Anda di halaman 1dari 2

A.

Gambaran Kasus ( Hasil Pengamatan )


Hasil pengamatan ini saya lakukan pada tanggal 23 desember 2017 di poli Anak RS Tiara
Sella.
“A” seorang perawat Poli Anak di RS Tiara Sella. Ketika Saya berkunjung pada pukul 11.00
WIB untuk menjenguk adik sepupu saya yang terkena penyakit diare perawat A sedang di shift
pagi dan merawat kamar dimana kebetulan adik saya dirawat .Tante saya percaya dengan obat
tradisional untuk membantu menyembuhkan adik saya yaitu rebusan daun jambu biji namun adik
saya memuntahkan nya lagi, perawat yang melihat itu berkata bahwa jangan memberikan
rebusan itu lagi karena apabila terus-terusan muntah maka pasien akan kehilangan banyak cairan.
Siang itu , Perawat A juga mengantar makan siang kekamar adik saya adik saya mengatakan
bahwa ingin sekali makan bubur atau nasi yang bukan dari rumah sakit atau adik saya tidak ingin
makan karena Adik saya sudah diperkenankan makan makanan lunak seperti (bubur) dan adik
saya pun juga kurang minum Perawat “A” mendengar pernyataan tersebut hanya mengatakan
kepada tante saya agar adik saya memakan makanan tersebut dan harus meminum banyak air,
apabila ingin cepat sembuh., tanpa basa basi dan juga senyum perawat tersebut meninggalkan
tante saya yang hendak bertanya. Karena tante saya benar benar ingin bertanya kemudian tante
saya menemui perawat tersebut untuk bertanya secara detail mengenai mengapa anaknya tidak
diperbolehkan mengkonsumsi makanan dengan menggunakan bahasa daerah namun perawat
tersebut mengatakan bahwa ada pasien lain yang harus dperiksa dengan menggunakan bahas
indonesia. Tante saya sangat kecewa denga perlakuan perawat tersebut.

B. Pembahasan Kasus
Kasus ini termasuk dalam keperawatan transkultural, karena adanya faktor culture care dan
caring tentang perbedaan budaya antara pasien dan perawat. Perawat A tidak melayani keluarga
pasien dan tidak memiliki sifat caring terhadap pasien karena perawat A tidak ramah terhadap
keluarga dan tidak dapat menyesuaikan culture budaya dimana ketika Pihak keluarga bertanya
dengan bahasa daerah dijawab menggunakan bahasa Indonesia seakan adanya perbedaan antara
perawat dengan pasien
A. Konsep Keperawatan Transkultural
 Perbedaan Kebudayaan
Dimana keluarga pasien beranggapan bahwa meminum rebusan air jambu biji dapat
menyembuhkan penyakit diare lebih cepat. Namun perawat mengatakan apabila terus
dipaksa dan pasien memuntahkannya pasien akan kehilangan banyak cairan
 Etnografi: Ilmu budaya
Perawat tidak memiliki konsep ilmu budaya, ketika klien berbicara bahasa daerah
perawat menjawab dengan bahasa Indonesia maka tidak ada konteks komunikasi yang
baik.
 Care
Menurut pasien , pasien hanya menginginkan makanan yang tidak berasal dari rumah
sakit atau pasien tidak ingin makan. Padahal pasien baru sudah membaik dari kondisi
diare dan juga pasien tidak banyak minum
 Care Imposition
Perawat menganggap budaya yang dimiliki perawat lebih tinggi. Dan memaksakan
kepercayaan yang dimilikinya sekalipun itu didapat lewat jalur formal. Perawat
mengatakan bahwa pasien harus makan dan banyak minum apabila ingin sembuh
 Etnosentris
Persepsi dari perawat yanto tersebut bahwa apabila pasien tidak ingin makan dan sedikit
minum maka pasien tidak akan sembuh
 etnocaring.
Budaya perawat diturunkan oleh orangtuanya termasuk kepercayaan yang diperolehnya
sejak kecil. Tetapi seiring waktu budaya tersebut bisa saja berubah tergantung ilmu yang
dipelajari.
Profesional caringnya ; disini perawat tidak menunjukan profesional caring karena tidak
menjelaskan alasan yang jelas mengapa pasien tidak diperbolehkan memakan makanan
luar dan mengapa harus banyak minum sehingga pasien dan perawat tidak mencapai
kesepahaman yang mengakibatkan keluarga klien kecewa terhadap perlakuan perwat
sehingga memungkinkan untuk menjadikan citra yang tidak bagus bagi kalangan tertentu.

Anda mungkin juga menyukai