Anda di halaman 1dari 15

Volume 1 Nomor 1, April 2012

PEMBANGUNAN HUKUM

HN
DALAM RANGKA PENINGKATAN SUPREMASI HUKUM
(Development of Law in Order to Enhancement Supremacy of Law)

Wicipto Setiadi
Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN)

BP
Kementerian Hukum dan HAM RI
Jl. Mayjen Soetoyo No. 10 Cililitan Jakarta Timur
Email: wicipto@yahoo.com

Naskah diterima: 20 Januari 2012; revisi: 24 Februari 2012; disetujui: 14 Maret 2012

ing
Abstrak
Konstitusi menyatakan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum. Ketentuan tersebut mengandung makna bahwa
hukum merupakan sesuatu yang supreme. Dengan supremasi hukum diharapkan lahir ketertiban (order) atau tata kehidupan
masyarakat yang harmonis dan berkeadilan sehingga hukum dapat berperan dalam menjaga stabilitas negara. Dari empat
belas tahun pasca reformasi Indonesia, pembangunan hukum menjadi salah satu agenda utama, namun Indonesia belum
ind
mampu keluar dari berbagai persoalan hukum, dan bahkan terjebak ke dalam ironi sebagai salah satu negara paling korup.
Penelitian yang mengangkat permasalahan tentang kondisi penegakan hukum saat ini dilaksanakan dengan menggunakan
metode kepustakaan. Dari hasil penelitian terlihat bahwa prestasi penegakan hukum mulai terlihat dalam beberapa tahun
terakhir, meskipun masih juga terlihat beberapa masalah di berbagai sisi. Satu satu hal penting yang harus diperhatikan
dalam pelaksanakan pembangunan hukum, yaitu hukum harus dipahami dan dikembangkan sebagai satu kesatuan sistem
yang di dalamnya terdapat elemen kelembagaan, elemen materi hukum, dan elemen budaya hukum.
Kata kunci: supremasi hukum, pembangunan hukum, stabilitas nasional, penegakan hukum
V
hts

Abstract
The Constitution declare that Indonesia is a state of law. Provision implies that the law is something that is supreme. With
the rule of law is expected to appear order or a harmonious society and justice so that law can play a role in maintaining
the stability of the country. Of the fourteen years of post-reform Indonesia, development of the law became one of the
main agenda, but Indonesia has not been able to get out of a variety of legal issues, and even stuck to the irony as one
of the most corrupt countries. The research raised issues about the current state of law enforcement is being carried out
by using literature methods. From the research shows that achievement of law enforcement began to appear in recent
ec

years, although it is also seen some problems on the various sides. One of the important things that must be considered
in implementing the construction of the law, the law must be understood and developed as an integrated system in which
there is institutional elements, elements of legal substance, and legal culture elements.
Keywords: supremacy of law, development of law, national stability, law enforcement
lR
na
Jur

Pembangunan Hukum dalam Rangka Peningkatan Supremasi Hukum (Wicipto Setiadi) 1


Volume 1 Nomor 1, April 2012

A. Pendahuluan Pemerintah secara tegas mengakui

HN
masih banyaknya permasalahan di bidang
Reformasi konstitusi telah menegaskan
hukum yang belum bisa teratasi. Di bidang
secara eksplisit bahwa Indonesia adalah negara
kelembagaan hukum, misalnya, masih terdapat
hukum. Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang
permasalahan: (a) kurangnya in­de­pendensi
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
kelembagaan hukum, terutama lem­baga-

BP
menyatakan: ”Negara Indonesia adalah negara
lembaga penegak hukum membawa akibat
hukum.” Ketentuan tersebut mengandung
terabaikannya prinsip impartialitas dalam
makna antara lain bahwa adanya pengakuan
banyak putusan lembaga yudikatif. Hal ini
terhadap prinsip supremasi hukum dan
akan berperan terhadap terjadinya degradasi
konstitusi, adanya prinsip peradilan yang bebas

ing
kepercayaan masyarakat kepada sistem hukum
dan tidak memihak yang menjamin persamaan
maupun goyahnya kepastian hukum; (b)
setiap warga negara dalam hukum, serta jaminan
Independensi lembaga hukum harus disertai
keadilan bagi setiap orang termasuk terhadap
dengan akuntabilitas. Namun demikian dalam
penyalahgunaan wewenang oleh pihak yang
ind praktik, pengaturan tentang akuntabilitas
berkuasa. Artinya, dengan hukum yang benar-
lembaga hukum tidak dilakukan dengan jelas,
benar supreme diharapkan akan melahirkan
baik kepada siapa atau lembaga mana ia harus
ketertiban (order) atau tata kehidupan yang
bertanggung jawab maupun tata cara bagaimana
harmonis dan keadilan bagi masyarakat, dengan
V
yang harus dilakukan untuk memberikan
demikian pada gilirannya hukum dapat berperan
pertanggungjawabannya. Hal yang demikian
dalam menjaga stabilitas bagi sebuah negara.
hts

telah memberikan kesan tiadanya transparansi


Namun demikian berdasarkan penga­
di dalam proses penegakan hukum; (c) Di
laman sepuluh tahun reformasi yang hendak
samping itu, sinyalemen tentang kurangnya
menjadikan pembangunan hukum sebagai salah
integritas dari para penyelenggara negara
satu agenda utamanya, Indonesia terjebak ke
ec

juga sangat memprihatinkan. Kasus-kasus


dalam ironi. Sedikitnya ada dua ironi. Pertama,
hukum yang sedang berlangsung di berbagai
Indonesia diketahui secara internasional sebagai
lembaga negara, berpengaruh besar terhadap
salah satu negara paling korup tetapi koruptor
lR

memudarnya supremasi hukum serta semakin


yang dapat dijerat dengan hukum masih
berdampak pada ketidakpercayaan masyarakat
belum memuaskan, baik kuantitas maupun
terhadap sistem hukum yang ada.
kualitas. Kedua, sebagaimana disebut di atas,
na

secara konstitusional Indonesia menetapkan


diri­
nya sebagai negara hukum tetapi dalam B. Permasalahan
kenyataannya hukum belum dapat ditegakkan Dari uraian di atas kemudian diru­mus­kan
dengan baik. Penegakan hukum masih dianggap beberapa permasalahan sebagai berikut:
Jur

sebagai hal yang sangat besar pengaruhnya 1. Apakah kondisi penegakan hukum telah
terhadap perbaikan ekonomi nasional yang menunjukkan supremasi hukum?
belum kunjung pulih.

