Anda di halaman 1dari 18

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING UNTUK

MENINGKATKAN NILAI KETERAMPILAN, MENYAJIKAN BERBAGAI BENTUK


KERAGAMAN SUKU BANGSA, SOSIAL, DAN BUDAYA DI INDONESIA YANG
TERIKAT PERSATUAN DAN KESATUAN

( Penelitian Tindakan Kelas di Kelas Peserta Didik Kelas IV Tema 7 Sub Tema 1
MI DARUSSALAM BARON )

Jurnal Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
“Pengembangan Profesional Guru”
Dosen Pengampu :
H. Soim, M.Pd.I

Oleh :
Moh. Fathur Rohman

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM PANGERAN DIPONEGORO (IAI-PD) NGANJUK
2019

1
Rohman, Fathur. 2019. Penerapan Model Pembelajaran Role Playing Untuk Meningkatkan
Nilai Keterampilan, Menyajikan Berbagai Bentuk Keragaman Suku Bangsa, Sosial,
Dan Budaya Di Indonesia Yang Terikat Persatuan Dan Kesatuan Madrasah Ibtidaiyah
Darussalam Sugihwaras Baron Nganjuk, Program Studi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Pangeran
Diponegoro (IAI-PD) Nganjuk .

Kata Kunci : Penerapan, Model Pembelajaran, Role Playing, Nilai Keterampilan

Jurnal ini membahas tentang “Penerapan Model Pembelajaran Role Playing Untuk
Meningkatkan Nilai Keterampilan, Menyajikan Berbagai Bentuk Keragaman Suku Bangsa,
Sosial, Dan Budaya Di Indonesia Yang Terikat Persatuan Dan Kesatuan”
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan siswa dengan Penerapan
Model Pembelajaran Role Playing dalam Menyajikan berbagai bentuk keragaman suku
bangsa, sosial, dan budaya di Indonesia yang terikat persatuan dan kesatuan pada peserta
didik kelas IV Tema 7 Sub Tema 1 MI Darussalam - Baron
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Sumber data pada para siklus diambil
dari nilai keterampilan dari NPH (Nilai Penilaian Harian) peserta didik. Selanjutnya Teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan menilai kinerja masing- masing peserta didik
dalam dua aspek yaitu kinerja praktek dan kinerja produk untuk memperoleh data skor akhir
nilai ketrampilan dengan butir-butir soal individu yang harus dikerjakan oleh individu peserta
didik. Alat pengumpulan data dilakukan dengan tabel kinerja praktek dan kinerja produk
untuk seluruh peserta didik yang dijadikan objek penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penerapan Model pembelajaran Role Playing
dapat meningkatkan nilai ketrampilan peserta didik dalam menyajikan berbagai bentuk
keragaman suku bangsa, sosial dan budaya di Indonesia yang terikat persatuan dan kesatuan
dengan KKM yang telah ditentukan oleh MI Darussalam pada muatan pembelajaran PKN.
Model Pembelajaran Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan- bahan
pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi
dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda
mati

