Museum Nasional:
Strategi Pengelolaan Dalam Pelayanan
Masyarakat
Disampaikan pada:
A. PENDAHULUAN
Pada zaman modern ini hampir semua sektor menggunakan Teknologi Informasi, begitu
juga dengan organisasi pemerintahan. Hal demikian tidak terlepas dari kebutuhan
optimalisasi pelayanan serta perputaran informasi. Sehingga, ketika sebuah organisasi atau
lembaga tidak memiliki sarana teknologi informasi terlihat seakan akan tertinggal dan
kegiatan teknis hingga kegiatan pelayanan. Dengan adanya teknologi informasi tersebut
proses perencanaan, pelaksanaan dan pelaporannya menjadi lebih mudah dan murah.
Dari kondisi yang demikian kegiatan manajerialpun dapat dilakukan dengan baik. Selain itu
aset informasi yang dikelola dapat terjamin keberadaanya dan bersifat berkelanjutan. Dan di
Museum Nasional telah memulai melakukan transformasi pengelolaan Unit Kerja dengan
melakukan pendekatan berbasis Informasi Teknologi ini. Hal demikian adalah bentuk
kebijakan yang dibangun dan disepakati, sehingga museum dapat mecapai pelayanan
kepada publik menjadi lebih optimal. Mutu, jenis dan manfaat dari Informasi Teknologi ini
mendatangkan manfaat yang besar baik secara internal maupun eksternal, serta memicu
intelektual di Eropa (the age of Enlightenment) (Hoop, 1948 hlm. 7). Untuk
menyalurkan ide dan gagasan ilmiah tersebut di Haarlem Belanda pada tahun 1752,
etnologi dan sejarah. Tertulis dalam Gedenkboek (1878) BG memiliki semboyan “Ten
Nutte van het Algemeen” (Untuk Kepentingan Masyarakat Umum). Salah seorang
perdagangan di kota lama Jakarta (oud Batavia) sekarang Jakarta Kota. Selain itu, ia
juga menyumbangkan sejumlah koleksi buku dan benda budaya, sumbangan Cornelis
beberapa individu yang merupakan tokoh yang memiliki peran dalam pendirian BG
pada tahun 1778 ini. Tokoh tokoh tersebut adalah Jacob de Meijer, Josua van Inperen,
Johannes Hooijman, Sirardus Bartlo, Willem van Hogendorp, Hendrik Nicolaas Lacle,
1
https://www.dbnl.org/tekst/_ind004199101_01/_ind004199101_01_0019.php (diakses pada 13 Oktober
2018, pukul 10.00 WIB)
Perpustakaan, Bidang Registrasi Dan Dokumentasi, Museum Nasional
Direktur Jendral Kebudayaan, Kemterian Pendidikan Dan Kebudayaan
Jacobus van der Steeg, Egbert Blomhert, Paulus Gevers dan Frederik Baron van
Wurmb.
dan Kerajaan England, hal itu dilatarbelakangi karena Bataviaasch Genotshcap van
Pada tahun 1811-1816 menjadi periode kepemimpinan Letnan Gubernur Jenderal Sir
Thomas Stamford Raffles bagian dari pemerintahan Kerajaan Inggris di Jawa yang
ketertarikan dalam bidang ilmu pengetahuan terutama tentang botani, geologi, sejarah,
gedung himpunan yang baru di Socitëit De Harmonie (di Jalan Majapahit No. 3
Dari tahun 1816 hingga 1923 Bataviaasch Genootschap secara tetap dipegang oleh
pemerintahan Kerajaan Belanda. Pada rentang tahun tahun ini juga terjadi kepindahan
ketiga kali bangunan yang digunakan sebagai pusat studi dan penelitian para ilmuwan
2
Verhandelingen van het Bataviaasch Genootschap, der Konsten en Wetenschappen, Tweede Deel-
MDCCLXXXIV (1784)
3
Verhandelingen van het Bataviaasch Genootschap, der Konsten en Wetenschappen, VII. DEEL 1814
Perpustakaan, Bidang Registrasi Dan Dokumentasi, Museum Nasional
Direktur Jendral Kebudayaan, Kemterian Pendidikan Dan Kebudayaan
BG ini. Bagunan dipindahkan ke jalan westplaten/barat lapangan (Sekarang Jalan
BG dipimpin secara bergantian oleh kaum elite Nederland Indie selanjutnya, adapun
“Koninklij” oleh pihak kerajaan. Penghargaan itu terkait dengan usaha panjang BG
dalam melakukan pelestarian budaya daerah jajahan. Nama ini bertahan hingga tahun
Kebudayaan Indonesia dan di Pimpin oleh Raden Hoesein Djayaningrat hingga tahun
1962.
