Anda di halaman 1dari 64

Pengaruh Pemberian Sirahtul Terhadap Kadar Gula Darah Penderita

Diabetes Mellitus Tipe II Di Wilayah Kerja Puskesmas Keramasan


Palembang

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan


Diploma IV Kesehatan Bidang Gizi

Oleh:
RIZKI RAHMA DHANTRI
Nomor Induk Mahasiswa: PO.71.31.1.16.029

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV GIZI
2019
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal Skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Sirahtul


Terhadap Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Melitus Tipe II di
Wilayah Kerja Puskesmas Keramasan Palembang”, telah mendapat
persetujuan dari :

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Podojoyo,SKM,M.Kes Hana Yuniarti,SKM,M.Kes


NIP.196802251993031002 NIP.195706031982012004

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT karena berkat


rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan Proposal Skripsi yang
berjudul “Pengaruh Pemberian Sirahtul Terhadap Kadar Gula Darah
Penderita Diabetes Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas
Keramasan Palembang”. Tujuan penulisan Proposal Skripsi ini adalah
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma IV
(Empat) Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Palembang.
Dalam penyusunan Proposal Skripsi ini penulis banyak mendapat
bantuan dan bimbingan serta dorongan dari semua pihak, untuk itu penulis
menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan rasa terima kasih
yang setulus-tulusnya kepada :
1. Bapak Muhammad Taswin, S.Si, Apt, MM, M.Kes selaku Direktur
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Palembang.
2. Ibu Susyani, S.SiT, M.Kes selaku Ketua Jurusan Gizi Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Palembang sekaligus Ketua
Program Studi D-IV Gizi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Palembang
3. Bapak Podojoyo,SKM,M.Kes selaku pembimbing utama Proposal
Skripsi ini.
4. Ibu Hana Yuniarti,SKM,M.Kes selaku pembimbing pendamping
Proposal Skripsi ini.
5. Semua staf dosen Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Palembang.
6. Orangtua dan keluarga yang telah membantu dan memberikan
semangat dalam pembuatan Proposal Skripsi ini.
7. Teman-teman angkatan pertama Program Studi D-IV Gizi yang telah
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.

iii
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, penulis menerima semua saran dan kritikan
yang bersifat membangun demi perbaikan serta kesempurnaan kualitas
Proposal Skripsi ini dimasa yang akan datang.

Akhir kata penulis berharap semoga Proposal Skripsi ini


bermanfaat bagi semua pihak. Amin.

Penulis

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... ii


KATA PENGANTAR .................................................................................. iii
DAFTAR ISI .............................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A.Latar Belakang ................................................................................. 1
B.Perumusan Masalah ........................................................................ 3
C.Tujuan Penelitian ............................................................................. 3
D.Hipotesa Penelitian .......................................................................... 4
E.Manfaat penelitian ............................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 5
A.TELAAH PUSTAKA ......................................................................... 5
1. Diabetes Melitus .......................................................................... 5
2.Beras Merah (Oryza nivara) ....................................................... 26
3.Bekatul ( rice bran ) .................................................................... 30
B.KERANGKA TEORI ....................................................................... 33
C.KERANGKA KONSEP ................................................................... 34
D.VARIABEL PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL ............ 34
1.Variabel Penelitian ..................................................................... 34
2.Definisi Operasional ................................................................... 34
BAB III METODE PENELITIAN................................................................ 37
A.Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................... 37
B.Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................... 37
1.Jenis Penelitian .......................................................................... 37
2.Rancangan Penelitian ................................................................ 37
C.Populasi dan Sampel ..................................................................... 38
1.Populasi...................................................................................... 38
2.Sampel ....................................................................................... 38
D.Jenis dan Cara Pengumpulan Data ............................................... 40
1.Jenis Data .................................................................................. 40

v
2.Cara Pengumpulan Data ............................................................ 40
E.Alat Pengumpulan Data ................................................................. 41
F.Pengolahan Data dan Analisa Data ............................................... 41
1.Pengolahan data ........................................................................ 41
2. Analisis Data ............................................................................. 41
G.Prosedur Pembuatan Nasi Merah Bekatul ..................................... 43
H.Alur Penelitian ................................................................................ 45
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 46
LAMPIRAN............................................................................................... 50

vi
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
1. Kadar Gula Darah ........................................................................ 10
2. Kandungan Gizi Beras Merah per 100 g ....................................... 27
3. Kandungan Nutrisi Bekatul .......................................................... 31
4. Kandungan Gizi Sirahtul .............................................................. 44

vii
DAFTAR BAGAN

BAGAN HALAMAN
1. KERANGKA TEORI ..................................................................... 33
2. KERANGKA KONSEP ................................................................. 34

viii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit
metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya
(PERKENI,2015). Terdapat beberapa klasifikasi Diabetes mellitus
yang umum terjadi yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II. Diabetes
tipe I (diabetes juvenile) adalah diabetes yang umumnya terjadi sejak
masa kanak-kanak yang disebabkan karena faktor genetik,
sedangkan diabetes tipe II adalah diabetes yang terjadi setelah
dewasa karena gaya hidup (Riskesdas, 2013).

Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesi (PERKENI)


2011, Banyak faktor yang berpengaruh terhadap kejadian Diabetes
Mellitus Tipe 2 diantaranya, riwayat keluarga dengan diabetes, umur,
riwayat lahir dengan berat badan rendah (<2,5 kg). Serta terdapat
faktor yang meningkatkan risiko penyakit Diabetes Mellitus yakni berat
badan lebih, kurangnya aktivitas fisik atau gaya hidup, pola makan
yang tidak seimbang, dimana konsumsi makanan yang cenderung
tinggi lemak, gula, dan rendah serat dapat menyebabkan obesitas
serta mengakibatkan peningkatan glukosa darah 2 jam postprandial
(Fitri, 2012; Jeremy et al., 2013).

International Diabetes Federation (IDF) menyebutkan bahwa


prevalensi diabetes mellitus di dunia adalah 1,9% sedangkan tahun
2012 angka kejadian diabetes mellitus di dunia sebanyak 371 juta jiwa
dimana proporsi kejadian diabetes mellitus tipe 2 adalah 95% dari
populasi dunia yang menderita diabetes mellitus.Salah satu provinsi
di Indonesia yang menempati Diabetes Mellitus di urutan keempat
adalah Provinsi Sumatera Selatan (Depkes, 2014).Prevalensi
Diabetes mellitus pada kelompok umur ≥15 tahun di Sumatera Selatan

1
2

juga mengalami kenaikan yaitu 0.4% (2007) menjadi 0.9%


(Riskesdas, 2013). Peningkatan tersebut juga sejalan dengan
peningkatan prevalensi di Kota Palembang sebesar 22.79% (Dinkes
kota Palembang,2010). Prevalensi diabetes mellitus di puskesmas
Keramasan pada tahun 2018 sebesar 25,27 % (Data Puskesmas
Keramasan 2018).

Glukosa darah yang melebihi batasan dan berlangsung dalam


waktu yang lama pada diabetes menyebabkan komplikasi kronis yang
menyebabkan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan
beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan
pembuluh darah (Setiati,2014).
Salah satu upaya yang baik untuk menangani Diabetes
mellitus agar tidak berlanjut pada komplikasi adalah pencegahan
dengan melakukan perubahan gaya hidup, pola makan dan konseling
tentang gizi pada penderita DM. Perubahan gaya hidup yaitu
peningkatan aktivitas fisik dan modifikasi diet. Perencanaan makan
dan modifikasi diet melalui konsumsi makanan tinggi serat yang tidak
menimbulkan peningkatan glukosa darah secara cepat (Franz, 2012;
Siagian, 2004) merupakan komponen penting dalam keberhasilan
penatalaksanaan dan menangani kejadian DM Tipe 2.

Beras merah (Oryza nivara) adalah salah satu jenis beras


mengandung kadar glicemic indeks (IG) yang rendah, dan kandungan
nutrisi,vitamin,mineral dan serat yang tinggi (Aryani,I.G 2012).
Kandungan karbohidrat beras merah lebih rendah dibandingkan
dengan kandungan beras putih ( 75,2 gr :79,5 gr / 100 gr) dan juga
serat beras merah lebih tinggi dibanding dengan beras putih (5,4 gr :
0,8 gr /100 gr).Sebagai sumber karbohidrat kompleks,beras merah
tidak menaikkan kadar gula darah dengan cepat sehingga baik untuk
dikonsumsi bagi penderita diabetes mellitus (Alden,2006).
3

Peneliti juga menggunakan kombinasi bekatul dalam


penurunan kadar gula darah diabetes mellitus.Bekatul adalah hasil
samping dari penggilingan padi menjadi beras.Bekatul merupakan
makanan yang memiliki kandungan serat tinggi yang bereperan dalam
penurunan kadar glukosa darah.Total serat makanan sebesar 21-27%
dan lemak 18-22% yang terdiri dari asam lemak jenuh tunggal dan
asam lemak jenuh ganda(Kahlon,2009). selain itu,bekatul juga kaya
akan pati,protein,lemak,vitamin dan mineral (Damayanthi,Tjing &
Arbianto,2007) .

B. Perumusan Masalah

Penyakit diabetes mellitus adalah penyebab kematian urutan


ke tujuh di dunia. Berdasarkan penelitian sebelumnya, buah alpukat
dan susu kedelai memiliki peran dalam penurunan kadar gula darah
pada penderita diabetes. Untuk itu peneliti tertarik meneliti mengenai
apakah ada pengaruh Pemberian Sirahtul terhadap penurunan kadar
gula darah pada penderita diabetes mellitus tipe II di wilayah kerja
puskesmas Keramasan Palembang?

