Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini
bisa selesai pada waktunya. Terimakasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah
berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik
dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini bisa jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Pekanbaru, 23 Oktober 2019

Penulis

1
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 1
Daftar Isi ................................................................................................................................................. 2
BAB I ...................................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................................................ 3
BAB II..................................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 4
2.1 Pengertian Kalimat..................................................................................................................... 4
2.2 Unsur-Unsur Kalimat ................................................................................................................. 4
2.3 Pola kalimat Dasar ....................................................................................................................... 5
2.4 Jenis Kalimat ................................................................................................................................ 7
1. Kalimat Tunggal .................................................................................................................... 7
2. Kalimat Majemuk .................................................................................................................. 8
2.5 Kalimat Efektif......................................................................................................................... 12
1. Kesepadan Struktur ................................................................................................................ 12
2. Keparalelan Bentuk ................................................................................................................ 13
3. Ketegasan Makna ................................................................................................................. 13
4. Kehematan Kata ................................................................................................................... 14
5. Kecermatan dan Kesantunan ................................................................................................ 14
6. Kepaduan Makna ................................................................................................................. 15
BAB III ................................................................................................................................................. 16
KESIMPULAN ..................................................................................................................................... 16
DAFTAR RUJUKAN ........................................................................................................................... 17

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahasa adalah sarana berfikir baik untuk menyampaikan pesan kepada orang lain
maupun untuk menerima pesan dari orang lain. Secara lisan maupun tulisan kita tidak
menggunakan kata-kata secara lepas. Akan tetapi kita menggunakan kata-kata sesuai dengan
kaidah dan aturan yang berlaku sehingga terbentuklah rangkaian kata yang dapat
mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaan yang dinamakan kalimat. Kalimat adalah
bagian ujaran yang mempunyai struktur minimal subjek (S) dan predikat (P) dan intonasinya
menunjukkan bagian ujaran itu sudah lengkap dengan makna.
Kalimat merupakan salah satu unsur utama tata bahasa yang dapat berdiri sendiri sebagai
satu kesatuan. Kalimat merupakan faktor utama dalam kajian bahasa. Hal ini disebabkan
karena perantara kalimat. Karena peran kalimatlah seseorang dapat menyampaikan maksud
dari apa yang ingin disampaikannya. Untuk dapat berkalimat dengan baik perlu kita pahami
terlebih dahulu struktur dasar kalimat.
Dalam sebuah karangan kita menjumpai banyak penulisan kalimat yang tidak efektif. Hal
ini disebabkan oleh kalimat-kalimat yang dituliskan kabur, kacau, dan tidak logis. Akibatnya,
pembaca sukar untuk mengerti atau dapat memahami isi dari karangan tersebuit. Berdasarkan
kenyataan inilah penulis tertarik untuk membahas kalimat dengan segala permasalahannya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan kalimat?
2. Bagaimana bentuk pola kalimat dasar?
3. Apa saja jenis-jenis kalimat?
4. Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Menjelaskan pengertian kalimat.
2. Menjelaskan bagaimana bentuk pola kalimat dasar.
3. Menjelaskan jenis-jenis kalimat.
4. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan kalimat efektif.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kalimat


Dalam kehidupan sehari-hari kita menggunakan kalimat untuk beromunikasi. Dengan
kalimat kita dapat mengekspresikan diri kita, kita juga dapat bertanya dengan menggunakan
kalimat, dan masih banyak lagi yang bisa kita lakukan dengan menggunakan kalimat. Berikut
ini adalah beberapa pengertian kalimat menurut para ahli.
Menurut Arifin dan Tasai (2003:58), kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam
wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh.
Menurut Widjono (2012:187), kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang
merupakan kesatuan pikiran.
Menurut Cook (1971:39-40); Elson dan Picket (1969:82), dalam Tarigan (2009:6)
kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri, yang
mempunyai pola intonasi akhir dan yang terdiri dari klausa.
Kalimat menurut penulis: Kalimat merupakan satuan bahasa terkecil yang dapat
berdiri sendiri dan berdasarkan pola yang mempunyai pikiran makna yang lengkap.