2
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang Masalah
Pasal 1 butir 1 UU No. 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional
menyatakan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan berencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Pasal tersebut menyiratkan
bahwa pendidikan pada hakikatnya merupakan upaya pemanusiaan, pembudayaan,
dan memberadabkan anak manusia sebagai makhluk yang dipercaya sebagai
khalifah di muka bumi. Bagi bangsa Indonesia, upaya itu terkait oleh falsafah
Pancasila dan Tujuan pendidikan nasional. Pendidikan Nasional berfungsi sebagai
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Dengan demikian, proses pendidikan yang dilaksanakan di MI
Darussalam- Baron harus dapat membekali anak didik dengan kekuatan spiritual
keagamaan, sikap positif terhadap masalah kebangsaan dan kenegaraan, pengetahuan,
keterampilan serta berakhlak mulia yang diperlukan sebagai dasar kokoh untuk
membangun karakter anak yang berkeadaban.
Dalam muatan pembelajaran PKN kelas IV tema indahnya keanekaragaman
negeriku sub tema Keragaman Suku Bangsa dan Agama di Negeriku yang
berkompetensi dasar Menyajikan berbagai bentuk keragaman suku bangsa, sosial, dan
budaya di Indonesia yang terikat persatuan dan kesatuan merupakan dasar untuk
menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara yang patut kita kenalkan dan pahami.
Pada umumnya siswa kelas IV MI Darussalam hanya mengenal bangsa yang
mereka bawa sejak lahir dalam hal ini adalah suku Jawa. Terkait dari hal tersebut
siswa kelas IV MI Darussalam Baron yang penulis amati masih kurang dalam nilai
ketrampilan menyajikan dan pengenalan terhadap suku-suku yang ada di negara kita
tercinta Indonesia ini. Hal tersebut dapat kita diketahui dari nilai ulangan harian yang
belum sesuai dengan standar nilai terendah muatan pelajaran PKN kelas IV MI
Darussalam
3
Nilai yang belum mencapai KKM tersebut dapat penulis simpulkan bahwa
peserta didik kelas IV sebagian besar belum dapat Menyajikan berbagai bentuk
keragaman suku bangsa, sosial, dan budaya di Indonesia yang terikat persatuan dan
kesatuan.
II. Identifikasi Masalah
Dari identifikasi masalah, yang kemudian didiskusikan dengan teman sejawat,
diketahui faktor-faktor yang menyebabkan nilai keterampilan Peserta didik kurang
memenuhi KKM yang telah ditentukan oleh sekolah, maka dapat dikemukakan
analisis permasalahan sebagai berikut:
A. Peserta didik belum dapat mengidentifikasi nama-nama suku di Indonesia
B. Peserta didik belum mampu mengenal Peta Indonesia dan menyebutkan suku-
suku yang tinggal di dalamnya.
C. Peserta didik belum mampu menyebutkan budaya masing-masing suku yang ada
di Indonesia.
Untuk alternatif pemecahan masalah yang diakibatkan dari faktor-faktor di
atas dapat penulis lakukan alternatif pemecahan masalah sebagai berikut:
A. Pembelajaran dengan mencari referensi lain dari luar buku yang berkaitan dengan
suku-suku yang terdapat di Indonesia.
B. Pengenalan Peta Indonesia dengan menggambar peta dan memberikan nama-
nama propinsi di Indonesia serta suku-suku yang terdapat di dalamnya
C. Pembuatan skenario pembelajaran dengan bermain peran diikuti dengan
penyajian suku-suku di Indonesia pada peta Indonesia.
III. Pembatasan Masalah
Pembelajaran terpadu berupa tema yang telah ditentukan dalam silabus
mengandung muatan berbagai kompetensi dasar atas berbagai macam muatan
pelajaran dalam hal ini penulis mengambil muatan pelajaran PKN tema 7 Indahnya
Keragaman di Negeriku sub tema 1 Keragaman Suku Bangsa dan Agama di Negeriku
pada kompetensi dasar 4.4 muatan pelajaran PKN Menyajikan berbagai bentuk
keragaman suku bangsa, sosial, dan budaya di Indonesia yang terikat persatuan dan
kesatuan.

