PEMBAHASAN
a. DIAGNOSIS
Fakta Teori
Anamnesis
Pasien Laki-laki, usia 63 tahun Gangguan panik ditandai dengan
Gejala-gejala : takut berlebihan dan adanya serangan panik yang tidak
panik jika melihat orang tak diduga dan spontan yang terdiri atas
dikenal, susah tidur, tidak mau periode rasa takut yang intens dan
keluar rumah, dan takut bila bervariasi dari serangan multiple
ditinggal sendiri dalam satu hari sampai hanya
Keluhan dirasakan sejak tahun beberapa serangan selama setahun.
2010 dan semakin parah pada 3 Serangan panik adalah suatu episode
tahun terakhir. ansietas yang cepat, intens, dan
Riwayat Penyakit Dahullu meningkat, yang berlangsung 15
Riwayat trauma (-), kejang (-) sampai 30 menit, individu
Riwayat konsumsi alkohol (-) dan mengalami ketakutan emosional yang
Napza (-) besar juga ketidaknyamanan
Riwayat merokok (-) fisiologis. Selama serangan panik
individu tersebut sangat cemas dan
Tidak pernah dirawat di Rumah
memperlihatkan empat atau lebih
Sakit Jiwa
gejala berikut: palpitasi, berkeringat,
Status Psikiatrikus
tremor, sesak napas, rasa asfiksi,
Kesan umum rapi
nyeri dada, mual, distress abdomen,
Kontak verbal (+), kontak visual pusing, parastesia, meggigil, atau hot
(+) flash.
Kesadaran orientasi tempat, waktu
dan orang tidak ada gangguan, Gangguan panik sering disertai
Atensi (+) agorafobia yaitu rasa takut di tempat
Emosi stabil, afek normal umum, terutama di tempat yang sulit
Proses berfikir, intelegensia cukup untuk keluar dengan cepat saat terjadi
Kemauan mandiri serangan panikMenurut PPDGJ-III
gangguan panik baru ditegakkan
Psikomotor normal
sebagai diagnosis utama bila tidak
ditemukan adanya gangguan anxietas
fobik. Untuk diagnosis pasti, harus
ditemukan adanya beberapa kali
serangan anxietas berat dalam masa
kira-kira satu bulan :
1. pada keadaan keadaan dimana
sebenarnya secara objektif tidak
ada bahaya.
2. Tidak terbatas pada situasi yang
telah diketahui atau yang dapat
diduga sebelumnya
(unpredictable situation)
3. Dengan keadaan yang relatif dari
gejala-gejala anxietas pada
periode di antara serangan-
serangan panik (meskipun
demikian umumnya dapat terjadi
juga “anxietas antisipatorik”,
yaitu anxietas yang terjadi
setelah membayangkan sesuatu
yang mengkhawatirkan akan
terjadi.
Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan perasaan ketakutan dan panik
yang bermakna serta menimbulkan suatu distress (penderitaan) dan disability
(hendaya) dalam pekerjaan dan kehidupan sosial pasien, sehingga dapat
disimpulkan bahwa pasien ini mengalami gangguan jiwa. Hal ini sesuai dengan
definisi gangguan jiwa menurut World Health Organization (WHO) dimana
didapatkan suatu kelompok gejala atau perilaku yang secara klinis ditemukan
bermakna dan disertai dengan distress dan yang berkaitan dengan
disfungsi/hendaya.
-McLean PD, Woody SR. Panic disorder and agoraphobia. Dalam: Anxiety
disorders in adults. Vancouver: Oxfor University Press; 2001.
-McLean PD, Woody SR. Panic disorder and agoraphobia. Dalam: Anxiety
disorders in adults. Vancouver: Oxfor University Press; 2001.
2
-Atkinson RL, Atkinson Richard, Smith, Edward. Hilgard's introduction to
psychology. New York: Harcourt College Publishers; 2002.
Pada pasien tidak didapatkan gangguan suasana perasaan baik berupa afek
yang meningkat, disertai peningkatan dalam jumlah dan kecepatan aktivitas fisik
dan mental. Selain itu pasien tidak didapatkan gejala depresi baik gejala utama
maupun gejala tambahan. Hal ini dapat menjadi dasar untuk menyingkirkan
diagnosis gangguan suasana perasaan (F.3).
3
Pada pasien didapatkan perasaan dadanya berdebar, keringat dingin,
gemetaran dan rasa takut berlebihan terhadap orang tak dikenal yang
berpenampilan menakutkan.. Dimana perasaan takut dan panik ini timbul secara
episodik dan pada keadaan yang secara objektif tidak ada bahaya. Pada pasien ini
sudah memeneuhi kriteria diagnosis panik menurut DSM V merupakan suatu
periode diskret rasa takut atau ketidaknyamanan yang intens dengan tiba-tiba
muncul 4 gejala dari 13 gejala berikut dan mencapai puncaknya dalam 10 menit:
• Gemetaran
• Berkeringat
• Takut mati
4
-Sadock BJ, Kaplan. Kaplan & sadock's synopsis of psychiatry: behavioral
sciences/clinical psychiatry. Philladelphia: Lippincott Williams & Wilkins;
2007.
-Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, Crushman WC. The seventh report of
the joint national committee on prevention, evaluation and treatment of high
blood pressure: the JNC 7 report. JAMA. 2003; 2560-72.
Diferensial diagnosis pada kasus ini juga dapat disingkirkan yaitu diagnosis
gangguan cemas menyeluruh (F41.1). Hal ini dikarenakan tidak ditemukan
ansietas yang berlangsung setiap hari untuk beberapa bulan yang tidak terbatas
atau hanya menonjol pada keadaan tertentu saja.
-McLean PD, Woody SR. Panic disorder and agoraphobia. Dalam: Anxiety
disorders in adults. Vancouver: Oxford University Press; 2001.
-Maslim, R. Buku saku diagnosis gangguan jiwa rujukan ringkas dari PPDGJ-
III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Atmajaya; 2003.
5
Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik ditemukan riwayat penyakit fisik
yaitu hipertensi. Dari pemeriksaan didapatkan TD 150/90 mmHG. Oleh karena itu
dapat disimpulkan pada aksis III diagnosisnya hipertensi stage 1 sesuai dengan
kriteria dari JNC VII tertera pada Tabel 1.
-Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, Crushman WC. The seventh report of
the joint national committee on prevention, evaluation and treatment of high
blood pressure: the JNC 7 report. JAMA. 2003; 2560-72.
-Maslim, R. Buku saku diagnosis gangguan jiwa rujukan ringkas dari PPDGJ-
III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Atmajaya; 2003.
6
-Swinson RP, Anthony MM, Bleau P. Clinical practice guidelines :
management of anxiety disorder. Can J Psychiatry. 2006;51(2):1-10
Untuk terapi inisial pada gangguan panik meliputi psikofarmaka dan terapi
psikososial. Tetapi belum terdapat data yang cukup yang mengatakan superioritas
dari masing-masing terapi maupun perbandingan antara kombinasi psikofarmaka
sebagai monoterapi dengan terapi psikosial yang dikombinasikan.
7
- JS, Ana RA, Fulgencio MM. Psycological treatment of panic disorder
with or without agoraphobia: Clinical
-Psychology Review. 2010;30(4):37-50.
Ada beberapa pertimbangan yang memperngaruhi prognosis pasien.
Faktor yang meringankan :
Dukungan keluarga
Motivasi yang kuat (keinginan kuat yang ingin sembuh)
Tidak ada riwayat keluarga (keluarga pasien tidak ada yang
mengalamigangguan yang sama)
Faktor yang memperberat:
Kambuh-kambuhan
Jarak rumah dengan RSJ relatif jauh
Dari data tersebut dapat terlihat bahwa daftar yang memperingan lebih
banyak dibanding yang memperberat sehingga di prognosis dubia ad bonam,
selain itu kasus ini tidak terdapat gangguan psikosis yang dapat memperberat
prognosis.
-Amir, Nurmiati. Luaran terapi pada gangguan depresi major. Cermin Dunia
Kedokteran. 2012; 39(2):32-40.