C. Tujuan Penelitian

a. Tujuan umum
Untuk mengetahui pengaruh pemberian Sirahtul terhadap kadar
gula darah pada penderita diabetes mellitus tipe II di Puskemas
keramasan Palembang.

b.Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui karakteristik responden pada kelompok


perlakuan dan kelompok pembanding .
4

2. Untuk mengetahui kadar gula darah penderita diabetes


mellitus tipe II sebelum diberi Sirahtul.
3. Untuk mengetahui kadar gula darah penderita diabetes
mellitus tipe II setelah diberi Sirahtul.
4. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh pemberian Sirahtul
terhadap kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus
tipe II.

D. Hipotesa Penelitian
Ada pengaruh pemberian Sirahtul terhadap kadar gula darah
penderita diabetes mellitus tipe II.

E. Manfaat penelitian
1. Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman penelitian dibidang
Gizi Klinik, sekaligus sebagai media untuk menerapkan ilmu yang
telah didapatkan di bangku perkuliahan.
2. Akademik
Dapat dijadikan sebagai informasi bagi pendidikan terutama di bidang
Gizi Masyarakat serta dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi
penelitian selanjutnya.
3. Masyarakat
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi kepada
masyarakat tentang pengaruh Sirahtul terhadap penurunan kadar gula
darah pada penderita diabetes mellitus tipe II di wilayah kerja
Puskesmas Keramasan Palembang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.TELAAH PUSTAKA

1. Diabetes Melitus
a. Pengertian Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus merupakan penyakit kronis atau


menahun yang terjadi ketika pankreas tidak bisa memproduksi
hormon insulin, atau tubuh tidak bisa merespon hormon insulin
yang dihasilkan. Insulin merupakan hormon yang dibuat oleh
pankreas, yang berfungsi sebagai kunci untuk membiarkan glukosa
masuk ke dalam sel-sel tubuh menghasilkan energi (International
Diabetes Federation, 2016).
Penyakit yang biasa disebut DM ini akan menimbulkan
komplikasi yang berakibat fatal seperti penyakit jantung, penyakit
ginjal, kebutaan, amputasi, dan mudah mengalami aterosklerosis
jika dibiarkan tidak terkendali (Perkeni, 2015).
Hiperglikemia atau kenaikan kadar gula darah adalah efek
yang tidak terkontrol dari diabetes dan dalam waktu panjang dapat
terjadi kerusakan yang serius pada beberapa sistem Atubuh,
khususnya pada pembuluh darah jantung (penyakit jantung
koroner), mata (dapat terjadi kebutaan), ginjal (dapat terjadi gagal
ginjal), syaraf (dapat terjadi stroke) (WHO, 2011).

b. Klasifikasi Diabetes Mellitus

Ada beberapa klasifikasi DM yang dibedakan berdasarkan


penyebab, perjalanan klinik dan terapinya. Menurut (Perkeni, 2015)
dilihat dari etiologisnya DM dibagi menjadi empat jenis.
Klasifikasi ini telah disahkan oleh WHO,

5
6

yaitu: DM tipe 1, DM tipe 2, DM gestasional (diabetes kehamilan),


dan DM tipe lainnya.

1. Diabetes Mellitus Tipe 1


DM yang terjadi karena kerusakan atau destruksi sel
beta di pankreas. kerusakan ini berakibat pada keadaan
defisiensi insulin yang terjadi secara absolut. Penyebab dari
kerusakan sel beta antara lain autoimun dan idiopatik sehingga
produksi insulin berkurang atau berhenti. Tipe ini sering disebut
insulin dependent diabetes mellitus (IDDM) karena pasien harus
membutuhkan insulin dan sampai saat ini belum dapat di
sembuhkan.
DM tipe 1 biasanya terjadi pada anak-anak atau masa
dewasa muda, prevalensinya kurang lebih 5%-10% penderita
dari kasus. Individu yang kekurangan insulin hampir atau secara
total dikatakan juga sebagai diabetes “juvenile onset” atau
“insulin dependent” atau “ketosis prone” karena tanpa insulin
terjadi kematian dalam beberapa hari yang disebabkan oleh
ketoasidosis (Purnamasari, 2009).

2. Diabetes Mellitus Tipe 2


Penyebab DM tipe 2 seperti yang diketahui adalah
resistensi insulin. Insulin dalam jumlah yang cukup tetapi tidak
dapat bekerja secara optimal sehingga menyebabkan kadar gula
darah tinggi di dalam tubuh. Defisiensi insulin juga dapat terjadi
secara relatif pada penderita DM tipe 2 dan sangat mungkin
untuk menjadi defisiensi insulin absolut. DM ini disebut dengan
Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM).
DM ini biasanya terjadi setelah usia 40 tahun, tetapi
dapat juga terjadi pada semua usia termasuk masa anak dan
remaja. Dulu DM ini dikenal sebagai diabetes onset dewasa
7

(maturitity onset diabetes) atau diabetes stabil (Rustama dkk,


2010). DM ini merupakan tipe DM yang paling sering terjadi, yaitu
kurang lebih 90%-95% penderita mengalami DM tipe 2 dari
kasus DM. Kebanyakan penderita kelebihan berat badan, sekitar
80% pasien DM ini mengalami obesitas.

3. Diabetes Mellitus Gestasional


Diabetes Mellitus gestasional terjadi pada wanita yang
tidak menderita diabetes sebelum kehamilannya. Hiperglikemia
tejadi selama kehamilan akibat sekresi hormon-hormon
plasenta. Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme
endokrin dan karbohidrat yang menunjang pemanasan makanan
bagi janin serta persiapan menyusui. Menjelang aterm,
kebutuhan insulin meningkat sehingga mencapai 3 kali lipat dari
keadaan normal, bila seorang ibu tidak mampu meningkatkan
produksi insulin sehingga relatif hipoinsulin maka mengakibatkan
hiperglikemia (Riyadi dan Sukarmin, 2008).
Diabetes Mellitus gestasional dapat menimbulkan
dampak yang buruk untuk janin dalam kandungan jika tidak
segera dilakukan pengobatan dengan benar. Kelainan yang
dapat ditimbulkan misalnya kelainan bawaan, gangguan
pernapasan, bahkan kematian janin (Tobing et al., 2008).

4. Diabetes Mellitus Tipe Lain


Diabetes Mellitus tipe lain merupakan DM yang
berhubungan dengan keadaan atau sindrom tertentu.
Hiperglikemia terjadi karena penyakit lain, misalnya pada defek
genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit
eksokrin pankreas, penyakit metabolik endokrin lain, iatrogenik,
infeksi virus, penyakit autoimun dan kelainan genetik lain.
8

c. Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus


Pada penderita DM pemeriksaan dapat dilakukan pada
mereka yang memiliki risiko untuk terkena DM seperti usia lebih
dari 45 tahun, Berat Badan Relatif (BBR) >120%, dengan Indeks
Massa Tubuh (IMT) >23 kg/m2, penderita hipertensi (>140/ 90
mmHg), dan yang mempunyai riwayat penyakit DM karena faktor
keturunan, mempunyai riwayat abortus yang berulang-ulang,
melahirkan bayi cacat atau berat badan bayi lahir lebih dari 4000
gram, kolesterol High Density Lipoproteins (HDL) <35 mg/dl atau
kadar trigliserida >250 mg/dl (Perkeni, 2011). Risiko DM dapat
terjadi pada yaitu pada usia lebih dari 40 tahun, obesitas atau
kegemukan, hipertensi, adanya dislipidemia (gangguan pada
lemak), terdapat luka, penyakit kardio vaskuler, TBC positif yang
sulit sembuh (Perkeni, 2015).

d. Patofisiologis Diabetes Mellitus Tipe II


Resistensi insulin pada otot dan liver serta kegagalan sel
beta pankreas telah dikenal sebagai patofisiologi kerusakan
sentral dari DM tipe-2. Belakangan diketahui bahwa kegagalan
sel beta terjadi lebih dini dan lebih berat daripada yang
diperkirakan sebelumnya. Selain otot, liver dan sel beta, organ
lain seperti: jaringan lemak (meningkatnya lipolisis),
gastrointestinal (defisiensi incretin), sel alpha pankreas
(hiperglukagonemia), ginjal (peningkatan absorpsi glukosa), dan
otak (resistensi insulin), kesemuanya ikut berperan dalam
menimbulkan terjadinya gangguan toleransi glukosa pada DM
tipe-2 (Perkeni, 2015).
9

Keadaan defisiensi insulin pada penderita DM tipe 2


umumnya hanya bersifat relative. Defisiensi insulin akan terjadi
seiring dengan perkembangan DM tipe 2. Sel-sel beta
Langerhans akan menunjukkan gangguan sekresi insulin fase
pertama yang berarti sekresi insulin gagal mengkompensasi
resistensi insulin. Perkembangan DM tipe 2 yang tidak ditangani
dengan baik akan menyebabkan kerusakan sel-sel beta
Langerhans secara progresif dapat menyebabkan keadaan
defisiensi insulin sehingga penderita membutuhkan insulin
endogen. Resistensi insulin dan defisiensi insulin adalah 2
penyebab yang sering ditemukan pada penderita DM tipe 2
(Fitriani, 2012).

e. Diagnosa Diabetes Mellitus


Diagnosis dini penyakit DM sangat menentukan
perkembangan penyakit DM pada penderita. Seseorang yang
menderita DM tetapi tidak terdiagnosis dengan cepat mempunyai
risiko yang lebih besar menderita komplikasi dan kesehatan yang
memburuk (WHO, 2016). Diagnosis DM dapat ditegakkan
berdasarkan pemeriksan glukosa darah yang dapat dilakukan
dengan menggunakan berbagai macam pemeriksaan
laboratorium seperti pemeriksaan glukosa darah. Metode yang
paling dianjurkan untuk mengetahui kadar glukosa darah adalah
metode enzimatik dengan bahan plasma atau serum darah vena.
Untuk tujuan pemantaun hasil pengobatan dapat dilakukan
dengan menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler
dengan glukometer (Perkeni, 2015).
10