IV. Rumusan Masalah


Berdasarkan identifikasi dan analisis masalah yang menjadi fokus perbaikan
maka dapat dirumuskan sebagai berikut:
“Apakah Penerapan Model Pembelajaran Role Playing Dapat Meningkatkan
Nilai Keterampilan Menyajikan berbagai bentuk keragaman suku bangsa, sosial, dan
budaya di Indonesia yang terikat persatuan dan kesatuan pada peserta didik kelas
IV Tema 7 Sub Tema 1 MI DARUSSALAM BARON” ?
4
V. Tujuan Penelitian
Penulis mengadakan perbaikan pembelajaran dengan tujuan untuk
meningkatkan keterampilan siswa dengan Penerapan Model Pembelajaran Role
Playing dalam Menyajikan berbagai bentuk keragaman suku bangsa, sosial, dan
budaya di Indonesia yang terikat persatuan dan kesatuan pada peserta didik kelas IV
Tema 7 Sub Tema 1 MI Darussalam - Baron
VI. Manfaat Penelitian
Perbaikan pembelajaran pada mata pelajaran yang penulis lakukan yaitu
muatan pelajaran PKN dengan kompetensi dasar Menyajikan berbagai bentuk
keragaman suku bangsa, sosial, dan budaya di Indonesia yang terikat persatuan dan
kesatuan pada peserta didik kelas IV Tema 7 Sub Tema 1 MI Darussalam -
Baron, antara lain ialah:
A. Bagi Siswa
Bagi siswa dapat meningkatkan nilai ketrampilan dalam menyajikan berbagai bentuk
keragaman suku bangsa, sosial, dan budaya di Indonesia yang terikat persatuan dan
kesatuan
B. Bagi Guru
Setelah selesainya pelaksanaan perbaikan pembelajaran, secara langsung guru atau
penulis mempunyai kemampuan melakukan langkah-langkah dalam Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Dari pengalaman tersebut penulis dapat membiasakan diri
melakukan perbaikan pembelajaran di kelas untuk mencapai ketuntasan belajar.
C. Bagi Sekolah
Apabila guru mau melaksanakan perbaikan pembelajaran pada tiap materi pelajaran
yang belum mencapai tingkat ketuntasan hasil belajar siswa hingga 70%, penulis
berkeyakinan kualitas pembelajaran dan prestasi siswa akan meningkat serta
sekolah akan mendapatkan nilai baik di mata masyarakat. Dan pada akhirnya
masyarakat akan peduli terhadap sekolah. Bila rasa peduli sudah tertanam di hati
masyarakat, sekolah akan mudah menjalin kerja sama yang saling menguntungkan.
Sekolah akan berkembang secara dinamis seiring tuntutan kebutuhan masyarakat luas.

5
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
I. Kajian Teori
A. Penerapan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), penerapan adalah proses,
cara, perbuatan menerapkan. Dapat disimpulkan bahwa penerapan adalah suatu
perbuatan mempraktekkan teori, metode, dan hal lain untuk mencapai tujuan
tertentu untuk suatu kepentingan yang diinginkan oleh kelompok atau golongan
yang telah terencana dan tersusun sebelumnya.
B. Model Pembelajaran Role Playing
Pembelajaran merupakan suatu istilah yang memiliki keterkaitan yang
sangat erat dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam proses pendidikan.
Pembelajaran seharusnya merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
menciptakan suasana atau memberikan pelayanan agar peserta didik belajar.
Untuk itu, harus dipahami bagaimana peserta didik memperoleh
pengetahuan dari kegiatan belajarnya. Jika guru dapat memahami proses
pemerolehan pengetahuan, maka guru akan dapat menentukan strategi
pembelajaran yang tepat bagi peserta didiknya. Menurut Sudjana (2000) dalam
Sugihartono, dkk (2007: 80) pembelajaran merupakan setiap upaya yang
dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat menyebabkan peserta didik
melakukan kegiatan belajar. Sedangkan Nasution (2005) dalam Sugihartono, dkk
(2007: 80) mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu aktivitas mengorganisasi
atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak
didik sehingga terjadi proses belajar. Lingkungan dalam pengertian ini tidak
hanya ruang belajar, tetapi juga meliputi guru, alat peraga, perpustakaan,
laboratorium, dan sebagainya yang relevan dengan kegiatan belajar peserta didik
Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono dalam Syaiful Sagala (2006:
62) pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain
instruksional, untuk membuat peserta didik belajar secara aktif, yang
menekankan pada penyediaan 10 sumber belajar. Pembelajaran sebagai proses
belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir
yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik, serta dapat
meningkatkan kemampuan mengonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya
meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.