2 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 1, April 2012, hlm. 1-15


Volume 1 Nomor 1, April 2012

2. Apakah penegakan supremasi hukum tiang penyangga dan alat untuk membangun

HN
akan berpengaruh positif bagi stabilitas kehidupan yang harmonis, berkeadilan dan
nasional dalam rangka mewujudkan Negara berkepastian dalam masyarakat yang tertib,
demokratis? ternyata juga dilanda krisis yang tak kalah
3. Bagaimana arah pembangunan hukum hebatnya. Korupsi, konflik daerah, dan tindak

BP
menuju terwujudnya supremasi hukum? kekerasan dalam bentuk main hakim sendiri kini
masih marak menandai hebatnya krisis ini.
C. Metode Penelitian Kekecewaan menjadi tidak terelakkan dengan
Berdasarkan identifikasi masalah seba­ kenyataan bahwa amanat reformasi untuk
gaimana diuraikan di atas, maka tulisan ini menegakkan hukum melalui pemberantasan

ing
masuk dalam penelitian hukum yang normatif KKN dan kasus-kasus lainnya menjadi semakin
dengan studi kepustakaan. Untuk itu tulisan memilukan ketika jantung penegakan hukum
ini mempergunakan metode penelitian diterpa badai hebat dengan diketahuinya
yuridis normatif.1 Namun demikian tetap ind keterlibatan para penegak hukum dalam kasus
akan menggunakan data penelitian empiris2 KKN yang mencolok mata.
sebagai pendukung. Dengan demikian pokok Ketika intervensi rezim penguasa terhadap
permasalahan diteliti secara yuridis normatif. hukum berkurang di era kebebasan ini, nyatanya
Tulisan ini juga menggunakan pen­dekatan kekuatan lain—yang berhubungan dengan
V
sosio hukum, sehingga memiliki perspektif lebih pasar—dapat melakukan penetrasi ke dalam
luas dengan melihat hukum dalam hubungannya lembaga-lembaga penegak hukum yang sama
hts

dengan sistem sosial, politik, dan ekonomi kuat dengan rezim sebelumnya.
masyarakat.3 Penegakan hukum yang bersifat “tebang
pilih” tak terhindarkan, meski penyebabnya
D. Pembahasan bukanlah faktor politis seperti pada era
ec

1. Penegakan Hukum sebagai Refleksi sebelumnya. Faktor-faktor teknis yang berkaitan


Supremasi Hukum dengan kekuatan dan profesionalitas lembaga
Masalah penegakan hukum pasca Reformasi dan aparat menjadi sangat menentukan dalam
lR

menghadapi situasi yang semakin kompleks dan memberikan keadilan hukum bagi rakyat.
pelik. Hukum yang semula diharapkan menjadi Penegakan hukum sangat bergantung pada
na

1
Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: CV. Rajawali,
1990), hlm. 15. Lihat juga Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan
Singkat, edisi 1, cet. v, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 13-14, dan juga Soerjono Soekanto dan
Sri Mamudji, Peranan dan Penggunaan Perpustakaan di Dalam Penelitian Hukum, (Jakarta: Pusat Dokumentasi
Hukum Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1979) hlm. 15.
Jur

2
Penelitian empiris adalah penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti data-data primer, yaitu data yang
diperoleh langsung dari masyarakat. Pemikiran empiris ini disebut juga pemikiran sosiologis. Lebih jauh tentang
ini lihat Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, ibid.
3
Reformasi Hukum di Indonesia, Hasil Studi Perkembangan Hukum, Proyek Bank Dunia (Jakarta: Cyberconsult,
1999) hlm. 153.

Pembangunan Hukum dalam Rangka Peningkatan Supremasi Hukum (Wicipto Setiadi) 3


Volume 1 Nomor 1, April 2012

aparat yang bersih, peduli dan profesional baik tegas untuk memutus hubungan dengan kasus-

HN
di kepolisian, kejaksaan, kehakiman dan seluruh kasus peninggalan Orde Baru. Ada 3 (tiga) cara.
jajaran birokrasi yang menjalankan fungsi-fungsi Pertama, melakukan amputasi (pemberhentian
penegakan hukum tersebut. massal) atas pejabat-pejabat birokrasi terutama
Penegakan hukum tanpa pandang birokrasi penegak hukum, yang berada pada
bulu terhadap para koruptor yang telah usia dan level tertentu, melalui Undang-Undang

BP
menyengsarakan rakyat banyak adalah indikator Lustrasi agar tindakan hukum dapat dilakukan
yang sering didengungkan rakyat untuk secara tegas dan lugas. Kedua, melakukan
mengukur seberapa jauh komitmen pemerintah pemutihan dengan memberikan pegampunan
dalam sektor ini. Tindakan represif harus bersifat secara nasional (national pardon) atas para

ing
imparsial dan non diskriminatif, sehingga mudah pelaku pelanggaran di masa lalu, dengan alasan
mendapat dukungan masyarakat, apalagi untuk bahwa sangat sulit melakukan penyelesaian
kasus korupsi yang luar biasa. Hadirnya Komisi secara tegas berdasarkan hukum atas kasus yang
Pemberantasan Korupsi semestinya menjadi begitu banyak dan rumit dan yang dilakukan
momentum baru dalam perang total melawan
ind oleh mereka sebagai akibat adanya sistem yang
korupsi, seraya memperbaiki kinerja Kepolisian, memaksa ketika itu.4
Kejaksaan serta Kehakiman agar menjadi ujung Ketiga, perlu ada pergeseran orientasi
tombak penegakan keadilan. paradigma atas konsepsi Negara hukum dari
V
Problem penegakan hukum selama ini rechtsstaat menjadi the rule of law seperti yang
disebabkan, paling tidak, oleh dua hal yakni banyak dikembangkan di negara-negara Anglo
hts

persoalan politik dan persoalan paradigmatik. Saxon. Dengan paradigma ini maka setiap upaya
Persoalan politik adalah warisan birokrasi penegakan hukum akan mampu melepaskan
yang korup dan rekrutmen politik yang keliru. diri dari jebakan-jebakan formalitas-prosedural
Sedangkan persoalan paradigmatik adalah serta mendorong para penegak hukum untuk
ec

ambiguitas orientasi atas konsepsi Negara kreatif dan berani menggali nilai-nilai keadilan
hukum. Berdasarkan pemetaan masalah serta menegakkan etika dan moral di dalam
tersebut maka solusi yang ditawarkan untuk masyarakat dalam setiap penyelesaian kasus
lR

politik penegakan hukum adalah solusi politik hukum.


