Anda di halaman 1dari 9

Journal Reading

CLINICAL PREDICTORS OF POSTOPERATIVE DELIRIUM,


FUNCTIONAL STATUS, AND MORTALITY IN GERIATRIC
PATIENTS UNDERGOING NON-ELECTIVE SURGERY FOR
HIP FRACTURE

Disusun untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Madya

Dokter Pembimbing
dr. Joni Budhi Satriyo, Sp.An, M.Kes
dr. Wisnu Wijarnako, Sp.An., KIC
dr. Kararawi Listuhayu, Sp.An., M.Kes

Disusun
Indira Wahyu Sukma S, S.Ked
Puja Lina Ma’rufa, S. Sked

KEPANITERAAN KLINIK MADYA


BAGIAN ILMU ANESTESI DAN REANIMASI
RSUD KANJURUHAN KEPANJEN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta
inayah-Nya kepada penyusun sehingga journal reading tentang “Clinical
Predictors Of Post Operative Delirium, Functional Status, And Mortality In
Geriatric Patient Undergoing Non-elective Surgery For Hiip Fracture” ini dapat
diselesaikan sesuai dengan rencana yang diharapkan.
Tujuan penyusunan journal reading ini adalah guna memenuhi tugas
Kepaniteraan Klinik Madya serta melatih keterampilan klinis dan komunikasi
dalam menangani kasus kedokteran.
Penyusun menyadari bahwa journal reading ini belumlah sempurna. Untuk itu,
saran dan kritik dari para pembaca sangat diharapkan demi perbaikan journal
reading ini. Atas saran dan kritik dosen dan pembaca, penyusun ucapkan terima
kasih.
Semoga journal reading ini bermanfaat bagi penyusun, pembaca serta rekan-
rekan lain yang membutuhkan demi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya di
bidang kedokteran.

Penyusun

Penulis
DAFTAR ISI

Cover ............................................................................................................................. i
Kata Pengantar ............................................................................................................ ii
Daftar Isi ..................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang ........................................................................................................ 1
Rumusan masalah .................................................................................................... 2
Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 2

BAB II TTELAAH JURNAL


Telaah Jurnal ........................................................................................................... 3

BAB III PENUTUP


Kesimpulan ............................................................................................................. 6
Saran ........................................................................................................................ 6
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penuaan pada lansia, memungkinkan terjadinya penurunan anatomis
dan fungsional yang sangat besar. Andrea dan Tobin (peneliti),
memperkenalkan “Hukum 1%”, yang menyatakan bahwa fungsi organ akan
mengalami penurunan sebanyak 1% setiap tahunnya setelah usia 30 tahun
(Martono, 2004). Pada lansia atau geriatri terjadi perubahan secara fisiologis
terhadap fungsi panca indera, sistem muskuloskeletal, sel, kardiovaskuler,
respirasi, persyarafan, gastrointestinal, genitourinaria, vesika urinaria, vagina,
endokrin , dan kulit.
Penuaan menyebabkan penurunan presepsi sensorik dan respon
motorik pada susunan SSP. Hal ini terjadi karena SSP pada usia lanjut usia
mengalami perubahan. Berat otak pada lansia berkurang berkaitan dengan
berkurangnya kandungan protein dan lemak pada otak sehingga otak menjadi
lebih ringan. Akson, dendrit dan badan sel saraf banyak mengalami kematian,
sedang yang hidup banyak mengalami perubahan. Dendrit yang berfungsi
untuk komunikasi antar sel mengalami perubahan menjadi lebih tipis dan
kehilangan kontak antar sel. Daya hantar saraf mengalami penurunan 10%
sehingga gerakan menjadi lambat. Akson dalam medula spinalis menurun
37%. Perubahan tersebut mengakibatkan penurunan kognitif, koordinasi,
keseimbangan, kekuatan otot, reflek, perubahan postur dan waktu reaksi
(Sherwood, 2009).
Gangguan kognitif pada geriatri yang yang akut dan menyeluruh yang
mempengaruhi kesadaran, perhatian, memori dan kemampuan perencanaan
dan organisasi terdapat pada delirium. Delirium merupakan sindroma
neuropsikiatrik yang kompleks dengan onset yang akut dan berfluktuasi. Pada
pasien geriatri, delirium berhubungan dengan perpanjangan waktu tinggal di
rumah sakit, peningkatan mortalitas dan peningkatan beban biaya
pengobatan. Delirium biasanya bersifat reversible jika penyebab yang
mendasarinya teridentifikasi. Sayangnya, delirium terkadang tidak terdeteksi
pada pasien geriatri yang dirawat di rumah sakit, walaupun prevalensinya
sekitar 10-16%. Pasien geriatri juga menjadi rentan karena pada beberapa
kasus terdapat hendaya dalam fungsi kognitif dan angka kejadian delirium
pada populasi ini cukup tinggi.
Akibat gangguan keseimbangan pada geriatri menyebabkan
peningkatan resiko jatuh. Jatuh pada geriatri menyebabkan fraktur. Kejadian
fraktur pada hip femur merupakan salah satu fraktur yang cukup sering pada
geriatri. Untuk penatalaksanaannya dilakukan tindakan operatif. Usia lanjut
dan kelemahan medis dari banyak pasien yang menderita fraktur collum
femur atau hip femur meningkatkan risiko mereka terkena komplikasi post
operative. Pneumonia, gagal ginjal kongestif, infark miokard, cardiac
arrhytmia, ketidakseimbangan elektrolit, infeksi saluran urinaria, luka
dekubitus dan thromboembolism merupakan komplikasi serius yang terjadi
dengan frekuensi yang signifikan. Kejadian luka dekubitus sering berkaitan
dengan 30% angka kematian.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana kemungkinan terjadinya keadaan klinis delirium, status
fungsional, dan mortalitas pada pasien geriatri yang melakukan tindakan
operatif non-elektif pada fraktur hip?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui kemungkinan terjadinya keadaan klinis delirium, status
fungsional, dan mortalitas pada pasien geriatri yang melakukan tindakan
operatif non-elektif pada fraktur hip
BAB II
TELAAH JURNAL