6
Pengertian Model Pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola
yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas.
Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan
digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam
kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas (Arends
dalam Trianto, 2010: 51). Sedangkan menurut Joyce & Weil (1971) dalam
Mulyani Sumantri, dkk (1999: 42) model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, dan memiliki
fungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar
dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Berdasarkan
dua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran
tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para
guru dalam merancang dan melaksanakan proses belajar mengajar.
Menurut Trianto (2010: 53) fungsi model pembelajaran adalah sebagai
pedoman bagi perancang pengajar dan para guru dalam melaksanakan
pembelajaran. Untuk memilih model ini sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi
yang akan diajarkan, dan juga dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai dalam
pengajaran tersebut serta tingkat kemampuan peserta didik.
Di samping itu pula, setiap model pembelajaran juga mempunyai tahap-
tahap (sintak) yang dapat dilakukan siswa dengan bimbingan guru. Antara sintak
yang satu dengan sintak yang lain juga mempunyai perbedaan. Perbedaan-
perbedaan ini, di antarannya pembukaan dan penutupan pembelajaran yang
berbeda antara satu dengan yang lain. Oleh karena itu, guru perlu menguasai dan
dapat menerapkan berbagai keterampilan mengajar, agar dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang beraneka ragam dan lingkungan belajar yang menjadi ciri
sekolah pada dewasa ini. Menurut Kardi dan Nur dalam Trianto (2011: 142)
istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi,
metode, atau prosedur.
Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh
strategi, metode, atau prosedur. Ciri-ciri khusus model pembelajaran adalah :
1. Rasional teoretis logis yang disusun oleh para pencipta atau
pengembangnya. Model pembelajaran mempunyai teori berpikir yang
7
masuk akal. Maksudnya para pencipta atau pengembang membuat
teori dengan mempertimbangkan teorinya dengan kenyataan
sebenarnya serta tidak secara fiktif dalam menciptakan dan
mengembangkannya.
2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar
(tujuan pembelajaran yang akan dicapai). Model pembelajaran
mempunyai tujuan yang jelas tentang apa yang akan dicapai,
termasuk di dalamnya apa dan bagaimana siswa belajar dengan baik
serta cara memecahkan suatu masalah pembelajaran.
3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan dengan berhasil. Model pembelajaran mempunyai
tingkah laku mengajar yang diperlukan sehingga apa yang menjadi
cita-cita mengajar selama ini dapat berhasil dalam pelaksanaannya.
4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu
dapat tercapai. Model pembelajaran mempunyai lingkungan belajar
yang kondusif serta nyaman, sehingga suasana belajar dapat menjadi
salah satu aspek penunjang apa yang selama ini menjadi tujuan
pembelajaran.
Pada Akhirnya setiap model pembelajaran memerlukan sistem pengelolaan
dan lingkungan belajar yang berbeda. Setiap pendekatan memberikan peran yang
berbeda kepada siswa, pada ruang fisik, dan pada sistem sosial kelas. Sifat
materi dari sistem syaraf banyak konsep dan informasi-informasi dari teks buku
bacaan, materi ajar siswa, di samping itu banyak kegiatan pengamatan gambar-
gambar. Tujuan yang akan dicapai meliputi aspek kognitif (produk dan proses)
dari kegiatan pemahaman bacaan dan lembar kegiatan siswa (Trianto, 2010: 55).
Model Pembelajaran Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-
bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa.
Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan
memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada
umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang
diperankan.
Menurut Zuhaerini (1983: 56), model ini digunakan apabila pelajaran
dimaksudkan untuk: (a) menerangkan suatu peristiwa yang di dalamnya
menyangkut orang banyak, dan berdasarkan pertimbangan didaktik lebih baik
didramatisasikan daripada diceritakan, karena akan lebih jelas dan dapat dihayati
oleh anak; (b) melatih anak-anak agar mereka mampu menyelesaikan masalah-
8
masalah sosial-psikologis; dan (c) melatih anak- anak agar mereka dapat bergaul
dan memberi kemungkinan bagi pemahaman terhadap orang lain beserta
masalahnya.
Langkah-langkah model pembelajaran ini adalah: guru menyiapkan
skenario pembelajaran, menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario
tersebut, pembentukan kelompok siswa, penyampaian kompetensi, menunjuk
siswa untuk melakonkan skenario yang telah dipelajarinya, kelompok siswa
membahas peran yang dilakukan oleh pelakon, presentasi hasil kelompok,
bimbingan penyimpulan dan refleksi.
Bermain peran pada prinsipnya merupakan pembelajaran untuk
‘menghadirkan’ peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu
‘pertunjukan peran’ di dalam kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai
bahan refleksi agar peserta memberikan penilaian terhadap . Misalnya: menilai
keunggulan maupun kelemahan masing-masing peran tersebut, dan kemudian
memberikan saran/ alternatif pendapat bagi pengembangan peran-peran tersebut.
Pembelajaran ini lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam
‘pertunjukan’, dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan
peran.
Role playing adalah sejenis permainan gerak yang didalamnya ada tujuan,
aturan dan sekaligus melibatkan unsur senang (Jill Hadfield, 1986). Dalam role
playing murid dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun saat itu
pembelajaran terjadi di dalam kelas, dengan menggunakan bahasa Inggris. Selain
itu, role Playing sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana
pembelajar membayangkan dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan
memainkan peran orang lain (Basri Syamsu, 2000).
Dalam role playing murid diperlakukan sebagai subyek pembelajaran,
secara aktif melakukan praktik-praktik berbahasa (bertanya dan menjawab dalam
bahasa Inggris) bersama teman-temannya pada situasi tertentu. Belajar efektif
dimulai dari lingkungan yang berpusat pada diri murid (Departemen Pendidikan
Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, 2002). Lebih
lanjut prinsip pembelajaran PKn standar kompetensi memahami kebebasan
berorganisasi, dan menghargai keputusan bersama, murid akan lebih berhasil jika
mereka diberi kesempatan memainkan peran dalam bermusyawarah, melakukan
pemungutan suara terbanyak dan bersikap mau menerima kekalahan sehingga
dengan melakukan berbagai kegiatan tersebut dan secara aktif berpartisipasi,
9
mereka akan lebih mudah menguasai apa yang mereka pelajari (Boediono,
2001). Jadi, dalam pembelajaran murid harus aktif, karena tanpa adanya
aktivitas, maka proses pembelajaran tidak mungkin terjadi.
Sementara itu, sesuai dengan pengalaman penelitian sejenis yang telah
dilakukan, manfaat yang dapat diambil dari role playing adalah: Pertama, role
playing dapat memberikan semacam hidden practise, dimana murid tanpa sadar
menggunakan ungkapan-ungkapan terhadap materi yang telah dan sedang
mereka pelajari. Kedua, role playing melibatkan jumlah murid yang cukup
banyak, cocok untuk kelas besar. Ketiga, role playing dapat memberikan kepada
murid kesenangan karena role playing pada dasarnya adalah permainan. Dengan
bermain murid akan merasa senang karena bermain adalah dunia siswa.
Masuklah ke dunia siswa, sambil kita antarkan dunia kita (Bobby De Porter,
2000: 12)
Kelebihan metode Role Playing melibatkan seluruh siswa berpartisipasi,
mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerja sama.
Siswa juga dapat belajar menggunakan bahasa dengan baik dan benar. Selain itu,
kelebihan metode ini adalah, sebagai berikut:
1. Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.
2. Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan
dalam situasi dan waktu yang berbeda.
3. Guru dapat mengevaluasi pengalaman siswa melalui pengamatan pada
waktu melakukan permainan.
4. Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa.
Di samping merupakan pengaman yang menyenangkan yang saling
untuk dilupakan
5. Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi
dinamis dan penuh antusias
6. Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta
menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi
7. Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dan dapat
memetik butir-butir hikmah yang terkandung di dalamnya dengan
penghayatan siswa sendirI.
8. Dimungkinkan dapat meningkatkan kemampuan profesional siswa, dan
dapat menumbuhkan / membuka kesempatan bagi lapangan kerja
Hakikatnya sebuah ilmu yang tercipta oleh manusia tidak ada yang
sempurna, semua ilmu ada kelebihan dan kekurangan. Jika kita melihat metode
Role Playing dalam cakupan cara dalam proses mengajar dan belajar dalam
lingkup pendidikan tentunya selain kelebihan terdapat kelemahan.
10
1. Metode bermain peranan memerlukan waktu yang relatif
panjang/banyak
2. Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru
maupun murid. Dan ini tidak semua guru memilikinya
3. Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk
memerlukan suatu adegan tertentu
4. Apabila pelaksanaan sosiodrama dan bermain pemeran mengalami
kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi
sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak tercapai
5. Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini
C. Nilai Keterampilan
Penilaian keterampilan adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui
kemampuan siswa dalam menerapkan pengetahuan untuk melakukan tugas
tertentu di dalam berbagai macam konteks sesuai dengan indikator pencapaian
kompetensi.
Ada tiga teknik penilaian keterampilan diantaranya :
1. Penilaian kinerja
Tujuannya adalah untuk mengukur capaian pembelajaran berupa
keterampilan proses dan/atau hasil (produk). Penilaian ini menekankan
pada kualitas proses mengerjakan atau melakukan suatu tugas atau
kualitas produknya atau kedua-duanya.
2. Penilaian proyek
Tujuannya adalah untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
mengaplikasikan pengetahuannya melalui penyelesaian suatu tugas
dalam periode atau waktu tertentu.
Penilaian proyek dapat dilakukan untuk mengukur satu atau
beberapa KD dalam satu atau beberapa mata pelajaran. Tugas tersebut
berupa rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan, pengumpulan data,
pengorganisasian data, pengolahan dan penyajian data, serta pelaporan.
3. Penilaian portofolio
Sampel karya siswa terbaik dari KD pada KI-4 digunakan untuk
mendeskripsikan capaian kompetensi keterampilan dalam satu
semester. Portofolio dapat disimpan dalam bentuk cetakan atau
elektronik. Pada akhir semester kumpulan sampel karya tersebut
digunakan sebagai bagian bahan untuk mendeskripsikan pencapaian
keterampilan secara deskriptif. Portofolio keterampilan tidak diskor lagi
dengan angka.
Menurut Panduan Teknis Pembelajaran dan Penilaian Di Sekolah
Dasar (2016:43) Pelaksanaan penilaian keterampilan bertujuan untuk
11
memperoleh informasi ketercapaian KD pada muatan pelajaran
Keterampilan. Hasil penilaian digunakan untuk perbaikan pelajaran dan
sebagai salah satu pertimbangan pengisian rapor peserta didik.
Instrumen yang digunakan meliputi lembar observasi dilengkapi dengan
rubrik penilaian. Nilai keterampilan diperoleh dari hasil penilaian proses
dan produk yang dituangkan dalam bentuk angka skala 0 – 100.
II. Kerangka Berpikir
Untuk mempermudah peneliti dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas,
penulis membuat rancangan penelitian sebagai berikut:

