Anda di halaman 1dari 40

ANALISIS LINGKUNGAN WISMA KENANGA

DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA

Untuk Menyelesaikan Tugas Profesi Keperawatan Gerontik


Program Profesi Ners

Disusun Oleh

Listiyani Azriyah 11194691910040


Made Aste Purane 11194691910041
Muhammad Faisal 11194691910045
Muhammad Novyan M 11194691910047
Sri Martiwi 11194691910054
Yennie 11194691910056

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2019
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul : Analisis SWOT Wisma Kenanga


Nama Anggota Kelompok : 1. Listiyani Azriyah
2. Made Aste Purane
3. Muhammad Faisal
4. Muhammad Novyan M
5. Sri Martiwi
6. Yennie

Banjarmasin, Oktober 2019

Menyetujui,

Panti Sosial Tresna Werdha Program Studi Profesi Ners


Budi Sejatera (PSTW) Fakultas Kesehatan
Universitas Sari Mulia
Preseptor Klinik (PK) Preseptor Akademik (PA)

............................................... ...................................................
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Analisis SWOT Wisma Kenanga


Nama Anggota Kelompok : 1. Listiyani Azriyah
2. Made Aste Purane
3. Muhammad Faisal
4. Muhammad Novyan M
5. Sri Martiwi
6. Yennie

Banjarmasin, Oktober 2019

Panti Sosial Tresna Werdha Program Studi Profesi Ners


Budi Sejatera (PSTW) Fakultas Kesehatan
Universitas Sari Mulia
Preseptor Klinik (PK) Preseptor Akademik (PA)

............................................... ...................................................

