Anda di halaman 1dari 18

Kebijakan Penyelenggaran

Museum Nasional:
Strategi Pengelolaan Dalam Pelayanan
Masyarakat

Disampaikan pada:

Workshop Perpustakaan Berbasis IT:

Kebijakan Pengelolaan Perpustakaan dan Museum (Pusat Sejarah Konstitusi) Berbasis


“Teknologi Informasi”.

Mahkamah Konstitusi, Hotel Aston Imperial, Bekasi

Tanggal 04 Desember 2018

Perpustakaan, Bidang Registrasi Dan Dokumentasi, Museum Nasional


Direktur Jendral Kebudayaan, Kemterian Pendidikan Dan Kebudayaan
Kata kunci: Konstitusi, Museum Nasional, Pengelolaan, Manajemen Pengunjung, Pustaka, Informasi
Teknologi, Sinergisitas, Elaborasi, SliMS, Digilib.

A. PENDAHULUAN

Pada zaman modern ini hampir semua sektor menggunakan Teknologi Informasi, begitu

juga dengan organisasi pemerintahan. Hal demikian tidak terlepas dari kebutuhan

optimalisasi pelayanan serta perputaran informasi. Sehingga, ketika sebuah organisasi atau

lembaga tidak memiliki sarana teknologi informasi terlihat seakan akan tertinggal dan

tergilas oleh padatnya lalulintas informasi.

Penggunaan teknologi dan informasi tersebut dapat dipergunakan menjadi berbagai

kepentingan dalam menunjang tujuan organisasi/lembaga seperti kegiatan administrasi,

kegiatan teknis hingga kegiatan pelayanan. Dengan adanya teknologi informasi tersebut

proses perencanaan, pelaksanaan dan pelaporannya menjadi lebih mudah dan murah.

Sehingga target dapat tercapai dan diketahui secara terukur.

Dari kondisi yang demikian kegiatan manajerialpun dapat dilakukan dengan baik. Selain itu

aset informasi yang dikelola dapat terjamin keberadaanya dan bersifat berkelanjutan. Dan di

masa mendatang tidak perlu dilakukan pengulangan pekerjaan yang sama.

Museum Nasional telah memulai melakukan transformasi pengelolaan Unit Kerja dengan

melakukan pendekatan berbasis Informasi Teknologi ini. Hal demikian adalah bentuk

kebijakan yang dibangun dan disepakati, sehingga museum dapat mecapai pelayanan

kepada publik menjadi lebih optimal. Mutu, jenis dan manfaat dari Informasi Teknologi ini

mendatangkan manfaat yang besar baik secara internal maupun eksternal, serta memicu

pengembangan dan kerjasama pada segala sektor.

Perpustakaan, Bidang Registrasi Dan Dokumentasi, Museum Nasional


Direktur Jendral Kebudayaan, Kemterian Pendidikan Dan Kebudayaan
B. MUSEUM NASIONAL

I. Sejarah Museum Nasional

(a) VoC ke Nederland Indie

Perkembangan perhimpunan ilmiah di Nusantara diawali dengan terjadinya revolusi

intelektual di Eropa (the age of Enlightenment) (Hoop, 1948 hlm. 7). Untuk

menyalurkan ide dan gagasan ilmiah tersebut di Haarlem Belanda pada tahun 1752,

didirikanlah sebuah perkumpulan ilmiah belanda (De Hollands Maatschappij der

Wetenschappen) (Kinderen, 1878 hlm 1-15). Akibat pengaruh perkembangan ilmu

pengetahuan di Eropa dan berdirinya perkumpulan tersebut, kolektor bangsa Eropa di

Indonesia kemudian mendirikan suatu lembaga ilmu pengetahuan yang bernama

Bataviaasch Genootschap (BG) pada tanggal 24 April 1778.

BG ini didirikan untuk mengembangkan penelitian dalam bidang seni, ilmu

pengetahuan khususnya dalam bidang ilmu biologi, fisika, arkeologi, kesusastraan,

etnologi dan sejarah. Tertulis dalam Gedenkboek (1878) BG memiliki semboyan “Ten

Nutte van het Algemeen” (Untuk Kepentingan Masyarakat Umum). Salah seorang

pendiri BG, yaitu Jacobus Cornelis Mattheus Radermacher. Cornelis diduga

menyumbangkan sebuah rumah miliknya di Jalan Kalibesar, suatu kawasan

perdagangan di kota lama Jakarta (oud Batavia) sekarang Jakarta Kota. Selain itu, ia

juga menyumbangkan sejumlah koleksi buku dan benda budaya, sumbangan Cornelis

inilah yang menjadi cikal materi/objek di BG dikemudian hari. Cornelis sampai di

Batavia pada tanggal 21 Agustus 1767, terdaftar sebagai pegawai di Dewan

Pengadilan pada Chamber of Amsterdam bertugas di Batavia1. Selain Cornelis ada

beberapa individu yang merupakan tokoh yang memiliki peran dalam pendirian BG

pada tahun 1778 ini. Tokoh tokoh tersebut adalah Jacob de Meijer, Josua van Inperen,