2.2 Unsur-Unsur Kalimat


Dalam pola kalimat dasar kita dapat menjumpai Subjek (S), Prediket (P), Objek (O),
Pelengkap (Pel), dan Keterangan (Ket) yang merupakan unsur pembangun sebuah kalimat.
Unsur-unsur kalimat ini memiliki fungsi dan tugasnya masing-masing di dalam sebuah
kalimat. Kalimat minimal harus memiliki unsur Subjek (S) dan Prediket (P).
2.2.1 Subjek (S)
(Widjono, 2012:188) subjek atau pokok kalimat merupakan unsur utama kalimat.
Subjek menentukan kejelasan kalimat. Pada umumnya subjek berupa nomina, frasa nominal,
atau klausa.
Contoh: Sayasedang makan.
Orang-Orang sedang demo kenaikan BBM.
2.2.2 Predikat (P)
(Alwi dkk, 2003:326)Predikat merupakan konstituen pokok yang disertai konstituen
subjek di sebelah kiri dan jika ada konstituen objek, pelengkap, dan/atau keterangan wajib di
sebelah kanan. Predikat biasanya berupa frasa verbal atau frasa adjektival.
Contoh: Ayahnya guru bahasa Inggris.
Adiknya dua.

4
2.2.3 Objek (O)
(Alwi dkk, 2003:328) Objek adalah konstituen kalimat yang kehadirannya dituntut
oleh predikat yang berupa verba transitif pada kalimat aktif. Objek biasanya berupa nomina
atau frasa nominal.
Contoh: Adi mengunjungi Pak Rustam.
Ibu mencuci baju.
2.2.4 Pelengkap (Pel)
(Alwi, dkk, 2003:329) Pelengkap berwujud frasa nominal, frasa verbal, frasa
adjektival, frasa adjektival, frasa preposisional, atau klausa. Pelengkap berada langsung di
belakang predikat jika tidak ada objek dan di belakang objek kalau unsur ini hadir.
Contoh: Ibunya sakit kepala.
Beliau senang bermain tenis.
2.2.5 Keterangan (Ket)
(Alwi, dkk, 2003:330) Keterangan merupakan fungsi sintaksis yang paling beragam
dan paling mudah berpindah letaknya. Keterangan dapat berada di akhir, di awal, dan bahkan
di tengah kalimat. Konstituen keterangan biasanya berupa frasa nominal, frasa preposisional,
atau frasa adverbial.
Contoh: Dia memotong rambutnya di kamar.
Dia mencuci piring di dapur.

2.3 Pola kalimat Dasar


Kalimat yang jumlahnya banyak biasanya disusun dengan pola yang mempunyai makna.
Pola-pola tersebut disusun berdasarkan unsur-unsur pembangin kalimat. Berikut merupakan
pola kalimat dasar.
1) Kalimat Berpola S P (P: Verba)
Kalimat berpolakan S P merupakan kalimat yang terdiri dari Subjek dan Predikat dimana
subjek berupa nomina, frasa nomina, atau klausa sedangkan predikat berupa verba atau frasa
verba.
Contoh: Dia sedang tidur.
Vony sedang berolahraga.
2) Kalimat Berpola S P (P: Nomina)
Kalimat yang berpolakan S P merupakan kalimat yang terdiri dari Subjek dan Predikat
dimana subjek berupa nomina, frasa nomina, atau klausa sedangkan predikat berupa nomina.

