Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH EKOLOGI

PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

ANGGOTA :
1. LATIFAH KUSTRIARINI (P1337433119076)
2. LULU DWI NURFABILLAH (P1337433119077)
3. ADE ROHANA FATMASARI (P1337433119078)
4. SYAFRINA ANGGITA PUTRI (P1337433119079)
5. RARA DITA KARINA (P1337433119080)
6. NURUL AINI RIZKIANA (P1337433119081)
7. MUTIARA ZAHIRA (P1337433119082)
8. ADITYA SATRIA WICAKSONO (P1337433119083)
9. LAELATUZ ZAHRO (P1337433119084)
10. YUSRIKA NOSI GUSMANTI (P1337433119085)
11. IIS WINDASARI (P1337433119086)
12. SATRIYO TABAH WIDODO (P1337433119087)
13. KEVIN REZKY ARYADI (P1337433119088)
14. WISANJA DIAZ AMANDARU (P1337433119089)
15. SOVIANA KUSUMANINGRUM (P1337433119091)
16. DEDY PRASETYO (P1337433119092)
17. GITA LARAS (P1337433119093)
18. DWI SATYA HATAMA (P1337433119094)
19. ANNISA MARETA ZAHRU (P1337433119095)
20. AGUS DWI SETIYAWAN (P1337433119097)
21. GALIB YUDHA ASCARYA (P1337433119098)
22. SAFINAH MAR ATUS S. (P1337433119100)
23. MUTIARA LABIBATUL HANA (P1337433119101)

D3 KESEHATAN LINGKUNGAN
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. Kami memujinya, memohon pertolongan dan ampunan-
Nya. Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diri dan keburukan amal perbuatan kami.
Puji syukur penyusun ucapkan atas terselesaikannya makalah ini. Tanpa berkah dan
kemurahanNya saya tidak mungkin dapat menyelesaikan makalah ini. Kedua kalinya solawat
serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari
alam kebodohan menuju alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Ekologi. Didalam makalah
ini terdapat materi-materi Ekologi. Penyusun menyadari masih terdapat kekurangan dalam
makalah ini, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun selalu saya harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, sebagai penyusun makalah ini, saya berterimakasih kepada pihak-pihak
yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Semoga makalah ini membawa manfaat dan memberikan nilai tambah kepada para
pembacanya.

Purwokerto, 21 September 2019

Penulis
BEDAH HUKUM UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009
TENTANG
PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

A. Pengertian Lingkungan Hidup


Kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia
dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia
serta makhluk hidup lain (ps 1 (1) UU No. 32 PPLH 2009).

B. Pengertian Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup


Adalah upaya sistimatis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan
hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang
meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan
hukum (ps 1 (2) UU No. 32 PPLH 2009).

C. Ruang Lingkup
1. Perencanaan
2. Pemanfaatan
3. Pengendalian
4. Pemeliharaan
5. Pengawasan
6. Penegakan Hukum

D. Tujuan
1. Melindungi wilayah NKRI dari pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
2. Menjamin keselamatan, kesehatan, & kehidupan manusia
3. Menjamin kelangsungan hidup makhluk hidup & kelestarian ekosistem
4. Menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup
5. Mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan lingkungan hidup
6. Menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini & generasi masa depan
7. Menjamin pemenuhan & perlindungan hak atas lingkungan hidup sebagai bagian dari hak
asasi manusia
8. Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana

E. Pengendalian
1. Pengendalian pencemaran/kerusakan LH dilaksanakan dalam rangka pelestarian fungsi
LH.
2. Pengendalian pencemaran/kerusakan LH meliputi:
3. Pencegahan
4. Penanggulangan
5. Pemulihan.
6. Pengendalian pencemaran/kerusakan LH dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah,
dan penanggung jawab usaha/kegiatan sesuai dengan kewenangan, peran, dan tanggung
jawab masing-masing.

F. Pengertian Pencemaran Lingkungan Hidup


a. Berdasarkan UU No. 23 Tahun 1997 Adalah masuknya atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat, energi, dan/ atau komponen lain kedalam LH oleh kegiatan
manusia
sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan LH tidak dapat
berfungsi sesuai dengan peruntukannya.
b. Berdasarkan UU No.32 Tahun 2009 adalah masuk atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat, energi, dan/ atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh
kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah
ditetapkan.
c. Berdasarkan UU No. 23 Tahun 1997 adalah tindakan yang menimbulkan
perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik dan/atau hayatinya yang
mengakibatkan LH tidak berfungsi lagi dalam menunjang pembangu nan
berkelanjutan.
d. Berdasarkan UU No.32 Tahun 2009 adalah tindakan orang yang menimbulkan
perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia dan/atau hayati
lingkungan sehingga melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.

G. Pembahasan beberapa pasal Undang-Undang No.32 Tahun 2009 tentang


Perlindungan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU PPLH )

a. Instrumen Pencegahan berdasarkan Ps. 14, UU PPLH


1. KLHS
2. Tata ruang
3. Baku mutu lingkungan hidup
4. Kriteria Baku kerusakan lingkungan hidup
5. AMDAL
6. UKL-UPL
7. Perizinan
8. Instrumen ekonomi lingkungan hidup
9. Peraturan Perundang-undangan berbasis lingkungan hidup
10. Anggaran berbasis lingkungan hidup
11. Analisis resiko lingkungan hidup
12. Audit lingkungan hidup, dan
13. Instrumen lain sesuai dengan kebutuhan dan/atau perkembangan ilmu pengetahuan.