Pada tahun 1962 adalah zaman baru dalam pengelolaan BG. BG diserahkan kepada
pemerintah Indonesia yang berdaulat untuk pertama kalinya. Penyerahan ini adalah
Pada saat penyerahan ini, nama Lembaga Kebudayaan Indonesia berubah menjadi
Museum Pusat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pada masa ini Museum
Pusat (MP) dipimpin oleh Amir Sutaarga. Amir Sutaarga sebelumnya adalah sekretaris
tahun 1976.
4
Gedenkboek: Het Bataviaasch Genootschap Van Kunsten En Wetenschappen, Gerurende De Eerste Eeuw Van
Zijn Bestaan 1778-1878. Deel I. Ernst & Co. Batavia.
Perpustakaan, Bidang Registrasi Dan Dokumentasi, Museum Nasional
Direktur Jendral Kebudayaan, Kemterian Pendidikan Dan Kebudayaan
Pada tahun 1976 terjadi perubahan kepemimpinan kembali pada museum pusat. Pada
tahun tersebut museum pusat dipimpin oleh Bambang Sumadio hingga tahun 1984,
Pada kepemimpin beliau ini nama Museum Pusat berubah menjadi Museum Nasional
Teguh Asmar dari tahun 1984 hingga 1987, Selanjutnya Suwati Kartiwa dari tahun
1988 hingga 1998 dan Sri Endang Hardiati pada tahun 1998-2003.
Tidak hanya perubahan dari nama yang sering terjadi melanda Museum Nasional di
masa lalu. Perubahan induk organisasi juga sering terjadi. Pada tahun 2003 hingga
2010 Museum Nasional pernah beralih dari induk Departemen Pendidikan dan
Nasional secara berurut dipimpin oleh Intan Mardiana 2004 hingga 2005, dilanjutkan
oleh Retno Sulistianingsih S dari tahun 2005 sampai 2011, pada tahun 2010 pada
Pada tahun 2011, Museum Nasional dipimpin oleh Gatot Ghautama dari tahun 2011
sampai 2012, selanjutnya digantikan oleh Intan Mardiana kembali dari tahun 2012
sampai 2017 dan terakhir pada pertengahan 2017 hingga sekarang dipimpin oleh
Siswanto.
Pengelolaan Museum Nasional tidak terlepas dari regulasi yang ada, ada koridor yang
program serta kegiatan regulasi tersebut juga mejadi tonggak pegangan secara konstitusi.
terikat dengan permuseuman. Sebagai contoh pada UU 11/2010 pasal 18 ayat 1 dan PP
66/2015 pasal 1 ayat 1 ditegaskan bahwa fungsi permuseuman itu ada empat (4), pertama
berkaitan dengan benda museum atau koleksi yang ditempatkan pada museum, sehingga
pekerjaan rumah yang cukup berat. Dalam menghasilkan materi untuk mengkomunikasikan
kepada masyarakat perlu dilakukan proses panjang sebelum sampai kepada masyarakat.
Dimana proses tersebut bertujuan untuk mencapai tugas museum. Adapun tugas museum
melakukan pendidikan dan ketiga adalah memberikan kesenangan, semua tugas itu
Selain dari UU 11/2010 serta PP 66/2015 ada satu (1) regulasi yang mengatur mengenai
museum yakni Permendikbud 37/2016, peraturan ini adalah peraturan yang secara khusus
mengatur mengenai Museum Nasional. Dari Permendikbud 37/2016 ini Museum Nasional
nasional;
Nasional;
12. Melaksanakan promosi Museum Nasional dan benda bernilai budaya berskala
nasional;
berskala nasional;
Museum Nasional;
dan
Ada delapan belas (18) tugas dari Museum Nasional yang harus dicapai oleh museum,
sehingga tugas tugas tersebut didistribusikan kepada bagian serta bidang agar dapat
beragam sehingga bagian dan bidang bidang tersebut harus disesuaikan dengan tingkat
kerumitannya masing masing. Adapun bagian dan bidang yang dapat ditemui di Museum
Nasional adalah pertama Bagian Registrasi dan Dokumentasi, kedua Bidang Perawatan dan
Pengawetan, Ketiga Bidang Penyajian dan Publikasi, keempat Bidang Pengumpulan dan
Pengkajian, Kelima Bidang Promosi Dan Kemitraan dan terakhir Keenam Bagian Tata
Usaha.
Seperti yang disebutkan bahwa tugas didistribusikan ke masing masing bidang dan bagian
Museum Nasional;
berskala nasional;
berskala nasional;
nasional;
Museum Nasional;
berskala nasional;
Nasional;
dasar kegiatan yakni 1. Admnisitrasi, 2. Teknis dan 3. Layanan. Bentuk pekerjaan inilah
yang harus dilakukan oleh Museum Nasional sebagai salah satu lembaga dengan tingkat
Alur pikir Museum Nasional saat sekarang tidak terlepas dari Gagasan perubahan yang
diusulkan oleh Kepala Museum yang baru. Pola pikir ini terdiri atas lima (5) langkah
diantaranya pertama melakukan penggalian potensi yang ada pada Museum Nasional.