Mengetahui,
Ketua Jurusan KeperawatanB Fakultas Kesehatan
Universitas Sari Mulia

...........................................
Dini Rahmayani, S.Kep.Ns.,MPH
NIK. 19.44.2004.008
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka Harapan Hidup (AHH) merupakan salah satu indikator yang digunakan
untuk menilai derajat kesehatan penduduk, artinya jika angka harapan hidup
meningkat, maka derajat kesehatan penduduk juga meningkat serta
memperpanjang usia harapan hidupnya. Fenomena peningkatan angka harapan
hidup di Indonesia yang terjadi menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan
masyarakat Indonesia meningkat.Tahun 1980, usia harapan hidup (UHH)
masyarakat Indonesia hanya mencapai 52,2 tahun. Seiring dengan peningkatan
kualitas hidup masyarakat Indonesia, maka usia harapan hidup mengalami
peningkatan pada tahun 2000 menjadi 64,5 tahun dan 68 tahun pada tahun 2015
(Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana, 2016).
Lansia merupakan seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas.
Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan
akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi
suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan.Usia lanjut
sebagai tahap akhir siklus kehidupan merupakan tahap perkembangan normal
yang akan dialami oleh setiap individu yang mencapai usia lanjut. Hal tersebut
merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat dihindari oleh setiap manusia
(Notoatmodjo, 2014 ).
Proporsi penduduk di atas 60 tahun di dunia diperkirakan akan terus
meningkat. Perkiraan peningkatan dari tahun 2000 sampai 2050 akan berlipat
ganda dari sekitar 11% menjadi 22%, atau secara absolut meningkat dari 605 juta
menjadi 2 milyar lansia( WHO,2014). Dari tahun 2010-2014 pertumbuhan
penduduk Indonesia setiap tahun terus meningkat,dari 3,54 juta per tahun menjadi
3,70 juta per tahun. Saat ini Jumlah penduduk usia lanjut Berkisar antara 27 juta
(angka nasional), dan diprediksi pada tahun 2020 akan menjadi sekitar 38 juta
atau 11,8% dari seluruh jumlah penduduk usia lanjut yang ada pada saat ini di
kota Surakarta sebesar 11,3% (DKK Surakarta, 2016).
Data World Population Prospects: the 2015 Revision, pada tahun 2015 ada
901 juta orang berusia 60 tahun atau lebih yang terdiri atas12% dari jumlah
populasi global. Pada tahun 2015 dan 2030, jumlah orang berusia 60 tahun atau
lebih diproyeksikan akan tumbuh sekitar 56%, dari901juta menjadi 1,4 milyar, dan
pada tahun 2050 populasi lansia diproyeksikan lebih dari 2 kali lipat di tahun 2015,
yaitu mencapai 2,1milyar (United Nations, 2015).
Bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat proses
penuaansehingga penyakit tidak menular banyak muncul pada lanjut usia. Hasil
Riskesdas 2013, penyakit terbanyak pada lanjut usia adalah Penyakit Tidak
Menular (PTM) antara lain hipertensi, artritis, stroke, Penyakit Paru Obstruktif
Kronik (PPOK) dan Diabetes Mellitus (DM). Untuk mewujudkan lansia sehat,
mandiri, berkualitas dan produktif harus dilakukan pembinaan kesehatan sedini
mungkin selama siklus kehidupan manusia sampai memasuki fase lanjut usia
dengan memperhatikan faktor-faktor resiko yang harus dihindari dan faktor-faktor
protektif yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesehatan (DKK Surakarta,
2015).
Besarnya jumlah penduduk lansia di Indonesia di masa depan membawa
dampak positif maupun negatif. Berdampak positif, apabila penduduk lansia
berada dalam keadaan sehat, aktif dan produktif. Disisi lain, besarnya jumlah
penduduk lansia menjadi beban jika lansia memiliki masalah penurunan kesehatan
yang berakibat pada peningkatan biaya pelayanan kesehatan, penurunan
pendapatan atau penghasilan, peningkatan disabilitas, tidak adanya dukungan
sosial dan lingkungan yang tidak ramah terhadap penduduk lansia.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2004,
lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke
atas. Komposisi penduduk tua bertambah dengan pesat baik di negara maju
maupun negara berkembang, hal ini disebabkan oleh penurunan angka fertilitas
(kelahiran) dan mortalitas (kematian), serta peningkatan angka harapan hidup (life
expectancy), yang mengubah struktur penduduk secara keseluruhan. Proses
terjadinya penuaan penduduk dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya:
peningkatan gizi, sanitasi, pelayanan kesehatan, hingga kemajuan tingkat
pendidikan dan sosial ekonomi yang semakin baik.
Sejalan dengan terjadinya tingkat kemajuan ini telah terjadi pula perubahan
yang mendasar didalam system kehidupan keluarga, yakni dari extended family
menjadi nuclear family. Akibat perubahan ini, maka timbul permasalahan baru
berupa kurangnya perhatian dan perawatan terhadap para lansia, yang
mengakibatkan lansia menjadi terlantar atau bermasalah dengan anggota
keluarga yang lain. Di zaman sekarang ini, alasan kesibukan, aktivitas kerja yang
padat, jarak yang jauh pun mulai tidak digunakan. Alhasil, banyak manusia
mengikuti globalisasi dan akhirnya menitipkan orangtuanya di panti jompo dengan
tujuan agar orangtua mereka mendapatkan kebahagian dan kesejahteraan.
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera merupakan salah satu unit
pelaksana teknis dinas di lingkungan Dinas Sosial Provinsi Kalimantan Selatan
yang memberikan pelayanan pada lanjut usia. Panti ini berdiri pada tahun 1977
dengan nama Sasana Tresna Werdha ”Rawa Sejahtrera” berlokasi di jalan A. Yani
KM 21.700 Landasan Ulin Tengah Banjarbaru dengan nama Panti Sosial Tresna
Werdha Budi dengan kapasitas. Untuk meningkatkan kualitas mutu pelayanan dan
menyelesaikan suatu masalah maka diperlukan evaluasi ataupun strategi untuk
mendapatkan solusinya, strategi-strategi baru yang inovatif harus dikembangkan
untuk memastikan bahwa lembaga akan melaksanakan tanggung jawab untuk
memenuhi kebutuhan lansia mendatang dan setelahnya. Untuk melakukan hal ini,
antara lain dibutuhkan sebuah pengujian salah satunya dengan analisis SWOT.
Analisis SWOT adalah metode perencanaan yang digunakan untuk mengevaluasi
kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan
ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Keempat faktor
itulah yang membentuk akronim SWOT (strengths, weaknesses, opportunities,
dan threats).
Dari uraian sebelumnya maka penulis tertarik untuk melakukan analisis
SWOT yang bertujuan untuk memberikan evaluasi dan masukan terhadap kualitas
dan mutu pelayanan di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera terutama di
wisma kenanga agar dapat memberikan pelayanan maksimal dari sebelumnya,
serta dapat meningkatkan status kesehatan lansia diwisma kenanga.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi masalah-masalah lingkungan yang ada di wisma kenanga
dengan menggunakan teknik analisis SWOT.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam analisis ini, adalah untuk mengetahui:
1) Untuk mengetahui masalah dalam sumber daya manusia (Man)
2) Untuk mengetahui masalah pada sumber daya alam (Material)
3) Untuk mengetahui masalah pada prosedur kerja (Methode)
4) Untuk mengetahui masalah pada keuangan (Money)
5) Untuk mengetahui masalah pada mutu pelayananan (Mutu)
C. Manfaat
1. Bagi Panti Werda
Diharapkan dengan dilakukannya analisis SWOT dapat membantu Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru dalam mengembangkan dan
memperbaiki pelayanan terhadap lansia dan membantu untuk meningkatkan
hal-hal yang kurang dari wisma kenanga.
2. Bagi Praktisi
Diharapkan analisis SWOT ini dapat menjadi referensi dan menambah
pengetahuan untuk dijadikan pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan.
3. Bagi Lansia
Diharapkan dengan analisis SWOT ini dapat meningkatkan kualitas kesehatan
dan harapan hidup lansia
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Menua
1. Pengertian Lanjut Usia
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas yaitu
berdasarkan UU N0. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia
yang mengamanatkan kepada pemerintah berkewajiban memberikan
pelayanan dan perlindungan sosial bagi lansia agar mereka dapat mewujudkan
dan menikmati taraf hidup yang wajar. Amanat terurai dalam pasal-pasal untuk
12 departemen, lembaga non departemen serta kepada unsur masyarakat dan
UU No. 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial. Sementara menurut
WHO, kelompok lansia meliputi mereka yang berusia 60-74 tahun, lansia tua
75-90 tahun serta lansia sangat tua diatas 90 tahun.
Proses menua dipandang sebagai sebuah proses total dan sudah dimulai
saat masa konsepsi. Meskipun penuaan adalah sebuah proses berkelanjutan,
belum tentu seseorang meninggal hanya karena usia tua, sebab individu
memiliki perbedaan yang unik terhadap genetik, sosial, psikologik, dan faktor-
faktor ekonomi yang saling terjalin dalam kehidupannya menyebabkan
peristiwa menua berbeda pada setiap orang. Dalam sepanjang kehidupannya,
seseorang mengalami pengalaman traumatik baik fisik maupun emosional yang
bisa melemahkan kemampuan seseorang untuk memperbaiki atau
mempertahankan dirinya. Akhirnya periode akhir dari hidup yang disebut
senescence terjadi saat onganisme biologik tidak dapat menyeimbangkan lagi
mekanisme “pengerusakan dan perbaikan” (Azizah, 2011).
Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu
proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk
beradaptasi dengan lingkungan. Penurunan kemampuan berbagai organ,
fungsi dan sistem tubuh itu bersifat alamiah atau fisiologis.Penurunan tersebut
disebabkan berkurangnya jumlah kemampuan sel tubuh (Utomo, 2010).
1. Faktor-faktor yang memengaruhi penuaan
a) Hereditas atau ketuaan genetik
b) Nutrisi atau makanan
c) Status kesehatan
d) Pengalaman hidup
e) Lingkungan
f) Stres

2. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia


Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara
degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri
manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan
sexual (Kementerian Kesehatan RI, 2016).
a) Perubahan fisik
1) Sistem indra
Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguan pada pendengaran) oleh
karena hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam,
terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang
tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60
tahun.
2) Sistem intergumen: pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak
elastis kering dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga
menjadi tipis dan berbercak. Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula
sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada
kulit dikenal dengan liver spot.
3) Sistem muskuloskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia: Jaaringan penghubung
(kolagen dan elastin), kartilago, tulang, otot dan sendi..Kolagen sebagai
pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat
mengalami perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur. Kartilago:
jaringan kartilago pada persendian menjadi lunak dan mengalami
granulasi, sehingga permukaan sendi menjadi rata. Kemampuan kartilago
untuk regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung
kearah progresif, konsekuensinya kartilago pada persendiaan menjadi
rentan terhadap gesekan. Tulang: berkurangnya kepadatan tulang
setelah diamati adalah bagian dari penuaan fisiologi, sehingga akan
mengakibatkan osteoporosis dan lebih lanjut akan mengakibatkan nyeri,
deformitas dan fraktur. Otot: perubahan struktur otot pada penuaan
sangat bervariasi, penurunan jumlah dan ukuran serabut otot,
peningkatan jaringan penghubung dan jaringan lemak pada otot
mengakibatkan efek negatif. Sendi; pada lansia, jaringan ikat sekitar
sendi seperti tendon, ligament dan fasia mengalami penuaan elastisitas.
4) Sistem kardiovaskuler
Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia adalah massa jantung
bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertropi sehingga peregangan
jantung berkurang, kondisi ini terjadi karena perubahan jaringan ikat.
Perubahan ini disebabkan oleh penumpukan lipofusin, klasifikasi SA
Node dan jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat.
5) Sistem respirasi
Proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total paru
tetap tetapi volume cadangan paru bertambah untuk mengkompensasi
kenaikan ruang paru, udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan
pada otot, kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerakan pernapasan
terganggu dan kemampuan peregangan toraks berkurang.
6) Pencernaan dan metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan
produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata karena kehilangan gigi,
indra pengecap menurun, rasa lapar menurun (kepekaan rasa lapar
menurun), liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat
penyimpanan, dan berkurangnya aliran darah.
7) Sistem perkemihan. Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang
signifikan. Banyak fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya laju
filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh ginjal.
8) Sistem saraf. Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan
atropi yang progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami
penurunan koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-
hari.
9) Sistem reproduksi. Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan
menciutnya ovary dan uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis
masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan
secara berangsur-angsur.
b) Perubahan Aktivitas
Indeks katz merupakan instrument sederhana yang digunakan untuk
menilai kemampuan fungsional AKS (Aktivitas Kehidupan Sehari-hari), dapat
juga untuk meramalkan prognosis dari berbagai macam penyakit pada
lansia. Adapun aktivitas yang dinilai adalah bathing, dressing, toileting,
transferring, continence dan feeding dengan penilaian sebagai berikut:
1) Bathing
Mandiri: memerlukan bantuan hanya pada satu bagian tubuh atau dapat
melakukan seluruhnya sendiri.
Tergantung:memerlukan bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh atau
tidak dapat mandi sendiri.
2) Dressing
Mandiri: menaruh, mengambil, memakai dan menanggalkan pakaian
sendri serta menalikan sepatu sendiri.
Tergantung: tidak dapat berpakaian sebagian.
3) Toileting
Mandiri: pergi ke toilet, duduk sendiri di kloset, memakai pakaian dalam,
membersihkan kotoran.
Tergantung: mendapat bantuan orang lain.
4) Transferring
Mandiri: berpindah dari dan ke tempat tidur, dari tempat
duduk(memakai/tidak memakai alat bantu).
Tergantung: tidak dapat melakuakan sendiri dengan/bantuan.
5) Continence
Mandiri: dapat mengontrol BAB/BAK.
Tergantung: tidak dapat mengontrol sebagian atau seluruhnya dengan
bantuan manual atau kateter.
6) Feeding
Mandiri: mengambil makanan dari piring atau yang lainnya dan
memasukkan ke dalam mulut (tidak termasuk kemampuan memotong
daging dan menyiapkan makanan seperti mengoleskan mentega pada
roti).
Tergantung: memelukan bantuan untuk makan atau tidak dapat makan
sendiri secara parenteral.
c) Perubahan Kognitif
Psikogeriatris menggunakan the Mini Mental State Examination (MMSE)
sebagai instrumen untuk menilai kognitif pasien. Tes ini meski paling sering
digunakan, memiliki kelemahan pada waktu yang dibutuhkan untuk tes
tersebut. MMSE menggunakan instrumen penilaian 30 poin. Instrumen ini
pertama dikembangkan sebagai skrining kelainan kognitif untuk
membedakan antara kelainan organik dan non organik
(misalnyaschizophrenia)(Tangalos, 2009).
MMSE merupakan metode untuk skrining dan monitoring
perkembangan demensia dan delirium. MMSE berkorelasi baik dengan skor
tes skrining kognitif yang lain. Waktu yang dibutuhkan rata-rata 8 menit
dengan rentang 4-21 menit. Skor pada MMSE bisa karena pengaruh tingkat
pendidikan, perbedaan bahasa, dan hambatan budaya. Pasien dengan
tingkat pendidikan lebih rendah dapat keliru diklasifikasikan sebagai gila, dan
pada pasien dengan tingkat pendidikan tinggi bisa tidak terdeteksi
(Tangalos, 2009).
Skor tidak selalu berarti fungsi kognitif normal dan skor nol bukan berarti
tidak ada kognisi secara absolut. Tes ini tidak punya kapasitas mencukupi
untuk tes fungsi frontal/ eksekutif atau fungsi visuospasial (khususnya
parietal kanan). Tugas segilima pada MMSE memerintahkan pasien
menirukan gambar dan tidak menilai kemampuan merencanakan. Sebagai
akibatnya tes ini mempunyai keterbatasan untuk mendeteksi demensia non
Alzheimer, seperti kelainan kognitif pasca stroke, dan demensia
frontotemporal atau subkortikal pada fase awal (Tangalos, 2009).
Mengurangi bias atau kelemahan MMSE, dikembangkan beberapa tes
lain seperti Standardized Mini-Mental State Examination (SMMSE)
diperkenalkan sebagai upaya menurunkan variasi skor inter rater
(Parker,2009).
c) Perubahan Sosial
Umumnya lansia banyak yang melepaskan partisipasi sosial mereka,
walaupun pelepasan itu dilakukan secara terpaksa. Orang lanjut usia yang
memutuskan hubungan dengan dunia sosialnya akan mengalami kepuasan.
Pernyataan tadi merupakan disaggrement theory.Aktivitas sosial yang
banyak pada lansia juga mempengaruhi baik buruknya kondisi fisik dan
sosial lansia (Santrock, 2009).
d) Perubahan Psikologis
1) Kesepian
Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal
terutama jika lansia mengalami penurunan kesehatan, seperti menderita
penyakit fisik berat, gangguan mobilitas atau gangguan sensorik terutama
pendengaran.
2) Duka cita (Bereavement)
Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan
kesayangan dapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah rapuh pada
lansia.Hal tersebut dapat memicu terjadinya gangguan fisik dan
kesehatan.
3) Depresi
Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong, lalu
diikuti dengan keinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi suatu
episode depresi. Depresi juga dapat disebabkan karena stres lingkungan
dan menurunnya kemampuan adaptasi.
4) Gangguan cemas
Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan cemas
umum, gangguan stress setelah trauma dan gangguan obsesif kompulsif,
gangguangangguan tersebut merupakan kelanjutan dari dewasa muda
dan berhubungan dengan sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek
samping obat, atau gejala penghentian mendadak dari suatu obat.
5) Parafrenia
Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham
(curiga), lansia sering merasa tetangganya mencuri barang-barangnya
atau berniat membunuhnya.Biasanya terjadi pada lansia yang
terisolasi/diisolasi atau menarik diri dari kegiatan sosial.
6) Sindroma Diogenes
Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan perilaku
sangat mengganggu.Rumah atau kamar kotor dan bau karena lansia
bermain-main dengan feses dan urin nya, sering menumpuk barang
dengan tidak teratur.Walaupun telah dibersihkan, keadaan tersebut dapat
terulang kembali.