Johannes Hooijman, Sirardus Bartlo, Willem van Hogendorp, Hendrik Nicolaas Lacle,

1
https://www.dbnl.org/tekst/_ind004199101_01/_ind004199101_01_0019.php (diakses pada 13 Oktober
2018, pukul 10.00 WIB)
Perpustakaan, Bidang Registrasi Dan Dokumentasi, Museum Nasional
Direktur Jendral Kebudayaan, Kemterian Pendidikan Dan Kebudayaan
Jacobus van der Steeg, Egbert Blomhert, Paulus Gevers dan Frederik Baron van

Wurmb.

Di masa lalu pada Batavia Genootschap Van Kunsten En Wetenschapen masih

berada pada bayang-bayang perlindungan Pemerintahan Kerajaan Orange (dutch)

dan Kerajaan England, hal itu dilatarbelakangi karena Bataviaasch Genotshcap van

Kunsten en Wetenschapen merupakan organisasi multinasional yang konsen terhadap

penelitian, Ilmu Pengetahuan serta Seni.

Selanjutnya pada tahun 1784-1811 BG dipimpin oleh Reyner de Klerk sebagai

Pimpinan Kelompok Direktur Utama sekaligus sebagai pelindung karena memiiliki

posisi juga sebagai Gouvenur Generaal van Nederlanch Indien. Keanggotaan

organisasi pada masa in terdiri dari Directeuren (Kelompok Direksi), voorzittend

Directeur (Kelompok Direktur Utama), Dirigeerende Leden (Anggota Tetap), Ordinairi

Leden (Anggota Biasa), Extraordinaire Leden (Anggota Luar Biasa) 2.

Pada tahun 1811-1816 menjadi periode kepemimpinan Letnan Gubernur Jenderal Sir

Thomas Stamford Raffles bagian dari pemerintahan Kerajaan Inggris di Jawa yang

sekaligus memimpin BG. Thomas Stamford Raffles (selanjutnya Raffles) memiliki

ketertarikan dalam bidang ilmu pengetahuan terutama tentang botani, geologi, sejarah,

dan purbakala. Perkembangan jumlah koleksi ternyata membuat gedung di Kalibesar

semakin sempit. Sehingga Raffles kemudian mengusulkan untuk pembangunan

gedung himpunan yang baru di Socitëit De Harmonie (di Jalan Majapahit No. 3

sekarang: dan dibangun ulang menjadi Gedung Sekreatriat Negara)3.

Dari tahun 1816 hingga 1923 Bataviaasch Genootschap secara tetap dipegang oleh

pemerintahan Kerajaan Belanda. Pada rentang tahun tahun ini juga terjadi kepindahan

ketiga kali bangunan yang digunakan sebagai pusat studi dan penelitian para ilmuwan

2
Verhandelingen van het Bataviaasch Genootschap, der Konsten en Wetenschappen, Tweede Deel-
MDCCLXXXIV (1784)
3
Verhandelingen van het Bataviaasch Genootschap, der Konsten en Wetenschappen, VII. DEEL 1814
Perpustakaan, Bidang Registrasi Dan Dokumentasi, Museum Nasional
Direktur Jendral Kebudayaan, Kemterian Pendidikan Dan Kebudayaan
BG ini. Bagunan dipindahkan ke jalan westplaten/barat lapangan (Sekarang Jalan

Medan Merdeka Barat)

BG dipimpin secara bergantian oleh kaum elite Nederland Indie selanjutnya, adapun

tokoh tokohnya seperti J Ekenholm, P.S. Maurisse, H. J. Van De Graf, J. Schneither,

H. J. L. J. De Stuer, W. Bosch, dan banyak lainnya4.

(b) Masa Peralihan

Pada tahun 1923, Bataviaasch Genootschap mendapatkan penghargaan oleh

kerajaan nederland sehingga pada awalan nama BG diberi tambahan dengan

“Koninklij” oleh pihak kerajaan. Penghargaan itu terkait dengan usaha panjang BG

dalam melakukan pelestarian budaya daerah jajahan. Nama ini bertahan hingga tahun

1950 setelah kemerdekaan.

Selanjutnya pada tahun 1950, seiring dengan kemerdekaan Negara Kesatuan

Republik Indonesia, BG melakukan penyesuaian nama dengan menjadi Lembaga

Kebudayaan Indonesia dan di Pimpin oleh Raden Hoesein Djayaningrat hingga tahun

1962.