5
Tetapi nomina predikat mempunyai pengertian lebih luas daripada nomina subjek dan berupa
nomina penggolong (identifikasi).
Contoh:Ayahnya guru bahasa Inggris.
Mereka itu mahasiswa
3) Kalimat Berpola S P (P: Adjektiva)
Kalimat yang berpolakan S P merupakan kalimat yang terdiri dari Subjek dan Predikat
dimana subjek berupa nomina, frasa nomina, atau klausa sedangkan predikat berupa adjektiva
( kata sifat).
Contoh: Gadis itu cantik.
Sepatu itu mahal sekali.
4) Kalimat Berpola S P Pel
Kalimat yang berpolakan S P Pel merupakan kalimat yang terdiri dari Subjek, Predikat,
dan Pelengkap dimana subjek berupa nomina(kata benda), frasa nomina, atau klausa. Predikat
berupa verba atau kata sifatdan pelengkap berupa nomina (kata benda) atau adjektiva (kata
sifat).
Contoh:Vony makan roti.
Paman membuat lukisan.
5) Kalimat Berpola S P O
Kalimat yang berpolakan S P O merupakan kalimat yang terdiri dari Subjek, Predikat, dan
Objek dimana subjek berupa nomina (kata benda), frasa nomina, atau klausa. Predikat berupa
verba atau kata sifatdan objek berupa nomina (kata benda) atau frasa nominal.
Contoh: Mereka menonton film.
Pesawat itu menembus angkasa.
6) Kalimat Berpola S P K
Kalimat yang berpolakan S P K merupakan kalimat yang terdiri dari Subjek, Predikat, dan
Keterangan dimana subjek berupa nomina (kata benda), frasa nomina, atau klausa. Predikat
berupa verba atau kata sifatdan keteranganberupa frasa berpreposisi.
Contoh:Dosen itu selalu ramah setiap hari.
Mahasiswa IA sedang berdiskusi di kelas.
7) Kalimat Berpola S P O K
Kalimat yang berpolakan S P O K merupakan kalimat yang terdiri dari Subjek, Predikat,
Objek dan Keterangan dimana subjek berupa nomina (kata benda), frasa nomina, atau klausa.
Predikat berupa verba atau kata sifat, objek berupa nomina atau frasa nominaldan
keteranganberupa frasa berpreposisi.
6
Contoh: Ayah berangkat ke kantor setiap pagi.
Vony memasak di dapur kemarin sore.
8) Kalimat Berpola S P O Pel
Kalimat dasar yang mempunyai unsur subjek, predikat, objek, dan pelengkap. Subjek
berupa nomina (kata benda) atau frasa nominal, predikat berupa verba, objek berupa nomina
(kata benda) atau frasa nominal, dan pelengkap berupa nomina (kata benda) atau frasa
nominal.
Contoh: Ibuku menggorengkan ayah ikan.
Chervon membukakan ibunya pintu.

2.4 Jenis Kalimat


Kalimat dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain:
2.3.1 Jenis Kalimat Menurut Jumlah Klausanya
Menurut jumlah klausa pembentuknya, kalimat dapat dibedakan atas 2 macam yaitu:

1. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari atas satu klausa. Karena terdiri dari
satu klausa yang unsurnya subjek dan predikat yang serba tunggal maka kalimat ini disebut
kalimat tunggal. (Hasnah Faizah, 2009:74)
Berdasarkan jenis frasa pengisi predikatnya, kalimat tunggal dapat dibagi empat macam:
a. Kalimat Nominal
(Ramlan, 2005:129) Kalimat nominalialah klausa yang predikatnya terdiri dari kata
atau frasa golongan nominal.
Contoh:
a. Ia guru.
b. Dina dibelikan orang itu sepeda.
c. Kalimat Adjektival
(Ramlan, 2005:132) Kalimat adjektival predikatnya terdiri dari kata golongan verbal
yang termasuk golongan kata sifat atau terdiri dari frasa golongan verbal yang unsur pusatnya
berupa kata sifat.
Contoh:
a. Udaranya panas sekali.
b. Harga buku sangat mahal.
c. Kalimat Verbal

7
(Ramlan, 2005:130) Kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya terdiri dari kata frasa
golongan verbal.
Contoh:
a. Petani mengerjakan sawahnya dengan tekun.
b. Udaranya panas.
c. Kalimat Numeral
(Ramlan, 2005:137) Kalimat numeral adalah kalimat yang predikatnya terdiri dari kata atau
frasa golongan bilangan.
Contoh:
a. Kerbau petani itu terdiri dari dua ekor.
b. Anaknyaduaorang.

2. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang merupakan gabungan dari dua atau lebih
klausa tunggal (Sri Hapsari Wijayanti dkk, 2013:63) Kalimat majemuk terbagi menjadi dua
golongan yaitu:
a. Kalimat Majemuk Setara
(Ida, 2006:37) Kalimat majemuk setara adalah gabungan beberapa kalimat tunggal
menjadi sebuah kalimat yang lebih besar dan tiap-tiap kalimat tunggal yang digabungkan
tidak kehilangan unsur-unsurnya. Biasanya dihubungkan dengan konjungsi koordinatif dan,
atau, tetapi, dan sedangkan.
Contoh:
- Vony ingin sekali menjadi guru matematika, tetapi dia kurang menyukai matematika.
- Raja kuliah di UR, sedangkanRisma kuliah di UIR.
b. Kalimat Majemuk Bertingkat
(Ida, 2006:61) Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang hubungan pola-
polanya tidak sederajat, salah satu pada bagian yang lebih tinggi kedudukannya disebut induk
kalimat, sedangkan bagian yang lebih rendah kedudukannya disebut anak kalimat. Konjungsi
subordinatif dapat menyatakan berbagai hubungan makna, yaitu hubungan waktu (sebelum,
sejak, sewaktu, setelah), syarat (asalkan, jika, kalau), pengandaian (jangan-jangan,
seandainya), tujuan (agar, biar, supaya), konsesif (walaupun, sekalipun, sungguhpun),
pembandingan (alih-alih, daripada, ibarat, sebagaimana), sebab/alasan (karena, sebab),
hasil/akibat (sampai-sampai, maka, sehingga), cara (dengan, tanpa), komplementasi
(bahwa), atribut (yang), perbandingan (sama).