B. ANALISIS SWOT
SWOT adalah metode perencanaan yang digunakan untuk
mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang
(opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu
spekulasi bisnis. Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT
(strengths, weaknesses, opportunities, dan threats). SWOT akan lebih baik
dibahas dengan menggunakan tabel yang dibuat dalam kertas besar, sehingga
dapat dianalisis dengan baik hubungan dari setiap aspek.
Armstrong dan Kotler (2008) berpendapat bahwa pengertian analisis
SWOT merupakan penilaian faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut
harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT. Analisis SWOT ini akan
membandingkan antara faktor internal: kekuatan (strenghts) dan kelemahan
(weakness) dengan faktor eksternal peluang (opportunites) dan ancaman
(threats).

1. Penjelasan M1 sampai M2
a. M1 (Man) Ketenagaan
b. M2 (Method)
c. M3 (Material) Sarana Prasarana
d. M4 (Money) sumber pendapatan Keuangan panti
e. M5 (Mutu) mutu pelayanan di panti
2. Komponen SWOT
Analisa SWOT ini terdiri atas 4 komponen dasar yaitu :
a. Strenghts (S)
Situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari organisasi atau
program pada saat ini.
b. Weakness (W)
Situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan dari organisasi atau
program pada saat ini.
c. Opporttunity (O)
Situasi atau kondisi yang merupakan peluang diluar organisasi dan
memberikan peluang berkembang bagi organisasi di masa depan.
d. Threats (T)
Situasi yang merupakan ancaman bagi organisasi yang datang dari luar
organisasi dan dapat mengancam ekstensi organisasi dimasa depan.
2. Model analisis kualitiatif SWOT
Asumsi dasar dari model ini, kondisi yang berpasangan antara S dan
W, serta O dan T. Kondisi berpasangan ini terjadi karena diasumsikan
dalam sebuah kekuatan bahwa selalu ada kelemahan yang tersembunyi
dan dari setiap kesempatan yang terbuka selalu ada ancaman yang harus
diwaspadai. artinya setiap satu rumusan strength harus selalu miliki satu
pasangan weakness dan setiap satu rumusan opportunities harus memiliki
satu pasangan threath. Kemudian setelah masing-masing komponen
dirumuskan dan dipasangkan, langkah selanjutnya adalah melakukan
proses penilaian. Penilaian dilakukan dengan cara memberikan score pada
masing-masing sub komponen, dimana satu sub komponen dibandingkan
dengan sub komponen yang lain dalam komponen yang sama atau
mengikuti laju vertikal. Sub komponen yang lebih menentukan dalam
jalannya organisasi diberikan score yang lebih besar. Standar penilaian
dibuat berdasarkan kesepakatan bersama untuk mengurangi kadar
subyektifitas penilaian model kualitatif.
3. Pendekatan Kuantitatif Matriks SWOT
Data SWOT kualitatif di atas dapat dikembangkan secara kuantitaif
melalui perhitungan Analisis SWOT yang dikembangkan oleh Pearce dan
Robinson 1998 agar diketahui secara pasti posisi organisasi yang
sesungguhnya.
Perhitungan yang dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:
a. Melakukan perhitungan skor (a) dan bobot (b) point faktor serta
jumlah total perkalian skor dan bobot (c = a x b) pada setiap faktor
S-W-O-T; Menghitung skor (a) masing-masing point faktor dilakukan
secara saling bebas (penilaian terhadap sebuah point faktor tidak
boleh dipengaruhi atau mempengeruhi penilaian terhadap point
faktor lainnya. Pilihan rentang besaran skor sangat menentukan
akurasi penilaian namun yang lazim digunakan adalah dari 1
sampai 10, dengan asumsi nilai 1 berarti skor yang paling rendah
dan 10 berarti skor yang paling tinggi.Perhitungan bobot (b) masing-
masing point faktor dilaksanakan secara saling ketergantungan.
Artinya, penilaian terhadap satu point faktor adalah dengan
membandingkan tingkat kepentingannya dengan point faktor
lainnya. Sehingga formulasi perhitungannya adalah nilai yang telah
didapat (rentang nilainya samadengan banyaknya point faktor)
dibagi dengan banyaknya jumlah point faktor).
b. Melakukan pengurangan antara jumlah total faktor S dengan W (d)
dan faktor O dengan T (e); Perolehan angka (d = x) selanjutnya
menjadi nilai atau titik pada sumbu X, sementara perolehan angka
(e = y) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu Y. Mencari
posisi organisasi yang ditunjukkan oleh titik (x,y) pada kuadran
SWOT.
4. Matrik Swot
Matrik SWOT adalah alat untuk menyusun faktor-faktor strategis
organisasi yang dapat menggambarkan secara jelas bagaimana
peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi organisasi dapat
disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.
IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary) adalah
ringkasan atau rumusan faktor-faktor strategis internal dalam kerangka
kekuatan (Strengths) dan kelemahan (Weaknesses).
EFAS (External Strategic Factors Analysis Summary) adalah
ringkasan atau rumusan faktor-faktor strategis eksternal dalam
kerangka kesempatan (Opportunities) dan ancaman (Threats).
a. Strategi S-O adalah strategi yang ditetapkan berdasarkan jalan
pikiran organisasi yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan
untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
b. Strategi W-O adalah strategi yang ditetapkan berdasarkan
pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan
kelemahan yang ada.
c. Strategi S-T adalah strategi yang ditetapkan berdasarkan kekuatan
yang dimiliki organisasi untuk mengatasi ancaman.
d. Strategi W-T adalah strategi yang ditetapkan berdasarkan kegiatan
yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang
ada serta menghindari ancaman.

