Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN ELIMINASI

NURJANAH
1801004

C1 Lahan C1 Institusi

STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR


TAHUN AJARAN 2019/2020
A.DEFINISI

Eliminasi merupakan proses pembuangan metabolisme tubuh baik yang melalui ginjal
berupa urine maupun melalui gastrointestinal yang berupa fekal (Wartonah,Kebutuhan Dasar
manusia dan Proses keperawatan (edisi 5),2015).

Kebutuhan eliminasi terdiri atas dua yaitu eliminasi urine (Buang Air Kecil) dan eliminasi
alvi(Buang Air besar),yang merupakan bagian dari kebutuhan fisiologi yang bertujuan
membuang sisa (Uliyah,2014)

*Eliminasi urine merupakan suatu sistem dimana terjadinya penyaringan darah sehingga darah
bebas dari zat-zat yang masih di pergunakan larut dalam air dan dikeluarkan berupa urine (air
kemih),(Sulistyowati,2017)

*Eliminasi alvi adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa metabolism berupa feses yang
berasal dari saluran pencernaan melalui anus (Sulistyowati 2017)

B.ETIOLOGI
a.pola diet tidak adekuat/tidak sempurna
makanan adalah factor utama yang mempengaruhi eliminasi feses cukupnya selulosa,serat pada
makanan,penting untuk memperbesar volume veses.Makanan tertentu pada beberapa orang sulit
atau tidak bisa di cerna.
b.Cairan
pemasukan cairan juga mempengaruhi eliminasi feses.ketika pemasukan cairan yang adekuat
atau pengeluaran (Contoh Urine muntah) yang beberapa alasan tubuh melanjutkan untuk
mereabsorbsi air dari chime ketika ia lewat disepanjang colon.dampaknya chyme menjadi lebih
kering dari normal,mengahasilkan feses yang keras.ditambah lagi berkurangnya pemasukan
cairan memperlamabat perjalan chyme disepanjang intestinal,sehingga meningkatkan reabsorbsi
cairan dari chyme.
C.Meningkatkan stress psikologi
dapat dilihat bahwa stress dapat mempengaruhi defekasi penyakit-penyakit terntentu termasuk
diare kronik ,seperti ulcus pada coliltis,bia jadi mempunyai komponen psikologi.diketahui juga
bahwa beberapa orang yg cemas atau marah dapat menigkatkan aktivitas peristaltik dan
frekuensi diare.ditambah lagi orang yang depresi bisa memperlambat motilitas intestinal,yang
berdampak pada konstipasi.
d.kurang aktifitas,kurang berolahraga,berbaring lama
pada pasien immobilisasi atau bedrest akan terjadi penurunan gerak peristaltic dan dapat
menyebabkan melambatnya feses menuju rectum dalam waktu lama dan terjadi reabsorbsi cairan
feses sehingga feses mengeras.

C. TANDA DAN GEJALA

a. Konstipasi :

 Meurunnya frekuensi BAB


 Pengeluaran feses yang sulit, keras dan mengejan
 Nyeri rectum

b. Impaction:

 Tidak BAB
 Anoreksia
 Kembung atau kram
 Nyeri rectum

c. Diare:

 BAB sering dengan cairan dan feses yang tidak berbentuk


 Isi intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat
 Iritasi didalam kolon merupakan factor tambahan yang menyebabkan, menignkatatkan
sekresi mukosa
 Feses menjadi encer sehingga pasien tidak dapat mengontrol dan menahan BAB

d. inkontinensia Fekal:

 Tidak mampu mengontrol BAB dan udara dari anus


 BAB encer dan jumlahnya banyak
 Gangguan fungsi spingter anal, penyakit neuromuskuler, trauma spinalcord dan tumor
spinter anal eksternal

e. Flatulens:
 Menumpuknya gas pada lumen intestinal
 Dinding usus meregang dan distended, merasa penuh, nyeri dan kram
 Biasanya gas keluar melalui mulut (sendawa) atau anus (flatus)

f. Hemoroid:

 Pembengkakan vena pada dinding rectum


 Pendarahan jika dinding pembuluh darah vena meregang
 Merasa panas dan gatal jiak terjadi inflamasi

D. PATOFISIOLOGI

Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rectum. Hal ini juga disebut bowel
movement. Frekuensi defekasi setiap orang sangat bervariasi dari beberapa kali perhari
sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga bervariasi setiap orang. Ketika
gelombang peristaltic mendorong feses kedalam kolon sigmoid dan rectum, saraf sensorik
dalam rectum dirangsang dan individu menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi.