8
Contoh:
- Daripada menganggur, Tessa membantu ibunya di toko.
- Setelah memberikan pertunjukkan, Fitri juga menemui fansnya.
c. Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat majemuk campuran adalah kalimat yang terdiri dari sebuah pola atasan dan
sekurang-kurangnya dua pola bawahan, atau sekurang-kurangnya dua pola atasan dan satu
atau lebih pola bawahan.
Contoh:
1) Satu pola atasan dan dua polah bawahan
Kami telah menyelenggarakan sebuah malam kesenian, yang dimeriahkan oleh para
artis ibu kota, serta dihadiri pula oleh para pembesar kota itu.
2) Satu pola atasan dan satu atau lebih pola bawahan
Bapak menyesalkan perbuatan itu, dan meminta kami agar kami berjanji tidak akan
mengulangi kesalahan-kesalahan yang sama, yang dapat merugikan nama baik dan
kedudukannya.
2.3.2 Jenis Kalimat Menurut Kelengkapan Unsurnya
Kalimat menurut kelengkapan unsurnya dibagi menjadi dua yaitu:
1. Kalimat Lengkap (Mayor)
Kalimat lengkap adalah kalimat yang memiliki subjek dan predikat.
Contoh:
- Ibu pergi.
- Adik sedang belajar.
2. Kalimat Tidak Lengkap (Minor)
Kalimat tidak lengkap adalah kalimat yang tidak memiliki salah satu unsur subjek atau
predikatnya. Kalimat ini sering dipakai pada slogan, ucapan atau sapaan dan bahasa lisan.
Contoh:
- Sampai jumpa lagi.
- Selamat hari ulang tahun.
2.3.3 Jenis Kalimat Menurut Susunan Subjek Predikatnya
Kalimat menurut susunan subjek dan predikatnya dibagi menjadi dua yaitu:
1. Kalimat Versi
Kalimat versi adalah kalimat yang subjek mendahului predikat.
Contoh:
- Agung berangkat ke Jakarta
9
- Ibu menyiram bunga.
2. Kalimat Invers
Kalimat invers adalah kalimat yang predikatnya mendahului subjek. Urutan ini digunakan
untuk penegasan makna.
Contoh:
- Bawa bibit itu kemari.
- Disiramnya bunga itu.
2.3.4 Jenis Kalimat Menurut Fungsi Isinya
1. Kalimat Berita (Deklaratif)
(Ramlan, 2005:27-28) Jika dilihat berdasarkan fungsinya, kalimat berita pada
umumnya berfungsi untuk memberitahukan sesuatu informasi pada orang lain sehingga orang
yang mendengar informasi tersebut .pun memberi tnggapan seperti misalnya berupa perhatian
pada informasi tersebut. Umumnya kalimat berita disertai kontur intonasi akhir kalimat yang
menurun. Dalam kalimat berita tidak terdapat kata-kata tanya seperti: apa, siapa, dimana, dan
mengapa. Tetapi terdapat kata-kata ajakan seperti: mari dan ayo. Kata persilahkan seperti:
silahkan dan dipersilahkan. Kata larangan seperti: jangan.
Contoh:
- Menurut ilmu sosial konflik dapat terjadi karena penemuan-penemuan baru.
- Belajarlah mereka dengan tekun.
2. Kalimat Tanya (Introgratif)
(Ramlan, 2005:28-39) Jika ditinjau berdasarkan fungsinya, kalimat tanya berfungsi
untuk menanyakan sesuatu. Kalimat tanya ini pola intonasinya berbeda dengan kalimat
berita. Perbedaan utamanya terletak pada nada akhirnya. Kalimat berita bernada akhir turun
sedangkan kalimat tanya berakhir nada naik.Kalimat tanya seringa menggunakan kata tanya,
seperti apa, siapa, mengapa, kenapa, bagaimana, mana, bilamananya, kapan, bila, dan
berapa.
a. Contoh kata tanya apa.
Apa yang dibawa petani itu?
b. Contoh kata tanya siapa.
Siapa yang menulis surat ini?
c. Contoh kata tanya mengapa.
Mengapa anak-anak itu dipulangkan?
d. Contoh kata tanya kenapa.
Kenapa Vony tidak pergi ke kampus?
10
e. Contoh kata tanya bagaimana.
Bagaimana Chervon itu dapat lulus di Universitas tersebut?
f. Contoh kata tanya di mana.
Pengusaha itu bertempat tinggal di mana?
g. Contoh kata tanya bilamana, bila, dan kapan.
- Bilamana karyawan itu akan menyelesaikan pekerjaannya?
- Kapan kapal terbang itu mengalami kerusakan?
- Bila bapak guru akan pulang?
h. Contoh kata tanya berapa.
Berapa harga buku tersebut?
3. Kalimat Perintah (Imperatif)
(Ramlan, 2005:39-43) Berdasarkan fungsi dalam hubungan situasi, kalimat perintah
mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan dari orang lain. Berdasarkan struktur kalimat
perintah dapat digolongkan menjadi.
a. Kalimat suruh yang sebenarnya ditandai oleh pola intonasi suruh. Hanya partikel lah
yang dapat ditambahkan pada kata verbal itu guna menghaluskan perintah.
Contoh:
- Tertawalah engkau sepuas-puasnya!
- Berangkatlah sekarang juga!
b. Kalimat persilakan yang ditandai oleh pola intonasi suruh, dan penambahan kata
silahkan atau persilahkan yang diletakkan di awal kalimat.
Contoh:
- Silahkan tuan mengambil buku sendiri!
- Silahkan beristirahatlah!
c. Kalimat ajakan yang mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan, hanya
perbedaannya tindakan itu bukan hanya dilakukan oleh orang yang diajak berbicara,
melainkan juga oleh orang yang berbicara atau penuturnya.
Contoh:
- Ayo kita bermain sepak bola!
- Marilah belajar ke perpustakaan pusat!
d. Kalimat larangan, selain ditandai oleh pola intonasi suruh, kalimat ini ditandai
dengan kata jangan atau dilarang di awal kalimat. Partikel lah dapat ditambahkan pada kata
tersebut untuk memperhalus larangan.