Keterangan :
a. Kuadran I (positif, positif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang,
Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya
organisasi dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat
dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar
pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.
b. Kuadran II (positif, negatif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun menghadapi
tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah
Diversifikasi Strategi, artinya organisasi dalam kondisi mantap namun
menghadapi sejumlah tantangan berat sehingga diperkirakan roda
organisasi akan mengalami kesulitan untuk terus berputar bila hanya
bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh karennya, organisasi
disarankan untuk segera memperbanyak ragam strategi taktisnya.
c. Kuadran III (negatif, positif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat
berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Ubah Strategi,
artinya organisasi disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya.
Sebab, strategi yang lama dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap
peluang yang ada sekaligus memperbaiki kinerja organisasi.
a. Kuadran IV (negatif, negatif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan menghadapi
tantangan besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Strategi
Bertahan, artinya kondisi internal organisasi berada pada pilihan dilematis. Oleh
karenanya organisasi disarankan untuk meenggunakan strategi bertahan,
mengendalikan kinerja internal agar tidak semakin terperosok. Strategi ini
dipertahankan sambil terus berupaya membenahi diri. Jika analisis ini
digambarkan dalam diagram akan tampak sebagai berikut.

BERBAGAI PELUANG

3. Mendukung strategi 1. Mendukung strategi


agresif
turn-around

KELEMAHAN KEKUATAN
INTERNAL
INTERNAL
4. Mendukung stategi 2. Mendukung strategi
defensif diversifikasi

BERBAGAI ANCAMAN

C. Matriks TOWS
Pengembangan sebuah strategi dapat dilakukan dengan berbagai
pendekatan. Sudah banyak pakar yang berkecimpung dalam teori
pengembangan strategi dan sudah ratusan mungkin ribuan macam strategi
yang dipakai dalam manajemen. Strategi merupakan dasar atau fundamental
bagi keberlanjutan organisasi Anda, sejak dimulai (lahir) sampai dengan tahap
tumbuh kembangnya.
Salah satu alat dalam pengembangan strategi yang terkenal adalah
SWOT Matrix (Strength Weakness Opportunities Threat), dan saat ini
pengembangan strategi SWOT sudah menggunakan pendekatan analisa
external-internal. Inilah mengapa TOWS Analysis adalah varian dari alat bisnis
klasik yakni SWOT analisis Pola pendekatannya yang berbeda namun pada
prinsipnya masih menggunakan environment external dan internal. TOWS
Analysis akan lebih dominan melihat sudut pandang External dibandingkan
SWOT analisis yang menggunakan sudut pandang Internal. Strategi bertujuan
menciptakan sebuah kemenangan dalam seni berorganisasi atau berbisnis.
Berikut ini adalah cara Anda mengembangkan strategi memakai
pendekatan TWOS Matrix. Kombinasi dari faktor internal dan eksternal akan
menghasilkan sebuah pilihan strategi yang baik.
1. Strengths & Opportunities (SO)
Bagaimana Anda dapat menggunakan Kekuatan (Strengths) untuk
mengambil keuntungan dari Peluang (Opportunities) yang ada. Kekuatan
adalah faktor internal yang Anda miliki, baik bersifat individual ataupun
kelompok. Faktor kekuatan ini dapat menjadi paramater paling krusial
dalam keberhasilan strategi anda.
2. Strengths & Threats (ST)
Bagaimana Anda dapat menggunakan kekuatan (Strength) untuk
menghadapi adanya potensi dan ancaman (Threats) yang nyata. Kekuatan
juga diperlukan dalam mengatasi ancaman kompetitor, dan dalam dunia
bisnis dimana perubahan atau dinamika pasar yang sangat cepat, akan
membuat perubahan yang cepat pula setiap pemain. Semisal kekuatan
anda adalah jumlah jaringan bisnis yang tersebar luas, maka pengelolaan
dan pengawasan harus semakin intensif agar kompetitor tidak memakan
pangsa pasar berlebihan.
3. Weaknesses and Opportunities (WO)
Bagaimana anda dapat menggunakan peluang (Opportunites) untuk
mengatasi kelemahan (Weakness). Selain kekuatan yang bisa
dikedepankan, kelemahan dalam organisasi anda pun harus dapat
diminimalkan, agar tidak menjadi mangsa bagi pesaing dan pasar. Dengan
adanya peluang yang terbuka, maka kelemahan anda dapat dikelola lebih
baik.
4. Weaknesses and Threats (WT)
Bagaimana anda dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan
menghindari ancaman (Threats). Kelemahan yang ada harus dapat
menghindari ancaman nyata atau ancaman potensi. Kerjasama antar tim
sangat diperlukan agar kelemahan ini tidak membuat organsasi anda sulit
bersaing.
Supriyanto dan Darmayanti (2007) menjelaskan perencanaan strategis
merupakan bagian dari manajemen strategi, yang memliki arti suatu
perencanaan sebagai tindakan adaptif atau penyesuaian terhadap tuntutan
atau masalah atau perubahan yang ada dilingkungan organisasi sehingga
organisasi dapat melakukan tindakan adaptif dalam tuntutan perubahan.
Cara pengisian faktor IFAS dan EFAS disesuaikan dengan komponen
yang ada dalam pengumpulan data (bisa merujuk pada data fokus dan contoh
pengumpulan data pada bagian lain didalam buku ini). Data tersebut dibedakan
menjadi 2, yaitu IFAS (internal factors) yang meliputi aspek Weakness dan
Strength dan faktor EFAS (external factors) yang meliputi aspek Opportunity
dan Threatened.
Bobot masing-masing faktor mulai 1,0 (paling penting) sampai dengan
0,0 tidak penting, berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap strategi
perusahaan.
Hitung peringkat masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai
dari 4 (sangat baik), 3 (baik), 2 (cukup) sampai dengan 1 (kurang/poor)
berdasarkan pengaruh faktor tersebut. Data rating didapatkan berdasarkan
hasil pengukuran baik secara observasi, wawancara, pengukuran langsung.
Faktor Strength dan Opportunity menggambarkan nilai kerja positif, sebaliknya
faktor Weekness dan Threatened. Menggambarkan nilai kinerja yang negatif.
Kemudian, kalikan bobot dengan rating untuk mendapatkan nilai masing-
masing faktor.