(c) Serah Terima kepada Pemerintah Indonesia 1962

Pada tahun 1962 adalah zaman baru dalam pengelolaan BG. BG diserahkan kepada

pemerintah Indonesia yang berdaulat untuk pertama kalinya. Penyerahan ini adalah

penyerahan penuh didalamnya asset dan manusia yang bekerja didalamnya,

penyerahan dilakukan kepada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Pada saat penyerahan ini, nama Lembaga Kebudayaan Indonesia berubah menjadi

Museum Pusat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pada masa ini Museum

Pusat (MP) dipimpin oleh Amir Sutaarga. Amir Sutaarga sebelumnya adalah sekretaris

dari Lembaga Kebudayaan Indonesia, dan kepemimpinannya berlangsung hingga

tahun 1976.

4
Gedenkboek: Het Bataviaasch Genootschap Van Kunsten En Wetenschappen, Gerurende De Eerste Eeuw Van
Zijn Bestaan 1778-1878. Deel I. Ernst & Co. Batavia.
Perpustakaan, Bidang Registrasi Dan Dokumentasi, Museum Nasional
Direktur Jendral Kebudayaan, Kemterian Pendidikan Dan Kebudayaan
Pada tahun 1976 terjadi perubahan kepemimpinan kembali pada museum pusat. Pada

tahun tersebut museum pusat dipimpin oleh Bambang Sumadio hingga tahun 1984,

Pada kepemimpin beliau ini nama Museum Pusat berubah menjadi Museum Nasional

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tepatnya tahun 1979. Dilanjutkan oleh

Teguh Asmar dari tahun 1984 hingga 1987, Selanjutnya Suwati Kartiwa dari tahun

1988 hingga 1998 dan Sri Endang Hardiati pada tahun 1998-2003.

Tidak hanya perubahan dari nama yang sering terjadi melanda Museum Nasional di

masa lalu. Perubahan induk organisasi juga sering terjadi. Pada tahun 2003 hingga

2010 Museum Nasional pernah beralih dari induk Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan ke Kementerian Pariwisata Dan Kebudayaan. Pada periode ini Museum

Nasional secara berurut dipimpin oleh Intan Mardiana 2004 hingga 2005, dilanjutkan

oleh Retno Sulistianingsih S dari tahun 2005 sampai 2011, pada tahun 2010 pada

kepemimpinan beliau Museum Nasional dipindah induk organisasinya kepada

Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan.

Pada tahun 2011, Museum Nasional dipimpin oleh Gatot Ghautama dari tahun 2011

sampai 2012, selanjutnya digantikan oleh Intan Mardiana kembali dari tahun 2012

sampai 2017 dan terakhir pada pertengahan 2017 hingga sekarang dipimpin oleh

Siswanto.

II. Kebijakan pengelolaan Museum Nasional

Pengelolaan Museum Nasional tidak terlepas dari regulasi yang ada, ada koridor yang

mengatur dan menjadi pedoman pada manajemen. Dalam mengusulkan perencanaan

program serta kegiatan regulasi tersebut juga mejadi tonggak pegangan secara konstitusi.

Adapun regulasi tersebut yaitu:

1. Undang Undang No 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya (UU 11/2010)

2. Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun 2015 Tentang Museum (PP 66/2015)

Perpustakaan, Bidang Registrasi Dan Dokumentasi, Museum Nasional


Direktur Jendral Kebudayaan, Kemterian Pendidikan Dan Kebudayaan
3. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan No. 37 Tahun 2016

Tentang Rincian Tugas Museum (Permendikbud 37/2016)

Masing masing regulasi mengkomunikasikan kepada manajemen segala variabel yang

terikat dengan permuseuman. Sebagai contoh pada UU 11/2010 pasal 18 ayat 1 dan PP

66/2015 pasal 1 ayat 1 ditegaskan bahwa fungsi permuseuman itu ada empat (4), pertama

Museum melindungi, kedua Museum mengembangkan, ketiga museum memanfaatkan dan

keempat museum mengkomunikasikan kepada masyarakat. Empat fungsi museum tersebut

berkaitan dengan benda museum atau koleksi yang ditempatkan pada museum, sehingga

benda budaya dan cagar budaya memiliki makna bagi masyarakat.

Dari fungsi fungsi tersebut, bagian mengkomunikasikan kepada masyarakat adalah

pekerjaan rumah yang cukup berat. Dalam menghasilkan materi untuk mengkomunikasikan

kepada masyarakat perlu dilakukan proses panjang sebelum sampai kepada masyarakat.

