Anda di halaman 1dari 5

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 36 TAHUN 2009

TENTANG

KESEHATAN

Pasal 32

(1) Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta, wajib
memberikan pelayanan kesehatan bagi penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan kecacatan
terlebih dahulu.

Pasal 53

(3) Pelaksanaan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendahulukan
pertolongan keselamatan nyawa pasien dibanding kepentingan lainnya.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 38 TAHUN 2014

TENTANG

KEPERAWATAN

Pasal 30

(1) Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi Asuhan Keperawatan di bidang upaya kesehatan
perorangan, Perawat berwenang:

a. melakukan pengkajian Keperawatan secara holistik;

b. menetapkan diagnosis Keperawatan;

c. merencanakan tindakan Keperawatan;

d. melaksanakan tindakan Keperawatan;

e. mengevaluasi hasil tindakan Keperawatan;

g. memberikan tindakan pada keadaan gawat darurat sesuai dengan kompetensi;

h. memberikan konsultasi Keperawatan dan berkolaborasi dengan dokter;

i. melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling; dan

j. melakukan penatalaksanaan pemberian obat kepada Klien sesuai dengan resep tenanga medis
atau obat bebas dan obat bebas terbatas
Pasal 35

(1) Dalam keadaan darurat untuk memberikan pertolongan pertama, Perawat dapat melakukan
tindakan medis dan pemberian obat sesuai dengan kompetensinya.

(2) Pertolongan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk menyelamatkan
nyawa Klien dan mencegah kecacatan lebih lanjut.

(3) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan keadaan yang mengancam
nyawa atau kecacatan Klien.

(4) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Perawat sesuai dengan
hasil evaluasi berdasarkan keilmuannya.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 36 TAHUN 2014

TENTANG

TENAGA KESEHATAN

Pasal 59

(1) Tenaga Kesehatan yang menjalankan praktik pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib
memberikan pertolongan pertama kepada Penerima Pelayanan Kesehatan dalam keadaan gawat
darurat dan/atau pada bencana untuk penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 44 TAHUN 2009

TENTANG

RUMAH SAKIT

Pasal 29

(1) Setiap Rumah Sakit mempunyai kewajiban:

b. memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan efektif dengan
mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit;

c. memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan kemampuan pelayanannya;

Pasal 32

Setiap pasien mempunyai hak:

c. memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi;


d. memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar
prosedur operasional;

e. memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan
materi;

Pasal 46

Rumah Sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas
kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN

NOMOR 10 TAHUN 2015

TENTANG

STANDAR PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT

Pasal 4

(1) Setiap perawat di rumah sakit khusus dan di rumah sakit umum yang memiliki pelayanan
keperawatan kekhususan wajib memenuhi standar pelayanan keperawatan di Rumah Sakit Khusus
yang berlaku secara nasional.

(2) Standar pelayanan keperawatan di Rumah Sakit Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum dalam Lampiran I sampai dengan Lampiran XII yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.

Lampiran 1

STANDAR PELAYANAN KEPERAWATAN IBU DAN ANAK


B. Akses dan Keterpaduan Pelayanan Keperawatan

1. Pelayanan Gawat Darurat

Pasien dengan kondisi emergensi atau mengalami kedaruratan maternal-neonatal diberikan prioritas
untuk dikaji dan dilakukan tindakan keperawatan oleh perawat yang kompeten.

Indikator:

b. Response time pelaksanaan tindakan keperawatan kurang dari 5 menit.

c. Pasien dengan keadaan emergency (kriteria emergency maternitas) mendapatkan bantuan untuk
segera dilakukan tindakan.
C. Prosedur Spesifik dan Kritikal

4. Keperawatan intra natal

Asuhan keperawatan yang diberikan kepada ibu pada masa persalinan untuk memenuhi kebutuhan
ibu dan janin secara bio-psiko-sosial-spiritual. Fokus asuhan intranatal meliput pemantauan
kemajuan persalinan, mengurangi nyeri persalinan, pemantauan kesejahteraan janin, pencegahan
risiko dan pertolongan persalinan.

Indikator:

e. Pertolongan persalinan dilakukan oleh perawat klinik maternitas II apabila tidak ada tenaga
kesehatan yang berwenang.

g. Perawatan bayi baru lahir sesuai dengan standar prosedur.

h. Kesejahteraan ibu dan bayi terpantau.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 4 TAHUN 2018

TENTANG

KEWAJIBAN RUMAH SAKIT DAN KEWAJIBAN PASIEN

Pasal 2

(1) Setiap Rumah Sakit mempunyai kewajiban :

b. memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan efektif dengan
mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit;

Pasal 6

(1) Kewajiban Rumah Sakit memberikan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti
diskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan kepentingan Pasien sesuai dengan standar
pelayanan Rumah Sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b melalui akreditasi
Rumah Sakit.

(2) Pelayanan kesehatan yang aman dan efektif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit
dilaksanakan melalui sasaran keselamatan Pasien Rumah Sakit sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 17

(1) Kewajiban Rumah Sakit untuk menghormati dan melindungi hak Pasien sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1) huruf m dilaksanakan dengan memberlakukan peraturan dan standar Rumah
Sakit, melakukan pelayanan yang berorientasi pada hak dan kepentingan Pasien, serta melakukan
monitoring dan evaluasi penerapannya.

(2) Hak Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:


c. memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi;

d. memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar
prosedur operasional;

e. memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga Pasien terhindar dari kerugian fisik dan
materi;

q. menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan
yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun pidana; dan

r. mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan melalui media
cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 11 TAHUN 2017
TENTANG
KESELAMATAN PASIEN

Pasal 5
(1) Setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus menyelenggarakan Keselamatan
Pasien.

(2) Penyelenggaraan Keselamatan Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dilakukan melalui pembentukan sistem pelayanan yang menerapkan:
a. standar Keselamatan Pasien;
b. sasaran Keselamatan Pasien; dan
c. tujuh langkah menuju Keselamatan Pasien.
(3) Sistem pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus menjamin
pelaksanaan:
a. asuhan pasien lebih aman, melalui upaya yang meliputi asesmen risiko,
identifikasi dan pengelolaan risiko pasien;
b. pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, dan tindak
lanjutnya; dan
c. implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
(5) Sasaran Keselamatan Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
meliputi tercapainya hal-hal:
a. mengidentifikasi pasien dengan benar;
e. mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan

Anda mungkin juga menyukai