Dosen Pengajar : M. Zulfikar Firmansyah, S.H., M.H.
Tugas : Hukum Islam (Review UU tentang Peradilan Agama)
Revisi Undang-Undang tentang Peradilan Agama no 7 tahun 1989, no 3 tahun 2006 dan no 50 tahun 2009
Pengertian Peradilan Agama menurut Undang-Undang adalah:
Peradilan Agama adalah Peradilan bagi orang-orang yang beragama islam (UU no 7 tahun 1989) Peradilan Agama adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang beragama islam mengenai perkara tertentu sebagaimana dimaksud dengan Undang-Undang ini (UU no 3 tahun 2006 Pasal 2)
a) Kelebihan yang terkandung di dalam Undang-Undang tentang Peradilan Agama no 7
tahun 1989 tersebut meliputi: Menurut saya kelebihan yang terkandung di dalam Undang-Undang tentang Peradilan Agama no 7 tahun 1989 adalah : Peradilan Agama telah menjadi peradialan mandiri, kedudukannya telah sejajar dan sederajat dengan Peradilan Umum, Peradilaan Militer dan Peradilaan Tata Usaha Negara. Perlindungan terhadap wanita lebih ditingkatakan, dengan cara antara lain memberikan hak yang sama kepada sang istri dalam berproses membela kepentigannya dimuka pengadilan. Lebih memaksimalkan upaya penggalian berbagai asas dan kaidah hukum islam melalui yurisprudensi sebagai salah satu bahan dalam penyusunan dan pembinaan Hukum Nasional.
b) Kekurangan yang terkandung di dalam Undang-Undang tentang Peradilan Agama no
7 tahun 1989 tersebut adalah: Menurut saya kekurangan yang terkandung di dalam Undang-Undang tentang Peradilan Agama no 7 tahun 1989 adalah : Kekurangan terdapat pada pernyataan pada Undang-Undang tersebut yang menyatakan bahwa Peradilan Agama telah menjadi peradilan mandiri, tetapi dalam beberapa pasal masih terlihat kurang mandiri, ini terlihat pada pasal 49 ayat (3) yang menyatakan bahwa para pihak dapat mempertimbangkan untuk memilih hukum apa yang digunakan oleh pihak tersebut dalam pembagian warisannya. c) Kelebihan yang terkandung di dalam Undang-Undang tentang Peradilan Agama no 3 tahun 2006 tersebut meliputi: Menurut saya kelebihan yang terkandung di dalam Undang-Undang tentang Peradilan Agama no 3 tahun 2006 adalah : Dalam hal penyelesaian sengketa hak milik antara sesama orang islam dan pemberian Itsbat kesaksian Rukyat Hilal dalam penentuan awal bulan pada Tahun Hijriyah, pemberian keterangan atau nasihat mengenai perbedaan penentuan arah kiblat dan penentuan sholat.
d) Kekurangan yang terkandung di dalam Undang-Undang tentang Peradilan Agama no
3 tahun 2006 tersebut adalah: Menurut saya kekurangan yang terkandung di dalam Undang-Undang tentang Peradilan Agama no 3 tahun 2006 adalah : Kekurangan terdapat pada pernyataan pada Undang-Undag tersebut yang menyatakan bahwa pada Pasal 49 Undang-Undang tersebut dengan jelas menggariskan bahwa segala pekara yang berkaitan dengan ekonomi syariah ditangani oleh Pengadilan Agama. Namun dalam prakteknya penangganan perkara ekonomi syariah masih diperebutkan anatar Pengadilan Negeri dengan Pengadilan Agama, terutama dalam hal eksekusi putusan Arbitrasi Syariah.
e) Kelebihan yang terkandung di dalam Undang-Undang tentang Peradilan Agama no 50
tahun 2009 tersebut meliputi: Menurut saya kelebihan yang terkandung di dalam Undang-Undang tentang Peradilan Agama no 50 tahun 2009 adalah : Dalam hal pengangkatan Hakim Ad Hoc, Undang-Undang tersebut mengatur bahwa pada pengadilan khusus dapat diangkat Hakim Ad Hoc untuk memeriksa, mengadili, dan memutus perkara yang membutuhkan keahlian dan pengalaman dalam bidang tertentu dan dalam jangka waktu tertentu.
f) Kekurangan yang terkandung di dalam Undang-Undang tentang Peradilan Agama no
50 tahun 2009 tersebut adalah: Menurut saya kekurangan yang terkandung di dalam Undang-Undang tentang Peradilan Agama no 50 tahun 2009 adalah : Pada Pasal 49 UU no 3 tahun 2006 mengatur bahwa jenis perkara yang menjadi kewenangan Peardilan Agama bertambah luas, dengan kewenangan mengadili sengketa ekonomi syariah. Namun menurut pendapat saya, pasal ini akan berbenturan dengan bunyi pasal 2 Undang-Undang no 50 tahun 2009, tentang Peradilan Agama bahwa Peradilan Agama adalah peradilan bagi orang-orang yang beragama islam. Melihat bahwa pemilik usaha yang berdasarkan prinsip syariah itu sebagian non muslim dan ketika orang tersebut menjalankan usaha bisnis syariah itu, maka akan terbentur dengan bunyi pasal 2 Undang-Undang no 50 tahun 2009.