11
Contoh:
- Janganlah suka menyakiti hati orang.
- Dilarang membawa buku itu!
4. Kalimat Seruan (Eksklamatif)
(Abdul Chaer, 2011:360)Kalimat seruan digunakan untuk menyatakan emosi atau
perasaan batin yang biasanya terjadi secara tiba-tiba. Misalnya rasa terkejut, marah, kagum,
gemas, kecewa, sedih, cemas, takut, tidak suka, benci, iba, dan sebagainya.
Contoh:
- Betapa kecewanya aku!
- Sungguh indahnya hari ini!

2.5 Kalimat Efektif


(Kunjana Rahardi,2009:129) Kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki
kemampuan menimbulkan kembali gagasan atau pikiran pada diri pendengar atau pembaca.
(Nursalim A.R,2011:40) Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili secara tepat isi
pikiran atau perasaan penulis secara segar, dan sanggup menarik perhatian pembaca atau
pendengar terhadap pokok persoalan yang dibicarakan.
Jadi, yang dimaksud kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi syarat sebagai
berikut:
a. Secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis.
b. Sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau
pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis.
Kalimat efektif menurut penulis: kalimat efektif adalah kalimat yang dapat
menimbulkan pikiran dan gagasan yang dapat dimengerti oleh orang lain dan menarik
perhatian pembaca mengenai pokok pembicaraan.
Sebuah kalimat efektif mempunyai ciri-ciri khas, yaitu kesepadanan struktur,
keparalelan bentuk, ketegasan makna, kehematan kata, kecermatan penalaran, kepaduan
gagasan.

1. Kesepadan Struktur
(Arifin dan Tasai, 2010:97) Kesepadanan struktur adalah keseimbangan antara
gagasan atau pikiran dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat itu memiliki
beberapa ciri, seperti:
a) Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat yang jelas.
b) Tidak terdapat subjek yang ganda.