Reflex defekasi kedua yaitu parasimpatis. Ketika sarat dalam rektum dirangsang, signal
diteruskan ke spinal cord (sakral 2-4) dan kemudian kembali ke kolon desendel, kolon
sigmoid dan rektum. Sinyal-sinyal parasimpatis ini meningkatkan gelombang peristaltik,
melemaskan spingter anus internal dan menigkatkan reflex defekasi instriksik. Spingter anus
individu duduk bedpan, spingter anus eksternal dengan sendirinya.
E. PATHWAY

PATHWAY MYELITIS

Antigen Viral Malformasi arteri Idiopatik


Systemic lupus erythematosis, Vena spiral
sindrom sjogren’s sarcoidosis.
aterokkrosis

Autoimun Iskemik jaringan

Medulla spinallis

Inflamasi
Sel saraf - Perburukan

Inflamasi luas

MYELITIS

Edema medulla spinal, hiperemi, mielomalasoa

Nyeri akut
Paralisis ekstermitas

Hilangnya sensorik

Hambatan

Mobilitas fisik
Disfungsi kandung
kemih dan BAB

Gangguan eliminasi

urine

konstipasi
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pemeriksaan USG
 Pemeriksaan foto rontgen
 Pemeriksaan laboratorium urin dan feses
G. PENATALAKSANAAN
 Pemberian cairan
 Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada klien dengan
Tujuan menyembuhkan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu
diperhatikan :

1. Memberikan asi
2. Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein,
vitamin, mineral dan makanan yang bersih.
 Obat – obatan
Pemberian cairan, pada klien diare dengan memperhatikan derajat dehidrasinya dan
keadaan umum :
a. Cairan peroral
b. Cairan parental
c. Diatetik (pemberian makanan)
d. Obat – obatan

H. KOMPLIKASI

Hemoroid adalah kumpulan dari pelebaran satu segmen atau lebih vena hemeroidalis di
daerah anorektal. Hemoroid bukan sekedar pelebaran vena hemoroidalis, tetapi bersifat
lebih kompleks yakni melibatkan beberapa unsur berupa pembuluh darah, jaringan lunak
dan otot disekitar anorektal.

Klasifikasi hamoroid yaitu :

a. Hemoroid eksternal berasal dari bagian distal dentate line dan dilapisi oleh epitel
skuamos yang telah termodifikasi serta banyak persarafan serabut saraf nyeri somatik.
b. Hemoroid internal, berasal dari bagian proksimal dentate line dan dilapisi mukosa.
c. Hemoroid internal – eksternal
Dilapisi oleh mukosa dibagian superior dan kulid pada bagian inferior serta memiliki
saraf nyeri (potter perry, 2006).
I. PENGKAJIAN
 Riwayat keperawatan eliminasi

Riwayat keperawatan eliminasi fekal dan urine membantu perawat menentukan pola
defekasi norlam klien. Perawat mendapatkan suatu gambaran feses normal dan
beberapa perubahan yang terjadi dan mengumpulkan informasi tentang beberapa
masalah yang pernah terjadi berhubungan dengan eliminasi, adanya ostomy dan
faktor-faktor memengaruhi pola eliminasi.

Pengkajian meliputi :

a) Pola eliminasi
b) Gambaran feses dan perubahan yang terjadi
c) Masalah eliminasi
d) Factor-faktor yang mempengaruhi seperti: penggunaan alat bantu, diet, cairan,
aktivitas, medikasi, dan stres.

 Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik abdomen terkait dengan eliminasi alvi meliputi inspeksi,


aulskultasi, perkusi, dan palpasi dikhususkan pada saluran internal, auskultasi
dikerjakan sebelum palpasi, sebab palpasi dapat merubah peristaltik. Pemeriksaan
rektum dan anus meliputi inspeksi dan palpasi. Infeksi feses, meliputi observasi feses
klien terhadap warna, konsistensi, bentuk permukaan, jumlah, baud an adanya
unsur-unsur abdomen.

 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic saluran gastrointestinal meliputi teknik visualisasi
langsung / tidak langsung dan pemeriksaan laboratorium terhadap unsur-unsur yang
tidak normal.

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN

 Perubahan dalam eliminasi fekal berhubungan dengan konstipasi, diare, inkontinesia


usus, hemoroid, impaction.
 Perubahan dalam rasa nyaman berhubungan dengan dysuria, nyeri sesaat.
 Self care deficit : toileting jika klien inkontinesia.

 KONSEP DIAGNOSA

Dimana seseorang tidak mampu mengendalikan pengeluaran urine, kemungkinan


penyebab (berhubungan dengan) gangguan neuromuskuler, spasme baldder trauma
pelvic, infeksi saluran kemih, trauma medulla spinalis, kemungkinan klien
mengalami (data yang ditemukan) : inkontenesia, keinginan berkemih yang segera,
sering ke toilet, menghindari minuman, spasme bladder, setiap berkemih kurang dari
100 ml atau lebih dari 550 ml.

 PENGKAJIAN
a. Pengumpulan data:
 Aktivitas/istirahat

Tanda: klien nampak lemah

 Makanan dan cairan

Gejala: klien mengatakan nafsu makannya berkurang

Tanda: porsi makan tidak dihabiskan

 Eliminasi

Gejala: klien mengeluh tidak dapat mengontrol buang air kecil, klien
mengatakan kencingnya keluar sendiri
Tanda: keluaran urine tidak terkontrol, keluaran urine terus menerus.