Pada bagan 3 di gambarkan pada kondisi awal pembelajaran matematika kelas


satu tema satu pembelajaran tiga pada kompetensi dasar Penerapan Model
Pembelajaran Role Playing Dapat Meningkatkan Nilai Keterampilan Menyajikan
berbagai bentuk keragaman suku bangsa, sosial, dan budaya di Indonesia yang
terikat persatuan dan kesatuan pada MI Darussalam belum memenuhi
KKM. Sedangkan KKM yang telah diputuskan pada rapat sekolah awal semester
adalah 70. Hal tersebut dikarenakan guru menggunakan model konvensional
dalam menyampaikan materi.
Tindakan selanjutnya penulis melakukan perbaikan pembelajaran siklus 1
dengan model pembelajaran Role Playing (Bermain Peran) yang dilanjutkan
dengan pelaksanaan siklus 2.
Penilaian keterampilan dilakukan dengan rubrik observasi untuk penilaian
kinerja praktik dan digunakan kinerja hasil produk dari masing-masing peserta
didik kemudian dilakukan pengambilan rata-rata serta pengkonversian predikat
dari nilai skala 0-100 menjadi nilai A, B, C, D.
Dari nilai konversi dapat dilihat sebaran nilai yang sudah memenuhi KKM dan
yang belum mencapai nilai ketuntasan minimal untuk data deskriptifnya. Dengan

12
demikian dapat kita ketahui apakah penggunaan model pembelajaran Role Playing
dapat meningkatkan nilai ketrampilan dalam Menyajikan berbagai bentuk
keragaman suku bangsa, sosial, dan budaya di Indonesia yang terikat persatuan
dan kesatuan.
III. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan permasalahan dan uraian tersebut di atas dapat diambil hipotesis
permasalahan sebagai berikut :
1. Penggunaan metode Role Playing dalam meningkatkan nilai
keterampilan Tentang pembelajaran PKN kurikulum 2013 revisi dengan
kompetensi dasar Menyajikan berbagai bentuk keragaman suku
bangsa, sosial, dan budaya di Indonesia yang terikat persatuan dan
kesatuan dapat berjalan dengan baik.
2. Melalui metode Role Playing dapat meningkatkan keterampilan
peserta didik tentang pembelajaran PKN kurikulum 2013 revisi dengan
kompetensi dasar Menyajikan berbagai bentuk keragaman suku bangsa,
sosial, dan budaya di Indonesia yang terikat persatuan dan kesatuan pada
peserta didik kelas IV Tema 7 Sub Tema 1 MI Darussalam - Baron.