Potensi pertama adalah pegawai. Berdasarkan data Sistim Kepegawaian Online tahun 2018
Museum Nasional terdiri dari Diploma III satu (1) orang, SLTA Kejuruan Teknis lima (5)
Orang, SLTA Kejuruan non Teknis empat (4) Orang, SLTA Umum duapuluh lima (25) orang,
SLTP Umum satu (1) Orang, Sekolah Dasar satu (1) orang, Pascasarjana Teknis sebelas
(11) Orang, Pascasarjana Non Teknis dua (2) Orang, Sarjana Teknis duapuluh enam (26)
Orang, Sarjana Non Teknis sepuluh (10) Orang, Sarjana Muda Teknis satu (1) Orang
sehingga jumlah PNS yang ada di Museum Nasional ada delapan puluh tujuh (87) Orang.
Selain itu terdapat pegawai Non PNS dengan profesi sebagai Tenaga Administrasi, Tenaga
Teknis, Tenaga Edukator, Tenaga Konservasi dan Satpam serta Kebersihan sebanyak
Tujuh Puluh Sembilan (79) Orang. Sehingga Museum Nasional memiliki total jumlah
Potensi yang kedua ada koleksi. Berdasarkan hasil pendataan yang dilakukan oleh seksi
registrasi di bidang registrasi dan dokumentasi hingga agustus 2018, koleksi Museum
Nasional hingga tahun 2018 berjumlah sebanyak 169.376 Koleksi. Dimana koleksi tersebut
terbagi dengan klasifikasi prasejarah, arkeologi, Keramik, tekstil, numismatic dan heraldic,
etnografi, geografi dan emas serta regalia. Data data tersebut saat sekarang tersimpan
Potensi yang ketiga adalah pengunjung Museum Nasional. Dari pendataan yang dilakukan
oleh bidang promosi dan kemitraan hingga oktober tahun 2018, jumlah pengunjung yang
datang ke Museum Nasional berjumlah 243.976 orang terdiri dari 206.667 masyarakat
Indonesia dan 37.307 masyarakat Manca Negara. Pengunjung yang data ke Museum
Potensi yang keempat adalah pustaka. Bahan Pustaka di Museum Nasional berasal dari
awal berdirinya BG dan sebagian beralih karena adanya pengembangan organisasi pada
tahun 1988. Diantara bahan pustaka tersebut masih ada di pustaka Museum Nasional. Pada
tahun 2018 ini asset perpustakaan terdiri dari bahan pustaka berupa buku yang terdiri dari
Buku Naskah kuno yang terdiri dari Plakaatboek (Buku Perjanjian), Dagh Register (Catatan
dan kebudayaan diabad ke 16. Total aset yang dimiliki berjumlah 27.222 Bahan Pustaka.
Terbagi 16.623 Buku Kebudayaan Umum dan 10.599 Buku Naskah kuno, Foto serta Kartu
Pos kuno. Dari keseluruhan asset tersebut yang baru beralih secara pendataan digital
katalog pada tahun 2018 sebanyak 4.672 Bahan Pustaka, serta 30 buku pdf berbahasa
Potensi yang kelima adalah jumlah bangunan sebagai sarana dan prasarana pelayanan.
Pada tahun 2018diketahui bahwa Museum Nasional memiliki lima (5) bangunan, tiga (3) di
Jakarta Pusat (jalan Medan Merdeka Barat), satu (1) di Jakarta Selatan (area Blok M) dan
satu (1) di Taman Mini (jalan Hamnkam). Tiga bangunan yang ada di jalan merdeka barat di
di area blok M akan digunakan sebagai Gedung Arsip dan bangunan ketiga yang ada di
jalan Hankam akan digunakan sebagai Gudang Terbuka dan tempat pelatihan tenaga
dengan sistim pelayanan seluruh unit kerja yang ada pada Museum Nasional. Sebagai
Pengelolaan Tata Usaha, membangun sistim dasar Unit Layanan Terpadu, membangun
Bangunan yang ditata dan dibangun sehingga terlihat dengan baik dan teratur. Kondisi yang
tertata dan teraturnya penempatan koleksi serta hal hal yang dibutuhkan dalam menunjang
beroperasionalnya museum sagat dibutuhkan. Karena apa yang terlihat akan membawa
suasana kepada orang yang melihat, “museum dimataku” adalah konsep dimana penataan
koleksi menjadi jargo dalam memberikan kenyamanan kepada pengunjung tentang situasi
lingkungan museum.