Dimana proses tersebut bertujuan untuk mencapai tugas museum. Adapun tugas museum

menurut PP 66/2015 pasal 1 ayat 2 yakni pertama melakukan pengkajian, kedua

melakukan pendidikan dan ketiga adalah memberikan kesenangan, semua tugas itu

ditujukan kepada masyarakat

Selain dari UU 11/2010 serta PP 66/2015 ada satu (1) regulasi yang mengatur mengenai

museum yakni Permendikbud 37/2016, peraturan ini adalah peraturan yang secara khusus

mengatur mengenai Museum Nasional. Dari Permendikbud 37/2016 ini Museum Nasional

memeiliki beberapa tugas dan fungsi yakni;

Pasal 1 Rincian Tugas Museum Nasional adalah:

1. Melaksanakan penyusunan program kerja Museum Nasional;

2. Melaksanakan pengkajian benda bernilai budaya berskala nasional;

3. Melaksanakan pengumpulan dan akuisisi benda bernilai budaya berskala

nasional;

Perpustakaan, Bidang Registrasi Dan Dokumentasi, Museum Nasional


Direktur Jendral Kebudayaan, Kemterian Pendidikan Dan Kebudayaan
4. Melaksanakan registrasi, inventarisasi, dan katalogisasi benda koleksi Museum

Nasional;

5. Melaksanakan perawatan dan pengawetan koleksi Museum Nasional;

6. Melaksanakan penyajian benda bernilai budaya berskala nasional;

7. Melaksanakan penyimpanan dan pengamanan koleksi Museum Nasional;

8. Melaksanakan dokumentasi benda bernilai budaya berskala nasional;

9. Melaksanakan publikasi benda bernilai budaya berskala nasional;

10. Melaksanakan pemanduan, penyuluhan, dan layanan edukasi lainnya yang

berhubungan dengan benda bernilai budaya berskala nasional;

11. Melaksanakan kemitraan pengelolaan Museum Nasional;

12. Melaksanakan promosi Museum Nasional dan benda bernilai budaya berskala

nasional;

13. Melaksanakan pembinaan layanan teknis dibidang benda bernilai budaya

berskala nasional;

14. Melaksanakan pengelolaan perpustakaan Museum Nasional;

15. Melaksanakan urusan perencanaan, keuangan, kepegawaian,

ketatalaksanaan, persuratan,kearsipan, barang milik negara, kerumahtanggan

Museum Nasional;

16. Melaksanakan evaluasi pelaksanaan tugas Museum Nasional;

17. Melaksanakan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen Museum Nasional;

dan

18. Melaksanakan penyusunan laporan Museum Nasional.

Ada delapan belas (18) tugas dari Museum Nasional yang harus dicapai oleh museum,

sehingga tugas tugas tersebut didistribusikan kepada bagian serta bidang agar dapat

Perpustakaan, Bidang Registrasi Dan Dokumentasi, Museum Nasional


Direktur Jendral Kebudayaan, Kemterian Pendidikan Dan Kebudayaan
menjalankan tugas tersebut. Tugas tugas tersebut memiliki variable kerumitan yang

beragam sehingga bagian dan bidang bidang tersebut harus disesuaikan dengan tingkat

kerumitannya masing masing. Adapun bagian dan bidang yang dapat ditemui di Museum

Nasional adalah pertama Bagian Registrasi dan Dokumentasi, kedua Bidang Perawatan dan

Pengawetan, Ketiga Bidang Penyajian dan Publikasi, keempat Bidang Pengumpulan dan

Pengkajian, Kelima Bidang Promosi Dan Kemitraan dan terakhir Keenam Bagian Tata

Usaha.

Seperti yang disebutkan bahwa tugas didistribusikan ke masing masing bidang dan bagian

yang ada. Pembagian tugas tersebut dapat dilihat sebagai berikut;

1. Bidang Registrasi dan Dokumentasi,

(a) melaksanakan registrasi, inventarisasi, dan katalogisasi benda koleksi

Museum Nasional;

(b) melaksanakan penyimpanan dan pengamanan koleksi Museum Nasional;

(c) melaksanakan dokumentasi benda bernilai budaya berskala nasional;

(d) melaksanakan pengelolaan perpustakaan Museum Nasional;

(e) melaksanakan pembinaan layanan teknis dibidang benda bernilai budaya

berskala nasional;

2. Bidang Perawatan dan Pengawetan,

(a) melaksanakan perawatan dan pengawetan koleksi Museum Nasional;

(b) melaksanakan pembinaan layanan teknis dibidang benda bernilai budaya

berskala nasional;

3. Bidang Penyajian dan Publikasi,

(a) melaksanakan penyajian benda bernilai budaya berskala nasional;

Perpustakaan, Bidang Registrasi Dan Dokumentasi, Museum Nasional


Direktur Jendral Kebudayaan, Kemterian Pendidikan Dan Kebudayaan
(b) melaksanakan publikasi benda bernilai budaya berskala nasional;

4. Bidang Pengumpulan dan Pengkajian

(a) melaksanakan pengumpulan dan akuisisi benda bernilai budaya berskala

nasional;