BAB III

ANALISIS SITUASI LINGKUNGAN (SWOT)


DI WISMA KENANGA PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI
SEJAHTERA

A. Profil Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera


1. Sejarah Singkat
Panti ini berdiri tahun 1977 dengan nama Sasana Tresna Werdha
“Rawa Sejahtera” berlokasi di Jl. A. Yani Km. 18.700 Kel. Landasan Ulin
Barat dengan daya tampung 50 orang, mengingat kondisi bangunan
kurang memenuhi syarat, maka sejak Tahun 1981 dipindahkan ke lokasi
yang baru yaitu Jl. A. Yani Km. 21.700 Landasan Ulin Tengah Banjarbaru
dengan nama Panti Sosial Tresna Werdha “Budi Sejahtera” sesuai dengan
SK Mensos Nomor : 6.HUK/1994 Tanggal 5 Pebruari 1994 dengan
kapasitas daya tampung 100 orang. Berdasarkan SK Gubernur Kalimantan
Selatan Nomor : 026/DIKDAKEU/2002 tanggal 16 Januari 2002, PSTW
“Pembimbing Budi” disatukan pengelolaannya dengan PSTW “Budi
Sejahtera”. Mulai Tahun 2007 kapasitas tampung menjadi 170 orang
sampai sekarang.
2. Maksud dan Tujuan
a. Maksud
Pelayanan yang diberikan kepada lanjut usia dimaksudkan untuk
merespon berbagai permasalahan lanjut usia yang berasal dari keluarga
tidak mampu/terlantar.
b. Tujuan
Tercipta dan terbinanya kondisi social masyarakat yang dinamis yang
memungkinkan terselenaggaranya Usaha Kesejahteraan Sosial Lanjut
Usia terlantar, sehingga mereka dapat menikmati hari tuanya.
3. Tugas Pokok dan Fungsi
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera mempunyai tugas
memberikan pelayanan kesejahteraan dan perawatan jasmani dan rohani
kepada Lanjut Usia terlantar agar para Lanjut Usia dapat hidup secara
wajar.
Untuk melaksanakan tugas tersebut Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Sejahtera mempunyai Fungsi :
a. Penyusunan program pelayanan serta pembinaan dan resosialisasi
lanjutusia terlantar.
b. Identifikasi kebutuhan pelayanan, pembinaan dan perawatan.
c. Pelayanan, pembinaan dan perawatan klien.
d. Penyaluran dan resosialisasi serta bimbingan lanjutan.
e. Pengelolaan urusan ketatausahaan.
4. Unsur-unsur organisasi Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera
a. Kepala Panti: Bertanggung jawab atas kelangsungan seluruh kegiatan
diPSTW “Budi Sejahtera”.
b. Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan penyusunan
program, pengelolaan surat-menyurat, rumah tangga dan perlengkapan,
penyusunan anggaran dan pelaksanaan penatausahaan keuangan,
pengelolaan administrasi kepegawaian, ketatalaksanaan dan
kehumasan.
c. Seksi Pelayanan mempunyai tugas melaksanakan sosialisasi dan
konsultasi, identifikasi dan registrasi, pelayanan akomodasi, konsumsi,
perlengkapan individual, daan perawatan kesehatan.
d. Seksi Pembinaan dan Resosialisasi mempunyai tugas melaksanakan
pembinaan fisik, mental, sosial, spiritual dan keterampilan, membina
hubungan kerjasama dengan keluarga penerima manfaat dalam rangka
penyaluran kembali dan menyelenggarakan pemulasaraan jenazah dan
pemakaman terhadap para lanjut usia terlantar yang meninggal dunia
serta mengembangkan partisipasi dan resosialisasi.
e. Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas yaitu melaksanakan
sebagian tugas-masing-masing Unit Pelaksana Teknis sesuai dengan
keahlian dan kebutuhan .
5. Visi dan Misi
a. Visi: Terwujudnya pelayanan bagi “Lansia” agar tentram lahir dan
bathin.
b. Misi:
1) Memantapkan peran dan fungsi Panti Sosial Tresna Werdha
“BudiSejahtera” Propinsi Kalimantan Selatan.
2) Meningkatkan kualitas pelayanan lanjut usia.
3) Meningkatkan jangkauan pelayanan
4) Meningkatkan sarana dan prasarana pelayanan.

6. Landasan Hukum
a. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Sosial
LanjutUsia
b. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah
c. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial
d. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004 Tentang Pelaksanaan
UpayaPeningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia
e. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2012
TentangPenyelenggaraan Kesejahteraan Sosial
f. Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan No. 8 tahun 2008
tentangPembentukan, Organisasi dan tata kerja Unit Pelaksana Teknis
Dinas danBadan Provinsi Kalimantan Selatan.
g. Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan No. 031 tahun 2009 tentang
Tugaspokok, fungsi dan uraian tugas unsur-unsur organisasi Dinas
Sosial dan Unit-unitPelaksana Teknis Dinas di Lingkungan Dinas
Provinsi Kalimantan Selatan.

7. Kebijakan dan Strategi


Kebijakan: Pengembangan peran Panti untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kearah yang lebih professional.
Strategi:
a. Meningkatkan pemahaman dan penghayatan tentang kebutuhan dan
permasalahan social lanjut usia (dalam panti).
b. Meningkatkan peran aktif individu, keluarga, masyarakat, orsos, LSM
dalammemberikan dukungan dan bantuan baik moral maupun material.
c. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan kepada para petugas
panti.
d. Mengembangkan jaringan kerjasama dan kemitraan dengan lembaga
lain.
e. Meningkatkan koordinasi intra dan inter sektoral yang terkait.