dan solusi paradigmatik. Meski ada banyak wajah suram penegakan
Solusi politik yang dimaksudkan adalah hukum, terlihat pula beberapa prestasi
untuk mengatasi kasus-kasus KKN dan menggembirakan dalam penegakan hukum.
na

pelanggaran HAM warisan masa lalu perlu Prestasi KPK dapat disebut sebagai contoh dari
diselesaikan dengan keputusan politik yang ”sedikit” keberhasilan dalam penegakan hukum.
Jur


4
Menurut Mahfud MD, pada masa beliau menjabat sebagai Menteri Kehakiman, pernah merancang Rancangan
Undang-Undang Lustrasi dan Pemutihan ini, tetapi terhenti bersamaan dengan lengsernya Gus Dur sebagai
Presiden. Lebih jauh lihat http://mahfudmd.com/ index.php?page= web. BeritaDetail&id=152&PHPSESSID=oi
7k16ehepf8hj65p6r5o58813, diakses pada 15 Februari 2012.

4 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 1, April 2012, hlm. 1-15


Volume 1 Nomor 1, April 2012

KPK dipandang institusi yang lebih berhasil relevan dengan persoalan di Indonesia.5 Teori

HN
menegakkan hukum karena personalia di KPK itu mengatakan bahwa negara yang terbuka
diseleksi dari orang-orang yang relatif bersih dan terhadap kebebasan dan keterbukaan justru
birokrasinya bukanlah birokrasi warisan lama. bisa memiliki stabilitas yang mampu mengatasi
guncangan internal tanpa harus khawatir
2. Stabilitas Nasional sebagai Pen­du­kung

BP
negara itu akan jatuh. “Jadi dia punya kapasitas
Supremasi Hukum untuk menghadapi guncangan ekonomi, sosial,
Presiden Repubik Indonesia, Susilo Bambang keamanan, dan politik sedemikian rupa.”
Yudhoyono, dalam berbagai kesempatan Pengelolaan stabilitas di era keterbukaan
menugaskan kepada Lembaga Ketahanan ini diperlukan karena kita menginginkan

ing
Nasional (Lemhanas) memikirkan bagaimana pembangunan demokrasi yang di dalamnya
memelihara dan mem­ pertahankan stabilitas mengakomodasi harmoni dengan kebebasan
nasional Indonesia pada era keterbukaan, dan keterbukaan, penegakan hukum dan
kebebasan dan demokrasi. Presiden berharap, ind toleransi. Meskipun stabilitas tidaklah inheren
idiom penciptaan stabilitas tidak melulu dengan demokrasi. Stabilitas dapat dibuat
dikaitkan dengan Orde Baru, otoritarian dan tanpa demokrasi. Hal ini terjadi di Indonesia
bertentangan dengan demokrasi. (pada era Orde Baru), Malaysia dan Singapura
Menurut Presiden, masyarakat Indonesia yang meski stabil namun tidak demokratis.
V
belum memberikan perhatian sungguh-sungguh Sebuah negara dapat disebut demokratis bila
terhadap stabilitas. Padahal pembangunan di rule of law-nya bekerja. Selain itu juga tidak ada
hts

negara penganut sistem demokrasi apa pun lagi konflik separatis, dan tidak ada kekerasan di
memerlukan stabilitas nasional yang baik. masyarakat yang diselesaikan di luar prosedur
Guncangan terhadap stabilitas nasional pasti hukum. Stablilitas yang kemudian tercipta
ada. Hanya, guncangan harus dikelola dengan adalah stabilitas dalam kerangka demokrasi dan
ec

baik. bukan stabilitas yang otoriter.


Teori yang mengatakan stabilitas berbanding
terbalik dengan kebebasan dan keterbukaan 3. Arah Pembangunan Hukum
lR

masih bisa diperdebatkan. Namun pendekatan Pembangunan hukum merupakan upaya


seperti ini sebaiknya ditinggalkan karena negara sadar, sistematis, dan berkesinambungan
penganut stabilitas dengan pendekatan otoriter untuk membangun kehidupan bermasyarakat,
suatu saat akan mengalami periode instabilitas berbangsa, dan bernegara yang semakin
na

yang membahayakan. Hal ini berbeda dengan maju, sejahtera, aman, dan tenteram di dalam
teori The New Way to Understand Why The bingkai dan landasan hukum yang adil dan
Nation Rise and Fall karya Bremmer yang dinilai
Jur

5
Lebih jauh lihat Ian Bremmer, The J Curve: A New Way to Understand Why The Nation Rise and Fall, (Simon &
Schuster, Inc. 2006). Lihat juga http://www.jcurvebook.com/.

Pembangunan Hukum dalam Rangka Peningkatan Supremasi Hukum (Wicipto Setiadi) 5


Volume 1 Nomor 1, April 2012

pasti.6 Pelaksanaan pembangunan tersebut a. Politik hukum nasional harus selalu mengarah

HN
merupakan upaya untuk mencapai tujuan pada cita-cita bangsa yaitu masyarakat adil
negara sebagaimana yang tercakup dalam dan makmur berdasarkan Pancasila.
alinea keempat UUD 1945, yaitu melindungi b. Politik hukum harus ditujukan untuk
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah mencapai tujuan negara.
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, c. Politik hukum harus dipandu oleh nilai-

BP
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut nilai Pancasila sebagai dasar negara,
melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan yaitu: berbasis moral agama, menghargai
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan dan melindungi hak asasi manusia tanpa
sosial. diskriminasi, mempersatukan seluruh unsur

ing
Filosofi yang dianut dalam pembangunan bangsa, meletakkan kekuasaan di bawah
hukum nasional selama kurang lebih 40 (empat kekuasaan rakyat, dan membangun keadilan
puluh) tahun yaitu konsep hukum pembangunan sosial.
yang menempatkan peranan hukum d. Apabila dikaitkan dengan cita hukum
sebagai sarana pembaharuan masyarakat.7
ind negara Indonesia, maka politik hukum
Dalam konsep yang demikian, pelaksanaan harus melindungi semua unsur bangsa demi
pembangunan hukum mempunyai fungsi: integrasi atau keutuhan bangsa, mewujudkan
sebagai pemelihara dalam ketertiban dan keadilan sosial dalam ekonomi dan
V
keamanan, sebagai sarana pembangunan, kemasyarakatan, mewujudkan demokrasi
sebagai sarana penegak keadilan, dan sebagai (kedaulatan rakyat) dan nomokrasi
hts

sarana pendidikan masyarakat.8 Oleh karena (kedaulatan hukum) serta menciptakan


itu apabila dalam pelaksanaan pembangunan, toleransi hidup beragama berdasar keadaban
hukum diartikan sebagai sarana untuk mencapai dan kemanusiaan.
tujuan negara, maka politik hukum nasional Pada prinsipnya, kerangka utama strategi
ec

harus berpijak pada kerangka dasar, yaitu9: politik mengenai pembangunan hukum
nasional itu selama tiga dasawarsa yang lalu
lR


