Anda di halaman 1dari 17

PANDUAN

PRE-CONSTRUCTION RISK
ASSESSMENT (PCRA)

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


BRIGJEND H. HASAN BASRY KANDANGAN
Jalan Jenderal Sudirman RT. 1 RK. 1 Nomor 141 Desa Hamalau
Kecamatan Sungai Raya Telp (0517) 21866 Faks, (0517) 21866
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,


karena berkat limpahan rahmat dan hidayahNnya kami dapat
menyelesaikan panduan PCRA di Brigjend H. Hasan Basry Kandangan
Tahun 2019.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar besarnya kepada Direktur RSUD Brigjend H. Hasan Basry
Kandangan yang mempercayakan kepada kami dalam menyusun
panduan ini.
Kami menyadari bahwa panduan ini masih banyak kekurangan
dan besar harapan kami bahwa dengan di susunnya panduan ini dapat
dijadikan panduan dalam melaksanakan kegiatan PCRA di rumah sakit.
Dengan segala kerendahan hati kami menerima kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak guna perbaikan panduan ini.
Semoga panduan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Kandangan, 2 Januari 2019


Tim Penyusun,

Ketua Komite K3RS

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................ i

DAFTAR ISI........................................................................................ ii

BAB I DEFINISI.................................................................................. 1

BAB II RUANG LINGKUP .................................................................... 4

BAB III TATAK LAKSANA ................................................................... 5

BAB IV DOKUMENTASI ..................................................................... 14

ii
BAB I
DEFINISI

Pelaksanaan pekerjaan pembangunan dan renovasi adalah


pekerjaan yang melibatkan berbagai unsur keilmuan diantaranya,
sumber daya manusia (tenaga kerja), teknologi yang mencakup
peralatan dengan metode kerja dan disiplin ilmu sosial serta
sistem pengelolaan yang mendukung terlaksananya pekerjaan
pembangunan dan renovasi. Upaya pengendalian kecelakaan
pembangunan dan renovasi harus memperhatikan semua unsur
tersebut diatas.
Dasar pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di jasa
pembangunan dan renovasi adalah: Undang-Undang No. 18 Tahun
1999 tentang Jasa Kontruksi, Undang-Undang No.1 Tahun 1970
tentang keselamatan kerja, Peraturan Menteri Kesehatan No 66
Tahun 2016 tentang K3 rumah sakit, peraturan Pemerintah No.
29/2000 Pasal 30 ayat (1), Demikian juga dengan Pedoman Teknis
K3 Kontruksi Bangunan dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja
dan Menteri Pekerjaan Umum No. 174/MEN/1986 dan
104/KPTS/1986. Walaupun keselamatan dan kesehatan kerja
ditempat kegiatan pembangunan dan renovasi telah didukung oleh
peraturan dan perundang-undangan, standar nasional maupun
internasional lainnya, namun kecelakaan di bidang kontruksi
tetap tinggi. Kedua proses tersebut menimbulkan resiko terkait
dengan keselamatan di Rumah Sakit. Untuk itu, diperlukan
panduan keselamatan dalam pembangunan (PCRA) agar
pengerjaan pembangunan dan renovasi dapat berlangsung tanpa
menimbulkan bahaya terhadap pasien, staf maupun pengunjung
Rumah Sakit. Proses pembangunan dan renovasi merupakan hal
yang tidak terhindarkan dari operasional rumah sakit. Adapun
proses yang ada pada PCRA renovasi bangunan adalah:

1
1. Pembangunan; Proses membuat struktur bangunan
maupun prasarana yang sebelumnya tidak ada dalam
pembangunan Rumah Sakit menjadi ada.
2. Renovasi; Proses perbaikan suatu struktur bangunan
maupun prasarana yang sebelumnya sudah ada dalam
bangunan Rumah Sakit.
3. Sistem HVAC (Heating Ventilation, Air Conditioning)/ Sistem
Tata Udara; Sistem yang mengondisikan lingkungan melalui
pengendalian suhu, kelembaban, arah pergerakan udara
dan mutu udara.
4. Kelembaban nisbi; Parameter untuk menyatakan banyaknya
uap di dalam udara berupa nisbah antara tekanan uap yang
ada saat itu dan tekanan uap maksimum yang mungkin
dicapai dalam suhu dan tekanan udara saat itu.
5. Kelembaban Udara; Banyaknya kandungan uap di atmosfer.
6. ICRA (Infection Control Risk Assesment); Proses untuk
menentukan potensial terjadinya penularan infeksi yang
dapat terjadi dari udara dan air melalui kontaminasi
geologis di fasilitas selama adanya kegiatan pemeliharaan,
pembongkaran, perbaikan.