(digital library/pustaka digital) yang selaras dengan ketersediaan koleksi benda budaya yang
ada pada museum. Pustaka digital juga akan disediakan pada salah satu sudut di ruang
pengunjung, sehingga setiap orang yang membutuhkan tempat untuk membaca buku dan
Teknologi. Munculnya pusdij ini adalah bentuk sinergisitas dan implementasi bersifat
elaborasi atas apa yang berkembang secara nasional. Museum Nasional menggunakan
system katalog opensource yang dirilis oleh komunitas pengembang software berbentuk
content management system (cms) perpustakaan, yang berpusat di senayan yaitu Senayan
Library Informastion Management System (SLiMS). System ini dapat diakses melalui
genggaman setiap orang saat sekarang, baik melalui smartphone atau juga android. Tidak
dibutuhkan aplikasi khusus dalam mengoperasikan cms ini. Cukup menggunakan browser
yang didukung oleh akses internet pada smartphone dan android. Museum dan
smartphone maupun android, tidak ada lagi batas antara pengunjung koleksi dengan koleksi
yang ada di museum, sehingga ini mengantarkan pada langkah perubahan “museum di
genggamanku”.
Pada dasarnya SLiMS tidak hanya dapat difungsikan sebagai katalog yang bersifat daring,
namun juga dapat dikembangkan sebagai bentuk perpustakaan digital. Bentuk digital yang
dimaksud adalah katalog yang dapat digunakan juga sebagai sistim dasar untuk dapat
membaca buku elektronik. Hal demikian dapat dilakukan selagi pengelola dari SLiMS
memiliki pengetahuan dalam pengembangan system yang tersedia pada cms tersebut.
Pengembangan ini yang dipadukan dalam penginformasian tentang koleksi oleh Museum
Nasional. Sebagai contoh Museum Nasional mengelola koleksi keris siginjai yang
dipamerkan kepada masyarakat di ruang regalia. Informasi yang terdapat pada ruang pamer
sangatlah terbatas, untuk itu agar masyarakat dapat mengetahui lebih jauh mengenai keris
siginjai tersebut, perpustakaan menyediakan katalog pencarian buku yang berkaitan dengan
keris siginjai. Salah satu buku yang disediakan adalah buku berbahasa belanda kuno yang
mengurai sejarah keris tersebut yakni Tijdschrift: Indische Taal-, Land- En Volkenkunde
pengunjung dapat mengetahui lebih dalam mengenai koleksi tersebut, inilah bentuk
Perpaduan antara keberadaan koleksi dan pustaka digital adalah hal yang terkoneski dan
memiliki relasi yang sangat kuat. Koneksi dan relasinya tidak terlepas dalam penyediaan
informasi kepada masyarakat atau publik sehingga hal ini akan terus dikembangkan dimasa
mendatang. Setiap koleksi perlu diberikan penjelasan yang lebih, bagi mengisi keingitahuan
masyarakat, hal ini tidak hanya menjadi tugas museum namun juga menjadi beban moral
budaya dan penginformasian, baik cagar budaya atau benda koleksi museum berskala
nasional.
Pustaka digital dan Informasi Publik adalah hal yang setara. Pustaka digital akan
menyediakan buku buku yang berkaitan dengan informasi koleksi yang tersedia di Museum
kemanan, keselamatan, dan akuntabilitas dari pengetahuan yang menjadi hak masyarakat.
Pustaka digital yang dikelola oleh seksi perpustakaan, bidang registrasi dan dokumentasi,
kehidupan bangsa yang ada pada Undang Undang dasar 1945. Pengelolaan pustaka digital
Undang No. 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik pasal 17 hal hal yang
7. Mengungkapkan isi akta otentik yang bersifat pribadi dan kemauan terakhir ataupun
wasiat seseorang
9. Memorandum atau surat-surat antar Badan Publik atau intra Badan Publik yang
pengadilan.
Sehingga Pustaka Digital setara dengan Informasi Publik, serta dapat menjalankan fungsi
Pusdij atau Digilib adalah mesin atau jaringan yang sinergi. Dengan tersedianya informasi
pada system tersebut, maka publik dapat melakukan pengembangan secara mandiri, selain
itu, ketersediaan buku dapat menjadi bahan kerjasama dalam pengelolaan permuseuman
jaringan pengelolaan permuseuman, baik dalam instasi atau diluar instasi sendiri. Karena
pada dasarnya kebutuhan informasi koleksi yang ada pada museum tidak hanya digunakan
untuk didalam instansi, akan tetapi juga seluruh komponen bangsa yang membutuhkan
informasi tersebut, baik untuk kesenangan, pendidikan kajian bahkan untuk peneilitian.
benda budaya
museum