Tabel 1
Kategori Kadar Gula Darah
Bukan DM Belum Pasti DM DM
Kadar Glukosa Plasma Vena < 100 100 – 199 ≥ 200
Darah Sewaktu Darah Kapiler < 90 90 – 199 ≥ 200
(mg/dl)
Kadar Glukosa Plasma Vena < 100 100 – 125 ≥ 126
Darah Puasa Darah Kapiler < 90 90 – 99 ≥ 100
(mg/dl)
(Perkeni, 2015)
Menurut Rustama dkk (2010) diagnosis DM dapat ditegakkan
apabila memenuhi salah satu kriteria sebagai berikut:
1. Jika ditemukan gejala klasik (poliuria, polidipsia dan
polifagia). Gejala ini disampaikan pasien saat berkonsultasi
dengan didukung hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu
yang lebih besar dari 200 mg/dL(11,1 mmol/L).
2. Kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dL (7mmol/L). Puasa
adalah tanpa asupan kalori minimal selama 8 jam.
3. Pada penderita yang asimptomatik ditemukan kadar glukosa
darah sewaktu ≥ 200 mg/dL atau kadar glukosa darah lebih
tinggi dari normal dengan tes toleransi glukosa oral (TTGO)
yang terganggu pada lebih dari satu kali pemeriksaan.

f. Faktor Risiko Diabetes Mellitus


Penyebab resistensi insulin pada diabetes sebenarnya
tidak begitu jelas, faktor yang banyak berperan menurut (Garnita,
2016) antara lain:

1) Riwayat Keluarga
DM tipe 2 sangat dipengaruhi oleh faktor genetik.
Seorang anak memiliki risiko 15 % menderita DM tipe 2 jika
kedua salah satu dari kedua orang tuanya menderita DM tipe
11

2. Anak dengan kedua orang tua menderita DM tipe 2


mempunyai risiko 75 % untuk menderita DM tipe 2 dan anak
dengan ibu menderita DM tipe 2 mempunyai risiko 10-30 %
lebih besar daripada anak dengan ayah menderita DM tipe 2
(kembar identik akan berisiko lebih tinggi terkena diabetes
melitus dibandingkan dengan kembar yang tidak identik).
Gen pembawa diabetes melitus tersebut ikut mengatur fungsi
dari sel yang memproduksi insulin beta (Masharani, 2012).

2) Jenis Kelamin
Wanita lebih memiliki potensi untuk menderita
diabetes melitus daripada pria karena adanya perbedaan
anatomi dan fisiologi. Secara fisik wanita memiliki peluang
untuk mempunyai indeks massa tubuh di atas normal. Selain
itu, adanya menopouse pada wanita dapat mengakibatkan
pendistribusian lemak tubuh tidak merata dan cenderung
terakumulasi.

3) Umur
Umur yang semakin bertambah akan berbanding
lurus dengan peningkatan risiko menderita penyakit diabetes
melitus karena jumlah sel beta pankreas yang produktif
memproduksi insulin akan berkurang karena terjadi
penurunan fisiologis. Hal ini terjadi terutama pada umur yang
lebih dari 45 tahun.

4) Obesitas (Kegemukan)
Pada DM tipe 2 kondisi obesitas memicu timbulnya
DM yang memiliki risiko 4 kali lebih besar dengan berat
badan ideal. Obesitas merupakan faktor utama terjadinya
DM tipe 2. Obesitas mengakibatkan sel-sel beta pankreas
12

mengalami hipertropi yang akan berpengaruh terhadap


penurunan produksi insulin. Hipertropi pankreas disebabkan
karena peningkatan beban metabolisme glukosa pada
penderita obesitas yang mencukupi energi sel yang terlalu
banyak (Riyadi dan Sukarmin, 2008).

5) Pola Makan (Diet)


Kurang gizi atau berlebihan sama-sama
meningkatkan risiko terkena DM. Malnutrisi dapat merusak
pankreas sedangkan obesitas meningkatkan gangguan
kerja insulin. Pola makan yang tidak teratur dan cenderung
terlambat juga akan berperan pada ketidakstabilan kerja
(Riyadi dan Sukarmin, 2008).

6) Kurangnya Aktifitas Fisik


Olahraga secara teratur dapat mengurangi
resistensi insulin sehingga insulin dapat dipergunakan lebih
baik oleh sel-sel tubuh dan dosis pengobatan dapat
diturunkan. Sebuah penelitian membuktikan bahwa
meningkatkan aktifitas fisik (sekitar 30 menit/hari) dapat
mengurangi risiko DM. Olahraga juga dapat digunakan untuk
membakar lemak dalam tubuh sehingga dapat mengurangi
berat badan yang obesitas. Kebanyakan penderita DM tidak
aktif berolahraga (Tobing et al., 2008).

7) Infeksi dan Penyakit


Mikroorganisme seperti bakteri dan virus dapat
menginfeksi pankreas sehingga menimbulkan radang
pankreas. Hal itu menyebabkan sel beta pada pankreas tidak
bekerja optimal dalam mensekresi insulin. Beberapa
penyakit tertentu, seperti kolesterol tinggi dan displidemia
13

dapat meningkatkan risiko terkena DM (Wijayakusuma,


2008).

g. Manifestasi Klinik
Berdasarkan Riyadi dan Sukarmin, 2008), menyatakan
manifestasi klinik yang sering dijumpai pada pasien DM yaitu:

1) Polifagia (peningkatan rasa lapar)


Sel tubuh mengalami kekurangan bahan bakar (cell
starvation), pasien merasa sering lapar dan ada peningkatan
asupan makanan.

2) Polidipsia (peningkatan rasa haus)


Peningkatan pengeluaran urine yang sangat besar dan
keluarnya air dapat menyebabkan dehidrasi ekstrasel.
Dehidrasi intrasel mengikuti ekstrasel karena air intrasel akan
berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradien konsentrasi
ke plasma yang hipertonik (sangat pekat). Dehidrasi intrasel
merangsang pengeluaran ADH (Antideuretic Hormone) dan
menimbulkan rasa haus.

3) Poliuria (peningkatan pengeluaran urine)


Peningkatan pengeluaran urine mengakibatkan glikosuria
karena glukosa darah sudah mencapai kadar ”ambang
ginjal”, yaitu 180 mg/dl pada ginjal yang normal. Dengan
kadar glukosa darah 180 mg/dl, ginjal sudah tidak bisa
mereabsobsi glukosa dari filtrat glomerulus sehingga timbul
glikosuria. Karena glukosa menarik air, osmotik diuretik akan
terjadi mengakibatkan poliuria.
14

4) Rasa lelah dan kelemahan otot


Rasa lelah dan kelemahan otot terjadi karena adanya
gangguan aliran darah, katabolisme protein diotot dan
ketidakmampuan organ tubuh untuk mengunakan glukosa
sebagai energy sehingga hal ini membuat orang merasa
lelah.

5) Kesemutan rasa baal akibat terjadinya neuropati.


Pada penderita DM regenerasi persarafan mengalami
gangguan akibat kekurangan bahan dasar utama yang
berasal dari unsur protein. Akibat banyak sel persarafan
terutama perifer mengalami kerusakan.

6) Kelemahan tubuh
Kelemahan tubuh terjadi akibat penurunan produksi energi
metabolik yang dilakukan oleh sel melalui proses glikolisis
tidak dapat berlangsung secara optimal.

7) Luka atau bisul tidak sembuh-sembuh


Proses penyembuhan luka membutuhkan bahan dasar
utama dari protein dan unsur makanan yang lain. Pada
penderita DM bahan protein banyak di formulasikan untuk
kebutuhan energi sel sehingga bahan yang dipergunakan
untuk pengantian jaringan yang rusak mengalami gangguan.
Selain itu luka yang sulit sembuh juga dapat diakibatkan oleh
pertumbuhan mikroorganisme yang cepat pada penderita
DM.
15

h. Komplikasi Diabetes Mellitus


Komplikasi dari diabetes mellitus dapat dibedakan menjadi
komplikasi yang bersifat akut atau kronis.
Komplikasi Akut

1. Hipoglikemia
Hipoglikemia ditandai dengan menurunnya kadar glukosa
darah < 60 mg/dL. Hipoglikemia pada pasien DM tipe 1 dan
DM tipe 2 merupakan faktor penghambat utama dalam
mencapai sasaran kendali glukosa darah normal atau
mendekati. Faktor utama terjadinya hipoglikemia adalah
ketergantungan jaringan saraf pada asupan glukosa yang
berkelanjutan. Hipoglikemia timbul akibat peningkatan kadar
insulin yang kurang tepat, baik sesudah penyuntikan insulin
atau karena obat yang meningkatkan insulin seperti
sulfonilurea. Pernderita DM rentan terhadap komplikasi
hipoglikemia sekitar 2 jam sesudah makan sampai waktu
makan berikutnya. Oleh karena itu hipoglikemia sangat tinggi
pada saat makan dan malam hari (Soemadji, 2009).

2. Hiperglikemia
Hiperglikemia adalah keadaan kelebihan gula darah yang
disebabkan oleh makan secara berlebihan, stress,
emosional, penghentian obat secara mendadak.
Hiperglikemia dapat mengakibatkan ketoasidosis diabetik
(KAD) dan koma hiperosmolar hiperglikemik nonketotik
(HHNK).
a. Ketoasidosis Diabetik ( KAD)
Ketoasidosis diabetik adalah keadaan dekompensasi-
kekacauan metabolik yang ditandai oleh trias
hiperglikemia, asidosis dan ketoasidosis terutama
disebabkan oleh defisiensi insulin absolut atau relatif dan
16

peningkatan hormon kontra regulator (glukagon,


katekolamin, kortisol dan hormon pertumbuhan).
Keadaan tersebut menyebabkan produksi glukosa hati
meningkat dan glukosa sel tubuh menurun. KAD
merupakan komplikasi akut DM yang serius dan
membutuhkan pengelolaan gawat darurat. Akibat
dieuresis osmotik, KAD biasanya mengalami dehidrasi
berat dan bahkan dapat sampai menyebabkan syok
(Soewando, 2009).

b. Koma Hiperosmolar Hiperglikemik Non Ketotik (HHNK)


Koma hiperosmolar hiperglikemia non ketotik ditandai
oleh hiperglikemia, hipersmolar tanpa disertai adanya
ketosis. HHNK lebih sering ditemukan pada perempuan
dibandingkan dengan laki-laki, biasanya terjadi pada
orang lanjut usia. Penyebabnya antara lain: infeksi,
pengobatan, noncompliance, DM tidak terdiagnosis,
penyalahgunaan obat, dan penyakit penyerta
(Soewando, 2009).