Tujuan dari panduan PCRA ini yaitu:


1. Sebagai acuan dalam pelaksanaan pembangunan maupun
renovasi di lingkungan Rumah Sakit.
2. Mencegah dan pengendalian bahaya selama berlangsungnya
pengerjaan proyek
3. Sebagai acuan untuk mengevaluasi pelaksanaan program
keselamatan dan kesehatan kerja.
4. Meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit meliputi,
kualitas pelayanan, manajemen risk clinical govermance
Sasaran Seluruh petugas dapat mengerti dan mampu
melaksanakan pembangunan maupun renovasi di

2
lingkungan Rumah Sakit sesuai panduan pembangunan
atau renovasi dengan mengutamakan keselamatan pasien,
karyawan dan masyarakat di sekitar Rumah Sakit.

Adapun landasan hukum yang mendasari dari kegiatan PCRA


ini adalah:
1. Undang-undang No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
a. Pasal 7 tentang persyaratan
b. Pasal 8 Tentang Lokasi
c. Pasal 9 Tentang Bangunan
d. Pasal 10 Tentang Sarana
e. Pasal 11 Tentang Prasarana
2. Undang-undang No. 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan
Gedung
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 29/PRT/M/2006
Tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung.
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
66 Tahun 2016 Tentang K3 Rumah Sakit.
5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2010
tentang Pedoman teknis sarana dan prasarana Rumah Sakit
Kelas B

3
BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup pelaksanaan PCRA di Rumah Sakit Umum


Saerah Brigjend H. Hasan Basry Kandangan meliputi:
a. Alur Pembangunan atau Renovasi
1. Melakukan tinjauan terhadap lokasi yang akan dibangun
2. Pembuatan rencana anggaran belanja
3. Mengajukan usulan pembangunan atau renovasi
4. Permohonan persetujuan ke Direktur rumah sakit dan
Direktur PT (membuat analis terhadap pelayanan)
5. Mengerjakan proyek pembangunan dan renovasi
6. Pembersihan lokasi pembangunan atau proyek
7. Serah terima kepada user
b. Penanggung jawab proses pembangunan atau renovasi dan
urain tugas yang terdiri dari:
1. Pelaksanaan pembangunan atau renovasi : Swakelola/
pihak ketiga
2. Penanggung jawab pekerjaan : RS/ pihak ketiga (vendor)
3. Uraian tugas penanggung jawab pembangunan atau
renovasi
c. Identifikasi area yang akan dilakukan pembangunan dan
renovasi; yaitu proses mencari informasi yang berkaitan
dengan pembangunan atau renovasi.
d. Analisa dampak proses pembangunan dan renovasi
terhadap pelayanan dengan melakukan kajian dan informasi
yang didapat pada saat melakukan identifikasi
e. Langkah-langkah PCRA renovasi/ pembangunan
f. Pelaksanaan proses pembuangan
g. Laporan dan dokumentasi
h. Lampiran - lampiran

4
BAB III
TATA LAKSANA

A. ALUR PEMBANGUNAN ATAU RENOVASI


Pembangunan atau renovasi dikerjakan oleh Rumah Sakit

Ka unit/ Kabag/kasie
ruangan/instalasi

Kabag umum
/IPSRS
1. Melakukan Inspeksi oleh
Internal penggambaran 1. IPSRS
Pihak ketiga/vendor 2. Menyusun 2. K3RS
RAB (budget) 3. PPI
3. Penyetujuan 4. Kesling
ke Direksi RS
4. Waktu
pelaksanaan
5. Pemberitahuan
/rapat ke K3,
KPPI Analisa Dampak
terhadap pelayan
(Melibatkan
Hasil dan analisa RTL K3RS,
PPI, Kesling)

