PFROPF-SKIZOFRENIA
Oleh
Pembimbing :
BANJARMASIN
Agustus, 2019
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................... i
ii
BAB I
PENDAHULUAN
kesehatan jiwa seperti skizofrenia sudah menjadi masalah yang sangat serius di
seluruh dunia. Pada tahun 2009 WHO menyatakan, paling tidak ada satu dari
ada sekitar 450 juta orang di dunia mengalami gangguan kesehatan jiwa.
Sementara itu, menurut Uton Muchtar Rafei, Direktur WHO Wilayah Asia
Tenggara, hampir satu pertiga dari penduduk di wilayah ini pernah mengalami
gangguan neuropsikiatri. Hal ini dapat dilihat dari data survey kesehatan Rumah
Tangga (SKRT); tahun 1995 saja, di Indonesia diperkirakan sebanyak 264 dari
1000 anggota rumah tangga menderita gangguan kesehatan jiwa. Azrul Azwar
jumlah penderita gangguan kesehatan jiwa di masyarakat sangat tinggi, yakni satu
dari empat penduduk Indonesia menderita kelainan jiwa rasa cemas, depresi,
dari kalangan kelasa bawah, sekarang kalangan pejabat dan masyarakat lapisan
bekerja secara efektif dan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Gangguan
1
2
skizofrenia umumnya ditandai oleh distorsi pikiran dan persepsi yang mendasar
dan khas, dan oleh afek yang tidak serasi atau tumpul.2 Beberapa penelitian
Retardasi mental (RM) adalah suatu gangguan heterogen yang terdiri dari fungsi
kecil, sindrom genetika dan intoksikasi timbal subklinis dan berbagai pemaparan
toksin pranatal pada orang dengan retardasi mental ringan (sampai 85 persen dari
pengaruh besar pada gambaran klinis dan penggunaan dari semua keterampilan.
Hal ini terlihat pada penderita pfropfskizofrenia. Skizofrenia terutama yang terjadi
pada orang dengan retardasi mental memiliki prognosis yang kurang begitu baik.
Sekitar 25 persen pasien dapat pulih dari episode awal dan fungsinya dapat
periodik dan ketidakmampuan berfungsi dengan efektif kecuali untuk waktu yang
populasi umum yang menderita penyakit tertentu seperti jantung, stroke dan
sebagainya.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
gangguan psikiatrik mayor yang ditandai dengan adanya perubahan pada persepsi,
pikiran, afek, dan perilaku seseorang. Kesadaran yang jernih dan kemampuan
pikiran dan persepsi yang mendasar dan khas, dan oleh efek yang tidak serasi atau
tumpul.5,6
secara bermakna dan secara langsung menyebabkan gangguan adaptasi sosial, dan
oleh Rick Heber, sebagai suatu penurunan fungsi intelektual secara menyeluruh
adaptasi sosial. Ada 3 hal penting yang merupakan kata kunci dalam definisi ini
skizofrenia seumur hidup di antara individu dengan retardasi mental. Pada tahun
1938, Penrose melaporkan bahwa 3,8% dari 1.280 individu dengan intelektual
kecacatan memiliki skizofrenia dan 1,9% memiliki psikosis afektif, perkiraan saat
3
4
ini masih menempatkan risiko skizofrenia pada retardasi mental sekitar 3%,
dibandingkan dengan populasi tanpa retardasi mental sekitar 1%. Skizofrenia pada
B. Epidemiologi
lain adalah Daerah Istimewa Yogyakarta (0,27%), kemudian urutan kedua Aceh (
0,27%), urutan ketiga Sulawesi Selatan (0,26%), Bali menempati posisi keempat
(0,23%), dan Jawa Tengah menempati urutan kelima (0,23%) dari seluruh
mereka. Gejala skizofrenia biasanya muncul pada usia remaja akhir atau dewasa
muda. Onset pada laki-laki biasanya antara 15-25 tahun dan pada perempuan
antara 25-35 tahun.11 Skizofrenia pada pria lebih besar daripada wanita. Kejadian
tahunan berjumlah 15,2% per 100.000 penduduk, kejadian pada pria 1,4% lebih
yang tinggi dari gangguan jiwa yang lainnya, 10 % meninggal karena bunuh diri.
Lebih dari 50% pengguna obat-obatan terlarang dan alkohol dan 90% perokok.11
5
C. Etiologi
1. Etiologi Skizofrenia12
a. Faktor Genetik
lebih dari satu gen, sebuah fenomena yang disebut quantitative trait loci.