(b) melaksanakan registrasi, inventarisasi, dan katalogisasi benda koleksi

Museum Nasional;

(c) melaksanakan pengkajian benda bernilai budaya berskala nasional;

5. Bidang Promosi Dan Kemitraan

(a) melaksanakan pemanduan, penyuluhan, dan layanan edukasi lainnya

yang berhubungan dengan benda bernilai budaya berskala nasional;

(b) melaksanakan kemitraan pengelolaan Museum Nasional;

(c) melaksanakan promosi Museum Nasional dan benda bernilai budaya

berskala nasional;

6. Bagian Tata Usaha

(a) melaksanakan penyusunan program kerja Museum Nasional;

(b) melaksanakan evaluasi pelaksanaan tugas Museum Nasional;

(c) melaksanakan urusan perencanaan, keuangan, kepegawaian,

ketatalaksanaan, persuratan,kearsipan, barang milik negara,

kerumahtanggan Museum Nasional;

(d) melaksanakan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen Museum

Nasional;

(e) melaksanakan penyusunan laporan Museum Nasional.

Perpustakaan, Bidang Registrasi Dan Dokumentasi, Museum Nasional


Direktur Jendral Kebudayaan, Kemterian Pendidikan Dan Kebudayaan
Begitu banyaknya ragam tugas fungsi Museum Nasional terakumulasi dalam tiga (3) bentuk

dasar kegiatan yakni 1. Admnisitrasi, 2. Teknis dan 3. Layanan. Bentuk pekerjaan inilah

yang harus dilakukan oleh Museum Nasional sebagai salah satu lembaga dengan tingkat

Eselonisasi II namun memiliki status sebagai Unit Pelayanan Teknis.

III. Alur pikir dan Potensi

Alur pikir Museum Nasional saat sekarang tidak terlepas dari Gagasan perubahan yang

diusulkan oleh Kepala Museum yang baru. Pola pikir ini terdiri atas lima (5) langkah

diantaranya pertama melakukan penggalian potensi yang ada pada Museum Nasional.

Potensi yang ada adalah sebagai berikut;

Potensi pertama adalah pegawai. Berdasarkan data Sistim Kepegawaian Online tahun 2018

yang dapat diakses dari http://118.98.234.39/simpeg/index.php variasi pendidikan pegawai

Museum Nasional terdiri dari Diploma III satu (1) orang, SLTA Kejuruan Teknis lima (5)

Orang, SLTA Kejuruan non Teknis empat (4) Orang, SLTA Umum duapuluh lima (25) orang,

SLTP Umum satu (1) Orang, Sekolah Dasar satu (1) orang, Pascasarjana Teknis sebelas

(11) Orang, Pascasarjana Non Teknis dua (2) Orang, Sarjana Teknis duapuluh enam (26)

Orang, Sarjana Non Teknis sepuluh (10) Orang, Sarjana Muda Teknis satu (1) Orang

sehingga jumlah PNS yang ada di Museum Nasional ada delapan puluh tujuh (87) Orang.

Selain itu terdapat pegawai Non PNS dengan profesi sebagai Tenaga Administrasi, Tenaga

Teknis, Tenaga Edukator, Tenaga Konservasi dan Satpam serta Kebersihan sebanyak

Tujuh Puluh Sembilan (79) Orang. Sehingga Museum Nasional memiliki total jumlah

pegawai sebanyak Seratus Enam Puluh Enam (166) Orang.

Potensi yang kedua ada koleksi. Berdasarkan hasil pendataan yang dilakukan oleh seksi

registrasi di bidang registrasi dan dokumentasi hingga agustus 2018, koleksi Museum

Nasional hingga tahun 2018 berjumlah sebanyak 169.376 Koleksi. Dimana koleksi tersebut

terbagi dengan klasifikasi prasejarah, arkeologi, Keramik, tekstil, numismatic dan heraldic,

etnografi, geografi dan emas serta regalia. Data data tersebut saat sekarang tersimpan

Perpustakaan, Bidang Registrasi Dan Dokumentasi, Museum Nasional


Direktur Jendral Kebudayaan, Kemterian Pendidikan Dan Kebudayaan
dalam sistim database server yang dikelola secara mandiri oleh seksi registrasi untuk

kegiatan di Museum Nasional.

Potensi yang ketiga adalah pengunjung Museum Nasional. Dari pendataan yang dilakukan

oleh bidang promosi dan kemitraan hingga oktober tahun 2018, jumlah pengunjung yang

datang ke Museum Nasional berjumlah 243.976 orang terdiri dari 206.667 masyarakat

Indonesia dan 37.307 masyarakat Manca Negara. Pengunjung yang data ke Museum

Nasional berkaitan dengan kunjungan wisata, kunjungan pendidikan dan pemanfaatan ke

ruang pamer yang ada.

