Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“PEMBANGUNAN LINGKUNGAN DAN EKSTERNALITAS”

Kelompok X :

1. Riva Yani (C1F017040)


2. Habibah Nurul Fitri Fadhillah (C1F017041)

Dosen Pengampu :

Dr. Muhammad Syafri, SE.,MM.

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JAMBI

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Ekonomi
SDA dan Lingkungan Islam ini dengan baik dan sesuai dengan waktu yang telah kita
tentukan.

Besar harapan penulis untuk memberikan manfaat kepada pembaca dan bagi
penulis itu sendiri. Dan tentu dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang
kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
menyempurnakan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
khususnya kepada Desen Pembimbing kami, Bapak Dr. Muhammad Syafri.SE.,MM. yang
telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas ini.

Jambi, September 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul……………………………………………….…………...…...……......….1

Kata Pengantar……………………………………………..…………..…………….……2

Daftar Isi…………………………………………………..……………..……………...…3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………..………………………...………4

B. Rumusan Masalah……………..……………………………………….….5

C. Tujuan Penulisan……………………..……………………………………5

D. Manfaat Penulisan…………………..……………………………………..5

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembangunan Lingkungan dan Eksternalitas….…………..…..6

B. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Eksternalitas……..………………….8

C. Perilaku Ekonomi Yang Menyebabkan Eksternalitas Terhadap

Lingkungan……………………………………………………………..…8

D. Cara Untuk Mengurangi Terjadinya Eksternalitas…………………….….9

BAB III PENUTUP

Kesimpulan dan Saran……………………………………………………………14

Daftar Pustaka……………………………………………………………………15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan yang dilakukan selama ini bertujuan untuk meningkatkan


kesejahteraan masyarakat yang ditunjukkan oleh tingginya pertumbuhan ekonomi. Dalam
kenyataannya peningkatan pertumbuhan ekonomi tidak saja membawa dampak posistif
bagi sebuah perekonomian namun juga memberikan dampak negatif bagi lingkungan.
Proses produksi dan konsumsi telah menimbulkan adanya limbah yang kemudian
akhirnya dikembalikan ke lingkungan.

Kerusakan lingkungan tidak saja terjadi di Negara-Negara yang mengalami


perekonomian yang tumbuh pesat seperti China, misalnya namun juga terjadi di Negara-
negara yang pertumbuhan ekonominya lambat seperti di Negara-negara Amerika
Tengah. Kondisi ini terjadi karena banyak Negara yang memilih pendekatan grow first,
clean up later seperti dinyatakan oleh Thomas (2001). Namun ternyata pendekatan grow
first, clean up later merupakan strategi yang berbiaya tinggi secara social dan ekologi, dan
mengancam keberlanjutan pertumbuhan itu sendiri. Beberapa kerugian terhadap
lingkungan seperti keanekaan hayati dan kesehatan manusia adalah contohnya.

Dalam ilmu ekonomi terjadinya kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh


kegiatan manusia secara spesifik disebut sebagai eksternalitas. Makalah ini bertujuan
membahas eksternalitas lingkungan dari sudut pandang teori ekonomi, mulai dari konsep
dasar, dampaknya bagi masyarakat dan perekonomian, serta kebijakan untuk mengurangi
eksternalitas lingkungan.