Skizofrenia yang paling sering kita lihat mungkin disebabkan oleh beberapa gen
yang mengalami gangguan ini (dari ringan sampai berat) dan mengapa risiko
b. Faktor Biokimia
Banyak ahli yang berpendapat bahwa aktivitas dopamin yang berlebihan saja
6
lama semakin kuat, adanya trauma yang bersifat kejiwaan, adanya hubungan
orang tua-anak yang patogenik, serta interaksi yang patogenik dalam keluarga.
memiliki sifat dingin, dominan, dan penolak, yang diperkirakan menjadi penyebab
bertindak terlalu banyak untuk anak dan tidak memberi kesempatan anak untuk
berkembang, ada kalanya orangtua bertindak terlalu sedikit dan tidak merangsang
Etiologi retardasi mental dapat terjadi mulai dari fase pranatal, perinatal
dan postnatal. Ditinjau dari penyebab secara langsung dapat digolongkan atas
penyebab biologis dan psikososial. Etiologi retardasi mental tipe klinis atau
a. Penyebab pranatal
7
mental adalah trisomi-18 atau sindrom Edward, dan trisomi-13 atau sindrom
tidak baik pada kesehatan jiwa, termasuk timbulnya psikosis, gangguan tingkah
b. Kelainan Metabolik
mampu mengubah asam amino fenilalanin menjadi tirosin karena defisiensi enzim
c. Infeksi
anomali pada janin yang dikandungnya. Risiko timbulnya kelainan pada janin
berkurang bila infeksi timbul pada triwulan kedua dan ketiga. Manifestasi klinis
rubela kongenital adalah berat lahir rendah, katarak, penyakit jantung bawaan,
d. Intoksikasi
8
diakibatkan intoksikasi alkohol pada janin karena ibu hamil yang minum
Amerika Serikat FAS merupakan penyebab tersering dari retardasi mental setelah
sindrom Down.
e. Penyebab perinatal
karena prematuritas. Penelitian pada 73 bayi prematur dengan berat lahir 1000 g
94. Keadaan fisis anak-anak tersebut baik, kecuali beberapa yang mempunyai
semakin rendah berat lahirnya, semakin banyak kelainan yang dialami baik fisis
maupun mental.
f. Penyebab postnatal
retardasi mental.
satunya oleh kelainan prenatal yaitu kelebihan kromosom-X pada laki-laki. Selain
Hubungan pasien dengan keluarga, teman atau tetangga yang kurang baik seperti
pasien yang dituduh mencuri, pernah dipukuli teman dan bahkan mendapatkan
tekanan dari keluarga sendiri dapat menjadi penyebab skizofrenia terlebih pada
9
orang dengan gangguan mental. Menurut Erlina (2010) ada beberapa factor
D. Klasifikasi
a. Skizofrenia paranoid
Ciri utamanya adalah adanya waham kejar dan halusinasi auditorik namun
b. Skizofrenia hebefrenik
Ciri utamanya adalah pembicaraan yang kacau, tingkah laku kacau dan
c. Skizofrenia katatonik
tidak terkendali.
maupun katatonik.
f. Skizofrenia residual
10
g. Skizofrenia simpleks
h. Skizofrenia lainnya
- Pseudoneurotic schizoprenia
- Oneiroid schizophrenia
- Pfropf schizoprenia
- Defisit schizophrenia
E. Faktor Resiko
sebagai berikut:
a. Jenis kelamin
perempuan. Kaum pria lebih mudah terkena gangguan jwa karena kaum pria
yang menjadi penopang utama rumah tangga sehingga lebih besar mengalami
psikologik dan juga wanita relatif lebih rentan bila dikenai trauma.13
b. Pekerjaan
85% sehingga orang yang tidak bekerja kemungkinan mempunyai risiko lebih
bekerja akan lebih mudah menjadi stres yang berhubungan dengan tingginya
karena orang yang bekerja memiliki rasa optimis terhadap masa depan dan lebih
memiliki semangat hidup yang lebih besar dibandingkan dengan yang tidak
bekerja.13
c. Faktor psikososial
pola asuh orang tua yang terlalu menekan pasien, kurangnya dukungan keluarga
oleh keluarga ditambah dengan pasien tidak mampu berinteraksi dengan baik di
tekanan tersebut berlangsung dalam waktu yang lama sehingga mencapai tingkat
d. Status ekonomi
orang menjadi rentan dan terjadi berbagai peristiwa yang menyebabkan gangguan
jiwa. Jadi, penyebab gangguan jiwa bukan sekadar stressor psikososial melainkan
juga stressor ekonomi. Dua stressor ini kait-mengait, makin membuat persoalan
e. Konflik keluarga
f. Faktor genetik
terutama anak-anak kembar monozigot. Angka kesakitan bagi saudara tiri adalah
0,9-1,8%; bagi saudara kandung 7-15%; bagi anak dengan salah satu orang tua
yang menderita skizofrenia 7-16%; bila kedua orang tua menderita skizofrenia 40-
yang diturunkan adalah potensi untuk mendapatkan skizofrenia melalui gen yang
resesif. Potensi ini mungkin kuat, mungkin juga lemah, tetapi selanjutnya
F. Manifestasi Klinis
5) Merasa dirinya “Orang Besar”, merasa serba mampu, serba hebat dan
sejenisnya.
terhadap dirinya.
2) Menarik diri atau mengasingkan diri tidak mau bergaul atau kontak
serba malas.15
G. Diagnosis
1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
a. Thought echoing yaitu isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau
asing dari luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil
keluar oleh sesuatu dari/luar dirinya (withdrawal). Thought broadcasting yaitu isi
dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar. Delusion of passivity adalah
waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari
luar. Delusion of perception yaitu pengalaman inderawi yang tak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya biasanya bersifat mistik atau mujizat.
antara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara), atau jenissuara
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan
agama atau politik tertentu atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia
2. Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
a. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja apabila disertai baik
kandungan afektif yang jelas, ataupun ide-ide berlebihan yang menetap, atau
menerus.
stupor.
d. Gejala-gejala negatif seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus
16
jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi
neuroleptika.
4. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan
H. Penatalaksanaan
1. Non farmakologi18
mampu mandiri tidak tergantung pada orang lain sehingga tidak menjadi beban
bagi keluarga atau masyarakat, pasien diupayakan untuk tidak menyendiri, tidak
melamun, banyak kegiatan dan kesibukan dan banyak bergaul. Psikoterapi dapat
diberikan kepada anak retardasi mental maupun kepada orangtua anak tersebut.
b. Terapi psikoreligius
17
2. Farmakologi 19
pasien psikotik.
dopamine (D2) di sistem limbis otak dan di samping itu juga menghambat
reseptor D1/D2, α1 (dan α2) adrenergik , serotonin, muskarin dan histamin. Akan
tetapi pada pasien yang kebal bagi obat-obat klasik telah ditemukan pula blokade
tuntas dari reseptor D2 tersebut. Riset baru mengenai otak telah menunjukkan
secara efektif. Untuk ini neurohormon lainnya seperti serotonin (5HT2), glutamate
trifluperezine.
risperidone, ziprasidone.
kuat dari reseptor D2. Kedua obat ini juga menghambat reseptor serotonin 5-HT2
dengan kuat. Tetapi afinitas untuk reseptor D1 seperti diukur dengan penggeseran
kuat, yang bias dianggap paradoksal. Juga afinitasnya pada reseptor lain dengan
tinggi. Menurut perkiraan efek baiknya dapat dijelaskan oleh blokade kuat dari
dopamin di otak. Hal ini meniadakan sebagian blokade D2, tetapi mengurangi
risiko GEP.20
19
dengan perbandingan afinitas 1:10, juga dari reseptor-α1,-α2, dan –H1. Blokade
haloperidol dekanoat 50 mg/ml i.m, untuk 2-4 minggu) sangat berguna untuk
pasien yang tidak mau atau sulit teratur makan obat ataupun yang efektif terhadap
medikasi oral. Dosis mulai dengan 0,5 ml setiap 2 minggu pada bulan pertama,
ortostatik. Efek samping ini dapat dicegah dengan tidak langsung bangun setelah
suntik atau tiduran selama 5-10 menit. Haloperidol sering menimbulkan gejala
atau sulfus atropine 0,5-0,75 mg i.m. Kontraindikasi untuk obat ini adalah
penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, febris yang tinggi,
I. Prognosis
sampai 10 tahun setelah perawatan psikiatrik pertama kali di rumah sakit karena
yang baik. Lebih dari 50% pasien dapat digambarkan memiliki hasil yang buruk,
gangguan mood berat, dan usaha bunuh diri. Walaupun angka-angka yang kurang
yang buruk, dan sejumlah faktor telah dihubungkan dengan prognosis yang baik.21
10-60% dan perkiraan yang beralasan adalah bahwa 20-30% dari semua pasien
skizofrenia mampu untuk menjalani kehidupan yang agak normal. Kira-kira 20-
30% dari pasien terus mengalami gejala yang sedang,dan 40-60% dari pasien
KESIMPULAN
proses pikir serta disharmonisasi antara proses pikir, afek atau emosi, kemauan
metabolism, dan susunan saraf. Gejala gejala yang di perlihatkan secara klinis
yaitu adanya waham, delusi, halusiasi, kekacauan pikiran, gaduh, gelisah, merasa
diri nya besar. Retardasi mental adalah penurunan fungsi intelektual yang
21
22
DAFTAR PUSTAKA
4. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Retardasi Mental. Dalam: Sinopsis
Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jakarta: Binarupa
Aksara, 2010.
5. Maslim Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III dan DSM-5. PT. Nuh Jaya: 2013.
12. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & sadock's synopsis of psychiatry:
behavioral sciences/clinical psychiatry. Edisi 10. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins; 2010.
14. Utomo TL. Hubungan antara faktor somatik, psikososial, dan sosio-kultur
dengan kejadian skizofrenia di instalasi rawat jalan RSJD Surakarta
[skripsi]. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2013.
17. Willy FM, Albert AM. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2. Surabaya:
Airlangga University Press; 2009.
19. Tjay TH, Rahardja K. Obat-obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek-
efek Sampingnya Edisi Keenam. PT Elex Media Komputindo. Jakarta,
2007; 262, 269-271.
20. Katzung, B.G. Farmakologi Dasar dan Klinik , Edisi III. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta; 2002.