Potensi yang keempat adalah pustaka. Bahan Pustaka di Museum Nasional berasal dari

awal berdirinya BG dan sebagian beralih karena adanya pengembangan organisasi pada

tahun 1988. Diantara bahan pustaka tersebut masih ada di pustaka Museum Nasional. Pada

tahun 2018 ini asset perpustakaan terdiri dari bahan pustaka berupa buku yang terdiri dari

Buku Naskah kuno yang terdiri dari Plakaatboek (Buku Perjanjian), Dagh Register (Catatan

Perdagangan), Notulen (Catatan Rapat), Tijdschript (Majalah/Jurnal Ilmiah), Verhandelingen

(Hasil penelitian) Oudkhundigs Verslag (Laporan Purbakala) Verzamelings (Buku Koleksi),

Catalogus (Katalog Koleksi), Jaarboek (Buku Tahunan), dan Raporteen (Laporan),

selanjutnya Buku Kebudayaan Umum yang terklasifikasi berdasarkan wilayah administrasi

dan kebudayaan diabad ke 16. Total aset yang dimiliki berjumlah 27.222 Bahan Pustaka.

Terbagi 16.623 Buku Kebudayaan Umum dan 10.599 Buku Naskah kuno, Foto serta Kartu

Pos kuno. Dari keseluruhan asset tersebut yang baru beralih secara pendataan digital

katalog pada tahun 2018 sebanyak 4.672 Bahan Pustaka, serta 30 buku pdf berbahasa

belanda kuno yang menunjang katalog secara digital.

Potensi yang kelima adalah jumlah bangunan sebagai sarana dan prasarana pelayanan.

Pada tahun 2018diketahui bahwa Museum Nasional memiliki lima (5) bangunan, tiga (3) di

Jakarta Pusat (jalan Medan Merdeka Barat), satu (1) di Jakarta Selatan (area Blok M) dan

satu (1) di Taman Mini (jalan Hamnkam). Tiga bangunan yang ada di jalan merdeka barat di

Perpustakaan, Bidang Registrasi Dan Dokumentasi, Museum Nasional


Direktur Jendral Kebudayaan, Kemterian Pendidikan Dan Kebudayaan
gunakan sebagai bangunan pamer, gudang tertutup serta perkantoran, bangunan yang ada

di area blok M akan digunakan sebagai Gedung Arsip dan bangunan ketiga yang ada di

jalan Hankam akan digunakan sebagai Gudang Terbuka dan tempat pelatihan tenaga

tenaga teknis pemeiliharaan benda koleksi.

IV. Optimalisasi Pelayanan Dalam Mencapai Museum Dimataku dan


Genggamanku

Berdasarkan pendataan potensi yang dilakukan maka langkah selanjutnya adalah

melakukan optimalisasi pelayanan museum. Optimalisasi yang dilakukan sangat terkait

dengan sistim pelayanan seluruh unit kerja yang ada pada Museum Nasional. Sebagai

contoh bentuk optimalisasi yang dilakukan adalah menetapkan standar operasional

prosedur dalam peminjaman koleksi (PIKO), Pembuatan dan Perancangan Pameran,

Pengelolaan Tata Usaha, membangun sistim dasar Unit Layanan Terpadu, membangun

kesadaran pelayanan Bebas dari Korupsi dan mentetapkan Maklumat Pelayanan,

Bangunan yang ditata dan dibangun sehingga terlihat dengan baik dan teratur. Kondisi yang

tertata dan teraturnya penempatan koleksi serta hal hal yang dibutuhkan dalam menunjang

beroperasionalnya museum sagat dibutuhkan. Karena apa yang terlihat akan membawa

suasana kepada orang yang melihat, “museum dimataku” adalah konsep dimana penataan

koleksi menjadi jargo dalam memberikan kenyamanan kepada pengunjung tentang situasi

lingkungan museum.

Sedangkan dalam ranah mengembangkan dan meningkatkan akses ilmu pengetahuan

kepada masyarkat Museum Nasional sedang menjalankan proses pembuatan digilib/pusdij

(digital library/pustaka digital) yang selaras dengan ketersediaan koleksi benda budaya yang

ada pada museum. Pustaka digital juga akan disediakan pada salah satu sudut di ruang

pengunjung, sehingga setiap orang yang membutuhkan tempat untuk membaca buku dan

mencari informasi tidak perlu datang ke perpustakaan fisik secara langsung.