Komplikasi Kronik

1. Komplikasi Mikrovaskular

a. Retinopati Diabetik
Retinopati diabetik merupakan penyebab kebutaan
paling sering ditemukan pada usia 20-74 tahun.
Retinopati diabetik disebabkan oleh perubahan dalam
pembuluh-pembuluh darah kecil pada retina mata.
Retina merupakan bagian mata yang menerima
bayangan dan mengirimkan informasi bayangan
tersebut ke otak (IDF, 2015). Faktor risiko timbulnya
17

retinopati adalah kadar gula yang tidak terkontrol,


durasi diabetes, hipertensi, hiperlipidemia dan
merokok. Retinopati diabetik sering tidak bergejala
hingga kelainan yang berat atau kerusakan retina yang
ireversibel sudah terjadi (Rustama dkk, 2010).

b. Nefropati Diabetik
Nefropati diabetik pada DM ditandai dengan
albuminuria menetap (>300 mg/24 jam) pada minimal
dua kali pemeriksaan dalam kurun waktu 3-6 bulan. Di
Amerika dan Eropa nefropati merupakan penyebab
utama gagal ginjal terminal dan merupakan salah satu
penyebab kematian tertinggi diantara semua
komplikasi DM dan penyebab kematian tersering
karena komplikasi kardiovaskuler (Tandra, 2009).

c. Neuropati Diabetik
Neuropati diabetik merupakan salah satu komplikasi
kronis yang paling sering ditemukan pada DM. Risiko
yang dihadapi pasien DM dengan neuropati diabetik
ialah infeksi berulang, ulkus yang tidak sembuh-
sembuh dan amputasi jari/kaki. Neuropati DM dapat
menyerang semua tipe saraf termasuk perifer, otonom
dan spinal (IDF, 2015).

2. Komplikasi Makrovaskuler

a. Gangguan Pada kaki (Kaki Diabetes)


Kaki diabetes merupakan salah satu komplikasi yang
paling ditakuti, karena sering berakhir dengan
kecacatan dan kematian. Terjadinya masalah kaki
diabetes diawali dengan adanya hiperglikemia pada
18

penyandang DM yang menyebabkan kelainan


neuropati dan kelainan pada pembuluh darah. Kelainan
ini menyebabkan terjadinya perubahan pada kulit dan
otot kemudian terjadi perubahan distribusi tekanan
pada telapak kaki dan selanjutnya mempermudah
terjadinya ulkus. Adanya kerentanan infeksi
menyebabkan infeksi mudah merebak menjadi infeksi
yang luas (Waspadji, 2009).

b. Gangguan Pada Pembuluh Darah


Kerusakan pada pembuluh darah karena DM akan
mengakibatkan masalah pada jantung dan otak, serta
gangguan pada pembuluh darah kaki akibatnya
sirkulasi terganggu, terjadi peningkatan tekanan darah
(hipertensi) dan infark hati dan cerebral. Penyempitan
pembuluh darah disebabkan adanya tumpukan lemak
pada dinding pembuluh darah. Penumpukan ini tidak
hanya terjadi karena pola makan yang tidak normal
tetapi juga disebabkan oleh kontrol metabolisme
glukosa dalam hati tidak normal. Komplikasi dapat
mengenai pembuluh darah arteri yang lebih besar
sehingga terjadi aterosklorosis. Perubahan ini
menyebabkan meningginya LDL-kolesterol dan
trigliserida serta menurunnya HDL kolesterol (Tobing et
al., 2008).

c. Gangguan Fungsi Jantung


Gangguan pada pembuluh darah akan mengakibatkan
aliran darah ke jantung terhambat atau terjadi iskhemia
(kekurangan oksigen di otot jantung), timbul angina
pectoris bahkan akhirnya dapat menyebabkan
19

serangan jantung dan hingga gagal jantung (Tobing et


al., 2008).

d. Gangguan Fungsi Pembuluh Otak


Pasien DM sering merasakan berat dibelakang kepala,
leher, dan pundak, pusing (vertigo) serta pendengaran
dan penglihatan terganggu. Jika hal ini dibiarkan,
gangguan neurologis akan muncul, misalnya dalam
bentuk stroke yang disebabkan penyumbatan atau
pendarahan(Tobing et al., 2008).

e. Gangguan Pada Paru


Pada penderita DM biasanya lebih mudah terserang
infeksi Tuberkulosis Paru dibandingkan orang biasa,
sekalipun penderita bergizi baik dan secara
sosioekonomi cukup. DM memperberat infeksi paru,
demikian pula sebaliknya sakit paru akan menaikkan
glukosa darah (Setiawati et al., 2014).

f. Gangguan Pada Sistem Pencernaan


Mengidap DM terlalu lama dpat mengakibatatkan urat
saraf yang memelihara lambung akan rusak sehingga
fungsi lambung untuk menghancurkan makanan
menjadi lemah. Hal ini menyebabkan lambung menjadi
bergelembung sehingga proses pengosongan lambung
terganggu dan makanan lebih lama tertinggal lambung.
Keadaan ini akan menimbulkan rasa mual, perut
mudah terasa penuh, kembung, makan tidak lekas
turun, kadang timbul terasa sakit di ulu hati atau
makanan terhenti dalam dada, hal ini adalah akibat dari
gangguan saraf otonom pada lambung dan usus.
20

Keluhan gangguan saluran pencernaan bisa juga


timbul akibat pemakaian obat-obatan yang diminum
(Tjokroprawiro, 2014).

i. Pengendalian Diabetes Mellitus


Pengendalian diabetes mellitus bertujuan mengurangi
komplikasi sehingga penderita dapat hidup sehat dan wajar
berdampingan. Hal utama dalam melakukan tindakan
pengendalian penyakit Diabetes Mellitus menurut Perkeni,
(2015) yaitu berdasarkan pada 4 pilar yakni :
1. Penyuluhan / Edukasi
Diabetes mellitus merupakan sakit kronis yang memerlukan
perilaku penangan mandiri khusus seumur hidup. Penderita
bukan hanya harus belajar keterampilan merawat diri guna
penurunan kadar glukosa darah yang mendadak, tetapi harus
memiliki perilaku preventif dalam gaya hidup untuk
menhindari komplikasi jangka panjang.

2. Perencanaan Makan (Diet)


Bertujuan menyesuaikan pola makan dengan kebutuhan
kalori penderita berdasarkan usia, berat badan, aktifitas fisik
dan jenis kelamin. Prinsip pengaturan makan pada
penyandang DM hampir sama dengan anjuran makan untuk
masyarakat umum, yaitu makanan yang seimbang dan
sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing
individu. Penyandang DM perlu diberikan penekanan
mengenai pentingnya keteraturan jadwal makan, jenis dan
jumlah kandungan kalori, terutama pada mereka yang
menggunakan obat yang meningkatkan sekresi insulin atau
terapi insulin itu sendiri.
21

3. Latihan Jasmani
Olahraga yang dianjurkan bagi diabetes mellitus berupa
latihan yang bersifat aerobic, seperti jalan kaki, lari santai
(jogging), bersepeda santai, senam irama, dan berenang.
Olahraga juga harus disesuaikan dengan umur dan status
kesegaran jasmani. Latihan dilakukan teratur 3-5 kali/minggu
dengan waktu sekitar 50-60 menit.

4. Intervensi Obat
Pemberian obat-obatan penurun glukosa darah bila penderita
diabetes mellitus tidak mencapai kadar glukosa darah yang
normal atau mendekati normal hanya dengan perencanaan
makan dan olahraga teratur. Obat tersebut dikenal sebagai
obat hipoglikemik. Namun penggunaan harus sesuai dengan
petunjuk dokter.
a. Obat Hipoglikemik Oral (OHO) terdiri dari golongan
sulfonylureao, golongan biguanida, golongan acarbose,
dan thiazoli9 dinedones.
b. Insulin terdiri dari insulin kerja sangat cepat (rapid/ultra-
rafid acting insulin), insulin kerja pendek (short acting
insulin, insulin regular), insulin kerja menengah
(intermediate acting insulin), insulin kerja panjang (long
acting insulin).

j. Hubungan Asupan Zat Gizi Makro (Energi, Karbohidrat,


Protein, Lemak) dengan Diabetes Mellitus
Asupan zat gizi utama yang dibutuhkan tubuh manusia
yaitu energi, karbohidrat, protein, dan lemak. Zat gizi adalah
ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya
dimana tubuh memiliki tiga kegunaan yaitu sebagai pemberi
22

tenaga, membangun dan memelihara sel-sel yang rusak serta


mengatur proses-proses kehidupan (Almatsier, 2010).

