OLEH KELOMPOK 7 :
DOSEN PENGAMPU :
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa karena
makalah ini.
IKAN”. Dalam penyusunan makalah ini, tentu saja kami banyak mendapat
tantangan dan hambatan, akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak,
tantangan dan hambatan itu bisa teratasi. Oleh karena itu, kami mengucapkan
terima kasih yang sebesar besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
setimpal dari Tuhan yang maha esa.Kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan, baik dari penyusunan maupun dari materinya. Kritik
konstrukstif sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah ini. Akhir kata
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita, sekaligus menjadi
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………… i
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….1
1.3 TUJUAN…………………………………………………….……... 2
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………….…. 3
PRODUK PANGAN...................................................................... 11
3.2 SARAN…….................................................................................... 23
DAFTAR ISI………………………………………………....…………… 24
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG.
yang tidak diinginkan dalam suatu bahan atau produk. Sterilisasi pertama kali
Kelemahan sterilisasi dengan proses termal adalah penggunaan suhu tinggi yang
dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan dalam produk pangan, seperti
kerusakan nutrisi, pembentukan senyawa atau komponen yang bersifat toksik, dan
daya terima konsumen terhadap produk pangan.Oleh karena itu, untuk mengatasi
menggunakan panas saja atau dengan kombinasi dengan pH, aktivitas air, atau
udara, mikroba, atau bahan-bahan lain masuk) dapat menjaga produk tetap steril.
membunuh semua mikroorganisme yang dapat tumbuh pada produk pangan pada
kondisi suhu ruang. Produk yang diproses melalui sterilisasi komersial, aseptis
dan dikemas secara hermetis biasa dikategorikan sebagai produk kaleng walaupun
kemasan yang digunakan tidak terbatas pada kaleng saja melainkan dapat berupa
kemasan yang lain, seperti retort pouch dan gelas jar. Berbeda dengan sterilisasi
total yang biasa diterapkan dalam dunia medis atau kedokteran, sterilisasi
mikroba yang masih dapat hidup setelah sterilisasi. Akan tetapi, kondisi dalam
kaleng selama distribusi, pemasaran, dan penyimpanan yang aseptis dan vakum,
2. RUMUSAN MASALAH.
3. TUJUAN.
d.
BAB II
PEMBAHASAN
diperlukan informasi tentang resistensi mikroba atau enzim dan laju penetrasi
panas kedalam produk pangan. Proses sterilisasi produk pangan secara garis besar
dibagi dua, yaitu sterilisasi dalam kemasan dan sterilisasi produk yang belum
dikemas. Jenis sterilisasi yang kedua biasanya dilakukan secara kontinu dengan
sistem sterilisasi UHT dengan skema dibawah. Proses pengemasan produk yang
Sterilisasi produk pangan dalam kemasan, seperti kaleng, gelas, atau retort
sebagai penghantar panas juga berperan sebagai bumbu atau pemberi rasa, seperti
a. Pengisian panas (hot filling) produk pangan ke dalam kemasan. Teknik ini
waktu proses.
dilakukan pemanasan kemasan dan isinya pada suhu 80-90°C dengan tutup
d. Penghilangan udara menggunakan uap air, yaitu aliran uap air dilewatkan
pada kemasan sebelum penutupan. Metode ini paling sesuai untuk produk
pangan yang berwujud cair karena biasanya terdapat sejumlah udara yang
terperangkap dan permukaan datar sehingga tidak mengganggu aliran uap air.
sterilisasi dapat berupa logam atau kaleng, botol atau gelas selai, kemasan retort
dilakukan secara khusus dengan teknik penutupan ganda atau dikenal dengan
double seamer.Tujuannya adalah untuk menjamin bahwa tutup tidak mengalami
Pada proses sterilisasi, panas dipindahkan dari uap air atau air bertekanan
koefisien pindah panas permukaan kemasan sangat tinggi dan tidak menjadi faktor
pembatas pada proses pindah panas. Faktor-faktor penting yang memengaruhi laju
agitasi kemasan, suhu retort atau sterilizer, bentuk kemasan dan jenis kemasan.