12
c) Kata penghubunga intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.
d) Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Contoh:
a) Kepadasemua pegawaiuntuk memasuki ruang rapat. (Salah)
b) Semua pegawaiuntuk memasuki ruang rapat. (Benar)

2. Keparalelan Bentuk
(Arifin dan Tasai, 2010:99) Keparalelan bentuk adalah kesamaan atau bentuk kata
atau frasa yang digunakan dalam sebuah kalimat. Artinya, kalau bentuk pertama
menggunakan nomina, bentuk kedua dan seterusnya juga menggunakan nomina. Kalau
bengtuk pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.
Contoh :
a) Harga BBM minggu ini segera dibakukan dan kenaikan secara luwes.
b) Harga BBM minggu inisegera dibakukan dan dinaikkan secara luwes.

3. Ketegasan Makna
(Arifin dan Tasai, 2010:100) Ketegasan makna adalah penonjolan pada ide pokok
kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu memberika
penekanan atau penegasan pada penonjolan tersebut. Ada berbagai cara untuk membentuk
penekanan dalam kalimat, yaitu:
a) Meletakkan kata yang ditonjolkan di depan kalimat
Contoh:
Harapan Presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
b) Membuat urutan kata yang bertahap
Contoh:
Sekali, dua kali, tiga kali, ia selalu membuat kekacauan.
c) Melakukan pengulangan kata
Contoh:
Saya suka kecantikannya, saya suka kelembutannya, saya suka senyumnya.
d) Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
Novi itutidak cantik, tetapiberhati tulus.
e) Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).
Contoh:
Saudaralah yang harus bertanggung jawab

13
4. Kehematan Kata
(Arifin dan Tasai, 2010:101) Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif
adalah hemat mempergunakan kata, frasa atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu.
Kehematan tidak harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat.
Penghematan disini mempunyai arti penghematan terhadap kata yang tidak diperlukan,
sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan,
yaitu :
a.) Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek.
Contoh:
Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa Presiden datang. (Salah)
Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa Presiden datang.(Benar)
b.) Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian superordinat
(sejumlah perincian).
Contoh:
Di mana engkau menangkap burung merpati itu? (Salah)
Di mana engkau menangkap merpati itu?(Benar)
c.) Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam satu
kalimat.
Contoh:
Sejak dari pagi dia bermenung.(Salah)
Sejak pagi dia bermenung. (Benar)
d.) Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk
jamak.
Contoh:
Para hadirin(Salah)
hadirin(Benar)

5. Kecermatan dan Kesantunan


(Arifin dan Tasai, 2010:103) Kecermatan adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan
tafsiran ganda, dan tepat dalam pilhan kata.
Contoh:
Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para hulubalang, dan para
menteri. (Salah)
Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.(Benar)

14
6. Kepaduan Makna
(E.Zaenal Arifin, 2008:103) Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan pernyataan
dalam kalimat itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
Contoh:
Kita harus memperhatikan daripada kehendak rakyat (Salah)
Kita harus memperhatikan kehendak rakyat (Benar)

15
BAB III
KESIMPULAN
Kalimat merupakan satuan bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri dan berdasarkan
pola yang mempunyai pikiran makna yang lengkap. Kalimat yang jumlahnya banyak pada
hakikatnya disusun dengan pola tertentu yang jumlahnya sedikit. Dalam pola kalimat dasar
kita dapat menjumpai Subjek (S), Prediket (P), Objek (O), Pelengkap (Pel), dan Keterangan
(Ket) yang merupakan unsur pembangun sebuah kalimat. Unsur-unsur kalimat ini memiliki
fungsi dan tugasnya masing-masing di dalam sebuah kalimat. Kalimat minimal harus
memiliki unsur Subjek (S) dan Prediket (P).Kalimat yang jumlahnya banyak biasanya
disusun dengan pola yang mempunyai makna. Pola-pola tersebut disusun berdasarkan unsur-
unsur pembangin kalimat.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat menimbulkan pikiran dan gagasan yang
dapat dimengerti oleh orang lain dan menarik perhatian pembaca mengenai pokok
pembicaraan.Kalimat efektif juga mempunyai ciri-ciri khas, yaitu kesepadanan struktur,
keparalelan bentuk, ketegasan makna, kehematan kata, kecermatan penalaran, kepaduan
gagasan, dan kelogisan bahasa.Jadi, yang dimaksud kalimat efektif adalah kalimat yang
memenuhi syarat sebagai berikut: 1) Secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan
pembicara atau penulis. 2) Sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran
pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis.

16
DAFTAR RUJUKAN
Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan
Tinggi. Jakarta: Akademika Presindo

17

Anda mungkin juga menyukai