13
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
I. Setting Penelitian (Lokasi dan Waktu)
A. Lokasi Penelitian
Perbaikan pembelajaran dilakukan di MI Darussalam - Baron kelas IV tema
7 subtema 1 muatan pelajaran PKN dengan Kompetensi Dasar 4.4 Menyajikan
berbagai bentuk keragaman suku bangsa, sosial, dan budaya di Indonesia yang
terikat persatuan dan kesatuan.
B. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada tanggal 13 Mei 2019 sampai dengan 24 Mei
2019
II. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dilakukan pada peserta didik kelas IV MI Darussalam
pada nilai keterampilan peserta didik dalam Menyajikan berbagai bentuk
keragaman suku bangsa, sosial, dan budaya di Indonesia yang terikat persatuan
dan kesatuan yang terdiri dari 23 peserta didik.
III. Sumber Data
Sumber data pada para siklus diambil dari nilai keterampilan dari NPH (Nilai
Penilaian Harian) peserta didik kelas IV MI Darussalam pada subtema pelajaran 3
(PKN) menyajikan berbagai bentuk keragaman suku bangsa, sosial dan budaya di
Indonesia yang terikat persatuan dan kesatuan.
IV. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan menilai kinerja masing-
masing peserta didik dalam dua aspek yaitu kinerja praktek dan kinerja produk
untuk memperoleh data skor akhir nilai ketrampilan dengan butir-butir soal
individu yang harus dikerjakan oleh individu peserta didik.
Nilai kinerja praktek diambil dari kinerja individu dalam tugas kelompok
untuk skenario pembelajaran Role Playing dengan skala 0 sampai dengan 100
yang dilakukan oleh teman sejawat, sedangkan nilai kinerja produk diperoleh dari
tugas mandiri soal yang di berikan secara individu dengan skala 0 sampai dengan
100.
Alat pengumpulan data dilakukan dengan tabel kinerja praktek dan kinerja produk
untuk seluruh peserta didik yang dijadikan objek penelitian. Adapun tabel pengamatan
adalah sebagai berikut:
Nilai Ketrampilan
No. Nama J/K
Praktek Produk SKOR
1 Abdulloh Muqorrobin L
Tabel 2 Tabel Pengamatan
14
Menurut panduan teknis pembelajaran dan penilaian di sekolah dasar (Direktorat
Pembinaan Sekolah Dasar, 2016:50) penilaian dengan metode yang sama maka skor
akhir penilaian adalah skor optimum dengan rentang nilai 0 - 100. Adapun rubrik
penilaian observasi kinerja praktik adalah sebagai berikut:
No Indikator Penilaian NILAI
Nama J/K
. Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 AKHIR

Tabel 3 Tabel Analisis Data


Adapun indikator-indikator dalam observasi adalah sebagai berikut:
1. Siswa mampu mau memasangkan tulisan kertas dengan peta Indonesia
2. Siswa mampu memasangkan tulisan kertas pada peta Indonesia
3. Siswa mampu melakukan peran sesuai dengan bagiannya.
Untuk penilaian hasil produk pengamat melakukan observasi dengan
mengamati hasil akhir peran yang di pentas kan oleh masing-masing peserta didik.
V. Validasi Data
Kemampuan peserta didik kelas IV MI Darussalam dalam menyajikan
berbagai bentuk keragaman suku bangsa, sosial dan budaya di Indonesia yang
terikat persatuan dan kesatuan juga pernah dilakukan dalam bentuk tes secara
acak. Dari hasil tes secara acak menujukan bahwa pemahaman peserta didik masih
sangatlah kurang.
Dalam hal ini peserta didik diberikan pertanyaan secara lisan dan
menunjukkan jawabannya pada peta Indonesia dari 10 responden yang mampu
menjawab benar hanya 2 peserta didik saja. Pertanyaan yang di berikan setelah
pembelajaran tersebut dapat dilihat pada lembar lampiran validasi data.
VI. Indikator Kinerja/Indikator Keberhasilan
Perbaikan pembelajaran ini bisa dikatakan berhasil apabila:
A. Penerapan Model pembelajaran Role Playing dapat meningkatkan nilai
ketrampilan peserta didik dalam menyajikan berbagai bentuk keragaman
suku bangsa, sosial dan budaya di Indonesia yang terikat persatuan dan
kesatuan.
B. Penerapan Model pembelajaran Role Playing dapat meningkatkan
predikat ketrampilan peserta didik dalam penyajian berbagai macam
bentuk suku bangsa, sosial dan budaya di Indonesia yang terkait
persatuan dan kesatuan.
C. Predikat ketrampilan ditentukan dengan KKM yang telah ditentukan
oleh MI Darussalam pada muatan pembelajaran PKN.
VII. Rencana Tindakan Penelitian
A. Perencanaan tindakan
1. Mendiskusikan dengan guru tentang langkah-langkah, metode, dan media
yang akan digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
15
2. Menyesuaikan rancangan penelitian dengan pokok bahasan
3. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
4. Mempersiapkan proses kegiatan pembelajaran Role Playing.
5. Mempersiapkan perangkat-perangkat pembelajaran Role Playing yang
perlu disiapkan dan dikembangkan, yaitu: teks lagu daerah, Peta Indonesia,
jarum, gambar-gambar budaya Indonesia yang memerankan budaya suatu
daerah di Indonesia, soal sebagai evaluasi pemahaman peserta didik.
6. Mempersiapkan alat-alat untuk dokumentasi kegiatan pembelajaran.