6
Jimly Asshiddiqie, Agenda Pembangunan Hukum Nasional Di Abad Globalisasi, (Jakarta: PT Balai Pustaka, 1998),
hlm. 28.

7
Pada dasarnya, fungsi hukum sebagai “sarana pembaharuan masyarakat” (law as a tool of social engeneering)
na

relatif masih sesuai dengan pembangunan hukum nasional saat ini, namun perlu juga dilengkapi dengan
pemberdayaan birokrasi (beureucratic engineering) yang mengedepankan konsep panutan atau kepemimpinan,
sehingga fungsi hukum sebagai sarana pembaharuan dapat menciptakan harmonisasi antara elemen birokrasi
dan masyarakat dalam satu wadah yang disebut “beureucratic and social engineering” (BSE). Lihat Romli
Atmasasmita, Menata Kembali Masa Depan Pembangunan Hukum Nasional, Makalah disampaikan dalam
Jur

“Seminar Pembangunan Hukum Nasional VIII” di Denpasar, 14-18 Juli 2003, hlm. 7.

8
Dirangkum dari Sunaryati Hartono, Hukum Ekonomi Pembangunan Indonesia, (Bandung: Binacipta, 1982).

9
Mahfud MD, Politik Hukum Menuju Pembangunan Sistem Hukum Nasional, Seminar Arah Pembangunan Hukum
Menurut UUD 1945 Hasil Amandemen, BPHN, 2006. Dalam konteks ini politik hukum diartikan sebagai arah
yang harus ditempuh dalam pembuatan dan penegakan hukum guna mencapai cita-cita dan tujuan negara.

6 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 1, April 2012, hlm. 1-15


Volume 1 Nomor 1, April 2012

mempunyai konsep dasar yang sama, yaitu memodifikasi beberapa teori hukum,

HN
UUD 1945. Landasan idealnya sama, yakni terutama teori Roscoe Pound “Law as a tool
Pancasila, landasan politis operasionalnya pun of social engineering” yang berkembang di
sama, yakni tujuan nasional yang tercantum Amerika Serikat. Apabila dijabarkan lebih
dalam pembukaan UUD itu, dan landasan lanjut maka secara teoritis Teori Hukum

BP
struktural kelembagaan pemerintah yang akan Pembangunan dari Mochtar Kusumaatmadja
mendukung beban pembangunan itu pun sama, dipengaruhi cara berpikir dari Herold
yakni sistem pemerintah presidensial. D. Laswell dan Myres S. Mc Dougal (Policy
Persoalan terbesar pembangunan Approach) ditambah dengan teori Hukum dari
hu­kum nasional pun masih belum berubah, Roscoe Pound (minus konsepsi mekanisnya).

ing
yaitu: adanya kesenjangan antara UUD 1945, Mochtar mengolah semua masukan tersebut
yang jelas-jelas menurut teks dan jiwanya adalah dan menyesuaikannya pada kondisi Indonesia.11
disemangati asas keadilan sosial dan berpihak Ada sisi menarik dari teori yang disampaikan
pada konsep sebesar-besarnya kemakmuran ind Laswell dan Mc Dougal dimana diperlihatkan
rakyat, dengan garis politik dan Perundang- betapa pentingnya kerja sama antara
undangan yang menyusul di bawahnya.10 pengemban hukum teoritis dan penstudi pada
Mencuatnya kembali paradigma kerakyatan umumnya (scholars) serta pengemban hukum
dan keadilan sosial ke permukaan, menjadi praktis (specialists in decision) dalam proses
V
indikasi bahwa paradigma inilah yang harus melahirkan suatu kebijakan publik, yang di satu
dipergunakan untuk menata kembali sistem sisi efektif secara politis, namun di sisi lainnya
hts

hukum yang bertalian dengan tatanan juga bersifat mencerahkan.


kehidupan berpolitik itu, baik mengenai Oleh karena itu maka Teori Hukum
keorganisasian, pemilihan umum, dan penataan Pembangunan dari Mochtar Kusumaatmadja
lembaga-lembaga perwakilan rakyat termasuk memperagakan pola kerja sama dengan
ec

perimbangan kekuasaan dan keuangan antara melibatkan keseluruhan stakeholders yang


pemerintah pusat dan daerah pada tahun-tahun ada dalam komunitas sosial tersebut. Dalam
yang lalu. proses tersebut maka Mochtar Kusumaatmadja
lR

Perspektif pembangunan hukum menambahkan adanya tujuan pragmatis (demi


nasional hingga saat ini pun masih merujuk pembangunan) sebagaimana masukan dari
pada teori yang dibangun oleh Mochtar Roescoe Pound dan Eugen Ehrlich dimana
Kusumaatmadja yang menggubah dan terlihat korelasi antara pernyataan Laswell dan
na
Jur

10
Bandingkan dengan Solly Lubis, Pembangunan Hukum Nasional, makalah disampaikan pada: Seminar
Pembangunan Hukum Naional VIII Tema Penegakan Hukum Dalam Era Pembangunan Berkelanjutan
Diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman Dan Hak Asasi Manusia RI, di
Denpasar, 14-18 Juli 2003.
11
Shidarta, Karakteristik Penalaran Hukum Dalam Konteks Ke-Indonesiaan, (Jakarta: CV Utomo, 2006), hlm. 411.