a) Asupan Energi
Menurut FAO/WHO dalam (Yuniati dkk, 2017) kebutuhan
energi seseorang merupakan konsumsi energi yang berasal
dari makanan yang diperlukan untuk mengganti pengeluaran
energi seseorang. Energi yang dikeluarkan tergantung pada
ukuran tubuh dan tingkat aktivitas seseorang. Kebutuhan
energi total orang dewasa diperlukan untuk metabolisme dan
aktivitas fisik.
Menurut (Almatsier, 2010), keseimbangan energi dicapai bila
energi yang masuk kedalam tubuh melalui makanan sama
dengan energi yang dikeluarkan. Jika berlebihan energi akan
diubah menjadi lemak tubuh. Akibatnya , terjadi berat badan
lebih atau kegemukan. Kegemukan bisa disebabkan oleh
kebanyakan makan, dalam hal ini karbohidrat, lemak,
maupun protein. Kegemukan dapat menyebabkan gangguan
dalam fungsi tubuh dan merupakan risiko untuk menderita
penyakit kronis seperti Diabetes Mellitus, Hipertensi, Kanker,
dan Jantung Koroner.

b) Karbohidrat
Karbohidrat memegang peranan penting dalam alam karena
merupakan sumber energi utama. Semua jenis karbohidrat
berasal dari tumbuh-tumbuhan. Produk yang dihasilkan
terutama dalam bentuk gula sederhana yang mudah larut
dalam air dan mudah diangkut ke seluruh sel-sel guna
penyediaan energi (Almatsier, 2010). Kelebihan kalori yang
masuk ke tubuh yang berasal dari karbohidrat akan diubah
menjadi glukosa dalam darah. Glukosa memerlukan insulin
23

untuk sampai kedalam sel-sel jaringan sehingga glukosa


dalam darah meningkat jika konsumsi karbohidrat dalam
kategori tinggi (>60%) (Putra dan Trias, 2014).
Dari beragamnya jenis makanan, hanya golongan
karbohidrat yang merupakan sumber hidrat dapat menaikkan
kadar glukosa darah secara langsung. Setiap 1 gr karbohidrat
yang dikonsumsi akan menghasilkan 4 kalori (Dalimartha,
2012). Berdasarkan Perkeni, 2015) kebutuhan karbohidrat
yang dianjurkan sebesar 45-46% total asupan energi.

c) Asupan Protein
Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan
bagian terbesar tubuh setelah air. Seperlima bagian tubuh
adalah protein, setengahnya ada di dalam otot, seperlima di
dalam tulang dan tulang rawan, sepersepuluh di dalam kulit,
dan selebihnya di dalam jaringan lain dan cairan tubuh.
Semua enzim, berbagai hormon, pengangkat zat-zat gizi dan
darah, matriks intraseluler dan sebagainya adalah protein.
Disamping itu asam amino yang membentuk protein
bertindak sebagai prekursor sebagian koenzim, hormon,
asam nukleat, dan molekul-molekul yang esensial untuk
kehidupan. Asam amino terdiri atas unsur-unsur karbon,
hidrogen, oksigen, dan nitrogen. Protein mempunyai fungsi
khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain, yaitu
membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh
(Almatsier, 2010).
Protein merupakan bahan dasar zat pembangun,
pertumbuhan, hormon, dan antibodi. Pada penderita diabetes
mellitus, kebutuhan protein akan meningkat akibat
digunakannya protein sebagai energi. Sedangkan
karbohidrat sendiri tidak dapat diserap oleh tubuh sehingga
24

penderita merasa lemas. Berdasarkan hal tersebut, maka


seorang penderita diabetes mellitus memerlukan protein
(Rosalina, 2008).

d) Asupan Lemak
Lemak merupakan sumber energi yang lebih efektif
dibandingkan dengan karbohidrat dan protein. Sumber lemak
dapat berasal dari lemak nabati yaitu bahan makanan
tumbuh-tumbuhan dan dapat berasal dari lemak hewani yaitu
ikan, telur, dan susu. Lemak dapat melarutkan berbagai
vitamin, yaitu vitamin A, D, E, dan K. Oleh karena itu
mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung lemak
akan menjamin penyediaan vitamin-vitamin tersebut untuk
keperluan tubuh. Lemak dalam tubuh mempunyai peranan
yang penting, karena lemak cadangan yang ada dalam tubuh
dapat melindungi berbagai organ yang penting, seperti ginjal,
hati dan sebagainya, tidak saja sebagai isolator, tetapi juga
kerusakan fisik yang mungkin terjadi pada waktu kecelakaan.
Setiap 1 gr lemak akan dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan
kalori. Tidak diperkenankan melebihi 30% total asupan energi
(Almatsier, 2010).

k. Hubungan Asupan Serat dengan Diabetes Mellitus


Serat termasuk jenis karbohidrat yang tidak dapat
dicerna oleh manusia. Serat (dietary fiber) dapat mengatasi
sembelit dan dianjurkan penggunaannya, terutama pada orang
yang baru selesai operasi wasir. Makanan yang berserat juga
banyak dikonsumsi diabetesi, terutama yang larut dalam air. Serat
jenis ini selain dapat memperlambat penyerapan glukosa setelah
makan, juga mempengaruhi penyerapan lemak dari saluran
pencernaan. Kebutuhan makanan berserat yang dianjurkan 25-30
25

gr/hari. Jika dikonsumsi berlebihan, akan timbul rasa sesak,


kembung, kadang menimbulkan banyak gas dalam perut, serta
mengganggu penyerapan zat gizi tertentu (Dalimartha, 2012).
Serat merupakan polisakarida nonpati, yaitu karbohidrat
kompleks yang berbentuk dari gugusan gula sederhana yang
bergabung menjadi satu serta tidak dapat dicerna. Serat
makanan juga bisa didefinisikan sebagai sisa yang tertinggal
dalam kolon setelah makanan dicerna atau setelah zat-zat gizi
dalam makanan diserap tubuh lagi. Menurut jenisnya, makanan
berserat dibagi menjadi 2 golongan yaitu serat yang larut dalam
air yang meliputi pektin, gum, musilago lalu serat yang tidak larut
dalam air meliputi lignin, selulosa dan hemiselulosa. Serat yang
larut dalam air inilah yang banyak dikonsumsi para diabetes
dikarenakan serat yang larut dalam air ini mempunyai fungsi
memperlambat penyerapan glukosa dan meningkatkan
kekentalan isi usus yang secara tidak langsung menurunkan
kecepatan difusi permukosa usus halus. Akibat kondisi tersebut,
kadar glukosa dalam darah mengalami penurunan secara
perlahan, sehingga kebutuhan insulin juga berkurang, jumlah
insulin pada penderita diabetes mellitus sampai 12,5% perhari
(Yuniati dkk, 2017).
Beberapa penelitian menunjukkan serat dapat
memperbaiki respon glukosa darah dan insulin indeks. Serat ini
dapat menghambat lewatnya glukosa melalui dinding saluran
pencernaan menuju pembuluh darah sehingga kadarnya dalam
darah tidak berlebihan. Selain itu, serat dapat membantu
penyerapan glukosa dalam darah dan memperlambat pelepasan
glukosa didalam darah. American Diabetes Association
merekomendasikan asupan serat bagi penderita DM adalah >25
gram per hari. Sedangkan di Indonesia anjurannya sekitar 25
gr/hari (Muliani, 2013).
26

Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Bintanah dan


Handarsari, 2012) berdasarkan hasil uji kologrov kadar glukosa
darah p=0.002 (p<0.05) dan serat p=0.499 (p>0,05), dilanjutkan
dengan uji korelasi rank spearman p=0.001 (p<0.05), sehingga
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara asupan serat
dengan kadar glukosa darah. Semakin rendah asupan serat,
maka semakin tinggi kadar glukosa darah.
Hasil tersebut dikarenakan serat pangan mampu
menyerap air dan mengikat glukosa, sehingga mengurangi
ketersediaan glukosa. Diet cukup serat juga menyebabkan
terjadinya kompleks karbohidrat dan serat, sehingga daya cerna
karbohidrat berkurang. Pada keadaan tersebut mampu meredam
kenaikan glukosa darah dan menjadikannya tetap terkontrol
(Santoso, 2011).

2.Beras Merah (Oryza nivara)

a.Definisi Beras Merah

Beras merah termasuk ke dalam spesies Oryza


nivara dengan varietas Wehani rice yang merupakan salah
satu jenis beras yang memiliki nilai gizi yang lebih tinggi
dibandingkan beras putih yang biasa dikonsumsi
masyarakat Indonesia.Beras merah mempunyai rasa
sedikit seperti kacang dan lebih kenyal daripada beras
putih (Nursalam,2008).

Nilai gizi beras merah lebih tinggi dalam hal protein


(7,50 g/100 g), lemak (0,90 g/100 g), kalsium (16,00 g/100
g), fosfor (163,00 g/100 g) (Direktorat Gizi Kesehatan RI,
1996), dan serat (5 g/100g) (Indrasari, 2006). Kurangnya
konsumsi beras merah di Indonesia disebabkan tekstur
beras merah yang pera, waktu untuk menanak lebih
27

panjang, dan umur simpan relatif lebih singkat daripada


beras putih karena tingginya kandungan lemak pada
bagian lembaga (Alden, 2006). Perbedaan ini disebabkan
karena beras merah tidak disosoh tetapi hanya digiling
menjadi beras pecah kulit sehingga kulit ari masih melekat
pada endosperma. Kulit ari inilah yang kaya akan serat,
minyak alami, dan lemak esensial (Santika dan
Rozakurniati, 2010). Kandungan serat yang tinggi pada
beras merah merupakan salah satu kelebihan yang
bermanfaat bagi penderita diabetus mellitus.Karena serat
mampu menyerap air dan mengikat glukosa, sehingga
dapat mengurangi ketersediaan karbohidrat(Santoso,
2011).