Serah Evaluasi dari Pembersihan Pengerjaan Proyek


Terima Komite K3 sisa Proyek pembangunan /
Renovasi

5
B. URAIAN TUGAS PENANGGUNG JAWAB PELAKSANA
PEMBANGUNAN ATAU RENOVASI

1. Pelaksanan pembangunan atau renovasi


a. Swakelola; Pelaksana pembangunan atau renovasi
dilakukan sendiri oleh pihak Rumah Sakit.
b. Pihak ketiga/ vendor; Pelaksana pembangunan
diserahkan kepada pihak lain di luar (pihak ketiga) tidak
dilakukan oleh Rumah Sakit.

2. Penanggung jawab proses pembangunan dan renovasi


terdiri dari pihak Rumah Sakit
a. Penanggung jawab : Kepala Bagian Umum
b. Tugas :
1) Menyusun perencanaan proses pengerjaan, termasuk
menyusun gambar teknik dan anggaran
2) Melakukan analisa dampak terhadap proses
pelayanan bersama dengan Komite PPI, K3RS.
3) Melakukan koordinasi dengan pihak user selama
proses pengerjaan
4) Melakukan pengawasan terhadap pihak kontraktor
terutama di bidang aspek keselamatan serta detail
bangunan
5) Mengawasi proses serah terima dari kontaktor ke user
setelah pekerjaan selesai
6) Melakukan dokumentasi proses kontruksi/ renovasi
3. Pihak kontraktor
a. Penanggung jawab
Pimpinan proyek atau perwakilan perusahaan kontraktor
yang bertanggung jawab atas proses pengerjaan.
b. Tugas
1) Berkoordinasi dengan pihak Rumah Sakit dalam hal
perencanaan pengerjaan sehubungan dengan hasil

6
analisa dampak serta melakukan antisipasi terhadap
kemungkinan dampak tersebut
2) Berkoordinasi dengan pihak Rumah Sakit
sehubungan dengan pengadaan dan penempatan
material yang diperlukan untuk proses konstruksi dan
renovasi yang akan dilakukan
3) Memastikan bahwa seluruh pekerja dan proses
pengerjaan yang terjadi mengikuti standar
keselamatan dan pencegahan serta pengendalian
infeksi yang berlaku di rumah sakit
4) Mengawasi pengerjaan proyek dari hari kehari
5) Memastikan bahwa proses pengerjaan berlangsung
sesuai dengan rencana
6) Melakukan pembersihan berkala sesuai perencanaan
7) Melakukan koordinasi harian dengan pihak rumah
sakit
8) Melakukan penyerahan hasil proyek kepada pihak
rumah sakit

C. IDENTIFIKASI PERENCANAAN PEMBANGUAN ATAU


RENOVASI
1. Fasilitas yang akan dibangun
Pembanguan atau renovasi diluar gedung atau didalam
gedung dengan menyebutkan unit atau area
2. Luas area yang akan dibangun
Disebutkan dengan besaran ukuran misalkan m2
3. Material apa yang digunakan, contoh : semen, kayu, batu
bata dll
4. Lama perkerjaan : hari, minggu, bulan, atau tahunan
5. Unit terkait dalam pembuatan pembangunan atau renovasi
6. Izin-izin yang terkait dengan pembanguan atau renovasi
contohnya : IMB, Izin penggunaan air tanah dll

7
7. Hasil koordinasi atau notulen rapat dengan komite K3RS
dan KPPI
8. Potensi kecelakaan kerja yang kemungkinan terjadi seperti :
terjatuh, tertimpa, terpotong, terlindas, dll

D. PENILAIAN RESIKO PEMBANGUNAN ATAU RENOVASI


TERHADAP PELAYANAN
Penilaian dampak :
1. Penilaian dampak dilakukan secara objektif dengan
mengumpulkan informasi sebelum menilai resiko dari suatu
aktifitas
2. Informasi tentang suatu aktifitas (durasi, frekuensi, lokasi
dan siapa yang melakukan)
3. Tindakan pengendalian resiko yang telah ada peralatan atau
mesin yang digunakan untuk melakukan aktifitas

E. LANGKAH-LANGKAH PCRA RENOVASI/PEMBANGUNAN


Langkah 1. Meeting Kordinasi Proyek; Adalah melakukan
pertemuan dengan seluruh pihak terkait proyek
renovasi/pembangunan. Saat pertemuan ini dibahas mengenai
proyek yang akan dilaksanakan, mulai dari denah proyek,
jadwal proyek, pekerja proyek dan jenis proyek.