Pembangunan Hukum dalam Rangka Peningkatan Supremasi Hukum (Wicipto Setiadi) 7


Volume 1 Nomor 1, April 2012

Mc Dougal bahwa kerja sama antara akademisi 3. Apabila “hukum” di sini termasuk juga

HN
hukum (peneliti) dan pengemban hukum praktis hukum internasional, maka konsep hukum
itu idealnya mampu melahirkan teori hukum sebagai sarana pembaharuan masyarakat
(theory about law), teori yang mempunyai sudah diterapkan jauh sebelum konsep ini
dimensi pragmatis atau kegunaan praktis. diterima secara resmi sebagai landasan
Mochtar Kusumaatmadja secara cemerlang kebijakan hukum nasional.12

BP
mengubah pengertian hukum sebagai alat (tool) Saat ini telah terjadi perubahan paradigma
menjadi hukum sebagai sarana (instrument) dalam kehidupan politik dan ketatanegaraan di
untuk membangunan masyarakat. Pokok- Indonesia yaitu dari sistem otoritarian kepada
pokok pikiran yang melandasi konsep tersebut sistem demokrasi, dan dari sistem sentralistik ke

ing
adalah bahwa ketertiban dan keteraturan dalam sistem otonomi. Perubahan paradigma
dalam usaha pembangunan dan pembaharuan tersebut sudah tentu berdampak terhadap
memang diinginkan, bahkan mutlak perlu sistem hukum yang dianut selama ini yang
agar dapat mengarahkan kegiatan manusia menitikberatkan kepada produk-produk hukum
ke arah yang dikehendaki oleh pembangunan
ind yang lebih banyak berpihak kepada kepentingan
dan pembaharuan itu. Oleh karena itu, maka penguasa daripada kepentingan rakyat dan
diperlukan sarana berupa peraturan hukum produk hukum yang lebih mengedepankan
yang tertulis dan sesuai dengan hukum yang dominasi kepentingan pemerintah pusat
V
hidup dalam masyarakat. daripada kepentingan pemerintah daerah.
Lebih jauh, Mochtar berpendapat bahwa Hal ini juga berdampak pada: pertama,
hts

pengertian hukum sebagai sarana lebih luas kecenderungan sistem otonomi menjadi lebih
dari hukum sebagai alat karena: diperluas; dan kedua, kecenderungan sistem
1. Di Indonesia peranan perundang-undangan multipartai yang berdampak terhadap sistem
dalam proses pembaharuan hukum lebih kabinet presidensial yang selama ini dianut
ec

menonjol, misalnya jika dibandingkan dalam UUD 1945. Ketiga, kecenderungan


dengan Amerika Serikat yang menempatkan pemisahan (bukan pembedaan) secara tegas
yurisprudensi (khususnya putusan the (separation bukan differentiation) antara
lR

Supreme Court) pada tempat lebih penting. eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Fenomena
2. Konsep hukum sebagai “alat” akan ketiga sangat berpengaruh terhadap law
mengakibatkan hasil yang tidak jauh berbeda making process, dan law enforcement process.
dengan penerapan “legisme” sebagaimana Keempat, masuknya pengaruh-pengaruh
na

pernah diadakan pada zaman Hindia Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) ke dalam
Belanda, dan di Indonesia ada sikap yang pengambilan keputusan pemerintah dan proses
menunjukkan kepekaan masyarakat untuk legislasi. Kelima, adanya perintah kepada
Jur

menolak penerapan konsep seperti itu. Presiden untuk melaksanakan pemberantasan

Ibid. hlm. 415.


12

8 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 1, April 2012, hlm. 1-15


Volume 1 Nomor 1, April 2012

KKN dan menciptakan pemerintah yang bersih juga telah menegaskan secara eksplisit bahwa

HN
dan berwibawa semakin menambah beban Indonesia adalah negara hukum.13
pemerintah yang tidak kecil di masa kini dan Hukum nasional yang demokratis setidaknya
masa mendatang. Kelima hal di atas secara mempunyai karakter dan alur pikir sebagai
mutatis mutandis akan mempengaruhi pula berikut:

BP
konsep pembangunan hukum nasional yang a. Hukum nasional dibuat sesuai dengan cita-
akan diterapkan. cita bangsa, yakni masyarakat adil dan
Dalam melaksanakan pembangunan hukum, makmur berdasar falsafah negara.
satu hal penting yang harus diperhatikan adalah, b. Hukum nasional dirancang untuk mencapai
bahwa hukum harus dipahami dan dikembangkan tahap tertentu dari tujuan negara

ing
sebagai satu kesatuan sistem yang di dalamnya sebagaimana tertuang di dalam Pembukaan
terdapat elemen kelembagaan, elemen materi UUD 1945,
hukum, dan elemen budaya hukum. c. Hukum nasional harus menjamin integrasi
Hukum Nasional adalah kesatuan hukum yang
ind bangsa dan negara baik teritori maupun
dibangun untuk mencapai tujuan Negara yang ideologi, mengintegrasikan prinsip demokrasi
bersumber dari falsafah dan konstitusi negara, dan nomokrasi, artinya pembangunan
di dalam kedua hal itulah terkandung tujuan, hukum harus mengundang partisipasi dan
dasar, dan cita hukum negara Indonesia. Semua menyerap aspirasi masyarakat melalui
V
diskursus tentang hukum nasional yang hendak prosedur dan mekanisme yang fair,
dibangun, haruslah merujuk kepada keduanya, transparan dan akuntabel; dan berorientasi
hts

dengan demikian upaya reformasi hukum, akan pada pembangunan keadilan sosial; dan
sangat tergantung kepada reformasi konstitusi. menjamin hidupnya toleransi beragama
Bila konstitusi yang dibangun masih memberi yang berkeadaban.
peluang bagi lahirnya sebuah otoritarianisme, Sebagai implementasi dari hal tersebut,
ec

maka tidaklah akan lahir sebuah hukum nasional maka hukum nasional harus mengabdi kepa­
yang demokratis. da kepentingan nasional, dan menjadi pilar
Reformasi konstitusi yang telah berlangsung, demokrasi untuk tercapainya kesejahteraan
lR

melalui beberapa kali aman­demen UUD 1945, rakyat dan secara sosiologis menjadi sarana
membawa perubahan yang sangat besar, untuk tercapainya keadilan dan ketertiban
terhadap hukum nasional. Perubahan tersebut, masyarakat. Tujuan dari hukum yang demokratis
telah mengarahkan kepada cita-cita negara tidak saja hanya tercapainya keadilan, akan
na

hukum, sesuai dengan prinsip-prinsip negara tetapi juga terciptanya ketertiban (order). Hukum
demokrasi konstitusional. Amandemen terse­but harus berfungsi menciptakan keteraturan
Jur

Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berbunyi: “Negara Indonesia
13

adalah negara hukum.”