Tabel 2
Kandungan Gizi Beras Merah per 100 g

Komposisi Gizi Jumlah


Air (g) 10,37 - 12,37
Protein (g) 6,61 - 7,96
Lemak (g) 1 - 2,9
Karbohidrat (g) 16 – 79
Serat Kasar (g) 0,5 – 1,3
Mineral (g) 0,6 – 1,5
Sumber: Drake et al. (1989)

b.Manfaat Beras Merah


Berikut ini kandungan dan manfaat beras merah:

a) Rendah karbohidrat namun tinggi kalori

Kandungan karbohidrat dalam beras merah lebih


rendah dari pada beras putih (75,2 g:79,5 g), tetapi nilai
energi yang dihasilkan beras merah justru di atas beras putih
28

(349 kal:353 kal). Oleh karena itu nasi beras merah seringkali
direkomendasi sebagai bahan makanan yang baik untuk
menurunkan berat badan (Arief,2008).

b) Kaya protein

Dibandingkan beras putih, kandungan protein beras


merah menurut (Arief,2009), lebih tinggi (6,8 g:8,2 g). Protein
merupakan agen pengatur bagi proses tubuh karena semua
enzim dan hormon merupakan protein yang berperan
sebagai alat transport zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh.

c) Mengandung asam lemak esensial

Lemak yang terkandund dalam beras merah adalah


lemak esensial yang baik untuk perkembangan otak, maka
sangat dianjurkan untuk diberikan pada bayi (di atas 6 bulan)
dan anak-anak [22]. Selain itu, kandungan minyak pada
lapisan kulit dalam padi dapat membantu menurunkan
kolesterol LDL (Istika, Auli dkk.2007).

d) Kaya serat

Kandungan serat yang tinggi dalam beras merah tak


hanya mengenyangkan, tetapi juga dapat menurunkan
kolesterol darah (Mansjoer, Arif dkk.2005). Peranan serat
untuk diabetes mellitus meningkatkan viskositas lumen
dalam usus sehingga akan menurunkan efisiensi
penyerapan karbohidrat dan respon insulin.
29

e) Tinggi vitamin B1 (tiamin)

Beras merah memiliki kandungan vitamin B1 lebih


tinggi dibandingkan beras putih (0,12 mg:0,31 mg). Tiamin
berfungsi sebagai koenzim berbagai reaksi metabolisme
energi. Untuk dekarboksilasi oksidatif piruvat menjadi asetil
koA dan memungkinkan masuknya substrat yang dapat
dioksidasi ke dalam siklus Krebs guna pembentukan energi.
Kekurangan tiamin bisa mengganggu sistem saraf dan
jantung, dalam keadaan berat dinamakan beri-beri.

f) Selenium

Kandungan selenium dalam beras merah adalah 39


µm/100 g. Selenium merupakan elemen kelumit (trace
element) yang merupakan bahan esensial dari enzim
glutation peroksidase. Enzim ini berperan sebagai
katalisator dalam pemecahan peroksida menjadi ikatan
yang tidak bersifat toksik peroksida dapat berubah menjadi
radikal bebas yang mampu mengoksidasi asam lemak tidak
jenuh dalam membran sel hingga merusak membran
tersebut, menyebabkan kanker, dan penyakit degeneratif
lainnya. Karena kemampuannya itulah banyak pakar
mengatakan bahan ini mempunyai potensi untuk mencegah
penyakit kanker dan penyakit degeneratif lain.

g) Fosfor

Kandungan fosfor dalam beras merah adalah 243


mg/100 g. Melalui fosforilasi, fosfor mengaktifkan berbagai
enzim dan vitamin B dalam pengalihan energi pada
metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak.
30

h) Antosianin

Antosianin merupakan pigmen merah yang


terkandung pada perikarp dan tegmen (lapisan kulit) beras.
Antosianin adalah senyawa fenolik yang masuk kelompok
flavonoid dan berfungsi sbagai antioksidan. Peran
antioksidan bagi kesehatan manusia untuk mencegah
penyakit hati (hepatitis), kanker usus, stroke, diabetes,
sangat esensial bagi fungsi otak dan mengurangi pengaruh
penurunan fungsi otak.

3. Bekatul ( rice bran )

a.Definisi Bekatul
Bekatul merupakan bagian dalam dari kulit padi
yang biasa terdiri dari aleuron dan perikarp. Bekatul
merupakan hasil samping penggilingan beras dan biasa
tersedia dalam jumlah banyak. Penggilingan padi di
Indonesia menghasilkan sekitar 4-6 juta ton bekatul per
tahun. Penggilingan padi menghasilkan 80 % beras
pecah kulit dan 20 % sekam. Sebanyak 80 % beras
pecah kulit tersebut terdiri dari 61 % beras, 10 % menir,
dan 9 % bekatul. Bekatul memiliki kadar serat yang cukup
tinggi yang terdiri dari β-glukan, pektin, dan gum.
Kandungan serat tertinggi pada bekatul adalah β-glukan
yaitu 6 %. Kandungan nutrisinya sekitar 16 % protein, 25
% serat kasar, serta 20% minyak, antoksidan, dan
vitamin (Silva, dkk., 2006).
Kandungan serat menjadi salah satu keunggulan
dari bekatul. Kandungan serat pada bekatul antara lain
selulosa, hemiselulosa, β-glukan, pektin, dan gum.
31

Selulosa dan hemiselulosa merupakan serat tidak larut


yang merupakan komponen polisakarida utama yang
terdapat pada dinding sel tumbuhan. Serat tidak larut
tidak dapat dicerna oleh enzim pencernaan pada tubuh
manusia, oleh karena itu dapat bekerja sebagai prebiotik
untuk bakteri pada usus besar (Santoso, 2011). Serat
larut pada bekatul sebagian besar terdiri dari β-glukan,
yaitu sekitar 6 %. β-glukan biasa ditemui pada aleuron
dan dinding sel. Kandungan nutrisi bekatul dapat dilihat
pada tabel berikut ini :

Tabel 3

Kandungan nutrisi dari bekatul


Kandungan Kandungan
Zat gizi Zat gizi
dalam 100g dalam 100g
Protein 16,5 g Tiamin 3 mg
Lemak 21,3 g Riboflavin 0,4 mg
Kadar abu 8,3 g Niasin 43 mg
Lemak kasar 22,6 g Piridoxin 0,49mg
Total
Asam
karbohidrat 49,4g 7 mg
panthotenat
Kompleks
Serat pangan 24,7 g Biotin 5,5
Serat larut 2,1 g Kolin 226 mg
Pati 24,1 g Asam folat 83 µg
Air 8,4 g Inositol 982 mg
359
Energi Besi 11 mg
kcal
Kalsium 80 mg Seng 6,4 mg
Fosfor 2,1 g Mangan 28,6 mg
Potasium 1,9 g Tembaga 0,6 mg
Magnesium 0,9 g Iodin 67 µg
(Sumber : Houston, 1972)
32

b.Manfaat Bekatul

Berbagai hasil penelitian telah menunjukkan bahwa


bekatul mempunyai nilai gizi tinggi, mengandung senyawa
bioaktif antioksidan, dan mengandung serat rice bran
sacharida. Hasil penelitian tenang manfaat bekatul adalah:
a. Adom K dan Liu R, 2002: antioksidan bekatul berupa
oryzanol, tokoferol dan asam ferulat, antioksidan tersebut
mampu menghambat kejadian kencing manis, penyakit
Alzheimer, mencegah kejadian penyakit jantung dan
kanker.
b. Godber J, Xu Z, Hegsted M, Walker T, 2002; Rohrer C,
Siebenmorgen T, 2004: menunjukkan bahwa antioksidan
bekatul terutama vitamin E dan oryzanol, serta lemak tidak
jenuhnya mampu sebagai penurun kolesterol, dan
kandungan rice bran sacharida mampu mencegah kejadian
penyakit kanker.
c. Gescher, A (2007) konsumsi bekatul menurunkan 51%
resiko kanker adenoma disaluran usus.
d. L, Cara, dkk (1992), pria yang diberi diet makanan yang
mengandung 70 g lemak, 756 mg kolesterol dan 10 g
bekatul ternyata menunjukkan respon positif dalam
penurunan kadar trigliserida serum.
33

B.KERANGKA TEORI

Faktor yang tidak dapat


dimodifikasi :
Diabetes Mellitus Komplikasi
1. Genetik
2. Usia/Jenis kelamin
3. Riwayat keluarga
Penatalaksanaan Kronis Akut
4. Ras/etnik

Faktor yang dapat


dimodifikasi : Edukasi Diet Aktivitas Farmakologis
Fisik
1. Obesitas
2. Aktivitas Fisik
 Tepat jumlah Obat
makan antidiabetik

 Tepat jadwal Aktivitas


makan Jasmani
Cukup
 Tepat jenis
makanan
yang
dikonsumsi

Kadar Glukosa Darah


Sewaktu

Bagan 1. Faktor dan Penatalaksanaan Diabetes Mellitus


Sumber : ADA (2008), PERKENI (2015)
34

C.KERANGKA KONSEP

Asupan Serat

Asupan Karbohidrat Kadar Gula Darah

Pemberian Sirahtul

Bagan 2. Kerangka Konsep

D.VARIABEL PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

1. Variabel Penelitian
a. Variabel Terikat ( Dependen)
Dalam penelitian ini sebagai variabel terikat (dependen) yaitu
variabel yang dipengaruhi adalah kadar glukosa darah.
b. Variabel Bebas ( Independen)
Dalam penelitian ini sebagai variabel bebas (independen) yaitu
variabel yang mempengaruhi adalah Asupan Karbohidrat,
Asupan Serat, dan Pemberian Sirahtul.

2. Definisi Operasional
a. Pemeriksaan Kadar Gula Darah
Pemeriksaan kadar gula dilakukan pada seseorang yang
didiagnosa menderita diabetes mellitus tipe II dengan melihat
hasil kadar glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dl. Kadar gula
darah adalah jumlah kandungan glukosa dalam plasma darah.
Data mengenai kadar gula darah yang diukur sebelum dan
sesudah dilakukan perlakuan.
35

Cara ukur :Mengukur kadar gula darah dengan


mengambil sampel darah kapiler.