Eksternalitas timbul ketika beberapa kegiatan dari produsen dan konsumen


memiliki pengaruh yang tidak diharapkan (tidak langsung) terhadap produsen dan atau
konsumen lain. Eksternalitas bisa positif atau negative. Eksternalitas positif terjadi
saat kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok memberikan manfaat pada
individu atau kelompok lainnya (Sankar, 2008). Perbaikan pengetahuan di berbagai
bidang, misalnya ekonomi, kesehatan, kimia, fisika memberikan eksternalitas positif
bagi masyarakat. Eksternalitas positif terjadi ketika penemuan para ilmuwan tersebut
tidak hanya memberikan manfaat pada mereka, tapi juga terhadap ilmu pengetahuan dan
lingkungan secara keseluruhan. Adapun eksternalitas negatif terjadi saat kegiatan oleh
individu atau kelompok menghasilkan dampak yang membahayakan bagi orang lain.
Polusi adalah contoh eskternalitas negatif. Terjadinya proses pabrikan di sebuah lokasi
akan memberikan eksternalitas negatif pada saat perusahaan tersebut membuang
limbahnya ke sungai yang berada di sekitar perusahaan. Penduduk sekitar sungai
akan menanggung biaya eksternal dari kegiatan ekonomi tersebut berupa masalah
kesehatan dan berkurangnya ketersediaan air bersih. Polusi air tidak saja ditimbulkan
oleh pembuangan limbah pabrik, tapi juga bisa berasal dari penggunaan pestisida,
dan pupuk dalam proses produksi pertanian.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pembangunan lingkungan dan eksternalitas?
2. Apa faktot-faktor penyebab terjadinya eksternalitas?
3. Bagaimanan perilaku ekonomi yang menyebabkan eksternalitas terhadap
lingkungan?
4. Bagaimana cara mengurangi terjadinya eksternalitas?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari pembangunan lingkungan dan eksternalitas.
2. Untuk mempelajari faktor-faktor terjadinya eksternalitas.
3. Untuk mengetahui perilaku ekonomi yang menyebabkan eksternalitas terhadap
lingkungan.
4. Untuk mencari cara mengurangi terjadinya eksternalitas.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pembangunan Lingkungan

Pembangunan adalah suatu rangkaian usaha perubahan dan pertumbuhan yang terencana
untuk mewujudkan hasil yang lebih baik. Sedangkan kelestarian lingkungan merupakan kegiatan
perlindungan kemampuan lingkungan hidup terhadap tekanan perubahan dan dampak negatif yang
ditimbulkan dalam suatu kegiatan.

Pembangunan yang berbasis kelestarian lingkungan diperlukan suatu pengelolaan


lingkungan yang baik. Pengelolaaan lingkungan yang baik dapat mencegah kerusakan lingkungan
akibat suatu aktivitas pembangunan. Hal ini bertujuan untuk mencegah kelangkaan sumber daya
alam dan lingkungan yang ada, serta mencegah pencemaran yang dapat membahayakan.

Pengelolaan lingkungan merupakan upaya yang dilakukan secara bertahap karena tindakan
dalam pengelolaan diawali dengan penyusunan rencana, tahap pelaksanaan yang berupa
pemanfaatan, pengendalian, dan pengawasan, serta tahap pemulihan dan pengembangan
lingkungan untuk menjaga kelestarian kualitas lingkungan.

Secara umum eksternalitas merupakan dampak terhadap lingkungan akibat perilaku


ekonomi yang disebabkan oleh konsumen maupun produsen, dan biaya yang harus ditanggung
atau manfaat tidak langsung yang diberikan dari suatu pihak akibat aktivitas ekonomi. Sebagian
besar dampak yang ditimbukan itu adalah negatif.

Pembangunan berwawasan lingkungan memiliki 3 syarat penting yang harus dilaksanakan,


antara lain :

1. Aspek sosial budaya : untuk aspek sosial budaya, syarat yang harus dilaksanakan yaitu
kesesuaian pembangunan dengan kondisi sosial budayanya. Jika sesuai dengan kondisi
sosial budayanya, maka hasil pembangunan tersebut akan bermanfaat secara optimal.
Sebaliknya jika masyarakat secara sosial budaya belum siap, maka hasil pembangunan juga
akan sia-sia.
2. Aspek ekologi (lingkungan) : untuk aspek lingkungan, syarat yang harus dilaksanakan
adalah adanya kajian awal mengenai dampak lingkungan (AMDAL) dan hubungannya
dengan proyek pembangunan.
3. Aspek ekonomi : untuk aspek ekonomi, syarat yang harus dilaksanakan yaitu
pembangunan harus bernilai ekonomis dengan memperhatikan kelayakan suatu
pembangunan.