Produk pangan cair atau partikuler seperti kacang polong dalam larutan
garam, mengalami proses konveksi panas selama proses sterilisasi. Jenis produk
pangan padat yang lebih cepat dibandingkan produk pangan padat yang
rendah dari produk pangan merupakan pembatas pindah panas selama proses
konduksi.
dapat meningkatkan laju penetrasi panas untuk produk yang kental atau
suhu antara medium dengan produk pangan menyebabkan laju penetrasi panas
uap air atai air panas. Panas laten dipindahkan pada produk pangan ketika uap air
jenuh berkondensi pada permukaan kemasan bagian luar. Jika dalam kemasan
terdapat udara, udara menjadi insulator yang menghambat penetrasi panas karena
suhu yang seharusnya. Oleh karena itu, harus pastikan bahwa udara keluar dari
dalam retort melalui proses yang disebut venting atau pengeluaran udara.
cepat berkondensasi dalam retort, tetapi produk pangan mendingin lebih lambat
dilakukan untuk mencegah kemasan menjadi penyok. Ketika suhu produk pangan
telah mencapai di bawah 100°C, tekanan udara yang tinggi diturunkan dan
label.
Produk pangan yang dikemas dalam gelas atau kemasan fleksibel dapat
disterilisasi dengan menggunakan air panas pada tekanan udara tinggi. Gelas lebih
rendah yang berakibat pada proses pemanasan yang lebih lama dengan resiko
kejut panas yang lebih tinggi. Produk pangan cair atau semicair biasanya diproses
bahwa produk tidak menumpuk pada bagian bawah kemasan yang akan
Masalah utama pada sterilisasi produk pangan yang berwujud pada atau
kental adalah laju penetrasi panas yang rendah sehingga wwaktu proses lama. Hal
ini berakibat pada kerusakan komponen nutrisi pada bagian produk pangan yang
pindah panas adalah penggunaan kemasan yang tipis dan agitasi seperti yang telah
dijelaskan. Peningkatan suhu retort juga menyebabkan waktu proses yang lebih
Suhu yang lebih tinggi dengan waktu proses yang lebih pendek dapat
dilakukan jika produk pangan disterilisasi. Metode ini merupakan dasar proses
UHT yang juga disebut pengolahan aseptis(aseptic processing). Metode ini telah
diterapkan untuk produk pangan berwujud cair, seperti susu, jus, konsentrat buah,
dan krim ; serta produk pangan yang mengandung partikulat diskret seperti
makanan bayi, saus tomat, sayuran dan buah-buahan, serta sup. Kualitas produk
UHT setara dengan produk yang diawetkan dengan iradiasi dan pendinginan.Akan
tetapi, produk UHT mempunyai umur simpan yang lebih pendek jika disimpan
ukuran kemasan bebas, harga kemasan lebih murah, produktivitas tinggi karena
dapat diproses secara otomatis dan energi lebih efisien. Metode UHT bersifat
ekonomis untuk pengolahan susu karena berbeda dengan proses pasteurisasi yang
Keterbatasan utama metode UHT adalah biaya operasional yang tinggi dan
sterilisasi kemasan, termasuk tanki dan pipa-pipa yang harus dijamin steril,
kondisi lingkungan pengolahan dan permukaan mesin pengisi yang steril, dan
a. Teori UHT.
waktu proses kadang-kadang didasarkan pada denaturasi enzim karena pada suhu
di atas 132-143ºc sejumlah enzim mempunyai ketahanan panas yang lebih tinggi
efek letal pada sterilisasi tanpa kemasan biasanya terjadi pada akhir pemanasan
secara cepat sampai suhu tertentu (holding temperature) dan efek letal sebagian
besar terjadi pada suhu tertentu tersebut.Metode UHT seperti halnya pengalengan
b. Pengolahan UHT.
Produk pangan pada metode UHT dipanaskan dalam plat penukar panas
tipis dengan kendali suhu dan waktu sterilisasi yang ketat. Produk yang sudah di
sterilisasi didinginkan dalam plat penukar panas yang kedua atau dalam wadah
vakum (vacuum chamber) jika proses degrasi juga diperlukan. Kemasan yang
digunakan dapat berupa karton berlaminasi yang lebih murah dari segi harga dan
sinar ultraviolet dan udara disekitar mesin dijaga steril dengan menggunakan
penyaringan udara.
c. Peralatan.