Perpustakaan, Bidang Registrasi Dan Dokumentasi, Museum Nasional


Direktur Jendral Kebudayaan, Kemterian Pendidikan Dan Kebudayaan
Pustaka Digital (Pusdij) ini adalah satu bentuk pengembangan pelayanan berbasis Informasi

Teknologi. Munculnya pusdij ini adalah bentuk sinergisitas dan implementasi bersifat

elaborasi atas apa yang berkembang secara nasional. Museum Nasional menggunakan

system katalog opensource yang dirilis oleh komunitas pengembang software berbentuk

content management system (cms) perpustakaan, yang berpusat di senayan yaitu Senayan

Library Informastion Management System (SLiMS). System ini dapat diakses melalui

genggaman setiap orang saat sekarang, baik melalui smartphone atau juga android. Tidak

dibutuhkan aplikasi khusus dalam mengoperasikan cms ini. Cukup menggunakan browser

yang didukung oleh akses internet pada smartphone dan android. Museum dan

Perpustakaan dapat diakses dalam genggaman setiap orang yang menggunakan

smartphone maupun android, tidak ada lagi batas antara pengunjung koleksi dengan koleksi

yang ada di museum, sehingga ini mengantarkan pada langkah perubahan “museum di

genggamanku”.

Pada dasarnya SLiMS tidak hanya dapat difungsikan sebagai katalog yang bersifat daring,

namun juga dapat dikembangkan sebagai bentuk perpustakaan digital. Bentuk digital yang

dimaksud adalah katalog yang dapat digunakan juga sebagai sistim dasar untuk dapat

membaca buku elektronik. Hal demikian dapat dilakukan selagi pengelola dari SLiMS

memiliki pengetahuan dalam pengembangan system yang tersedia pada cms tersebut.

Pengembangan ini yang dipadukan dalam penginformasian tentang koleksi oleh Museum

Nasional. Sebagai contoh Museum Nasional mengelola koleksi keris siginjai yang

dipamerkan kepada masyarakat di ruang regalia. Informasi yang terdapat pada ruang pamer

sangatlah terbatas, untuk itu agar masyarakat dapat mengetahui lebih jauh mengenai keris

siginjai tersebut, perpustakaan menyediakan katalog pencarian buku yang berkaitan dengan

keris siginjai. Salah satu buku yang disediakan adalah buku berbahasa belanda kuno yang

mengurai sejarah keris tersebut yakni Tijdschrift: Indische Taal-, Land- En Volkenkunde

1840 pada http://munas.kemdikbud.go.id/ebook/TBG1840.pdf#page=72. Dengan demikian

pengunjung dapat mengetahui lebih dalam mengenai koleksi tersebut, inilah bentuk

Perpustakaan, Bidang Registrasi Dan Dokumentasi, Museum Nasional


Direktur Jendral Kebudayaan, Kemterian Pendidikan Dan Kebudayaan
perpaduan antara pengelolaan koleksi dan perpustakaan dan dapat disebut sebagai

pengelolaan museum berbasis informasi teknologi.

Perpaduan antara keberadaan koleksi dan pustaka digital adalah hal yang terkoneski dan

memiliki relasi yang sangat kuat. Koneksi dan relasinya tidak terlepas dalam penyediaan

informasi kepada masyarakat atau publik sehingga hal ini akan terus dikembangkan dimasa

mendatang. Setiap koleksi perlu diberikan penjelasan yang lebih, bagi mengisi keingitahuan

masayrakat terhadap warisan bangsa yang dikelola oleh museum. Penjelasan-penjelasan

demikian perlu dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara keilmuan kepada

masyarakat, hal ini tidak hanya menjadi tugas museum namun juga menjadi beban moral

Museum Nasional yang bertanggungjawab dalam melakukan pengelolaan koleksi benda

budaya dan penginformasian, baik cagar budaya atau benda koleksi museum berskala

nasional.

Pustaka digital dan Informasi Publik adalah hal yang setara. Pustaka digital akan

menyediakan buku buku yang berkaitan dengan informasi koleksi yang tersedia di Museum

Nasional. Pustaka digital bertujuan untuk meberikan kemanfaatan, transparasi, aksesibilitas,

kemanan, keselamatan, dan akuntabilitas dari pengetahuan yang menjadi hak masyarakat.

Pustaka digital yang dikelola oleh seksi perpustakaan, bidang registrasi dan dokumentasi,

Museum Nasional adalah berutujuan dalam mencapai mandat dari mencerdaskan

kehidupan bangsa yang ada pada Undang Undang dasar 1945. Pengelolaan pustaka digital

juga memperhatikan ketentuan mengenai keterbukaan informasi publik. Menurut Undang

Undang No. 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik pasal 17 hal hal yang

dilarang yakni berkaitan dengan:

1. Menghambat proses penegakan hukum

2. Mengganggu kepentingan perlindungan hak atas kekayaan intelektual dan

perlindungan dari persaingan usaha tidak sehat;

3. Membahayakan pertahanan dan keamanan negara


Perpustakaan, Bidang Registrasi Dan Dokumentasi, Museum Nasional
Direktur Jendral Kebudayaan, Kemterian Pendidikan Dan Kebudayaan
4. Mengungkapkan kekayaan alam Indonesia

5. Merugikan ketahanan ekonomi nasional

6. Merugikan kepentingan hubungan luar negeri

7. Mengungkapkan isi akta otentik yang bersifat pribadi dan kemauan terakhir ataupun

wasiat seseorang

8. Mengungkap rahasia pribadi seseorang

9. Memorandum atau surat-surat antar Badan Publik atau intra Badan Publik yang

menurut sifatnya dirahasiakan, kecuali atas putusan Komisi Informasi atau

pengadilan.