Langkah 2 Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko;


Selanjutnya adalah tahap identifikasi bahaya di setiap
kegiatan proyek, dari peletakan batu pertama hingga serah
terima hasil pekerjaan. Pada tahap ini diharapakkan
kontraktor menyerahkan atau menjelaskan seluruh tahapan
proses pembangunan/renovasi. Kemudian Tim K3 akan
melakukan identifikasi bahayanya dan penilaian resiko nya
Risiko yang sudah teridentifikasi harus ditentukan
peringkatnya (grading) dengan memperhatikan :

8
1. Tingkat Peluang / Frekwensi Kejadian ( Likelihood)
Tingkat resiko Deskripsi peluang / frekuensi

1 Sangat jarang/ rare (> 5 tahun/kali)

2 Jarang/unlikely (> 2 – 5 tahun/kali)

3 Sedang (1 -2 tahun/kali)

4 Sering/Likely (beberapa kali/tahun)


5 Sangat sering/ almost certain (tiap
minggu/ bulan)

2. Tingkat dampak yang dapat / sudah ditimbulkan


(consequence)

Efek Efek
Efek terhadap
Rate Tingkat terhadap terhadap
lingkungan
manusia perusahaan
5 Fatality Cacat tetap Perusahaan Menimbulkan
atau berhenti/tut
kerusakan
mengakibatk up lingkungan
an kematian atau rugi
yang sangat
mulai besar dan
dari Rp 1 luas, bersifat
milyar permanen
keatas (berdampak
jangka
panjang dan
tidak
bisa
direhabilitasi)
serta
memberikan
dampak
langsung
terhadap
masyarakat
luas
4 Berat Epidemic, Menghentik Menimbulkan
Cidera yang an kerusakan
berakibat proses di lingkungan
hari hilang beberapa/d yang besar
dan epart dan luas, terus
berakibat emen atau menerus
cacat rugi dalam jangka

9
sebagian kurang dari waktu yang
Rp 1 panjang dapat
milyar dan direhabilitasi
mulai tetapi
dari Rp. mkemerlukan
100.000.000 biaya yang
mahal
3 Sedang Cidera yang Menghentik Menimbulkan
berakibat an kerusakan
hari hilang proses di lingkungan
(lost time) suatu yang besar
tanpa bagian/depa (melebihi nilai
berakibat rtem baku mutu
cacat en atau rugi lingkungan/ke
kurang dari tentuan
Rp lainnya) dan
100.000.000 luas
dan (menyebar
mulai dari sampai keluar
Rp. lokasi/tempat
1.000.000 kejadian)
namun tidak
bersifat
permanen.
2 Ringan Cidera Menghentik Menimbulkan
ringan an kerusakan
mendapat proses lingkungan di
P3K atau sebagian wilayah
perawatan kecil atau setempat yang
medis dan rugi dapat
dapat kurang dari segera
bekerja Rp ditangani dan
kembali di 1.000.000 tidak bersifat
waktu dan permanen
shiftnya mulai dari
Rp 1
1 Near Hanya Tidak ada Tidak ada
miss memerlukan pengaruh polusi yang
penanganan signifikan dan
P3K dapat
diabaikan

Langkah Analisa 3 langkah; Analisa dilakukan dengan


menentukan score risiko tersebut untuk menentukan
prioritas penanganan dan level manajemen yang harus