Pembangunan Hukum dalam Rangka Peningkatan Supremasi Hukum (Wicipto Setiadi) 9


Volume 1 Nomor 1, April 2012

sebagai prasyarat untuk dapat memberikan Namun demikian, maraknya kelahiran

HN
perlindungan bagi rakyat dalam memperoleh berbagai komisi negara saat ini perlu ditata
keadilan, keteraturan, dan ketenangan dan dan dikaji ulang urgensi pembentukannya dan
bukan untuk menyengsarakannya. eksistensinya secara selektif agar benar-benar
Pembangunan hukum nasional yang bermanfaat dan tidak membebani kinerja dan
demokratis, harus meminimalisisasi perekonomian nasional. Pengkajian ulang

BP
pemberlakuan dan penerapan norma yang tersebut paling tidak mencakup:
justru menimbulkan ketidakadilan, karena a. tingkat kepercayaan keberadaannya;
penerapan praktik hukum yang demikian akan b. kadar urgensinya;
menimbulkan ketidakadilan baru. Pembangunan c. eksistensi dan kinerjanya; dan

ing
hukum adalah konsep yang berkesinambungan d. efisiensi dan efektivitas pelaksanaan
dan tidak pernah berhenti sehingga penegakan tugasnya.
hukum tidak boleh mengabaikan keadaan dan Dengan demikian harus dilakukan tindak
dimensi waktu saat hukum itu ditetapkan dan lanjut yang mencakup:
berlaku. Selain tidak bijaksana, hal tersebut
ind a. penguatan dan pemberdayaan SAB yang
pada gilirannya akan berpotensi mengingkari masih diperlukan;
kepastian hukum itu sendiri. b. pengintegrasian SAB yang tugas dan
Prinsip non-retroaktif itu sendiri telah fungsinya tumpang tindih;
V
digariskan di dalam Pasal 28 I UUD NRI 1945 yaitu c. penghapusan atau penggabungan SAB yang
hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang tidak mempunyai urgensi dan eksistensi.
hts

berlaku surut adalah hak asasi manusia yang Saat ini tata hubungan dan tata kelola lembaga-
tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun. lembaga utama maupun penunjang tersebut
Meskipun demikian, frasa ‘yang tidak dapat belum jelas diatur, sehingga mengakibatkan
dikurangi dalam keadaan apa pun’ mendapat disharmoni, yang dapat mengganggu jalannya
ec

kritik karena ada norma-norma internasional, pemerintahan, dan mengakibatkan konflik antar
perkecualian terhadap prinsip non-retroaktif, lembaga. Oleh karena itu tata hubungan antar
yaitu kejahatan-kejahatan terhadap hak-hak lembaga negara perlu diatur secara tegas dalam
lR

asasi manusia. peraturan perundang-undangan secara khusus.


Perubahan UUD 1945 telah berimplikasi pada Salah satu persoalan mendasar, dalam
lahirnya banyak lembaga negara atau organ, baik mem­bangun hukum nasional yang demo­kratis,
lembaga utama (primary constitution organs) adalah, bagaimana membuat sistem hukum
na

maupun lembaga pendukung/penunjang (state yang kondusif bagi keberagaman sub-sistem,


auxiliary body/SAB). Peran auxiliaries bodies keberagaman substansi, pengembangan bidang-
dibutuhkan untuk memperkuat pelaksanaan bidang hukum yang dibutuhkan masyarakat,
Jur

tugas pelayanan publik, penegakan hukum dan juga kondusif bagi terciptanya kesadaran hukum
peradilan serta pembentukan dan perencanaan masyarakat, dan kebebasan untuk melaksanakan
hukum.

10 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 1, April 2012, hlm. 1-15


Volume 1 Nomor 1, April 2012

hak-hak, dan kewajiban-kewajiban sesuai peraturan lain sudah dapat dilakukan sejak dini,

HN
dengan aturan yang berlaku. sehingga dapat menghindari kendala di atas.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk Tidak kurang dari Presiden Republik
mewujudkan hal tersebut adalah dengan Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, ketika
membentuk peraturan perundang-undangan membuka Konvensi Hukum Nasional pada

BP
yang disusun melalui instrumen perencanaan tanggal 15 April 2008 yang diselenggarakan oleh
penyusunan undang-undang yang dikenal Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN) di
dengan Program Legislasi Nasional (Prolegnas)14, Jakarta, mengingatkan pentingnya penyusunan
dan membuka kran pengujian undang-undang naskah akademik, dalam menata dan
melalui mekanisme judicial review ke Mahkamah memantapkan sistem hukum nasional, melalui

ing
Konstitusi. perundang-undangan yang bisa mengeksplorasi
Prolegnas dibuat untuk menjamin ketepatan pikiran-pikiran yang jernih dan pikiran-pikiran
isi dan ketepatan prosedur yang didasarkan yang benar agar tidak dangkal, dan betul-betul
pada falsafah dan UUD NRI 1945. Untuk kaliind memperhatikan segi filosofis, segi sosiologis, segi
pertama dalam sejarah peraturan perundang- historis, serta dapat dipertanggungjawabkan.
undangan di Indonesia, dite­tap­kan Prolegnas Dalam rangka pembangunan hukum
jangka menengah 2005-2009 melalui Keputusan nasional, maka diperlukan pula adanya suatu
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada tanggal Grand Design Sistem dan Politik Hukum
V
01 Pebruari 2005 sebanyak 284 RUU. Kemudian Nasional (GDSPHN) yang jelas. GDSPHN
untuk Prolegnas 2010-2014 terdapat 247 RUU. merupakan sebuah desain komprehensif, yang
hts

Sedangkan judicial review dilakukan sebagai menjadi pedoman bagi seluruh stakeholders,
koreksi agar pembentukan undang-undang yang mencakup seluruh unsur dari mulai
harus konsisten secara asas, oleh karena itu perencanaan, legislasi, diseminasi dan budaya
penyusunan RUU harus didasarkan atas sebuah hukum masyarakat. Grand Design Sistem dan
ec

kajian dan penelitian yang mendalam yang Politik Hukum Nasional merupakan guide line
meliputi aspek asas-asas, norma, institusi dan komprehensif, yang menjadi titik fokus dan
seluruh prosesnya yang dituangkan dalam tujuan seluruh stakeholder pembangunan
lR

suatu Naskah Akademik (NA). NA itu sendiri hukum, yang mencakup desain struktur
merupakan landasan dan pertanggungjawaban pembangunan hukum secara utuh.
akademik untuk setiap asas dan norma yang Grand design harus diawali dengan pemikiran
dituangkan dalam Rancangan Undang-Undang. paling mendasar, sebagai berikut:
na

Dengan disusunnya NA RUU diharapkan proses a. Pembangunan hukum harus mencakup:


harmonisasi dan keterkaitannya dengan Asas, Norma, Institusi, proses-proses dan
Jur

Program Legislasi Nasional adalah instrument perencanaan program pembentukan Undang-Undang yang
14

disusun secara berencana, terpadu, dan sistematis. (lihat Undang-Undang No. 12 Tahun 2011).