B. Hasil Pengkajian
Wisma kenanga memiliki 8 kamar dengan jumlah 1 sampai 2 orang yang
tinggal dikamar. Wisma kenangan memiliki fasilitas yaitu TV, radio, dispenser
dan kipas angin akan tetapi wisma kenanga masih memiliki kekurangan yang
dapat menjadi kelemahan ataupun bisa menjadi ancaman seperti tidak adanya
hand rel diluar, ruang tengah dan dikamar mandi sehingga dapat
menyebabkan angka resiko jatuh pada lansia. dibalik kekurang, wisma
kenanga juga memiliki peluang yang dapat dimanfaat untuk kesehatan dan
kemadirian lansia seperti tersedianya lahan kosong yang bisa dimanfaaatkan
untuk bercocok tanam agar melatih kognitif, self efficasy. Disekitar wisma
kenanga juga ada tanaman yang memiliki khasiat untuk pengobatan tradisional
lansia. Sehingga perlu adanya tanaman apotik hidup pada wisma kenanga
guna untuk menngkatkan kemandirian dan derjat kesehatan lansia. Adapun
Jarak wisma kenanga dengan musholla kurang lebih 50 meter. Jarak wisma
kenanga menuju lapangan depan dan aula cukup jauh, hal ini membuat 4 dari
8 lansia jarang mengikuti senam lansia dan sabtu ceria.
Kegiatan harian yang rutin dilakukan oleh lansia setiap harinya berbeda-
beda, hari senin dilakukan pembacaan yasin, hari selasa dilakukan acara
habsyi, hari rabu dan kamis dilakukannya ceramah agama, hari jumat dilakukan
senam lansia, dan untuk hari sabtu dilakukan acara gotong royong untuk
menjaga dan memelihara lingkungan sekitar wisma.
Saat dilakukan pengkajian didapatkan hasil bahwa tingkat kemandirian
seluruh lansia dengan menggunakan Katz Indeks untuk ADL dengan hasil nilai
A, karena semua lansia di wisma kenanga bisa melakukan secara mandiri
semua aktifitas seperti makan, berpindah, toileting, berpakaian dan mandi.
Pengkajian SPMSQ adalah untuk mengetahuai fungsi intelektual pada
lansia didapatkan bahwa 1 dari 8 lansia mengalamii kerusakan intelektual
sedang, karena lansia sedikit susah dalam menjawab pertanyaan yang
diberikan. Karena lansia tersebut mempunyai riwayat gangguan kejiwaan.
Pengkajian MMSE adalah pemeriksaan yang paling sering digunakan
untuk mengetahui fungsi kognitif didapatkan bahwa seluruh 2 lansia mengalami
gangguan kognitif sedang, karena lansia agak sedikit susah mengingat dan
menghitung dari perintah yang diberikan. Beberapa lansia juga memiliki
keterbatasan gerak sehingga menggunakan tongkat untuk beraktivitas.
Pengkajian MFS adalah untuk melakukan pengkajian skala jatuh pada
lansia di dapatkan bahwa 2 dari 8 lansia pernah jatuh, karena lantai licin di WC
membuat beberapa lansia di wisma kenanga pernah jatuh. Beberapa lansia
juga memiliki keterbatasan gerak sehingga membuat risiko tinggi jatuh.

C. Analisis SWOT di Wisma Kenanga


Anaslis SWOT adalah analisis kondisi internal maupun eksternal suatu
organisasi yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang
strategi dan program kerja. Analisis internal meliputi penilaian terhadap faktor
kekuatan (strength) dan kelemahan(weakness) sementara, analisis eksternal
mencakup faktor peluang (opportunity) dan tantangan (threat)
1. Analisis SWOT Man (sumber daya)
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan diwisma kenangan maka
didapatkan data sebagai berikut :

No Analisis Swot Bobot AS Score


1. a) Kekuataan (Strength)
1) Lansia melakukan aktivitas sehari-hari dengan 0,20 2 0,4
mandiri dengan hasil Katz Indeks dengan nilai
A
0,20 2 0,4
2) Interaksi antar lansia satu sama lain terjalin
dengan baik. 0,20 2 0,4

3) Lansia sangat terbuka dan kooperatif dengan


orang luar. 0,40 4 1,6
4) Komunikasi aktif antara pengasuh dengan
lansia

Total 1 10 2,8
b) Kelemahan (Weakness)
1). Ada 1 dari 8 lansia yang memiliki gangguan 0,25 3 0,75
kognitif sedang.
2). Ada 2 dari 8 lansia memiliki kerusakan
0,20 2 0,4
intelektual sedang
3). Ada 1 dari 8 lansia yang memiliki riwayat 0,10 1 0,1

gangguan jiwa
4) pengasuh panti hanya ada pada jam 8 sampai 0,10 2 0,2
jam 3 sore
5) Pengasuh panti kurang memahami tentang
0,30 4 0,12
kuesioner untuk mengukur kognitif, depresi yang
mana pengukuran ini kontinu dilakukan
Total 1 9 0,82
c) Peluang (Opportunity)
0,25 2 0,5
1). Adanya Mahasiswa yang berdinas di wisma
kenanga dapat meningkatkan kesehatan dan social
lansia.
0,30 3 0,9
2). Adanya mahasiswa keperawatan yang
berpraktik di PSTW. 0,15 1 0,15

3). Sikap lansia yang koperatif membuat


mahasiswa mudah dalam melakukan pengkajian
0,30 3 0,9
SWOT.
4) Adanya kunjungan dari organisasi yang
bergerak di sosial

Total 1 9 2,45
d) Ancaman (Threat)
1).jarangnya keluarga yang mengunjungi lansia 0,10 1 0,1
2). Perbandingan jumlah pengasuh dan lansia 1:8 0,30 2 0,6

3) tidak adanya ahli gizi yang mengatur diet lansia


0,30 3 0,9
4) adanya pedagang dari luar yang bejualan dipanti 0,30 3 0,9
Total 1 9 25

Perhitungan koordinat kurva SWOT :


X= S – W (Internal)
= 2,8 – 0,82
= 1,98

Y= O – T (Eksternal)
= 2,45 – 2,5
= - 0,05
Diagram Analisis SWOT
O

W 1,98
X
-0,05

T
Hasil Analisa SWOT
Hasil analsis SWOT Menyatakan man/ SDM berada pada kuadran II (
Positif,Negatif) dimana Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat
namun menghadapi tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan
adalah Diversifikasi Strategi, artinya organisasi dalam kondisi mantap namun
menghadapi sejumlah tantangan berat sehingga diperkirakan roda organisasi
akan mengalami kesulitan untuk terus berputar bila hanya bertumpu pada
strategi sebelumnya. Oleh karennya, organisasi disarankan untuk segera
memperbanyak ragam strategi taktisnya.

2. Analisis SWOTMethod
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan diwisma kenanga maka
didapatkan data sebagai berikut :.
No Analisis Swot Bobot AS Score
1. a. Kekuataan (Strength)
1) Adanya kegiatan rutin ceramah yang 0,25 3 0,75
dilakukan setiap harinya dilanggar
0,75 4 0,3
2) Adanya visi Panti Sosial Tresna Werdha,
yaitu terwujudnya pelayanan bagi “Lansia”
agar tentram lahir dan bathin.
Total 1 7 3,75
b. Kelemahan (Weakness)
1). Jarak anara wisama kenangake musholla 0,50 4 1,2
terbilang cukup jauh mengakibatkan ada beberapa
lansia yang tidak bisa mengikuti keagamaan.
2). jarak wisma kenanga dengan dapur terbilang 0,50 4 1,2
cukup jauh
Total 1 8 2,4
c. Peluang (Opportunity)
1) Adanya rekreasi untuk lansia dari pihak 1 4 4
pemerintah
Total
d. Ancaman (Threat)
1) Jadwal lansia yang sangat monoton 1 4 4
setiap harinya

Total 1 4 4

Perhitungan koordinat kurva SWOT :


X= S – W
= 3,75 – 2,4
= 1,35
Y= O – T
= 4-4
=0
Diagram Analisis SWOT

O
-0

1,35
W X

Hasil Analisa SWOT


Hasil analisis SWOT Method menyatakan yaitu kuadran I dimana Posisi
ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang, Rekomendasi
strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya organisasi dalam kondisi
primadan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan
ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.