Fraktur pada daerah HIP sering terjadi pada geriatric. HIP fraktur
berhubungan secara signifikan dengan post operatif mortalitas, morbiditas dan
harapan hidup.komplikasi yang sering terjadi pasca operasi pada HIP adalah
delirium, pneumonia, infecksi post pembedahan, infrak miokard fan adanya ulcus.
Hanya 29% pasien kembali dalam keadaan sebelum terjadinya fraktur dan dapat
mengerjakan akivitas sehari-hari. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menentukan faktor risiko morbiditas dan mortalitas yang berhubungan dengan
fractur HIP pada geriatri dengan operasi non-elektif. Dengan penelitian
retrospektif yang berbasiskan analisis data yang berasal dari American collage of
surgery.
Karakteristik pasien yang digunakan dalam penelitian ini adalah, jenis
kelamin, ras, etnis, usia yang dibagi menjadi 4 golongan (60-64, 65-69,70-4, 75-
79, 80-84, 85-89, 90+), BMI, ASA, Riwayat hipertensi, riwayat CHF, riwayat
dyspsnea, diabetes melitus, riwayat merokok, pernah menderita kanker atau
mengkonsumsi obat-obatan steroid, riwayat perdarahan, transfusi darah, riwayat
pemeriksaan hematologi, jenis anastesi, jenis operasi dan lamanya waktu operasi,
fungsional status dan kegiatan sehari-hari, adanya penggunaan alat bantu, riwayat
jatuh, serta delirium,
Selain pre operasi, karakteristik yang diperiksa juga adalah post operasi
dengan rincian sebagai berikut adanya luka pasca operasi yang lama untuk
sembuh, adanya delirium, perubahan fungsi sehari-hari, status fungsional setelah
30 hari pos operasi, preoperative komplikasi,
Variablel untuk menilai delirium adalah adanya perubahan mental,
kebingungan, mengalami disorientasi, agitation, adanya kebiasaan yang berubah
atau tidak sesuai, inatention, halusinasi. Fungsional status yang dinilai adalah
bagaimana pasien untuk melakukan aktvitas sehari-hari seperti mandi, memaskai
pakaian, makan, pergi ke toilet. Untuk menentukan adanya perubahan status
fungsional maka pelu di bandingkan aktifitas sebelum operasi dan sesudah
operasi.
Dari hasil analisis statistika didapatkan risiko terjadinya post operasi
delirium akan terjadi jika pada awal atau pre operasi pasien sudah memiliki
riwayat delirium. Dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya hubungan antara
general anastesi yang dapat menyebabkan terjadinya delirium. Selain itu adanya
penundaan operasi tidak berhubungan dengan adanya post operasi delirium.
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa operasi yang dilakukan lebih awal
pada akan mengurangi kejadian komplikasi karena pada pasien tidak terjadi
bedrest yang lama, dan tidak ada penggunaan analgesik jangka panjang. Namun
pada penelitian ini tidak dinilai efek dari jenis anastesi terhadap status fungsional
dari pasien
Mortalitas post operatif dalam 30 hari, karena kurangnya sample maka
tidak dapat dilkaukan multivariable analysis. Berdasarkan literatur kematian
setelah 30 hari menjalanai operasi dapat disebabkan oleh faktor usia, jenis
kelamin, tingginya ASA atau adanya kondisi anemia. Dalam penelitian yang lain
menyebutkan bahwa neuraxia yang dibandingkan dengan general anastesi tidak
menunjukan adanya hasil yang signifikan terhadap kematian pasien selama 30
hari post operasi.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam penanganan pasien baik dalam kondisi kegawat daruratan atau
tidak, tenaga medis harus mempertimbangkan beberapa faktor risiko yang dapat
dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi sebagai faktor risiko terjadinya
komplikasi post operasi.

3.2 Saran
Penelitian yang lain perlu dilakukan agar dapat menentukan algoritma
untuk mengurangi adanya morbiditas dan mortalitas peri operative pada pasien
geriatri dengan faktur hip. Perlu dilakukanya pembandingan dan pembacaan lebih
banyak jurnal untuk lebih mengetahui efek anastesi terhadap kejadian delirium.

Anda mungkin juga menyukai