10. Informasi Publik yang tidak boleh diungkapkan berdasarkan Undang-Undang.

Sehingga Pustaka Digital setara dengan Informasi Publik, serta dapat menjalankan fungsi

Museum Nasional sebagai organisasi pemerintah yang memberikan pelayanan kepada

publik sehingga tujuan dari slogan Museum Dihatiku dapat tercapai.

Pusdij atau Digilib adalah mesin atau jaringan yang sinergi. Dengan tersedianya informasi

pada system tersebut, maka publik dapat melakukan pengembangan secara mandiri, selain

itu, ketersediaan buku dapat menjadi bahan kerjasama dalam pengelolaan permuseuman

secara berkelanjutan. Pengelolaan yang berkelanjutan dalam kerjasama dapat memperluas

jaringan pengelolaan permuseuman, baik dalam instasi atau diluar instasi sendiri. Karena

pada dasarnya kebutuhan informasi koleksi yang ada pada museum tidak hanya digunakan

untuk didalam instansi, akan tetapi juga seluruh komponen bangsa yang membutuhkan

informasi tersebut, baik untuk kesenangan, pendidikan kajian bahkan untuk peneilitian.

Perpustakaan, Bidang Registrasi Dan Dokumentasi, Museum Nasional


Direktur Jendral Kebudayaan, Kemterian Pendidikan Dan Kebudayaan
C. KESIMPULAN

Dari penjelasan diatas tersebut dapat ditarik beberapa kesimpulan diantaranya:

1. Pustaka Digital solusi dalam mengkomunikasikan koleksi kepada masyarakat

2. Pustaka digital merupakan bentuk mesin pemicu peningkatan minat pengkajian

benda budaya

3. Pustaka digital merupakan simpul dalam melakukan pengembangan fungsi dari

museum

4. Pustaka digital sebagai mesin dalam melindungi hilangnya informasi

5. Pustaka digital sebagai sarana untuk memanfaatkan koleksi untuk kesenangan,

pendidikan, kajian dan penelitian

Perpustakaan, Bidang Registrasi Dan Dokumentasi, Museum Nasional


Direktur Jendral Kebudayaan, Kemterian Pendidikan Dan Kebudayaan
DAFTAR PUSTAKA

GEDENKBOEK: HET BATAVIAASCH GENOOTSCHAP VAN KUNSTEN EN WETENSCHAPPEN,


GERURENDE DE EERSTE EEUW VAN ZIJN BESTAAN 1778-1878. DEEL I. ERNST & CO.
BATAVIA.
HOOP, A.N.J TH. A TH. VAN DER. 1948. SHORT GUIDE TO THE MUSEUM . ROYAL BATAVIA
SOCIETY OF ARTS AND SCIENCE. BATAVIA.
UNDANG UNDANG NO 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA (UU 11/2010)
UNDANG UNDANG NO. 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI P UBLIK
PERATURAN PEMERINTAH NO. 66 TAHUN 2015 TENTANG MUSEUM (PP 66/2015)
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NO. 37 TAHUN 2016 TENTANG
RINCIAN TUGAS MUSEUM (PERMENDIKBUD 37/2016)
VERHANDELINGEN VAN HET BATAVIAASCH GENOOTSCHAP, DER KONSTEN EN
WETENSCHAPPEN , TWEEDE DEEL-MDCCLXXXIV (1784).
VERHANDELINGEN VAN HET BATAVIAASCH GENOOTSCHAP, DER KONSTEN EN
WETENSCHAPPEN , VII. DEEL 1814
HTTPS:// WWW. DBNL. ORG/ TEKST /_IND004199101_01/_IND004199101_01_0019. PHP
(DIAKSES PADA 13 OKTOBER 2018, PUKUL 10.00 WIB)
HTTP://118.98.234.39/ SIMPEG / INDEX. PHP (SISTIM KEPEGAWAIAN DIRJEN KEBUDAYAAN )
DIAKSES PADA 2 DESEMBER 2018

Perpustakaan, Bidang Registrasi Dan Dokumentasi, Museum Nasional


Direktur Jendral Kebudayaan, Kemterian Pendidikan Dan Kebudayaan

Anda mungkin juga menyukai