Dalam pembangunan yang berbasis kelestarian lingkungan, terdapat suatu kerangka pikir
yang disusun oleh Komisi Pembangunan Berkelanjutan PBB, yaitu mencakup indikator
pembangunan berkelanjutan, antara lain :

1. Indikator pembangunan berkelanjutan untuk aspek sosial, terdiri atas : kesetaraan,


kesehatan, pendidikan, perumahan, keamanan, dan kependudukan.
2. Indikator pembangunan berkelanjutan untuk aspek ekonomi, terdiri atas : struktur
ekonomi, serta pola konsumsi dan produksi.
3. Indikator pembangunan berkelanjutan untuk aspek lingkungan, terdiri atas : atmosfer,
lahan, laut dan pesisir, air bersih, serta keanekaragaman hayati.
4. Indikator pembangunan berkelanjutan untuk aspek kelembagaan, terdiri atas: kerangka
kerja kelembagaan dan kemampuan institusi.

Maksud dan tujuan dari pembangunan yang berbasis kelestarian lingkungan ini diharapkan
supaya dalam proses pembangunan memiliki kesadaran dan perencanaan pembangunan yang
bijaksana. Kebijaksanaan yang dimaksud yaitu dalam menggunakan dan mengelola sumber daya
secara baik untuk meningkatkan kualitas hidup dan lingkungan. Faktor Penyebab belum
optimalnya pengelolaan sumber daya alam di Indonesia:

 Perangkat hukum dan kebijakan nasional maupun daerah sudah ada, namun kesadaran dan
tanggung jawab para pengambil keputusan, pelaku pembangunan dan masyarakat masih
kurang (implementasinya rendah)
 Masih terdapat jenis usaha atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak besar dan
penting. Namun belum memiliki AMDAL atau unit pengelolaan Sumber daya alam atau
unit pemantauan pengelolaan sumber daya alam, sementara izin untuk melakukan usaha
dan kegiatan tersebut sudah berjalan.
 Impor limbah dari luar akibat pengelolaan sumber daya alam
 Sulit untuk menjamin pelestarian fungsi sumber daya, dengan banyaknya kegiatan
eksploitasi sumber daya alam yang tidak mengindahkan baku mutu lingkungan.
 Tidak semua orang berperan dalam pengelolaan lingkungan sesuai dengan peraturan
peruuan yang berlaku.
 Tidak semua orang memerlukan dan memanfaatkan informasi sumber daya alam
 Tidak semua orang menyadari haknya untuk berperan dalam menyampaikan informasi dan
menyampaikan laporan serta memberikan saran pendapat dalam pengelolaan sumber daya
alam.

B. Eksternalitas

Eksternalitas lingkungan sendiri didefinisikan sebagai manfaat dan biaya yang


ditunjukkan oleh perubahan lingkungan secara fisik hayati (Owen, 2004). Polusi air yang telah
dijelaskan di atas termasuk ke dalam eksternalitas lingkungan, dimana polusi tersebut telah
merubah baik secara fisik maupun hayati sungai yang ada di sekitar perusahaan tersebut.
Selain polusi air perubahan lingkungan lain dapat dilihat dari definisi lingkungan dalam The
Environment (Protection) Act, 1986 sebagai berikut. The Environment (Protection) Act, 1986
defines environment to include ‘water, air and land and the interrelationship which exists among
and between water, air and land, and human beings, other living creatures, plants, microorganisms
and property’. (Sankar, 2008)

Adapun polusi atau pencemaran itu sendiri berdasarkan UU No. 23 Tahun 1997 Tentang :
Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 1 ayat 12, adalah sebagai berikut.

Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup,


zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia
sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan
hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya;

Berdasarkan pengertian lingkungan di atas, selain air, udara, dan juga tanah, serta
hubungan timbal balik di antara air, udara, dan tanah dapat berpotensi mengalami
eksternalitas lingkungan. Adanya asap dan konsentrasi bahan-bahan beracun serta global warming
merupakan contoh dari polusi udara. Adapun sampah tidak berbahaya dan limbah beracun
merupakan contoh dari polusi tanah. Polusi limbah beracun jelas berbahaya dan merupakan
masalah serius, sedangkan sampah rumah tangga merupakan masalah polusi juga, apalagi jika
sampah tersebut dibuang ke sungai atau ke tempat yang tidak semestinya. Emisi gas rumah kaca
menyebabkan global warming, yang dihasilkan dari emisi karbon dioksida, methane, nitrus oxida,
dan gas lainnya.

