarth. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Ummualya. 2008. Angka Kejadian Appendisitis. diakses pada tanggal 10 oktober 2019 :
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-trimuflikh-6753- 1-babi.pdf pada
tanggal 2 November 2012
Ariyani, Ratna.2009. Prosedur Klinik Keperawatan Pada Mata Ajar Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta : Trans Info Media
77
di
LAMPIRAN
3. Spuit insulin 1 ml dengan ukuran 2,5 - 2,7dengan panjang jarum 1/4 - 5/8 inci
4. Bak instrumen
5. Bengkok
6. Kom kecil
Persiapan klien :
2. Identifkasi pasien dengan prinsip 5 B : benar obat, benar dosis, benar pasien, cara
pemberian dan waktu.
3. Pasang handscoon
78
di
4. Hisap obat yang akan diberikan dari dalam ampul atau vial ke dalam spuit yang telah
tersedia sesuai kebutuhan
5. Tentukan lokasi yang akan diinjeksi, dilengan bawah : bagian depan lengan bawah
sepertiga dari lekukan siku pada kulit yang sehat, jauh dari pembuluh darah untuk
mantoux, dan lengan atas : tiga jari dibawah sendi bahu ditengah - tengah daerah
muskulus deltoideus untuk BCG.
6. Bersihkan area penusukan dengan kapas alkohol atau dengan desinfektan non alergen
dengan cara sirkulen dari arah dalam keluar.
7. Pegang kapas alkohol atau desinfektan non alergen dengan tangan non dominan
8. Buka tutup jarum dengan ujung jarum menghadap keatas tusukkan jarum injeksi
dengan sudut 15 - 20 derajat terhadap permukaan kulit
10. Cabut jarum sesuai dengan sudut masuknya, tidak dilakukan pengurutan
11. Buat lingkaran pada gelembung hasil injeksi dengan menggunakan alat tulis dengan
diameter 5cm.
12. observasi kulit terhadap reaksi kemerahan dan bengkak, atau reaksi sistemik (10 - 15
menit)
Terminasi
79
di
Referensi :
Ariyani, Ratna.2009. Prosedur Klinik Keperawatan Pada Mata Ajar Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta : Trans Info Media
80