Alat ukur : Accu Check


Skala : Rasio
Hasil : mg / dl

b. Kelompok perlakuan adalah kelompok responden yang


mendapat perlakuan pemberian sirahtul yang diberikan sebagai
makan pagi,makan siang dan makan malam sebanyak 3
kali/hari selama 7 hari dan mendapatkan obat anti diabetes
(OAD) dari Puskesmas Keramasan Palembang.

c. Kelompok pembanding adalah kelompok responden yang tidak


mendapat sirahtul namun hanya mendapatkan obat anti
diabetes(OAD) dari Puskesmas Keramasan Palembang.

d. Sirahtul adalah proses dari pencampuran bahan 70 gr Nasi


merah, dan 20 gr Bekatul.

e. Asupan Zat Gizi


Banyaknya zat gizi makro (energi, karbohidrat) yang dikonsumsi
responden selama 7 hari diberi perlakuan.
Cara ukur : Wawancara
Alat ukur : Form Recall
Skala : Rasio
Hasil : Energi : kilo kalori (kkal)
Karbohidrat : gram (gr)
36

f. Asupan Serat
Banyaknya serat yang dikonsumsi responden selama 7 hari
diberi perlakuan.
Cara ukur : Wawancara
Alat ukur : Form Recall
Skala : Rasio
Hasil : gram (gr)
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas Keramasan Palembang
Tahun 2019.

B. Jenis dan Rancangan Penelitian


1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini termasuk penelitian analitik dengan rancangan
penelitian eksperimental design (eksperimental) dengan melakukan
percobaan terhadap kelompok eksperimen, kepada tiap kelompok
eksperimen dikenakan perlakuan-perlakuan tertentu dan
menggunakan kelompok pembanding.

2. Rancangan Penelitian
Rancangan digunakan dalam penelitian adalah rancangan pretest-
posttest dengan menggunakan kelompok pembanding, skema
sebagai berikut :
Kelompok Eksperimen: O1 (pretes) – X(perlakuan) O2 (postes)
Kelompok pembanding: O3 (pretes) O4 (postes)
Keterangan :
O1 = Kelompok eksperimen (pemeriksaan Kadar Gula Darah)
sebelum perlakuan.
O2 = Kelompok eksperimen (pemeriksaan Kadar Gula Darah)
setelah perlakuan.
O3 = Kelompok pembanding (pemeriksaan Kadar Gula Darah).
O4 = Kelompok pembanding (pemeriksaan Kadar Gula Darah).
X = Perlakuan pemberian Sirahtul.

37
38

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah semua penderita Diabetes yang
rawat jalan di Puskesmas Keramasan Palembang.

2. Sampel
Bagian dari populasi dan yang diambil adalah semua penderita
diabetes dengan kriteria inklusi.

Kriteria inklusi sebagai berikut :

a. Penderita Diabetes dengan kadar gula darah.


b. Bersedia di ambil darahnya.
c. Mengkonsumsi OAD dan atau menggunakan insulin
d. Dapat berkomunikasi dengan baik.
e. Berdomisili di Kota Palembang.
f. Bersedia menjadi responden.
Kriteria eksklusi :
Menderita penyakit komplikasi: jantung, gagal ginjal, stroke dan
komplikasi berat lainnya.
39

Besar Sampel
Besar responden menggunakan rumus Lemeshow dan Lwan (1997)
sebagai berikut :

n1=n2 = 2𝜎 2 ( z1 – α / 2 + z1 – β )2

( µ1- µ2 )2

Keterangan :

n1=n2: Besar responden untuk setiap kelompok

SD (𝜎) : Standar deviasi (74.28)

z1–α /2: Nilai pada distribusi normal standar yang sama


dengan tingkat kemaknaan (nilai z pada α = 0.05
adalah 1.96)

z1–β : Nilai pada distribusi normal standar yang samac


dengan kuasa (Power) sebesar yang diinginkan (nilai
z pada = β 0. 20 adalah 0.842)

µ1- µ2 : Rata- rata penelitian (71,8).

Penelitian Luthfianto(2018).

Berdasarkan perhitungan rumus diatas maka responden


minimal dalam penelitian ini sebanyak 26 responden.
Responden ditambah dengan responden cadangan sebesar
10%, maka total sampel adalah sebanyak 29
responden,karena alasan kepentingan statistik maka sempel
minimal yang diambil sebanyak 30 orang untuk kelompok
perlakuan dan kelompok pembanding. Sehingga jumlah
responden penelitian ini adalah 60 responden.
40

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data


1. Jenis Data

a. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh sendiri oleh peneliti
dengan cara pengukuran maupun wawancara langsung kepada
responden, yang termasuk data primer yaitu :
- karakteristik responden (umur dan jenis kelamin)
- antropometri (tinggi badan dan berat badan)
- kadar gula darah penderita diabetes mellitus sebelum dan
sesudah perlakuan.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang berupa nama, diagnosa dokter
dan alamat penderita Diabetes yang diambil dari buku kunjungan
di Puskesmas Keramasan Palembang.

2. Cara Pengumpulan Data


a. Tahap persiapan
1) Peneliti mengurus surat izin pengambilan data sekunder.
Setelah pihak Puskesmas memberikan izin pengambilan
data, maka peneliti mengambil data penderita diabetes
berdasarkan diagnosa dokter yang tercatat di buku
kunjungan.
2) Peneliti mempersiapkan Sirahtul untuk dimakan oleh
responden.
3) Peneliti mempersiapkan alat Accucheck yang akan
digunakan untuk memeriksa kadar gula darah penderita yang
dijadikan responden.
4) Peneliti mempersiapkan form identitas, form recall dan surat
keterangan ketersediaan menjadi responden penelitian.
41

E. Alat Pengumpulan Data


Alat yang digunakan dalam pengumpulan data, yaitu :
1. Form identitas
2. Accucheck

F. Pengolahan Data dan Analisa Data


1. Pengolahan data
Dilakukan secara manual
a. Editing
Kegiatan yang dilakukan dalam pengeditan adalah memeriksa
kelengkapan seluruh data primer yang diperoleh bila terjadi
kekurangan maka dapat segera dilengkapi.
b. Coding
Merupakan suatu metode untuk mengkonversikan data yang
terkumpul selama penelitian ke dalam bentuk simbol yang cocok
untuk keperluan analisis. Data yang diperoleh diklasifikasikan
dalam bentuk kode atau angka.
c. Entry Data
Memasukkan data dari jawaban dari masing-masing responden
yang dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan dalam
program (SPSS).
d. Cleaning Data
Setelah pemasukan data selesai dilakukan proses untuk menguji
kebenaran data sehingga data yang masuk benar-benar bebas
dari kesalahan.

2. Analisis Data
a. Analisis Univariat
Analisa ini digunakan untuk mendeskripsikan variabel bebas
(karakteristik responden, asupan energi, protein, lemak,
karbohidrat, vitamin C pada kedua kelompok) untuk memperoleh
42

gambaran atau karakteristik dengan membuat tabel distribusi


frekuensi dan dilakukan dengan narasi.
b. Analisis Bivariat
Berdasarkan hasil studi, data kadar gula darah yang diperoleh
kemudian dilakukan analisis untuk melihat perbedaan rata-rata
kadar gula darah antara pengamatan pertama (sebelum
pemberian Sirahtul) pengamatan kedua (setelah pemberian
Sirahtul). Menganalisis asupan zat gizi makro dan mikro sebelum
dan sesudah dilakukan pemberian Sirahtul.
𝑑𝑓 = n − 1
Rumus Uji t :

δ
𝑡=
Sd √n

Keterangan :

δ : Perbedaan perlakuan pertama dan kedua

n : Jumlah sampel

Sd : Standar deviasi dari selisih pengamatan sebelum dan


sesudah perlakuan (pemberian Nasi Merah Bekatul).

Hasil penelitian dilihat dari hasil uji t dependent dan indepent


hitung yang dibandingkan dengan t tabel.

H1 diterima jika t hitung kurang dari tabel, berarti adanya


perbedaan rata-rata kadar gula darah sebelum dan sesudah
pemberian Sirahtul.

Kriteria uji yaitu : Tolak H0 jika t hitung < tabel

Terima H0 jika t hitung > tabel


43

G. Prosedur Pembuatan Nasi Merah Bekatul


a) Bahan
1. Beras merah 70 gr
2. Bekatul 20 gr

b) Cara Pembuatan
1. Cuci terlebih dahulu beras merah yang sudah ditimbang 70
gr.
2. Kemudian Masak beras merah dengan cara di aron terlebih
dahulu dengan menggunakan api kecil.
3. Jika sudah masak lalu kukus beras merah dengan di campur
bekatul kedalam panci yang sudah disiapkan ±15 menit.
4. Selanjutnya ,masukkan nasi merah bekatul kedalam wadah
yang sudah disiapkan.

c) Prosedur Pemberian Sirahtul


Pada penderita diabetes melitus, pengaturan jadwal makan juga
penting karena berkaitan dengan kadar glukosa darah (ADA, 2010).
Penderita diabetes melitus makan sesuai jadwal, yaitu 3 kali makan
utama, 3 kali makan selingan dengan interval waktu 3 jam.
44

d) Kandungan Gizi Sirahtul


Tabel 4

Zat Gizi Kandungan

Energi (kkal) 322,1

Protein (gr) 3,3

Lemak (gr) 6,06

Karbohidrat (gr) 62,48

Serat (gr) 9,16

Vitamin B1 (mg) 0,8


45

H. Alur Penelitian

Penentuan responden Diabetes Melitus tipe II sesuai


dengan karakteristik responden yang telah ditentukan

Kunjungan kerumah, ketersediaan


menjadi responden

Tidak
Ya

Pemeriksaan Kadar Gula


Darah ≥ 200 mg/dl

Perlakuan Pembanding

Minum OAD dan pemberian Nasi Merah Minum OAD


Bekatul

Pemeriksaan Kadar
Gula Darah
46

DAFTAR PUSTAKA

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI). Konsensus


Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di
Indonesia 2015.