Adanya eksternalitas menyebabkan terjadinya perbedaan antara manfaat (biaya) sosial


dengan manfaat (biaya) individu. Timbulnya perbedaan antara manfaat (biaya ) sosial dengan
manfaat (biaya) individu sebagai hasil dari alokasi sumberdaya yang tidak efisien. Pihak yang
menyebabkan eksternalitas tidak memiliki dorongan untuk menanggung dampak dari kegiatannya
terhadap pihak lain. Dalam perekonomian yang berdasarkan pasar persaingan sempurna,
output individu optimal terjadi saat biaya individu marginal sama dengan harganya.
Eksternalitas positif terjadi saat manfaat social marginal lebih besar dari biaya individu marginal
(harga), oleh karena itu output individu optimal lebih kecil dari output sosial optimal. Adapun
eksternalitas negatif terjadi, saat biaya sosial marginal lebih besar dari biaya individu marginal,
oleh karena itu tingkat output individu optimal lebih besar dari output sosial optimal. (Sankar,
2008).

 Bentuk-bentuk Eksternalitas
a. Eksternalitas Negatif
Merupakan biaya eksternal maupun biaya kepada pihak ketiga selain pembeli dan
penjual pada suatu macam barang yang tidak direfleksikan dalam harga pasar.
Antara pembeli maupun penjual sama-sama tidak memperdulikan biaya ini.
b. Eksternalitas Positif
Merupakan keuntungan terhadap pihak ketiga selain penjual atau pembeli barang
maupun jasa yang tidak direfleksikan dalam harga.

Dalam kasus kerusakan lingkungan menimbulkan eksternalitas negatif karena tidak adanya
unsur biaya tambahan dalam bentuk social cost yang masuk dalam komponen harga barang akhir.
Oleh karena itu diperlukan gopernemnt intervention dalam bentuk penetapan pajak atau subsidi
guna mengkoreksi dampak-dampak dari eksternalitas (Verhoef, 1999 ; Verhoef dan
Nijkamp,2000).

1. Berikut ada 3 faktor terjadinya eksternalitas diantaranya :


a. Karakteristik barang atau sumber daya publik
Barang atau public itu sendiri yaitu barang yang apabila dikonsumsi oleh individu
tertentu tidak akan mengurangi konsumsi orang lain terhadap barang tersebut.
Sedangkan barang bersama yaitu barang yang cenderung menguntungkan siapa
yang lebih dahulu melakukannya.
b. Ketidaksempurnaan pasar
Merupakan kegagalan pasar seperti yang terjadi pada pasar monopoli.
c. Kegagalan Pemerintah
Merupakan aksi pencarian keuntungan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok
tertentu dengan memanfaatkan pemerintah.