secara cepat sampai suhu tertentu yang dibutuhkan, menahannya pada suhu
tersebut, dan secara cepat didinginkan. Pada praktiknya, untuk mencapai hal
peralatan yang digunakan, dan sifat produk pangan seperti viskositas, adanya
sebagai berikut:
2) Volume aliran produk yang relatif kecil untuk mendapatkan luas permukaan yang
4) Menggunakan pompa untuk menjaga aliran bahan yang tetap walaupun terjadi
2) System tidak langsung seperti plat penukar panas, tabung penukar panas (tubular
Pada system langsung, uap air bertekanan tinggi (sampai 965 kPa)
diberikan pada produk yang telah mengalami pemanasan awal pada suhu
76ºc.suhu pemanasan sampai 150ºc dan pemanasan dilakukan dalam waktu cepat
(contohnya 2,5 detik). Produk kemudian didinginkan pada wadah vakum sampai
suhu 70ºc dan uap air serta senyawa-senyawa volatile berkondensasi. Akibatnya,
kadar air produk kembali seperti semula. Keuntungan metode ini adalah
merupakan metode pemanasan dan pendinginan yang cepat sehingga cocok untuk
produk pangan yang peka terhadap panas, serta penguapan senyawa volatil pada
produk tertentu seperti susu. Akan tetapi, metode ini mempunyai kelemahan
yaitu :
rendah.
tidak langsung, pembersihan ditempat (clean in place) dilakukan setelah 3-4 jam
tidak steril.
PRODUK PANGAN.
yang optimum.
1. Perubahan warna.
botulinum, juga untuk mendapatkan warna daging yang cerah dari nitrit
dikalengkan terjadi.Sebagai contoh, jika besi atau timah dari kemasan kaleng
antosianin yang berwarna merah muda. Pada produk susu, perubahan warna yang
lakton, asam amino, dan asam-asam organic. Pada susu, pembentukan cita rasa
matang (cooked flavor) yang disebakan oleh denaturasi protein whey membentuk
hidrogen sulfida dan pembentukan lakton dan methilketon akibat oksidasi lipid.
Pada proses UHT, perubahan tersebut lebih sedikit terjadi dan cita rasa serta bau
penurunan daya ikat air dari protein.Akibatnya, terjadi pengerutan dan daging
sayuran kaleng. Garam kalsium yang digunakan dapat beragam bergantung pada
untuk tomat, dan kalsium untuk apel.Penggunaan jenis garam kalsium yang
kappa kasein. Kappa kasein menjadi lebih peka terhadap kalsium sehingga mudah
Pada pengolahan susu dan jus buah secra aseptis, viskositas tidak berubah.
Tekstur sayur dan buah-buahan lenih lunak dibandingkan yang tidak disterilisasi
akibat pelarutan komponen pectin dan penurunan tekan turgor dalam sel, tetapi
lebih kaku dibandingkan buah buahan atau sayuran yang tidak di kalengkan. Pada
kolagen dan suhu relatife rendah dibutuhkan untuk mencegah daging menjadi
kaku.
tetapi kedua komponen tersebut tetap mempunyai ketersediaan hayati yang baik
dan nilai gizi nya tidak berubah. Protein terkoagulasi dan biasanya penurunan
asam amino terjadi sebesar 10-20%.penurunan kadar lisin setara dengan suhu
terjadi pada hampir semua vitamin larut air terutama asam askorbat. Penurunan
tersebut beragam tergantung pada jenis pada produk pangan, kadar residu oksigen
dan pengirisan, atau blansing). Pada sejumlah produk, sejumlah vitamin larut
dalam sirup atau medium lain yang juga dikonsumsi, sehingga tidak terjadi
penurunan. Pada proses sterilisasi metode UHT, penurunan vitamin hanya sedikit
terjadi.
Sterilisasi pada daging tiruan yang dibuat dari kedelai dapat meningkatkan
merupakan protein yang dapat berkaitan dengan enzim tripsin dalam pencernaan
yang diterapkan oleh salahsatu industri pengalengan di Indonesia adalah suhu <–
20C, histamin < 2,5 mg%, kadar garam < 1,5 mg %,dan organoleptik > 7 (dari
skala 1– 9). Sedangkanuntuk honeycomb, brosis dan parasit tidak boleh lebihdari
2,5% dari daging yang dikukus. Di samping itukandungan histamin pada ikan
dengan waktu tidak boleh lebihdari 3 jam dan langsung dibawa ke cold storage.
