A. Pengertian
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan
diri. Adanya perasaan hilang percaya diri , merasa gagal karena karena tidak mampu
mencapai keinginansesuai ideal diri (keliat. 2001). Menurut Schult & videbeck (1998)
gangguan harga diri rendah adalah penilaian negatif seseorang terhadap diri dan
kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung.
D. Penyebab
Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dan dapat terjadi secara :
Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai
suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu
(korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena :
Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis, pemasangan
kateter, pemeriksaan perneal). Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh
yang tidak tercapai karena dirawat/ sakit/ penyakit. Perlakuan petugas kesehatan
yang tidak menghargai, misalnya berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa
penjelasan, berbagai tindakan tanpa persetujuan.
Kronik
Yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum sakit/
dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian sakit dan
dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi ini
mengakibatkan respons yang maladaptive. Kondisi ini dapat ditemukan pada klien
gangguan fisik yang kronis atau pada klien gangguan jiwa. Dalam tinjauan life
span history klien, penyebab HDR adalah kegagalan tumbuh kembang, misalnya
sering disalahkan, kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima
dalam kelompok (Yosep, 2007). Tanda dan Gejalanya : Data subjektif :
mengungkapkan ketidakmampuan dan meminta bantuan orang lain dan
mengungkapkan malu dan tidak bisa bila diajak melakukan sesuatu.
Data objektif : tampak ketergantungan pada orang lain, tampak sedih dan tidak
melakukan aktivitas yang seharusnya dapat dilakukan, wajah tampak murung.
E. Akibat
Harga diri rendah dapat membuat klien menjdai tidak mau maupun tidak mampu
bergaul dengan orang lain dan terjadinya isolasi sosial : menarik diri. Isolasi sosial
menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang
maladaptive, mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (DEPKES RI, 1998 :
336). Tanda dan gejala : Data subjektif : Mengungkapkan untuk memulai hubungan/
pembicaraan Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan orang lain.
Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh orang lain Data Obyektif :
Kurang spontan ketika diajak bicara apatis. Ekspresi wajah kosong. Menurun atau tidak
adanya komunikasi verbal, bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak mata saat
berbicara.
F. Pohon Masalah
Isolasi sosial : menarik diri
Gangguan konsep diri: Harga diri
Gangguan citra tubuh
Tgl No Dx Perencanaan
Dx keperawaatan Tujuan Kreteria Evaluasi Intervensi
Gangguan TUM: 1. Klien menunjukan 1. Membina hubungan
konsep diri: Klien ekspresi wajah saling percaya
harga diri memiliki bersahabat, menunjukan dengan
rendah konsep diri rasa senang, ada kontak menggunakan prinsip
yang positif mata, mau berjabat komunikasi
tangan, mau terapeutik :
TUK: menyebutkan nama, mau- Sapa klien dengan
1. Klien dapat menjawab salam, klien ramah baik verbal
membina mau duduk maupun non verbal.
hubungan berdampingan dengan - Perkenalkan diri
saling percaya perawat, mau dengan sopan.
dengan mengutarakan masalah - Tanyakan nama
perawat yang dihadapi lengkap dan nama
panggilan yang
disukai klien.
- Jelaskan tujuan
pertemuan
- Jujur dan menepati
janji
- Tunjukan sikap
empati dan menerima
klien apa adanya.
- Beri perhatian dan
perhatikan kebutuhan
dasar klien.
Boyd dan Nihart. (1998). Psychiatric Nursing& Contemporary Practice. 1st edition.
Lippincot- Raven Publisher: Philadelphia.
Carpenito, Lynda Juall. (2003). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC: Jakarta.
Keliat, Budi Anna dll. (2001). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.. EGC: Jakarta.
Schultz dan Videback. (1998). Manual Psychiatric Nursing Care Plan. 5th edition. Lippincott-
Raven Publisher: philadelphia.
Stuart dan Sundeen. (1999). Buku Saku Keperawatan Jwa. Edisi 3. EGC: Jakarta.
Townsend. (1995). Nursing Diagnosis in Psychiatric Nursing a Pocket Guide for Care Plan
Construction. Edisi 3.Jakarta : EGC