10
bertanggung jawab untuk mengelola/mengendalikan risiko/
tersebut termasuk dalam kategori biru/hijau /kuning/merah.
1. Risiko atau insiden yang sudah dianalisis akan dievaluasi
lebih lanjut sesuai skor dan grading yang didapat dalam
analisis.
2. Pemeringkatan memerlukan keterampilan dan
pengetahuan yang sesuai, dan meliputi proses berikut :
a. Menilai secara obyektif beratnya/dampak/akibat dan
menentukan suatu skor
b. Menilai secara obyektif kemungkinan/ peluang/
frekuensi suatu peristiwa terjadi dan menentukan
suatu skor
c. Mengalikan dua parameter untuk memberi skor risiko
3. Penilaian risiko akan dilaksanakan sebagai berikut.
a. Resiko dinilai oleh Tim K3, yang akan mengidentifikasi
bahaya, efek yang mungkin terjadi dan pemeringkatan
risiko.
b. Resiko dinilai oleh unit/bagian/instalasi/bagian/komite
terkait.
Setelah resiko ditetapkan, maka kemudia resiko akan
dilakukan grading/pemeringkatan untuk mendapatkan nilai
tingkat peluang terjadi dan tingkat dampak nya. Setelah
didapat, maka akan dikalikan dengan rumus berikut

SKOR RISIKO = DAMPAK X PELUANG

4. Analisa Resiko
a. Resiko dinilai oleh Tim K3
b. Resiko dinilai oleh unit/bagian/instalasi/bagian/komite
terkait.

11
Setelah mendapatkan skor resiko, maka Tim K3 akan
menganalisa resiko tersebut dengan menggunakan Risk
Grading Matriks

Potencial Concequences
Frekuensi/
Nearmiss Ringan Sedang Berat Fatal
Likelyhood
1 2 3 4 5
Sangat Sering
Terjadi (Tiap
Moderate Moderate High Ekstrem Ekstrem
Minggu/Bulan)
5
Sering Terjadi
(Beberapa
Moderate Moderate High Ekstrem Ekstrem
kali/tahun)
4
Sedang (Sekali
dalam 1-2
Low Moderate High Ekstrem Ekstrem
tahun)
3
Jarang Terjadi
(Terjadi dalam
2-5 tahun Low Low Moderate High Ekstrem
sekali)
2
Sangat Jarang
Terjadi (Terjadi
>5 tahun Low Low Moderate High Ekstrem
sekali)
1

Keterangan :

Ekstrem : Harus selalu monitor (Setiap akan ada pekerjaan


Terkait/ setiap hari)
Tinggi : Harus selalu dimonitor (seminggu sekali)
Moderate : Secara periodik dimonitor (Sebulan sekali)
Low : Sesekali dimonitor (setiap enam bulan sekali)

12
Langkah 4 Menentukan Jenis Pengendalian Resiko; Setelah
resiko sudah ter analisa, maka tahap selanjutnya adalah
menentukan jenis pengendalian resiko. Menurut Hierarki
Pengendalian Bahaya, ada lima jenis cara pengendalian bahaya
yaitu eliminasi, subtitusi, rekayasa, administrasi, dan Alat
Pelindung Diri (APD).

Langkah 5 Menentukan penanggungjawab dan tanggal


penyelesaian pengendalian resiko; Penanggung jawab
merupakan orang yang ditunjuk untuk melaksanakan langkah
pengendalian resiko dan untuk tanggal penyelesaian adalah waktu
yang ditentukan untuk batas akhir pengerjaan langkah perbaikan
sebelum pekerjaan proyek dilaksanakan.

Langkah 6 Pengesahan PCRA; Pengesahan PCRA dilakukan


setelah dokumen PCRA lengkap. Dokumen PCRA terdiri dari:
1. Form PCRA
2. Dokumen ICRA
3. Form Inpeksi Proyek
Setelah dokumen tersebut lengkap, kemudian di tanda tangani
oleh Pimpinan Proyek, Ketua Komite K3 dan Direktur RS

13
BAB IV
DOKUMENTASI

Pencatatan penilaian kriteria risiko akibat dampak renovasi


atau konstruksi dengan menggunakan metode PCRA dilakukan
oleh IPS (instalasi Pemeliharaan Sarana) Rumah Sakit dan Komite
K3 Rumah Sakit bila terdapat proyek pemeliharaan, perbaikan,
pembongkaran, konstruksi maupun renovasi di Rumah Sakit.
Pelaporan pemantauan penilaian kriteria risiko akibat dampak
renovasi atau konstruksi dilakukan oleh komite K3 Rumah Sakit
bekerjasama dengan IPS Rumah Sakit dan dilaporkan ke Direktur
Utama setiap 6 bulan sekali.

14

Anda mungkin juga menyukai