Pembangunan Hukum dalam Rangka Peningkatan Supremasi Hukum (Wicipto Setiadi) 11


Volume 1 Nomor 1, April 2012

penegakkannya dengan tanpa mengabaikan keadilan, penegakan hukum, dan sikap

HN
budaya hukum; masyarakat terhadap hukum, tidak boleh
b. Dalam rangka harmonisasi hukum, mengabaikan keadaan dan dimensi waktu dan
diperlukan suatu mekanisme legislasi yang yurisdiksi.
lebih sistemik, komprehensif dan holistik; Kita juga perlu belajar, dari berbagai negara
c. Konsistensi pada hirarki regulasi yang yang saat ini memiliki sistem dan politik hukum

BP
berpuncak pada konstitusi. yang demokratis, tetapi bermula dari sejarah
d. Pengabdian kepada kepentingan nasional panjang dan mengalami masa-masa yang
sebagai pilar untuk tercapainya tujuan hukum, sangat bertolak belakang dengan prinsip-prinsip
yaitu terciptanya keadilan dan ketertiban demokrasi itu, seperti adanya perbudakan.

ing
dalam rangka negara kesejahteraan. Melalui penerapan prinsip law as a tool of social
e. Grand design dilakukan per sektor hukum. engineering, negara tersebut kemudian berhasil
Dalam rangka keadilan dan kepastian mengubah pola pikir, karakter, dan budaya
hukum, pembangunan hukum harus dilihat hukum masyarakatnya, menjadi demokratis,
secara utuh, yang tidak terlepas dari sejarah.
ind dan menjunjung tinggi HAM, tanpa mengingkari
Di dunia ini, tidak ada negara yang langsung kenyataan dan prinsip legalitas, dan menjadikan
serta-merta memiliki infrastruktur hukum yang segala fakta filosofis, sosiologis, yuridis yang ada
mapan dan demokratis, tanpa melalui proses dalam sejarah sebagai modal untuk membangun
V
perubahan yang panjang. Karena hukum adalah hukum modernnya.
refleksi dari masyarakat itu sendiri. Oleh karena Respon terhadap perkembangan global
hts

itu koreksi, penyem­purnaan dan perubahan adalah suatu keniscayaan. Namun demikian,
orientasi hukum harus dilakukan dengan tetap prinsip hukum modern yang terkait dengan
memegang teguh asas dan kepastian hukum kedaulatan, imunitas negara, kewajiban negara
serta paradigma perubahan dan kenyataan untuk melindungi warganegaranya, dan menjaga
ec

adanya dimensi waktu dan kondisi yang sangat keutuhan wilayah, dan seluruh infrastruktur
me­nentukan perkembangan hukum itu sendiri. negaranya, adalah landasan yang harus selalu
Pembangunan hukum, tidaklah terlepas dipegang teguh dalam pembangunan hukum
lR

dari sejarah negara itu sendiri. Oleh karena itu, nasional, sehingga dengan demikian, hukum
dengan telah dimulainya reformasi, tidaklah yang dibangun akan menjadi instrumen yang
berarti kita memulai segala sesuatunya dari bermanfaat dan maslahat, sesuai pilar utama
nol. Semua hal yang baik, yang ada dalam yaitu hukum yang mengabdi pada kepentingan
na

produk-produk hukum positif yang sudah ada, bangsa dan negara secara utuh.
harus menjadi modal pembangunan hukum,
sementara yang tidak baik, dan tidak sesuai lagi, E. Penutup
Jur

harus kita koreksi dan perbaiki. Pembangunan 1. Kesimpulan


hukum adalah konsep yang berkesinambungan,
Beberapa prestasi penegakan hu­kum mulai
dan tidak pernah berhenti, sehingga masalah
terlihat dalam beberapa tahun terakhir, meski

12 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 1, April 2012, hlm. 1-15


Volume 1 Nomor 1, April 2012

masih juga terlihat beberapa masalah di berbagai demokrasi secara baik. Pembangunan di

HN
sisi. Masalah penegakan hukum pasca Reformasi negara penganut sistem demokrasi apa pun
menghadapi situasi yang semakin kompleks dan memerlukan stabilitas nasional yang baik.
pelik. Hukum yang semula diharapkan menjadi Menurut teori The New Way to Understand
tiang penyangga dan alat untuk membangun Why The Nation Rise and Fall karya Brumer

BP
kehidupan yang harmonis, berkeadilan dan dikatakan bah­wa negara yang terbuka terhadap
berkepastian dalam masyarakat yang tertib, kebebasan dan keterbukaan justru bisa memiliki
ternyata juga dilanda krisis yang tak kalah stabilitas yang mampu mengatasi guncangan
hebatnya. Ada tiga cara yang bisa dilakukan internal tanpa harus khawatir negara itu akan
untuk mengatasi hal ini. Pertama, melakukan jatuh. Pengelolaan stabilitas di era keterbukaan

ing
amputasi (pemberhentian masal) atas pejabat- ini diperlukan karena keinginan membangun
pejabat birokrasi terutama birokrasi penegak demokrasi yang di dalamnya mengakomodasi
hukum, yang berada pada usia dan level tertentu harmoni dengan kebebasan dan keterbukaan,
melalui UU Lustrasi agar tindakan hukum ind penegakan hukum dan toleransi. Salah satu
dapat dilakukan secara tegas dan lugas. Kedua, upaya struktural yang bisa dilakukan untuk
melakukan pemutihan dengan memberikan mewujudkan hal ini adalah menegakkan
pegampunan secara nasional (national pardon) supremasi hukum.
atas para pelaku pelanggaran di masa lalu, Pembangunan hukum nasional hingga
V
dengan alasan bahwa sangat sulit melakukan saat ini pun masih merujuk pada Teori Hukum
penyelesaian secara tegas berdasarkan hukum Pembangunan. Pokok-pokok pikiran yang me­
hts

atas kasus yang begitu banyak dan rumit dan yang landasi konsep tersebut adalah bahwa ketertiban
dilakukan oleh mereka sebagai akibat adanya dan keteraturan dalam usaha pembangunan
sistem yang memaksa ketika itu. Ketiga, perlu dan pembaharuan memang diinginkan,
pergeseran orientasi paradigma atas konsepsi bahkan mutlak perlu, dan bahwa hukum dalam
ec