2. Ada empat perilaku ekonomi yang menyebabkan terjadinya eksternalitas


terhadap lingkungan, yaitu :
a. Dampak dari produsen terhadap produsen lain
Perilaku ekonomi yang dilakukan oleh salah satu produsen telah mengakibatkan
dampak negatif terhadap produsen lain.
Misalnya : Seorang produsen dari pabrik tepung yang ada di Jambi telah membuang
limbah cair hasil pengolahan tepung di bantaran sungai di wilayah tersebut, sungai
menjadi keruh dan berwarna kecoklatan. Dan hal itu akan berdampak negatif pada
produsen PDAM yang akan memanfaatkan air sungai tersebut.
b. Dampak dari produsen terhadap konsumen
Perilaku atau kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh produsen juga bias berdampak
negatif pada konsumen atau masyarakat yang ada di lingkungan tersebut.
Misalnya : Limbah pabrik oleh PT. Semen Indonesia yang mengeluarkan asap dari
hasil pengolahan produksinya. Dan hal itu berdampak pada masyarakat atau
konsumen yang tinggal maupun berada di wilayah sana, karena udara yang mereka
hirup telah tercemari oleh limbah pabrik tersebut.
c. Dampak dari konsumen ke konsumen lain
Perilaku atau kegiatan ekonomi individu masyarakat juga berdampak pada individu
lain yang ada disekitarnya.
Misalnya : Seorang individu (konsumen) yang merokok ditempat umum dan di
sekitar tempat tersebut ada konsumen lain yang menghirup asap rokok tersebut,
maka hal ini yang menimbulkan dampak negatif terhadap konsumen lain. Karene
meskipun orang tersebut tidak ikut merokok, tapi orang tersebut telah menjadi
perokok pasif karena telah ikut menghirup asap rokok itu.
d. Dampak dari konsumen ke produsen
Hal sebaliknya juga terjadi yaitu perilaku atau kegiatan orang individu (konsumen)
yang dilakukan secara terus menerus dalam waktu yang lama akan berdampak
negatif pada produsen.
Misalnya : Para warga yang tinggal di sekitar sungai yang membuang sampah dan
limbah hasil rumah tangganya ke sungai, maka akan berdampak negatif pada
produsen yang ingin memanfaatkan air sungai tersebut.

3. Berikut cara mengatasi terjadinya eksternaliats


Adanya eksternalitas negatif mengakibatkan sumber daya yang dilakukan pasar
tidak efisien, di sinilah diperlukan peranan dari pemerintah. Harapannya masalah- masalah
yang di timbulkan dengan adanya eksternalitas dapat teratasi.
Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah regulasi, penetapan pajak
pigouvian dan pemberian subsidi.

a. Regulasi

Regulasi adalah tindakan mengendalikan perilaku manusia atau masyarakat dengan


aturan atau pembatasan. Dengan regulasi pemerintah dapat melarang atau mewajibkan
perilaku atau tindakan, mana yang boleh dan mana yang tidak boleh untuk dilakukan pihak-
pihak tertentu dalam rangka mengatasi eksternalitas.

Dengan adanya regulasi memaksa penghasil polusi untuk mengurangi polusi yang
dihasilkan industri karena polusi tersebut merupakan tanggung jawab pihak yang
menghasilkan polusi.

Contohnya pemerintah membuat aturan bahwa membuang limbah pabrik ke dalam sungai
merupakan tindakan kriminal dan akan dikenakan sanksi yang tegas bagi pelakunya, karena
kita tahu biaya sosial membuang limbah pabrik ke dalam sungai lebih besar daripada
keuntungan yang didapatkan pihak-pihak melakukannya
Tetapi dalam kenyataannya regulasi ini sulit untuk diterapakan karena pada
kenyataannya masalah polusi yang terjadi tidaklah selalu sederhana. Karena polusi
merupakan efek sampingan yang tak terelakkan dari kegiatan produksi industri. Kita tidak
dapat menghapus polusi secara total. Kita hanya bisa membatasi jumlah polusi hingga
ambang tertentu. Sehingga tidak akan terlalu merusak lingkungan namun tidak juga
menghalangi kegiatan produksi. Kita ambil saja contohnya kendaraan bermotor. Seperti kita
ketahui gas yang dikeluarkan kendaraaan bermotor merupakan salah satu bentuk polusi. Jika
kita ingin menghapus polusi secara total maka tidak boleh menggunakan kendaraan
bermotor. Dan itu tidak mungkin untuk dilakukan, karena kendaraan bermotor sedikit dapat
membantu memperlancar proses produksi.

Regulasi ini memiliki kelemahan yaitu mewajibkan semua pabrik mengurangi


polusinya dalam jumlah yang sama, padahal penurunan sama rata, bukan merupakan cara
termurah menurunkan polusi. Ini dikarenakan kapasitas dan keperluan setiap pabrik untuk
berpolusi berbeda-beda. Besar kemungkinan salah satu pabrik misalkan pabrik kertas, lebih
mampu karena biayanya lebih murah untuk menurunkan polusi dibanding pabrik lain seperti
pabrik baja. Jika keduanya dipaksa menurunkan polusi sama rata, maka operasi pabrik baja
akan terganggu.