3. Analisis SWOT untuk Material


Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan diwisma aster maka didapatkan
data sebagai berikut :
No Analisis Swot Bobot AS Score
1. a. Kekuataan (Strength)
1) Adanya fasilitas seperti kursi sofa, Tempat 0,20 2 0,4
Makan, Tempat tidur masing-masing dan
dispenser.
2) Adanya mata air dari keran. 0,20 2 0,4
3) Pencahayaan wisma sudah baik 0,30 3 0,6
4) Terdapatnya sarana rekreasi seperti TV dan 0,30 3 0,6
radio di wisma

Total 1 10 2
b. Kelemahan (Weakness)
1) Sudah adanya fasilitas namun berisiko pada 0,50 2 1
lansia (sekring, wc terlalu tinggi, lantai licin,
tidak ada anti slip atau pengaman disudut
meja).
2) Kebersihan bak mandi kurang karena ada 0,50 2 1

lansia mengalami gatal-gatal akibat


mengunkan air yang ada.

Total 1 4 2
c. Peluang (Opportunity)
1) Adanya Instansi lain yang melakukan 0,20 2 0,4
kunjungan dan memberi sumbangan
berupa fasilitas material.
2) Terdapatnya lahan konsong untuk 0,40 2 0,8
tanaman
3) Terdapatnya tanaman disekitar wisma
0,20 3 0,6
yang bisa dimanfaatkan untuk teraphy
tradisional
0,20 3 0,6
4) Terdapat tempat hand rub yang kosong

Total 1 10 2,4

d.Tantangan (Threat)
1) Terdapat tungau di beberapa tempat tidur 0,25 3 0,75
lansia.
2) Lansia memakai tongkat yang terbuat dari
0,20 3 0,6
gagang sapu yang berkarat
3) Tidak adanya had rel di kamar, ruang tamu 0,15 2 0,3
maupun kamar mandi
4) Tidak terdapatnya bad rel pada ranjang 0,40 3 1,2
klien yang beresiko jatuh

Total 1 11 2,85
Perhitungan koordinat kurva SWOT :
X= S – W
= 2-2
=0
Y= O – T
= 2,4 – 2,85
= - 0,45
Diagram Analisis SWOT
O
W X
0

-0,45

Hasil Analisa SWOT


Hasil analsis SWOT Menyatakan man/ SDM berada pada kuadran II (
Positif,Negatif) dimana Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat
namun menghadapi tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan
adalah Diversifikasi Strategi, artinya organisasi dalam kondisi mantap namun
menghadapi sejumlah tantangan berat sehingga diperkirakan roda organisasi
akan mengalami kesulitan untuk terusberputar bila hanya bertumpu pada strategi
sebelumnya. Oleh karennya, organisasi disarankan untuk segera memperbanyak
ragam strategi taktisnya.

4. Analisis SWOT untuk Money


No Analisis Swot Bobot AS Score
1. Kekuataan (Strength)
1)Adanya pengasuh yang memanajemen 0,5 2 1
keuangan lansia di wisma kenanga .
2)Adanya keterampilan pembuatan bros yang
0,5 4 2
dapat menjadi pemasukan lansia

Total 1 6 3
Kelemahan (Weakness)
1).Lansiatidak bisa memanajemen uangnya. 1 1 1
Total 1 1 1
Peluang (Opportunity)
1). Adanya instansi pemerintah yang memberikan 1 1 1
bantuan berupa uang untuk lansia.

Total 1 1 1
Ancaman (Threat)
1) Lansia membelanjaan uangnya untuk membeli 1 1 1
makanan diluar sehingga jarang memakan
makan yang sudah disediakan dipanti

Total 1 1 1
Perhitungan koordinat kurva SWOT :
X= S – W
= 3-1
=2
Y= O – T
= 1-1
=0
Diagram Analisis SWOT
O

W X
2

Hasil Analisa SWOT


Hasil analisis SWOT Method menyatakan yaitu kuadran I dimana Posisi
ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang, Rekomendasi
strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya organisasi dalam kondisi
primadan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan
ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.

5. Analisis SWOT untuk Mutu

No Analisis Swot Bobot AS Score


1. Kekuataan (Strength)
1) Adanya program rutin dari PSTW untuk lansia. 0,50 2 1
2). Adanya dokter dan perawat dalam jadwal visit
0,50 2 1
melakukan pemeriksaan kesehatan
Total 1 4 2
Kelemahan (Weakness)
1).Lansiatidak bisa memanajemen uangnya. 1 1 1

Total 1 1 1
Peluang (Opportunity)
1) Adanya rekreasi yang diadakan setiap 1 bulan 1 1 1
sekali dalam tour lansia.
Total 1 1 1
Ancaman (Threat)
1). Jadwal kegiatan yang monoton setiap harinya. 1 1 1

Total 1 1 1
Perhitungan koordinat kurva SWOT :
X= S – W
= 2-1
=1
Y= O – T
= 1-1
=0

Diagram Analisis SWOT

W X
0

Hasil Analisa SWOT


Hasil analisis SWOT Method menyatakan yaitu kuadran I dimana Posisi
ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang, Rekomendasi
strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya organisasi dalam kondisi
primadan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan
ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.

Usulan Upaya Pengembangan Program


Dari hasil analisis SWOT Man, Method, Material, Money dan Mutu maka
program yang dilakukan ialah : Lansia generasi AMAS “ Aman, Mandiri, dan
Sehat”
BAB IV

PEMBAHASAN

A. SWOT (MAN)
Hasil SWOT pada MAN atau sumber daya menduduki posisi kuadran II
Postif,Negatif dimana
B. SWOT (METHODE)

C. SWOT (MATERIAL)

D. SWOT (MUTU)
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Lilik Ma’rifatul. 2011. Keperawatan Lanjut Usia Edisi 1. Graha Ilmu: Yogyakarta

DKK.Surakarta (2015).Profil Kesehatan Surakarta. Surakarta.

DKK Surakarta(2016).Profil Kesehatan Surakarta 2015. Surakarta.

Kushariyadi. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Klien Lanjut Usia. Salemba Medika:
Jakarta

Nursalam. 2014. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional. Edisi 4. Salemba Medika: Jakarta

Notoatmodjo, S. (2014).Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni. Jakarta: Rineka Cipta

Tamher, S. Noorkasimi. 2011. Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan Asuhan


Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai