Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA II

ASKEP PADA ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

Dhian Ririn Lestari, Ns., M.Kep


Disusun oleh:
Kelompok 1

Anna Sessi Inti Peranita 1610913220002


Ayu Aprilla Maharani 1610913220003
Bambang Maulana 1610913210005
Erna Auliana Ariantina Putri 1610913320008
M. Afrizal Pribadi 1610913210011
Muhammad Jumbri 1610913110008
Mutia Sylvana 1610913320026
Nadila 1610913320027
Shanisa Mairestika 1610913320037
Yulia Rahayu 1610913120017
Zaid Rizkyansyah Wiguna 1610913310045

PROGRAM STUDIILMUKEPERAWATAN
FAKULTASKEDOKTERAN
UNIVERSITASLAMBUNGMANGKURAT
2018
1
LEMBAR PENGESAHAN

Mata Kuliah : Keperawatan Jiwa II

Dosen Pengampu : Dhian Ririn Lestari, Ns., M.Kep


Kelompok : Kelompok 1

Nama Anggota : Anna Sessi Inti Peranita 1610913220002


Ayu Aprilla Maharani 1610913220003
Bambang Maulana 1610913210005
Erna Auliana Ariantina Putri 1610913320008
M. Afrizal Pribadi 1610913210011
Muhammad Jumbri 1610913110008
Mutia Sylvana 1610913320026
Nadila 1610913320027
Shanisa Mairestika 1610913320037
Yulia Rahayu 1610913120017
Zaid Rizkyansyah Wiguna 1610913310045

Banjarbaru, 20 November 2018

Dhian Ririn Lestari, Ns., M.Kep

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Oleh karena itu kami
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Banjarbaru, 20 November 2018

Kelompok 1

3
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
LEMBAR
PENGESAHAN
..........................................................................................................................................
i
KATA
PENGANTAR
..........................................................................................................................................
ii
DAFTAR
ISI
..........................................................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
..........................................................................................................................................
1
1.1 Latar
Belakang
....................................................................................................................................
1
1.2 Tujuan
....................................................................................................................................
1
BAB II
PEMBAHASAN
..........................................................................................................................................

4
2
2.1 Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK)
..........................................................................................................................................
5
2.2 Konsep Anak Berkebutuhan Khusus (Children With Special
Needs)
..........................................................................................................................................
5
2.3 Pengkajian
..........................................................................................................................................
6
2.4 Diagnosa
keperawatan
..........................................................................................................................................
8
2.5 Perencanaan Dan Implementasi
..........................................................................................................................................
9

BAB III
PENUTUP
..........................................................................................................................................
9
REFERENSI

5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak yang mempunyai


kelainan/penyimpangan dari kondisi ratarata anak normal baik secara fisik, mental,
intelektual, sosial maupun emosional. Dari definisi anak berkebutuhan khusus
dikategorikan menjadi tunagrahita (mental retardation) atau anak dengan hambatan
perkembangan (child with development impairment), kesulitan Belajar (learning
disabilities) atau anak yang berprestasi rendah, hiperaktif (Attention Deficit Disorder
with Hyperactive ), tunalaras (Emotional and behavioral disorder), tunarungu wicara
(communication disorder and deafness), tunanetra atau anak dengan hambatan
penglihatan (Partially seing and legally blind), autistik, tunadaksa (physical
handicapped), dan anak berbakat (giftedness and special talents). Sehingga anak
berkebutuhan khusus memerlukan penanganan khusus karena adanya gangguan
perkembangan dan kelainan yang dialami anak.

Jumlah anak berkebutuhan khusus (ABK) di Indonesia dari tahun ke tahun terus
meningkat. Diperkirakan bahwa paling sedikit ada 10 persen anak usia sekolah yang
memiliki kebutuhan khusus. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun
2017, jumlah ABK di Indonesia mencapai 1,6 juta anak tepatnya tercatat mencapai
1.544.184 anak, dengan 330.764 anak (21,42 persen) berada dalam rentang usia 5-18
tahun

1.3 Tujuan
a. Mengetahui pengertian, factor,karakteristik dan jenis dari anak berkebutuhan
khusus (ABK)
b. Mengetahui penanganan dan institusi penyelenggara bantuan untuk anak
berkebutuhan khusus (ABK)
c. Mengetahui focus anamnesa dan Asuhan Keperawatan pada Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK)

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)


Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak yang dalam proses pertumbuhan
atau perkembangan mengalami kelainan atau penyimpangan fisik, mental-intelektual,
sosial dan atau emosional dibanding dengan anak- anak lain seusianya, sehingga
mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
Anak Berkebutuhan Khusus (dulu disebut sebagai anak luar biasa) didefinisikan
sebagai anak yang memerlukan pendidikan dan layanan khusus untuk mengembangkan
potensi kemanusiaan mereka secara sempurna. Dalam dunia pendidikan, kata luar biasa
merupakan julukan atau sebutan bagi mereka yang memiliki kekurangan atau
mengalami berbagai kelainan dan penyimpangan yang tidak alami seperti orang normal
pada umumnya.
2.2 Jenis-Jenis Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Dalam dunia pendidikan, anak berkebutuhan khusus di klasifikasikan atas beberapa
kelompok sesuai dengan jenis kelainan anak. Berikut ini akan dijelaskan beberapa
jenis-jenis anak berkebutuhan khusus, sebagai berikut:
1. Anak Tuna Netra
Adalah anak yang mempunyai kekurangan secara indrawi, yakni indra
penglihatan. Meskipun indra penglihatannya bermasalah, intelegensi yang
mereka miliki masih dalam taraf normal. Hal-hal yang berhubungan dengan mata
diganti dengan indra lain sebagai kompensasinya.
2. Anak Tuna Rungu
Adalah anak yang mempunyai kelainan pada pendengarannya. Mereka
mengalami kesulitan dalam berinteraksi dan bersosialisasi terhadap orang lain
terhadap lingkungan termasuk pendidikan dan pengajaran. Anak tuna rungu
dibagi menjadi 2 yaitu, tuli (the deaf), dan kurang dengar (hard of hearing).

7
3. Anak Tuna Daksa
Adalah anak yang mempunyai kelainan pada tubuhnya yakni kelumpuhan. Anak
yang mengalami kelumpuhan ini disebabkan karena polio dan gangguan pada
syaraf motoriknya.[2]
4. Anak Tuna Wicara
Adalah anak yang mengalami kelainan pada proses berbicara atau berbahasa.
Anak yang seperti ini mengalami kesulitan dalam berbahasa atau berbicara
sehingga tidak dapat dimengerti oleh orang lain.
5. Kelainan Emosi
Adalah anak yang mengalami gangguan pada tingkat emosinya. Hal ini
berhubungan dengan masalah psikologisnya. Anak yang mengalami kelainan
emosi ini dibagi menjadi 2 macam yaitu:
a. Gangguan Prilaku, ciri-cirinya yaitu:
1) Suka mengganggu di kelas
2) Tidak sabaran, terlalu cepat beraksi
3) Tidak menghargai orang lain
4) Suka menentang
5) Suka menyalahkan orang lain
6) Sering melamun.
b. Gangguan Konsentrasi (ADD/Attention Deficit Disorder), gejala-gejalanya
terjadi paling sedikit selama 6 bulan. Gejala-gejala tersebut diantaranya yaitu:
1) Tidak mendengarkan orang lain berbicara
2) Sering gagal dalam memperhatikan objek tertentu
3) Sering tidak melaksanakan perintah dar orang lain.
c. Anak Hiperaktif (ADHD/Attention Deficit with Hiperactivity
Disorder), gejala-gejalanya yaitu:
1) Tidak bisa diam
2) Ketidakmampuan untuk member perhatian yang cukup lama
3) Hiperaktivitas

8
4) Canggung
6. Keterbelakangan Mental
Adalah anak yang memiliki mental yang sangat rendah, selalu membutuhkan
bantuan orang lain karena tidak mampu mengurus dirinya sendiri, kecerdasannya
terbatas, apatis, serta perhatiannya labil. Berdasarkan intelegensinya, anak yang
terbelakang mentalnya terbagi menjadi beberapa bagian yaitu:
a. Idiot, yaitu anak yang paling rendah taraf intelegensinya (IQ > 20),
perkembangan jiwanya tidak akan bertambah melebihi usia 3 tahun,
meskipun pada dasarnya usianya sudah remaja atau dewasa.
b. Imbesil, yaitu anak yang mempunyai (IQ 20-50), perkembangan jiwanya
dapat mencapai usia 7 tahun, bisa diajari untuk memelihara diri
sendirivdalam kebutuhan yang paling sederhana.
c. Debil atau moron, yaitu anak yang mempunyai (IQ 50-70),
keterbelakangan Debil tidak separah dua jenis diatas. Perkembangan
jiwanya dapat mencapai hingga 10 ½tahun. Orang Debil ini dapat
memenuhi kebutuhannya sendiri.
7. Psikoneurosis
Anak yang mengalami psikoneurosis pada dasarnya adalah anak yang normal.
Mereka hanya mengalami ketegangan pribadi yang terus menerus, selain itu
mereka tidak bisa mengatasi masalahnya sendiri sehingga ketegangan tersebut
tidak kunjung reda.[3]Psikoneurosis ini dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Psikoneurosis kekhawatiran, Adalah anak yang mempunyai rasa khawatir
yang berlebihan dan tidak beralasan.
b. Histeris, adalah anak yang secara tidak sadar melumpuhkan salah satu
anggota tubuhnya, sesunguhnya secara organis tidak mengalami kelainan.
c. Psikoneurosis obsesif, adalah anak yang memiliki pikiran-pikiran dan
dorongan-dorongan tertentu yang terus menerus.
8. Psikosis
Psikosis disebut juga dengan kelainan kepribadian yang besar karena seluruh

9
kepribadian orang yang bersangkutan terkena dan orang tersebut tidak dapat
hidup dengan normal.
9. Psikopathi
Adalah kelainan tingkah laku, maksudnya penderita psikopathi ini tidak dapat
memperdulikan norma-norma sosial. Mereka selalu berbuat semaunya sendiri
tanpa mempertimbangkan kepentingan orang lain, hingga sering sekali
merugikan orang lain. Dan penderita psikopathi ini tidak menyadari adanya
kelainan pada dirinya.
2.3 Karakteristik anak berkebutuhan khusus
Agar guru atau orang tua dapat mengidentifikasi jenis kebutuhan yang ada pada
anak, berikut dijabarkan beberapa ciri-ciri umum yang muncul pada masing-masing
jenis anak berkebutuhan khusus.

a). Anak retardasi mental


Ciri-ciri anak yang mengalami retardasi mental adalah sebagai berikut:
1) Secara kognitif anak tersebut sangat berbeda dengan anak normal, dari
penggolongan IQ nya saja mereka dapat dikategorikan sebagai: Keterbelakangan
mental ringan (IQ= 55–69); Keterbelakangan mental sedang (IQ = 40-54);
Keterbelakangan mental berat (IQ =25–39); Keterbelakangan mental sangat berat
(IQ = di bawah 25). Dengan derajat keterbelakang mental yang berbeda ini maka
tingkatan dari layanan dukungan buat merekapun menjadi berbeda pula (tabel
terlampir). Kemampuan memori, menggeneralisasi, motivasi, bahasa dan
keterampilan akademisnya menjadi terbatas.
2) Secara sosial, banyak anak dengan keterbelakangan mental mengalami kesulitan
dalam menjalin hubungan dengan orang lain.
3) Tingkah laku adaptifnyapun ada mengalami gangguan terutama dalam hal
komunikasi, merawat diri sendiri, keterampilan sosial, kehidupan sehari-hari,
menikmati waktu senggang, kesehatan dan keselamatan, kemampuan
mengarahkan diri, fungsi akademis, dan keterlibatan dimasyarakat.
4)Secara emosional, mereka seringkali terperosok dalam kondisi kesepian, depresi.

10
5) Secara fisik dan medis, biasanya tidak ada kondisi fisik dan medis yang sangat
berbeda dengan anak kebanyakan.
b) Anak dengan kelainan fisik
Ciri-ciri anak yang mengalami kelainan fisik adalah :
1) Secara kognitif dan akademik, anak dengan gangguan fisik akan memiliki fungsi
kognitif dengan rentang dari yang rendah hingga yang tinggi. Sehingga anak-anak
yang mengalami gangguan fisik namun memiliki kemampuan kognitif yang baik
maka ia akan dapat berkembang dengan baik, asalkan gangguan fisiknya dapat
ditangani dengan baik. Misalkan anak yang tidak memiliki kaki yang lengkap
namun pintar ia dapat masuk sekolah dimana sekolah itu memberikan fasilitas
yang cukup sehingga anak tersebut tidak
memperoleh kesulitan mengakses kelas dan ruang-ruang lainnya.
2) Secara perilaku, anak dapat terganggu apabila gangguan yang dimilikinya itu
menghambat gerakan, interaksi dengan orang lain. Sehingga anak perlu mendapat
keterampilan untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan dan diperlukannya.
3) Secara emosional, pada umumnya anak dengan gangguan fisik ini akan memiliki
konsep diri yang rendah. Oleh karena itu harus terus didukung dan dikembangkan
konsep diri yang positif pada anak tersebut.
4) Secara sosial, anak dengan gangguan fisik sangat memerlukan bantuan orang lain
untuk dapat berinteraksi dengan teman sebayanya. Mereka memerlukan akses
yang sesuai sehingga gangguan fisik yang dimilikinya tidak terhambat.
5) Secara fisik dan medis, anak dengan gangguan ini akan memiliki kondisi fisik dan
medis yang berbeda dengan anak secara umum dan memerlukan perhatian yang
khusus. Cara mengidentifikasi anak dengan gangguan fisik adalah dengan
melakukan asesmen terhadap kondisi medis dan fungsi fisiknya. Selain itu perlu
juga dilakukan asesment terhadap fungsi intelektual, prestasi akademik, bahasa
dan area-area lain yang terkait. Semua asesmen ini dilakukan oleh ahlinya.
Apabila telah diketahui kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh anak dengan
gangguan fisik ini maka penanganan harus segera dilakukan sejak dini dan

11
menyeluruh, agar anak dapat berkembang secara optimal.
c) Anak unggul dan berbakat istimewa
Karakteristik yang dimiliki oleh anak berbakat adalah:
1) Secara kognitif. Secara umum, anak-anak berbakat memiliki kemampuan dalam
memanipulasi dan memahami simbol abstrak, konsentrasi dan ingatan yang baik,
perkembangan bahasa yang lebih awal dari pada anak-anak seusianya, rasa ingin
tahu yang tinggi, minat yang beragam, lebih suka belajar dan bekerja secara
mandiri, serta memunculkan ide-ide yang original.
2) Secara akademis, mereka sangat termotivasi untuk belajar di area-area dimana
menjadi minat mereka. Namun mereka bisa kehilangan motivasinya apabila
dihadapkan pada area yang tidak mereka minati.
3) Secara sosial emosional, mereka terlihat sebagai anak yang idealis, perfeksionis
dan kepekaan terhadap rasa keadilan. Selalu terlihat bersemangat, memiliki
komitmen yang tinggi, dan peka terhadap seni. Untuk mengetahui keberbakatan
seorang anak maka ia harus mengikuti serangkaian asesmen yang dilakukan oleh
psikolog, dan apabila anak tersebut memang dikategorikan sebagai anak berbakat
maka ia harus memperoleh pendidikan yang sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya agar dapat berkembang dengan optimal.

2.4 Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus (RIZAL)

1. Cara membantu anak retardasi mental

Upaya yang dapat dilakukan pada anak retardasi mental antara lain :

Pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan dengan :

1) Pendidikan kesehatan pada masyarakat


2) Perbaikan keadaan sosio-ekonomi
3) Perawatan pre-natal
4) Pertolongan persalinan yang baik
12
5) Mengurangi kehamilan pada wanita di bawah 20 tahun dan di atas 40 tahun
Latihan

1) Mengajarkan keterampilan hidup (seperti makan, berpakaian, menjaga


kebersihan badan)
2) Melibatkan anak dalam pergaulan sosial dengan teman sebaya atau orang yang
lebih tua
3) Memberi kegiatan sesuai minat dan kebutuhan anak
4) Memperkenalkan hal-hal yang baik dan tidak baik sejak usia dini

2. Cara membantu anak dengan kelainan fisik

Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membantu anak dengan kelainan
fisik, antara lain :

a. Bina Mandiri :
1) Kenali kondisi anak. Kondisi anak dapat dikenali dengan melakukan diagnosa
dan perawatan yang tepat. Dengan mengenali kondisi anak, guru dapat
menentukan perlakuan yang tepat sesuai kekurangan pada fisik anak.
2) Bersikap positif. Selalu memberi dukungan dan pengertian pada anak tetapi
tidak memberi harapan palsu.
3) Selalu memberi cinta. Cinta dan kasih sayang orang di sekeliling menjadi
kekuatan terbesar bagi anak untuk mengatasi kekurangannya. Tunjukkan rasa
cinta tanpa pamrih melalui pelukan, ciuman, genggaman tangan, meluangkan
waktu untuk meberi bantuan.
4) Menghadirkan keadaan normal. Selalu menciptakan kegiatan yang normal.
Kegiatan yang disusun tidak terlalu memanjakan atau melindungi anak, karena
akan menghambat perkembangan anak.
5) Selalu menghargai anak melalui kata-kata maupun tindakan. Memberitahu
kelebihan anak yang dapat digunakan untuk menghadapi permasalahan anak.

13
6) Memberikan fasilitas berupa berbagai alat bantu untuk menambah dan
mempermudah anak beraktivitas.
7) Membantu anak berinteraksi. Bagaimana menghadapi dan menerima
kehadiran anak lain. Melibatkan anak secara aktif pada berbagai kegiatan.
b. Rehabilitasi medik :
c. Fisioterapi : relaksasi, terapi manipulasi, latihan keseimbangan, latihan
koordinasi, latihan mobilisasi, latihan ambulasi dan latihan Bobath dengan
teknik inhibisi, fasilitasi dan stimulasi latihan dapat diberikan ditempat tidur,
gymnasium, di kolam renang.
d. Terapi Okupasi :
1) Latihan diberikan dalam bentuk aktifitas permainan, dengan menggunakan
plastisin, manik-manik, puzzle; dengan berbagai bentuk gerakan, ketepatan
arah, permainan yang memerlukan keberanian.
2) Aktifitas kehidupan sehari-hari : berpakaian, makan minum, penggunaan alat
perkakas rumah tangga dan aktifitas belajar.
e. Seni dan ketrampilan : menggunting, menusuk, melipat, menempel dan
mengamplas.
f. Terapi Wicara : pada anak dengan gangguan komunikasi/bicara dengan latihan
dalam bahasa pasif : anggota tubuh, benda-benda di dalam/diluar rumah dan
disekolah dan dalam bahasa konsonan, suku kata, kata, kalimat. dengan
pengucapan huruf hidup/voval,
g. Terapi Musik : tujuannya menumbuhkembangkan potensi-potensi pada anak
yang berkelainan baik fisik, mental intelektual maupun sosial emosional
sehingga mereka akan berkembang menjadi percaya diri sendiri. Pelayanan
tersebut dengan cara melatih : ritme, nada dan irama, interfal, tarian, drama,
cerita, senam, pengenalan alat musik, pengenalan lagu, latihan baca sajak/puisi.
h. Psikolog : pemeriksaan kecerdasan, psikoterapi, edukasi pada orang tua dan
keluarga agar dapat menghadapi anak dengan kelainan tersebut.

14
i. Sosial Medik : memberikan pelayanan mencari data keluarga, sosial, ekonomi,
pendidikan, lingkungan tempat tinggal, dsb. Yang dapat bermanfaat bagi para
dokter dan terapis dalam menyusun program rehabilitasi. Selain itu pelayanan
yang berhubungan dengan Yayasan-yayasan sosial lainnya, Kantor
Departemen sosial, Rumah sakit, Sekolah, sehingga dapat terjalin hubungan
erat dengan berbagai instansi yang sangat penting untuk keberhasilan program
rehabilitasi .
j. Ortotik Prostetik : memberikan pelayanan pembuatan alat-alat bantu; misal
brace, tongkat ketiak, kaki tiruan, kursi roda.

3. Cara membantu anak dengan hambatan berbicara dan bahasa

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membantu anak dengan hambatan bicara
dan bahasa adalah :

1) Tidak menuntut anak untuk berbicara menggunakan tata bahasa yang benar.
Yang utama adalah menciptakan suasana yang nyaman dan menyenangkan
untuk anak berlatih bicara.
2) Saat mengajak anak berbicara, hindari hal-hal lain yang mungkin dapat
mengganggu, seperti radio dan televisi yang menyala.
3) Tidak terlalu banyak melakukan kritikan atas bicara dan bahasa anak, sehingga
anak tidak tertekan ketika berbicara dan berbahasa.
4) Ijinkan anak untuk berhenti bicara jika anak merasa tidak nyaman.
5) Jangan meminta anak untuk mengulangi ucapannya.
6) Orang dewasa harus berbicara dengan pelan dan jelas pada anak agar dapat
ditangkap dan dicontoh maksudnya.
7) Biarkan anak berbicara dan mengucapkan kalimatnya sampai selesai, jangan
pernah dipotong pembicaraannya.
8) Menatap mata anak ketika berbicara dan tidak menunjukkan kekecawaan atas
proses bicara dan berbahasa anak.

15
9) Terus melatih anak dengan memberikan contoh yang baik dan selalu berbicara
dengan jelas.

2.5 Institusi Penyelenggara Bantuan untuk Anak Berkebutuhan Khusus


Salah satu tujuan didirikannya negara dan bangsa Indonesia sebagaimana
tercantum dalam Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa. Implementasi tujuan ini diwujudkan dalam bentuk
penyelenggaraan pendidikan oleh sekolah, pemerintah dan masyarakat.
Konsekwensi dari tujuan tersebut adalah hak warga negara untuk mendapatkan
pendidikan; bahkan menjadi kewajiban semua warga untuk mendapatkan pendidikan
dasar sembilan tahun (Wajib Belajar Sembilan Tahun). Hak dan kewajiban warga
negara ini harus tetap diimplementasikan tanpa kecuali dan tanpa diskriminasi. Hal
demikian ditunjang pula oleh Declaration of Human Right 1948 yang menjadikan
pendidikan sebagai hak asasi manusia yang harus diterimakan secara utuh. Secara
teknis banyak kendala yang menyertai pelaksanaan hak dan kewajiban itu karena
terjadinya kesenjangan antara yang diharapkan dengan realitas di lapangan. Salah
satu kendalanya adalah kapabilitas dan akseptabilitas yang beragam dari
warganegara yang harus menerima pendidikan. Di satu pihak ada lembaga
pendidikan yang mudah dicapai oleh sebagian warga negara dengan ditunjang
kapabilitas peserta didik yang memadai, tetapi di lain pihak justru sebaliknya.
Sebagai tuntutan normatif dari konstitusi tersebut di atas maka apapun dan
bagaimanapun yang terjadi, pendidikan harus tetap dilaksanakan dan diterimakan
kepada semua warga negara, termasuk juga kepada warga negara ABK (Anak
Berkebutuhan Khusus) karena tunarungu, tunanetra, tunagrahita, tunadaksa atau
warga negara lainnya dalam segala keadaan.

Menurut pasal 130 (1) PP No. 17 Tahun 2010 Pendidikan khusus bagi peserta didik
berkelainan dapat diselenggarakan pada semua jalur dan jenis pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah. (2) Penyelenggaraan pendidikan khusus dapat
dilakukan melalui satuan pendidikan khusus, satuan pendidikan umum, satuan
16
pendidikan kejuruan, dan/atau satuan pendidikan keagamaan. Pasal 133 ayat
(4)menetapkan bahwa Penyelenggaraan satuan pendidikan khusus dapat dilaksanakan
secara terintegrasi antarjenjang pendidikan dan/atau antarjenis kelainan.

Belum banyak yang berkecimpung di dunia pendidikan khusus ini, dikarenakan peserta
didiknya relatif dari kalangan minoritas. Cepiar Singanegara adalah aktivis pendidikan
khusus sekaligus Direktur Pusat Kajian Pendidikan Khusus Indonesia 2010-2015, yang
menjadi salah satu penyusun Buku Operasional Penyelenggaraan Pendidikan Khusus
yang diperuntukan untuk semua Penyelenggara Pendidikan Khusus se-Indonesia,
bersama dengan beberapa penggiat pendidikan khusus lainnya serta ahli pendidikan
dari Universitas Indonesia dan Universitas Negeri Jakarta yang difasilitasi oleh
Kementrian Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Dengan kesibukannya sebagai
Street Teacher (Guru Jalanan) Cepiar tetap diamanahkan untuk menjadi Direktur Pusat
Kajian Pendidikan Khusus (Center for Special Education Studies) untuk yang kedua
kalinya, periode 2015-2020.

2.6 Fokus Hasil Anamnesa Anak Berkebutuhan Khusus

Dari sekian banyak pengkajian yang dilakukan untuk menegakan fiagnosa pada
anak berkebutuhan khusus, maka tim tenaga kesehatan harus memiliki fokus anamnesa
dari semua pengkajianya. Yaitu, antara lain sebagai berikut:
1. Problem mata atau penglihatan
Penglihatan harus dikaji dengan baik, dilihat apakah anak mengalami gangguan pada
penglihatan atau tidak, karena penglihatan sangat berpengaruh pada tumbuh
kembang anak.
2. Problem pendengaran
Pendengaran harus dikaji, karena setiap manusia yang baru dilahirkan organ pertama
yang berfungsi adalah pendengaran. Oleh karena itu, apabila sistem pendengarannya
mengalami masalah, maka akan mempengaruhi kerja sistem organ yang lainnya,
yang nantinya membuat anak menjadi sulit berbicara.
3. Perkembangan Anak Berkebutuhan Khusus secara keseluruhan
Perkembangan anak berkebutuhan khusus sangat penting untuk diawasi, agar dapat
17
diketahui apakah perkembangan anak berjalan dengan normal atau tidak, apakah ada
penyimpangan atau tidak. Sehingga perkembangan anak dapat dilihat dari
kecerdasannya, potensi kognitif, motorik, bicara, sosialisasi dan indrawi dari anak
tersebut.
4. Problem belajar dan kesulitan berkomunikasi
Anak berkebutuhan khusus memang perlu pengawasan dan penanganan lebih, agar
ia mampu bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan teman sebayanya. Oleh
karena itu anamnesis problem pada belajar anak juga perlu dilakukan agar
mengetahui apakah ada gangguan belajar pada anak, apakah sulit berkonsentrasi atau
yang lainnya. Kemudian untuk kesulitan berkomunikasi dilihat apakah anak
memang sama sekali tidak bisa bicara, atau bisa bicara namun sulit untuk
menyesuaikan dengan temannya, dan ada anak yanh hiperaktif dalam bicara tidak
mau diam dan lain sebagainya.
5. Problem perilaku dan Emosional anak
Perkembangan perilaku dan emosional anak perlu diperhatikan dan dipersiapkan
sejak dini, agar anak mampu mengontrol emosinua menjadi lebih baik dan mampu
berperilaku baik layaknua anak lainnya, perilaku mampu menghargai oranh lain,
mampu menjaga diri sendiri dan tidak menyakiti orang lain. Apabila ditemukan
penyimpangan dalam perilaku dan emosional anak maka perlu dilakukan intervensi
untuk itu, agar anak terdidik menjadi anak yang baik meskipun dengan berkebutuhan
khusus.

2.7 Faktor –Faktor Anak Berkebutuhan Khusus

Ada berbagai faktor yang berkontribusi terhadap penyebab anak berkebutuhan khusus
adapun faktor tersebut dapat dikelompokkan berikut:
a. Faktor Heriditer
Herediter adalah suatu mekanisme untuk menruskan karakteristik dari dari
saru generasi ke generasi berikutnya. Mekanisme ini dijalankan dengan
prinsip&prinsip genetika. Masing&masing dari kita membawa suatu kode
genetik yang diearisi dari orang tua. Kode genetik itu ditempatkan di dalam sel
18
tubuh. Faktor hereditas merupakan faktor pertama yang mempengaruhi
perkembangan anak. Dalam hal ini hereditas diartikan sebagai suatu totalitas
karakteristik individu yang di wariskan orang tua kepada anak atau segala
potensi, baik fisik maupun psikis yang dimiliki individu sejak masa konsepsi
sebagai pewarisan orang tua melalui gen – gen. Penurunan sifat – sifat dari orang
tua menganut prinsipreproduksi , Konformitas,Variasi, dan regresifillial. Warisan
– warisan keturunan dari bapak , ibu,kakek , nenekyang tidak dapat direkayasa
adalah sebagai berikut :

1.Bentuk tubuh dan warna kulit


Sebagai contoh dari pewarisan bentuk tubuh dan warna kulit adalah misalnya
da anak yang memiliki rambut kriting , maka bagaimanapun dia mengusahakan
agar tidak kriting , akan kembali kriting. Selain itu jika da seorang anak yang
memiliki bentuk tubuh gemuk seperti ibunya , maka dia akan sukar untuk
menjadi kurus , tetapi sedikit makan saja anak tersebut bisa bertambah gemuk.

2.Sifat – sifat
Sifat – sifat merupakan hal yang di wariskan dari orang tua ataupun kakek dan
nenek. Misalnya adalah sifat boros , kikir , penyabar , hemat. Sifat sangat
berbeda dengan kebiasaan , sifat sangat sukar dirubah , sedangkankebiasaan
dapat dirubah jika ada suatu niat yang sungguh – sungguh. Bagi pendidik , jika
mengetahui sifat atau watak secara mendalam akan sangat membantu dalam
kegiatan belajar mengajar. Misalnya adalah anak yang minder perlu di
bangkitkan semangatnya dan kepercayaan dirinya agar jiwanya tak tertekan.
3.Intelegensi
Istilah intelegensi berasal dari kata latin Intelligence yang berarti
menghubungkan atau menyatukan satu sama lain. Sehingga dapat diartikan
pula , intelegensi adalah kemampuan yang bersifat umum untuk
mengadakanpenyesuaian terhadap situuasi dan masalah. Intelegensi seseorang
dapat di ketahuisecara tepat dengan tes intelegensi. Ukuranintelegensi
dinyatakandalam IQ (intelegensi Quotient)
19
4.Bakat
Bakat adalah kemampuan khusus yang menonjol diantara berbagai jenis
kemampuan yang dimiliki seseorang. Kemampuan khusus itu biasanya adalah
suatu keterampilan, misalnya dalam bidang seni musik , seni rupa , seni tari ,
dsb. Jika anak memiliki bakat dari orang tuanya atau kakeknya ataupun
neneknya , tetapi anak tersebut tidak dapat atau tidak memiliki kesempatan
untuk mengembangkannya maka bakat tersebut tidak akan berkembang atau
sering di sebut dengan bakat terpendam. Pada umumnya anak memiliki bakat
apa akan di ketahuin oleh orang tuanya sejak kecil , karena anak tersebut akan
senang melakukan hal tersebut . Nah , dalam pendidikan , jika anak
mendapatkan nilai 9-10 pada suatu mata pelajaran , berarti dapt di simpulkan
bahwa anak tersebut memilki bakat pada bidang ilmu tersebut.
5.Penyakit
Ada penyakit yang merupakan pembawaan sejak lahir yang dapat
memperlambat perkembangan anak. Penyakit tersebut antara lain adalah
penyakit kebutaan , syaraf , hemofilia. Penyakit – penyakit tersebut merupakan
suatu penyakit keturunan.
2.8 Asuhan Keperawatan pada Anak Berkebutuhan Khusus
Pengkajian
1. Pengkajian Identitas .
a. Nama Harus lengkap dan jelas, umur peru diperanyakan untuk interpretasi
tingket perkembargan anak yang sudah sesuai dengan umu, jenis kelamin.
b. Nama orarg tua
c. Alamat
d. Umur
e. Pendid kan
f. Agama
g. Pekerjaan
2. Riwayat penyakit Sekarang

20
Biasanya diawali dari pengaman dan perasaan cemas ibu klien yang melihat
pertumbuhan dan perkembangan anaknya yang terlambat tidak sesuai dengan
kelompok seusianya
3. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit seperti rubella, tetanus, difteri, meningitis, morbili, polio,pertusis
vricella, dan ensefalitis dapat berkaitan atau mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembargar baik secara enteral maupun parenteral
4. Riwayat antenatal, natal dan pascanatal
a. Antenetal
Kesehatan ibu selama hamil, penyakit yang pernah diderita serta upaya yang
dilakukan untuk mengatasi penyakitnya. berapa kali. perawatan antenatal,
kemana serta kebiasaan minum jamu-jamuan dan obat yana pernah diminum
serta kebiasaan secara hamil
b. Natal
Tanggal, jam, tempat pertolongan persalinan, siapa yang menolong. cara
nersalinan sntan, ckstaksi varm ekstraksi orn, seiAsa dan gamelli. presentasi
kepala, dan komplikasi ataukelainan congenital. Keadaan saal lahir dar
morbiditas pada hari partama sotalah ahir, masa kenarilan (cukup, kurang.
sbih)bulan
c. Pascanatal
Lama dirawa di runah saki, masaalh-masalah yang dengan gangguen 3yatem,
masalah nutriai, perubahan berat baden, warna kulitpob eliminasi dan respons
lainye. lama neonatd perlu dikaji adanya asfiksie, trauma, dan infeksi.
5. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
Berat badan, lingkar kepala lingkar lengan kiri atas, lingkar dada terakhir.
Tingkat perkembangan anak yang telah dicapai motorik kasar. motorik halus
kamampuan bersosialisasi, dan kemampuan bahasa
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Sosial, parkawinan orang tua, kasejahteraan dan ketentraman, rumah tangga

21
yang harmoris dan pola asuh, asah, dan asih. Ekonomi dn adat istadat berpengaruh
dalam pengelolaan lIngkungan internal ekstemal yang dapat memengaruhi
perkembangan intelektual dan pengetahuan serta keteramplan anak Dl sanpirg Itu
juga berhubungan dengan persedlaan dan bahan pangan, sandang, dan papan
7. Pola Fungsi Kesehatan
Pola nurisi, makanan pokok utama apakah ASI atau PASI pada anak tertentu.
Jika diberikan PASI ditanyakan jenis, takaran, dan frekuensi pemberian sarta
makanan tambahan yang diberikan. Adakah makaran yang disukai, alergi alau
masalah makanan yang lainnya. Pola elminasi. sytem pencernaan dan perkeminan
pada anak perlu dikaji BAB atau BAK (konsistensi warna frekuensi, jumlah, sera
bau).
Diagnosa keperawatan
a) Hambatan komunikasi verbal b.d gangguan fisiologis ( 00051 )
b) Hambatan mobilitas fisik b.d keterlambatan perkembangan ( 00085 )
c) Hambatan interaksi social b.d kendala komunikasi ( 00052 )
d) Resiko Cidera b.d gangguan psikomotor ( 00035 )

Perencanaan Dan Implementasi


Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Hambatan NOC : NIC :
komunikasi verbal b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Libatkan keluarga untuk
gangguan fisiologis 2x24 jam hambatan membantu memahami
( 00051 ) komunikasi verbal pasien atau memahamkan
dapat teratasi dengan kriteria informasi dari atau ke
- Pasien menggunakan pasien.
bahasa isyarat dari 2. Dengarkan setiap
skor 2 menjadi 5 ucapanm pasien dengan
penuh perhatian

22
- Pasien menggunakan 3. Gunakan kata yang
bahasa lisan dari skor sederhana dan pendek
2 menjadi 4 dalam komunikasi
- Pasien menggunakan dengan pasien
bahasa tertulis dari 4. Dorong pasien
skor 2 menjadi 5 untuk mengulang
kata, berikan semangat
agar pasien sering
melakukan komunikasi
5. Programkan speech
language therapy untuk
melatih pasien belajar
berbicara mandiri, baik
dan benar.
6. Lakukan speech
language setiap interaksi
dengan pasien agar
mengurangi kebingungan
pasien saat
berkomunikasi
Hambatan mobilitas NOC : NIC :
fisik b.d Setelah dilakukan tindakan - Monitoring vital sign
keterlambatan keperawatan selama 3x24 sebelum dan sesudah
perkembangan jam hambatan mobilitas fisik latihan dan lihat respon
( 00085 ) pada pasien dapat teratasi pasien saat latihan
dengan hasil : - Konsultasikan dengan
- Pasien meningkat terapi fisik tentang
dalam aktivitas fisik rencana ambulasi sesuai
kebutuhan

23
- Memperagakan - Bantu klien untuk
penggunaan alat menggunakan tongkat
bantu untuk saat berjalan dan cegah
mobilisasi terhadap cidera
- Berikan alat bantu pasien
jika diperlukan
Hambatan interaksi NOC : NIC :
sosial b.d kendala Setelah dilakukan tindakan Peningkatan Sosialisasi
komunikasi ( 00052 ) keperawatan selama 4x24 - Buat onteraksi terjadwal
jam klien dengan hambatan - Libatkan pendukung
interaksi social diharapkan sebaya dalam
dapat teratasi dengan hasil : memberikan umpan balik
- Keterampilan interaksi
interaksi social - Anjurkan belajar
menunjukan sikap menghargai orang lain
senang berinteraksi - Anjurkan sikap asertif
- Menunjukan sikap terhadap orang lain
asertif dan
peningkatan interaksi
dengan orang lain

Resiko Cidera b.d NOC : NIC :


gangguan psikomotor Pasien aman dari cidera - Kaji fungsi sensori dan
( 00035 ) persepsi
- Berikan kemudahan pada
pasien untuk
memperoleh alat bantu
pendengaran,alat bantu

24
berjalan,tongkat,
kacamata bila diperlukan
- Amati dan jauhkan dari
keadaan yang
membahayakan misalnya
lantai licil dll
- Bantu pasien melakukan
aktivitas untuk
menghindari cidera

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak yang dalam proses pertumbuhan atau
perkembangan mengalami kelainan atau penyimpangan fisik, mental-intelektual, sosial
dan atau emosional dibanding dengan anak- anak lain seusianya, sehingga mereka
memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Cakupan konsep anak berkebutuhan khusus
dapat dikategorikan menjadi dua kelompok besar yaitu anak berkebutuhan khusus yang
bersifat sementra (temporer) dan anak berkebutuhan khusus yang besifat menetap
(permanent).

3.2 Saran

Setelah mengetahui dan memahami segala sesuatu hal yang berhubungan dengan anak
berkebutuhan khusus, diharapkan makalah ini dapat bermanfaat, dan sangat diharapkan
bagi masyarakat indonesia terutama bagi para pendidik dalam menyikapi dan mendidik
anak yang menyandang berkebutuhan khusus dengan baik dan sesuai dengan yang

25
diharapkan dan juga untuk di bidang keperawatan agar dapat merawat mereka dengan
baik dan sesuai tanpa memandang kekurangannya.

REFERENSI
Miftakhul Jannah & Ira Darmawanti, Tumbuh Kembang Anak Usia Dini & Deteksi
Dini pada Anak Berkebutuhan Khusus, (Surabaya: Insight Indonesia, 2004)
hlm.15.
Abdul Hadits, Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Autistik , (Bandung: Alfabeta,
2006) hlm.5.
Zaenal Alimin. 2012. Anak Berkebutuhan Khusus. Prodi Pendidikan Kebutuhan
Khusus SPS UPI Jurusan PLB-FIP UPI.
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195903241984031-
ZAENAL_ALIMIN/MODUL_1_UNIT_2.pdf
Nanda. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10
editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC.
Nursing Outcomes Classsification (NOC) (5th ed.). United states of America: M0sby
Elsevier.
Nursing intervention Classsification (NIC) (5th ed.). United states of America: M0sby
Elsevier.
Jurnal Pendidikan Khusus. Fenomena Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi Bagi Anak
26
Berkebutuhan Khusus. Vol. 7, No. 2, November 2010

27

Anda mungkin juga menyukai