Didalam cold storage ikan tuna disusun dengan batasbatasantar bahan baku
berupa palet-palet darisupplier yang berbeda dan bahan baku ini diberi
tandadengan lot, yaitu identitas bahan baku berdasarkanjumlah kedatangan. Suhu
dari kebutuhan untuk mencegahkerusakan fisik pada ikan saat dijatuhkan dalam
B. Penyiangan
biasanya ukuran panjang potongan ikan disesuaikan dengan tinggi kaleng. Bagian
potongan ikan terdiri dari 4 atau 5 bagian badan tengah, 1 bagian leher, 1 bagian
kepala, dan 1 bagian ekor. Tuna albakora yang telah dipotong, kemudian diambil
bagian isi perut dan insang dengan menggunakan pisau.Limbah dari penyiangan
penyiangan ikan disiram terus menerus melalui pipa-pipa air yang terdapat di atas
conveyor.
anggota tubuh ikan.Bagian badan ikan disusun terpisah dalam rak yang berbeda
dari bagian ekor, kepala, dan leher.Bagian badan ikan disusun teratur secara
vertikal, sedangkan bagian ekor, kepala dan leher disusun dalam keadaan
(precooking) yang berbeda.Susunan ikan dalam rak diatur jaraknya agar tidak
D. Pemasakan pendahuluan
pembersihan daging ikan, mengurangi kandungan air, lemak, dan membuat daging
telah disusun dalam rak ke dalam cooker yaitu tempat atau ruangan pemasakan
yang memiliki pintu yang dapat ditutup rapat untuk mencegah pengeluaran uap
yang terlalu banyak. Setelah itu dilakukan pembersihan daging ikan dengan
terdapat dalam cooker hingga mencapai suhu 1000C.Jika suhu telah mencapai
1000C, aliran uap panas dihentikan.Suhu dan waktu pemasakan dapat dilihat
daging serta biaya produksi,karena pengukusan yang terlalu lama dan suhu yang
yaitu sekitar 60– 80 menit. Air yangdikeluarkan oleh ikan selama proses
E. Pendinginan
Rak yang berisikan daging ikan yang telah masakdikeluarkan dari cooker
pengolahanselanjutnya.
bagian tubuhnya.
posisi tegak dengan caramengikis kulit tersebut sesuai arah otot pada dagingikan.
sisik.
G. Pembersihan daging
daging gelap, tulangyang terdapat dalam daging dan sisik yang masihtersisa
ikantetap terjaga.
H. Pemotongan daging
ikan ke dalam kalengsesuai dengan tipe produk (solid, chunk, flake,standar, dan
grated).
Daging ikan tuna albakora yang diisikan adalahdaging solid dan flake
J. Penambahan medium
danotomatis.
rasa. Setelah itu dilewatkanpada conveyor dan kaleng secara otomatis akan terisi
air garam yang keluar melalui pipa-pipa saluran daritempat pemasakan air garam
mediumtidak boleh kurang dari 700C. Suhu air garam yangtinggi akan membuat
K. Penutupan kaleng
melakukan penghampaan udara dalam kaleng.Dalam hal ini, kaleng yang telah
L. Sterilisasi
air yang mengandung khlorin 2 ppm selama10 menit. Waktu dan suhu sterilisasi
dalam retort dengan nilai Fo sesuai dengan jenis dan ukuran kaleng, mediadan
tipe produk dalam kemasan atau equivalent dengan nilai Fo>2,8 menit pada suhu
120oC.
ruangan tersebut dapat dipasang kipas angin.Ikan tuna kaleng yang telah dingin
1992, yaitu ikan kaleng yang telah dingindimasukkan ke dalam suatu ruangan
hari.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN.
yang tidak diinginkan dalam suatu bahan atau produk. Proses termal yang
semua mikroorganisme yang dapat tumbuh pada produk pangan pada kondisi
suhu ruang. Produk yang diproses melalui sterilisasi komersial, secara aseptis, dan
kemasan yang digunakan tidak terbatas pada kaleng saja, melainkan dapat berupa
3.2 SARAN.
zat gizi yang terbuang karna pemanasan.Sebaiknya membeli bahan pangan yang
langsung dari penjual pasaran swalayan dari pada menggunakan bahan pangan
kalengan.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.bbp4b.litbang.kkp.go.id/squalen-
bulletin/index.php/squalen/article/download/136/106
Aksara