Peraturan memaksa penghasil polusi untuk mengurangi polusi dengan menggunakan metode
yang sama seperti yg mereka gunakan dan mereka harus membayar harga untuk biaya
eksternalitas yang mereka hasilkan sebagai tanggung jawab mereka.

b. Pajak Pigouvian
Pajak piguvian merupakan salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi
eksternalitas. Konsumen atau perusahaan yang menyebabkan eksternalitas harus membayar
pajak samadengan dampak marjinal dari eksternalitas yang dibuat. Dengan itu membuat
konsumen atau perusahaan memperhitungkan berapa banyak manfaat dan dampak dari
jumlah barang yang diproduksi atau dikonsumsi perusahaan ataupun konsumen. Artinya
dengan diterapakannya pajak akan memberikan insentif kepada para pemilik pabrik untuk
sebanyak- banyaknya mengurangi polusinya. Semakin tinggi tingkat pajak yang dikenakan
maka semakin banyak penurunan polusi yang terjadi.
Eksternalitas menyebabkan perbedaan antara manfaat privat dan biaya social yang
menyebabkan tidak tercapainya kondisi pareto optimal. Pemerintah harus campur tangan
untuk mengatasi eksternalitas negatif. Ekonom Pigou menyarankan metode untuk mengatasi
eksternalitas yaitu pajak pigovian. Ketika biaya marginal social melebihi biaya marginal
pribadi pajak harus dikenakan kepada produsen. Dengan diwajibkannya pajak maka
menyebabkan peningkatan harga dari komoditi yang diproduksi sehingga jumlah komoditi
yang diminta menjadi berkurang. Sehinggaa produsen mengalami kerugian sehingga biaya
marjinal social samadengan biaya marginal privat. Dalam beberapa kasus pemberlakuan
pajak tidak tepat karena sulitnya menghitung biaya eksternalitas. Hal ini dikarenakan
dibutuhkan waktu yang lama untuk mempelajari biaya akibat eksternalitas.. Sementara
keadaan sudah berubah sehingga diperlukan studi lagi dan tentu akan memerlukan waktu
yang lama lagi.
c. Subsidi
Ketika manfaat social melebihi manfaat pribadi maka subsidi harus diberikan
kepada konsumen atau produsen. Subsidi mengarah pada penurunan dalam harga komoditi.
Pemerintah dapat mensubsidi produsen untuk mengurangi dampak eksternalitas.
Keuntungan produsen didapat dari subsidi pemerintah dan keuntungan masyarakat dalam
hal pengurangan kerusakan dari dampak eksternalitas yang ditimbulkan perusahaan.
Kelemahan dari subsidi adalah perusahaan-perusahaan condong untuk melakukan
eksternalitas karena dengan melakukan eksternalitas mereka akan mendapat subsidi dari
pemerintah.
d. Internalisasi
Untuk mengontrol eksternalitas pertama kali dibahas oleh David dan Whinston.
David dan Whinston menganjurkan internalisasi untuk mengatasi eksternalitas sehingga
biaya privat sama dengan biaya sosialnya. Inti dari internalisasi adalah misalnya jika ada
perusahaan A menyebabkan eksternalitas negatif hanya kepada perusahaan B maka
perusahaan A dan perusahaan B bersama-sama menghitung dampak dari eksternalitas.
Dengan ini, efisiensi tidak akan muncul.
Melakukan internalisasi merupakan hal yang sulit. Ambil saja contoh suatu industri
suatu perusahaan menyebabkan eksternalitas bagi industri perusahaan lain. Dalam situasi ini
internalisasi menyarankan perusahaan menjadi monopoli tunggal. Jika hal ini terjadi maka
akanmenyebabkan kesejahteraan menjadi berkurang atau mungkin hilang. Internalisasi
biasanya secara tidak alngsung membangun agen ekonomi yang lebih besar dan konsekuensi
bertambahnya kekuatan pasar.
Singkatnya internalisasi akan menghilangkan konsekuensi dari eksternalitas
dengan cara memastikan bahwa biaya pribadi dengan biaya social disamakan. Masalah
internalisasi bukanlah solusi yang praktis ketika konstribusi agen ekonomi secara terpisah
ke dalam eksternalitas total dan memiliki kelemahan yang mengarah ke kuatan pasar
meningkat.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Eksternalitas hadir setiap kali kesejahteraan beberapa agen ekonomi yang secara
langsung dipengaruhi oleh tindakan agen lain baik konsumen ataupun produsen di dalam
perekonomian. Istilah eksternalitas merujuk pada suatu kegiatan produksi ataupun konsumsi
suatu barang yang dapat menghasilkan manfaat atau biaya yang belum tercakup pada
perhitungan proses produksi maupun konsumsi dari barang tersebut