Negara hukum dari rechtsstaat menjadi the rule arti norma diharapkan dapat mengarahkan
of law seperti yang banyak dikembangkan di kegiatan manusia ke arah yang dikehendaki
Negara-negara Anglo Saxon. Dengan paradigma oleh pembangunan dan pembaharuan itu. Oleh
lR

ini maka setiap upaya penegakan hukum akan karena itu, maka diperlukan sarana berupa
mampu melepaskan diri dari jebakan-jebakan peraturan hukum yang tertulis dan sesuai
formalitas-prosedural serta mendorong para dengan hukum yang hidup dalam masyarakat
penegak hukum untuk kreatif dan berani melalui mekanisme yang demokratis. Dalam
na

menggali nilai-nilai keadilan serta menegakkan melaksanakan pembangunan hu­kum, satu hal
etika dan moral di dalam masyarakat dalam penting yang harus di­per­hatikan adalah, bahwa
setiap penyelesaian kasus hukum. hukum harus dipahami dan dikembangkan
Jur

Supremasi hukum diperlukan dalam rangka sebagai satu kesatuan sistem yang di dalamnya
mewujudkan stabilitas nasional sebagai salah terdapat elemen ke­lembagaan, elemen materi
satu prasyarat dapat berjalannya mekanisme hukum, dan elemen budaya hukum. Hukum

Pembangunan Hukum dalam Rangka Peningkatan Supremasi Hukum (Wicipto Setiadi) 13


Volume 1 Nomor 1, April 2012

Nasional adalah kesatuan hukum yang dibangun nilai keadilan serta menegakkan etika dan moral

HN
untuk mencapai tujuan Negara yang bersumber di dalam masyarakat dalam setiap penyelesaian
dari falsafah dan konstitusi negara. Di dalam kasus hukum.
kedua hal itulah terkandung tujuan, dasar, dan
cita hukum nega­ra Indonesia. Pembangunan DAFTAR PUSTAKA
hukum harus dilihat secara utuh, yang tidak

BP
Asshiddiqie, Jimly, Agenda Pembangunan Hukum
terlepas dari sejarah. Oleh karena itu, dengan Nasional Di Abad Globalisasi, (Jakarta: PT Balai
telah dimulainya reformasi, tidaklah berarti Pustaka, 1998).
Atmasasmita, Romli, Menata Kembali Masa Depan
segala sesuatunya harus dimulai dari nol. Semua
Pembangunan Hukum Nasional, Makalah
hal yang baik, yang ada dalam produk-produk disampaikan dalam “Seminar Pembangunan

ing
hukum positif yang sudah ada, harus menjadi Hukum Nasional VIII” di Denpasar, 14-18 Juli
modal pembangunan hukum, sementara yang 2003.
tidak baik, dan tidak sesuai lagi, harus kita Bremmer, Ian, The J Curve: A New Way to Understand
Why The Nation Rise and Fall, ( Simon & Schuster,
koreksi dan perbaiki.
Inc. 2006). Lihat juga http://www.jcurvebook.
ind com/.
2. Saran Cyberconsult, Reformasi Hukum di Indonesia, Hasil
Perlu didorong diundangkannya UU Lustrasi Studi Perkembangan Hukum, Proyek Bank Dunia
(Jakarta: Cyberconsult, 1999).
Nasional agar tindakan hukum dapat dilakukan
Hartono, Sunaryati, Hukum Ekonomi Pembangunan
V
secara tegas dan lugas. Sekaligus memberikan Indonesia, (Bandung: Binacipta, 1982).
pegampunan secara nasional (national pardon) Lubis, Solly, Pembangunan Hukum Nasional, Makalah
hts

atas para pelaku pelanggaran di masa lalu, Disampaikan Pada:Seminar Pembangunan


dengan alasan bahwa sangat sulit melakukan Hukum Naional VIII Tema Penegakan Hukum
Dalam Era Pembangunan Berkelanjutan
penyelesaian secara tegas berdasarkan hukum
Diselenggarakan Oleh Badan Pembinaan Hukum
atas kasus yang begitu banyak dan rumit dan Nasionaldepartemen Kehakiman Dan Hak Asasi
ec

yang dilakukan oleh mereka sebagai akibat Manusia RI, di Denpasar, 14-18 Juli 2003.
adanya sistem yang memaksa ketika itu. Mahfud, MD, Politik Hukum Menuju Pembangunan
Perlu terus-menerus disosialisasi­kan dalam Sistem Hukum Nasional, Seminar Arah
Pembangunan Hukum Menurut UUD 1945 Hasil
lR

berbagai forum akademis pergeseran orientasi


Amandemen, BPHN, 2006.
paradigma atas konsepsi Negara hukum dari Shidarta, Karakteristik Penalaran Hukum Dalam
rechtsstaat menjadi the rule of law agar Konteks Ke-Indonesiaan, (Jakarta: CV Utomo,
pembangunan hukum dapat bergerak secara 2006).
na

lebih dinamis. Dengan paradigma ini maka Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian
Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, edisi
setiap upaya penegakan hukum akan mampu
1, cet. V, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
melepaskan diri dari jebakan-jebakan formalitas- 2001).
Jur

prosedural serta mendorong para penegak Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Peranan dan
hukum untuk kreatif dan berani menggali nilai- Penggunaan Perpustakaan di Dalam Penelitian

14 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 1, April 2012, hlm. 1-15


Volume 1 Nomor 1, April 2012

Hukum, (Jakarta: Pusat Dokumentasi Hukum Soekanto, Soerjono dan Sri Mamuji, Penelitian

HN
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1979). Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat,
(Jakarta: CV. Rajawali, 1990).

BP
ing
V ind
hts
ec
lR
na
Jur

Pembangunan Hukum dalam Rangka Peningkatan Supremasi Hukum (Wicipto Setiadi) 15

Anda mungkin juga menyukai