Departemen Kementerian Kesehatan. Penyajian Pokok- Pokok


Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta:Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan, 2013.

American Diabetes Association (ADA).2012.Foot Care Diabetic.


http://www.diabetes.org/living-with-diabetes/complication/foot-
complication/foot-care.html

Alden, L. 2006. Rice. http://www.foodsubs.com/Rice.html (02 April


2012).

Damayanthi E, Tjing LT & Arbianto L. 2007.


Rice Bran. Panebar Swadaya, Depok

Adom K, Liu R. 2002. Antioxidant activity of grains. Journal of


Agricultural and Food Chemistry 50(21):6182-6187.

Cara, L., Dubos, C., Borel, P., Armand M., Senft M., Portugal, H.,
Pauli, AM., Bernard, PM., an Lairon, D. 1992. Effects of oat bran,
rice bran, wheat fiber, and wheat germ on postprandial lipemia in
healthy adults. American Journal of Clinical Nutrition, Vol 55, 81-88.

Gescher, A. 2007. “Rice Bran Could reduce Risk of Colon Cancer”


dalam
http://www.cancerfacts.com/Home_News.asp?CancerTypeId=4&Ne
wsId= 2148 . tanggal akses 2 Februari 2009

Godber J, Xu Z, Hegsted M, Walker T: Rice and rice bran oil in


functional foods development. Louisiana Agriculture 2002, 45(4):9-
10.

Yusuf Nursalim dan Zaini Yetti Razali. 2007. Bekatul Makanan Yang
Menyehatkan. Jakarta: Agromedia.
47

Internasional Diabetes Federation.IDF Diabetes Atlas 6TH Edition


2016:Internasional Diabetes Federation:2016

Perkeni (2015) Konsensus Pengendalian dan Pencegahan Diabetes


Melitus Tipe 2 di Indonesia 2015, Perkeni. doi:
10.1017/CBO9781107415324.004.

Purnamasari (2009) Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Mellitus.


Indonesia, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas.

_(2008).Cemas Bikin Rentan Diabetes.Jakarta:_(2008).Jakarta

:www.kesehatan.kompas.com/read/2008/07/28/12073317/cemas.bi
kin.anda.rentan.diabetes

(2009).Pasien Diabetes Harus Berhenti Merokok.Jakarta:

www.klinik-sehat.com/2009/03/22/pasien-diabetes-harus-berhenti-
merokokkenapa/

(2006).Diabetes dan Penurunan KualitasHidup.Jakarta:


www.medicastore.com/med/artikel.php?id=150&iddtl=&idktg=&ido
bat=&IUD=200 81101094529125.164.74.82.

(2007).Gizi Sehat dan Seimbang Mencegah Diabetes


Mellitus.Jakarta:www.medicastore.com/med/artikel.php?id=215&id
dtl=&idktg=&idobat=&IJID=200 81013091.

(2006).Informasi Diabetes Mellitus/Kencing Manis/Penyakit Gula


DaeahPengertian,Definisi,Pencegahan,Perawatan,Petunjuk,dll.Jaka
rta:organisasi.org/informasi_diabetes_mellitus_kencing_manis_pen
yakit_gula_darah_pengertian_definisi_pencegahan_perawatan_pet
unjuk_dll

(2007).Nutrisi Lebih Beras Merah.Jakarta:


www.sportindo.com/page/116/Food_Nutrition/articles_tips/Nutrisi_
Lebih_Beras_Merah.htm.
48

(2008).BerasMerah.Jakarta:
www.dkkbpp.com/index.php?option=com_content&task=viewq&id
=2988&Itemid=47.

(2008). Faktor Lingkungan dan Gaya Hidup Berperan Besar


Memicu Diabetes.Jakarta:
www.pdpersi.co.id/?show=detailnews&kode=914&tbl=kesling.

(Fitri, 2012; Jeremy et al., 2013),Risiko Penyakit Diabetus Mellitus


Tipe 2

Arief.(2008). Habis Rokok Terbitlah Diabetes. Jakarta:


www.drarief.com/?p=233 21.

Arief.(2009).Diabetes,Stress dan Disfungsi Ereksi. Jakarta:


www.serbaserbi.ariefew.com/renungan/diabetes-stress-dan-
disfungsi-ereksi/ 22.

A. Azis Alimul.(2008). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik


Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. 23.

Istika, Auli dkk.(2007). Analisis Keperawatan Kasus Diabetes


Mellitus.Jakarta:www.ziddu.com/downloadfile/1000063/AnalisisKe
perawatanKasusDiabetesMelitus.p df.html. 24.

Mansjoer, Arif dkk.(2005). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:


Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
25.

Master, Web.(2008). Gejala Tak Disadari Diabetes Mellitus. Batu


raja:http://www.litbang.depkes.go.id/lokabaturaja/index.php?option
=com_content&task=v iew&id=81&Itemid=1 26.
49

Pramita, Yuga.(2004). Beras Merah untuk Pria Loyo dan


Mencegah Kanker. Jakarta: www2.kompas.com/kompas-
cetak/0412/20/ilpeng/1445174.htm

_.(2009). Alcohol,american diabetes association. Amerika :


http://www.diabetes.org/type-1-diabetes/alcohol.jsp
LAMPIRAN
Lampiran 1
SURAT PERNYATAAN BERSEDIA MENJADI RESPONDEN
PENGARUH PEMBERIAN SIRAHTUL TERHADAP PENURUNAN KADAR
GLUKOSA DARAH PADA PENDERITA DM TIPE II DI PUSKESMAS
KERAMASAN PALEMBANG

Kode
Responden

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN


Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :....................................................................
Umur :....................................................................
Jenis Kelamin :....................................................................
Alamat :....................................................................
Pekerjaan :....................................................................
Telah mendapatkan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan untuk ikut
serta dalam penelitian “Pengaruh Pemberian Sirahtul Terhadap Penurunan Kadar
Glukosa Darah Pada Penderita Dm Tipe II Di Puskesmas Keramasan Palembang”

Tindakan yang dilakukan adalah :


a. Wawancara identitas responden
b. Pengukuran Kadar Glukosa Darah
c. Recall makanan yang dikonsumsi responden selama 7x24 jam
d. Pemberian Sirahtul beserta prosedur pemakaian

Palembang, ................. 2019

Peserta/wali

(..............................)

50
51

Lampiran 2
IDENTITAS RESPONDEN
PENGARUH PEMBERIAN SIRAHTUL TERHADAP PENURUNAN KADAR
GLUKOSA DARAH PADA PENDERITA DM TIPE II DI PUSKESMAS
KERAMASAN PALEMBANG

Tanggal intervensi : ..................... Kode responden

IDENTITAS RESPONDEN

a. Nama : .....................
b. Tanggal Lahir : .....................
c. Usia : .....................
d. Pendidikan : .....................
e. Alamat : .....................
f. No.Telp/Hp : .....................
g. Berat badan : .....................
h. Tinggi badan : .....................
52

Lampiran 3
PENGUKURAN PENGUKURAN KADAR GLUKOSA DARAH
PENGARUH PEMBERIAN SIRAHTULT ERHADAP PENURUNAN KADAR
GLUKOSA DARAH PADA PENDERITA DM TIPE II DI PUSKESMAS
KERAMASAN PALEMBANG

Tanggal intervensi : ..................... Kode responden


1. Pengukuran tekanan darah
a. Sebelum intervensi
Kadar Gula Darah :............
b. Setelah intervensi
Kadar Gula Darah :............
53

Lampiran 4
FORM RECALL 24 JAM

Nama : …………………………. Kode Responden:


Umur : ………………………….
Tanggal : .....................................

Banyaknya

Waktu Hidangan Bahan Makanan URT Gram

Pagi

Selingan

Siang

Selingan

Malam
54

Lampiran 5
Perhitungan Besar Sampel

2σ2 [Z1-α/2+Z1-β]2
n1=n2 =
(μ1 – μ2)2
Keterangan :
n1 = jumlah sampel intervensi
n2 = jumlah sampel kontrol
σ2 = standar deviasi 16,4
Z1-α/2 = nilai Z pada derajat kemaknaan 1,96 bila α : 5%
Z1-β = nilai Z pada kekuatan 0,84 bila β 5%
μ1 – μ2 = Selisih minimal rerata yang dianggap bermakna 71,8
(Luthfianto,2018)
2×16,42 (1,96+0,84)2
n1=n2= = 26 + 10% = 28,6 ≈ 29
71,8²

Berdasarkan perhitungan rumus diatas maka responden


minimal dalam penelitian ini sebanyak 26 responden.
Responden ditambah dengan responden cadangan sebesar
10%, maka total sampel adalah sebanyak 29 responden,karena
alasan kepentingan statistik maka sempel minimal yang diambil
sebanyak 30 orang untuk kelompok perlakuan dan kelompok
pembanding. Sehingga jumlah responden penelitian ini adalah
60 responden.
55
KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLTEKKES PALEMBANG

LEMBAR KONSULTASI
PENULISAN PROPOSAL SKRIPSI

Nama : Rizki Rahma Dhantri


NIM : PO. 71. 31. 1.16.029
Judul :

PENGARUH PEMBERIAN SIRAHTUL TERHADAP PENURUNAN


KADAR GLUKOSA DARAH PENDERITA DIABETES MELLITUS
TIPE II DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KERAMASAN
PALEMBANG

Pembimbing Utama : Podojoyo, SKM, M.Kes


Pembimbing Pendamping : Hana Yuniarti,SKM, M.Kes
NO Hari/Tanggal Materi Tanda Tangan
Pembimbing Pembimbing
Utama Pendamping
56

Anda mungkin juga menyukai