Ada banyak macam-macam dari eksternalitas ada yang ditinjau dari segi
dampaknya, ada juga yang ditinjau dari segi pihak-pihak yang melakukan dan pihak yang
menerima akibat dari eksternalitas dan macam- macam yang lainnya adalah eksternalitas
uang dan eksternalitas teknikal.

Ditinjau dari segi dampak yang ditimbulkan eksternalitas ada dua yaitu
eksternalitas positif dan eksternalitas negatif. Eksternalitas positif adalah tindakan seseorang
yang memberikan manfaat bagi orang lain. Sedangkan eksternalitas negatif adalah biaya
yang dikenakan pada orang lain diluar sistem pasar sebagai produk dari kegiatan produktif.

Ditinjau dari segi pihak-pihak yang melakukan dan pihak yang menerima akibat
dari eksternalitas ada empat yaitu eksternalitas produsen terhadap produsen. eksternalitas
produsen terhadap konsumen, eksternalitas konsumen terhadap produsen dan yang terakhir
eksternalitas konsumen terhadap konsumen.

Eksternalitas dapat menyebabkan inefisiensi pasar. Eksternalitas dapat


menyebabkan pasar tidak dapat mengalokasikan sumber-sumber ekonomi secara efisien. Hal
ini disebabkan oleh harga pasar yang tidak secara tepat mencerminkan biaya tambahan atau
manfaat bagi pihak lain.

Untuk mengatasi dampak-dampak yang ditimbulkan dari eksternalitas ada tiga cara
untuk mengatasinya yaitu regulasi, pajak pigovian dan pemberian subsidi. Regulasi adalah
tindakan mengendalikan perilaku manusia atau masyarakat dengan aturan atau pembatasan.
Dengan adanya regulasi memaksa penghasil polusi untuk mengurangi polusi yang dihasilkan
industri karena polusi tersebut merupakan tanggung jawab pihak yang menghasilkan polusi.

Solusi yang kedua adalah penetapan pajak. Konsumen atau perusahaan yang
menyebabkan eksternalitas harus membayar pajak samadengan dampak marjinal yang
dibuat. Dengan ditetapkannya pajak memberikan insentif kepada para pemilik pabrik untuk
sebanyak-banyaknya mengurangi polusi yang ditimbulkannya. Intinya, semakin tinggi
tingkat pajak yang dikenakan maka semakin banyak penurunan polusi yang terjadi.

Solusi yang terakhir adalah pemberian subsidi. Subsidi diberikan kepada konsumen
atau produsen ketika manfaat social melebihi manfaat pribadi. Namun pemberian subsidi ini
memiliki kelemahan karena perusahaan-perusahan condong untuk melakukan eksternalitas,
karena dengan melakukan eksternalitas mereka akan mendapat subsidi dari pemerintah.

DAFTAR PUSTAKA

Verhoef, 1999; Verhoef dan Nijkamp,2000, Eksternalitas

Alam, Jakarta; Gramedia


Khoslah H.A Nawawi 1998,

Sumber daya alam, bandung

Gunawan suranto, 2008,

Pengelolaan alam, Yogyakarta

http://youtube.watch/eksternalitas

http://youtub.watch/limbahsungai

http://mediacerita.com/konsep-pembangunan-berbasis-kelestarian-lingkungan/

Anda mungkin juga menyukai