 Integritas Ego

Gejala: klien mengatakan stress pada penyakitnya

Tanda: klien nampak ketakutan

 Keamanan

Tanda: decubitus

 Nyeri/Kenyamana
Gejala: klien mengeluh nyeri pada daerah abdomen bagian bawah
Tanda: nyeri tekan pada abdomen
 Penyuluhan dan pembelajaran

Gejala: klien mengatakan kurang pengetahuan dan informasi tentang


penyakitnya

Tanda: pasien tampak bertanya pada perwat dan dokter akan


penyakitnya

b. Pengelompokkan data

Data subjektif:

 Klien mengatakan nafsu makannya berkurang


 Klien mengeluh tidak dapat mengontrol buang air kecil
 Klien mengatakan air kecingnya keluar sendiri
 Klien mengatakan stres pada penyakitnya
 Klien mengeluh nyeri pada daerah abdomen bagian bawah
 Klien mengatakan kurang pengetahuan dan informasi tentang
penyakitnya

Data objektif:

 Klien nampak lemah


 Porsi makan tidak dihabiskan
 Keluar air urine tidak terkontrol
 Keluar air urine terus menerus
 Klien nampak ketakutan
 Nyeri tekan pada abdomen
 Pasien tampak bertanya kepada perawat akan penyakitnya

Data Penyebab Masalah


Ds: Adanya infeksi pada Nyeri
 Klien mengeluh nyeri pada dinding kandung kemih
daerah abdomen pada bagian
bawah Iritasi lapisan mukosa
Do: kandung kemih
 Nyeri tekan pada abdomen
Sakit pada saat BAB

Gangguan rasa nyaman


nyeri
Ds : Inkontinesia urin Resiko tinggi kekurangan nutrisi
 Klien mengeluh nafsu makan
kurang Bau pesing
 Porsi makan tidak di habiskan
Anoreksi

Intake nutrisi yang kurang


adekuat

c. Analisa data

Do : Inkontenensia urine Resiko tingi deficit volume


cairan
 keluaran urine tidak dapat
terkontrol
Keluaran urine yang terus
 keluaran urine terus
menerus
menerus

Pembatasan intake cairan

Ketidakseimbangan intake output


cairan elektrolit

Resiko tinggi deficit volume


cairan
Ds : Adanya factor penyebab Perubahan pada eliminasi
inkontenensia urine
 klien mengeluh tidak dapat
mengontrol buang air kecil
 klien mengatakan
Kelemahan pada sfingter externa
kencingnya keluar sendiri
Do :
 keluaran urine tidak Inkotenensia
terkontrol
 keluaran urine terus –
menerus Gangguan pola eliminasi

Ds : Kurang pengetahuan tentang Kecemasan


penyakitnya
 klien mengatakan stress pada
penyakitnya
Ketidakmampuan pasien
 klien mengatakan kurang menggunakan mekanisme koping
pengetahuan dan informasi
tentang penyakitnya
Berdampak pada keluhan fisiknya
Do :
 pasien tampak bertanya
Pasien merasa terancam
kepada perawat dan dokter
akan penyakitnya
 klien nampak ketakutan cemas
d. Prioritas masalah
 Nyeri
 Perubahan pola eliminasi
 Kecemasan
 Resiko tinggi deficit volume cairan
 Resiko tinggi kekurangan nilai nutrisi
K. DIAGNOSA INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Intervensi mandiri
O : kaji status klien ; deteksi defekasi terakhir, pola nmormal defekasi, adanya
hemoroid, mobilisasi, dan control sfinger eksternal
N : berikan kompres hangat untuk mengurangi rasa nyeri diperut
E : anjurkan untuk tetap makan-makanan yang tinggi serat dan menghindari alergen.
b. Intervensi kolaborasi
C : kolaborasi, dengan dokter dalam pemberian obat cefotaxime colaborasi dengan ahli
gizi untuk pemberian makanan tingi serat.
DAFTAR PUSTAKA
Asuhan keperawatan klien dengan gangguan eliminasi. Terdapat pada
http://g11medical.blogspot.com/2007/06/asuhan-
keperawatankliendenganmasalahhtml
Brunner suddarth . 2002 . keperawatan medical bedah VOL 3. enerbit
kedokteran EGC : Jakarta
Hamawatiaj. 2010. Konsep dasar pemenuhan kebutuhan eliminasi fekal
terdapat pada
http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/14/konsepdasarpemenuhan-
kebutuhaneliminasi-fecal/
Septiawan, catur E 2008. Perubahan pada pola urinarius. Terdapat pada:
www.KIWA.org
Sjamsuhidayat. 2004. Buku ajar medical bedah. Penerbit kedokteran EGC
Jakarta.
Supratman. 2000. Askep klien dengan sistem perkemihan Andi Visi kartini
Retensi urine postpartum.
http://www.jevuska.com/2007/04/19/retensi-urine-post-parfum
siregar, C.Trisa, 2004, kebutuhan dasar manusia eliminasi BAB, Program
studi ilmu keperawatan fakultas kedokteran Universitas Sumatra Utara.
Johnson M.meridean. M, Moorheard, 2000, NANDA, NIC, NOC
PENERBITAN MOSBY.

Anda mungkin juga menyukai