16
B. Pelaksanaan tindakan
1. Sebelum bermain, guru menyiapkan bahan dan alat berupa: kertas HVS,
peta Indonesia (gunakan yang berukuran besar jika ada), gunting, spidol,
dan jarum pentul.
2. Guru membentuk kelompok kooperatif beranggotakan 7 orang.
3. Guru menggunting kertas berukuran 8 cm × 4 cm. Tuliskan nama satu
suku bangsa pada setiap guntingan kertas.
4. Guru memasukkan seluruh guntingan kertas bertuliskan nama suku bangsa
ke dalam suatu wadah.
5. Secara bergiliran tiap perwakilan kelompok mengambil satu lembar
guntingan kertas bertuliskan nama suku bangsa tanpa melihat ke dalam
wadah.
6. Peserta didik membaca keras-keras tulisan nama suku bangsa pada
guntingan kertas yang terambil. Lalu, pasangkan pada peta sesuai lokasi
tempat tinggal suku bangsa Pasangkan menggunakan jarum pentul.
7. Perhatikan penggunaan dan penyimpanan jarum pentul supaya tidak
berserakan dan tidak melukai kalian
8. Jika kamu salah memasangkan nama suku bangsa pada peta, peserta didik
harus menampilkan salah satu atraksi, misalnya menyanyi, membaca puisi,
atau membacakan cerita rakyat yang sudah di sediakan.
C. Observasi
Guru melakukan observasi kesesuaian rencana dengan aplikasinya pada
saat berlangsungnya proses belajar mengajar. Guru juga mengobservasi
ketercapaian indikator kognitif dan indikator afektif pada saat kegiatan
pembelajaran berlangsung.
D. Refleksi
Refleksi dilakukan untuk mengevaluasi kekurangan dan kelebihan
proses belajar mengajar pada siklus I. Kekurangan dapat diperbaiki pada
siklus berikutnya. Perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi pada siklus II dapat
dilakukan atas hasil evaluasi dari siklus I.

17
DAFTAR PUSTAKA

Basri Syamsu. 2000. Teaching speaking. Makalah disampaikan pada Penataran


Bobbi De Porter dan Mike Hernacki. Quantum Learning. Membiasakan Belajar
Nyaman dan Menyenangkan. Bandung : Penerbit Kaifa, 2001
Boediono, 2001. Ekonomi Makro Edisi 4. Yokyakarta: BPFE
Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar, 2016 Panduan Teknis Pembelajaran dan
Penilaian Di Sekolah Dasar. Kementerian pendidikan dan kebudayaan direktorat jendral
pendidikan dasar dan menengah direktorat pembinaan sekolah dasar. KEMDEKDIKBUD
Instruktur Guru Bahasa Inggris SLTP Swasta tanggal 8 – 19 Pebruari 2000 di Jakarta
Jill Hadfield (1986). Classroom Dynamic. Oxford University Press

18

Anda mungkin juga menyukai