H. Kajian Lingungan Hidup Strategis (KLHS) berdasarkan Ps. 15, UU PPLH


1. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib membuat KLHS untuk memastikan bahwa
prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintregasi dalam
pembangunan wilayah/ kebijakan, rencana/ program
2. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib melaksanakan KLHS kedalam penyusunan
atau evaluasi;
3. Rencana tata ruang wilayah (RTRW) beserta rencana rincinya, rencana pembangunan
jangka panjang (RPJP), dan rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) Nasional,
Provinsi, Dan Kabupaten/Kota; Dan
4. Kebijakan, rencana/program yang berpotensi menimbulkan dampak/resiko
lingkungan.
5. KLHS dilaksanakan dengan mekanisme
6. Pengkajian pengaruh kebijakan, rencana/program terhadap kondisi LH di suatu
wilayah
7. Perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana/program dan
8. Rekomendasi perbaikan untuk pengambilan keputusan kebijakan, rencana/ program
yang mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan.

I. Tata Ruang berdasarkan Ps. 19, UU PPLH


1. Untuk menjaga kelestarian fungsi LH dan keselamatan masyarakat, setiap
perencanaan tata ruang wilayah wajib didasarkan pada KLHS.
2. Perencanaan tata ruang wilayah ditetapkan dengan memperhatikan daya dukung dan
daya tampung LH

J. Baku Mutu Lingkungan Hidup berdasarkan Ps. 20, UU PPLH


1. Penentuan terjadinya pencemaran LH diukur melalui baku mutu lingkungan hidup
2. Baku mutu lingkungan hidup meliputi:
3. Baku mutu air
4. Baku mutu air limbah
5. Baku mutu air laut
6. Baku mutu udara ambien
7. Baku mutu emisi
8. Baku mutu gangguan;
9. dan baku mutu lain sesui dengan perkembangan ilmu pengetahuandan teknologi
10. Setiap orang diperbolehkan membuang limbah ke media LH dengan persyaratan :
11. Memenuhi baku mutu lingkungan hidup, dan
12. Mendapatkan izin dari Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai dengan
kewenangannya.

K. Peraturan-Peraturan Baku Mutu Limbah Cair


1. PP No. 82 Tahun 2001 Ttg Pengelolaan Kualitas Air dan Pengelolaan Pencemaran Air
2. Kep.Men LH :
3. No. 51/MenLH/10/95 Ttg Baku Mutu Libah air Bagi Kegiatan Industri
4. No. 52/MenLH/10/95 Ttg Baku Mutu Libah air Bagi Kegiatan Hotel
5. No. 58/MenLH/10/95 Ttg Baku Mutu Libah air Bagi Kegiatan Rumah Sakit
6. No. 42/MenLH/10/96 Ttg Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Minyak dan Gas serta
Panas Bumi
7. No. 09/MenLH/4/97 Ttg Perubahan KepMenLH No. 42/MenLH/10/96 Tentang Baku
Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Minyak dan Gas serta Panas Bumi
8. No. 03/MenLH/1/98 Ttg Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan Industri
9. No. 112 Tahun 2003 Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik
10. No. 113 Tahun 2003 Tentang Baku Mutu Air Limbah bagi Usaha dan atau Kegiatan
Pertambangan Batu Bara dan Pertambangan Bijih Emas rakyat
11. No. 202 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Limbah bagi Usaha dan atau kegiatan
Pertambangan Bijih Emas atau Tembaga
12. No. 02 Tahun 2006 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kegiatan Rumah Potong Hewan
13. Dsb

L. Persyaratan Pembuangan Emisi Ke Udara Bagi Sumber Tidak Bergerak


1. Mentaati baku mutu udara ambien, emisi dan baku tingkat gangguan yang telah ditetapkan
2. Melakukan pencegahan dan/atau penanggulangan pencemaran sebagai akibat usaha
dan/atau kegiatan yang dilakukan
3. Membuat cerobong emisi yg dilengkapi dengan sarana pendukung dan alat pengaman
4. Memasang alat ukur pemantauan yg meliputi kadar dan laju alir volume untuk setiap
cerobong emisi
5. Melakukan pencatatan hasil uji emisi yg dikeluarkan dari setiap cerobong emisi
6. Melaporkan hasil pemeriksaan dan laporan kondisi tdk normal yg mengakibatkan baku
mutu emisi dilampoi
7. Penanggung jawab usaha/kegiatan yang menyebab kan terjadinya pencemaran
udara/gangguan wajib melakukan penanggulangan dan pemulihan

M. Persyaratan Pembuangan Air Limbah


1. Setiap penanggung jawab usaha/kegiatan yg membuang air limbah ke air atau badan
air wajib mencegah dan menanggulangi terjadinya pencemran (ps 37 PP 82 Tahun
2001)
2. Setiap penanggung jawab usaha/kegiatan yg membuang air limbah ke air atau badan
air wajib mentaati persyaratan yg ditetapkan dalam izin (ps 38 PP 82 Tahun 2001)
3. Persyaratan izin pembuangan air limbah, wajib mencantumkan :
4. Kewajiban untuk mengolah limbah
5. Persyaratan mutu dan kualitas air limbah yg boleh dibuang ke media lingkungan
6. Persyaratan cara pembuangan air limbah
7. Persyaratan untuk mengadakan sarana dan prosedur penanggulangan keadaan darurat
8. Persyaratan untuk melakukan pemantauan mutu dan debit air limbah
9. Persyaratan lain yg ditentukan dalam AMDAL
10. Larangan membuang secara sekaligus dalam satu saat atau pelepasan dadakan
11. Larangan untuk melakukan pengenceran air limbah dalam upaya penaatan batas kadar
yang dipersyaratkan
12. Kewajiban melakukan swapantau dan melaporkan hasilnya

N. Peraturan-peraturan Baku Mutu Udara


1. PP No. 41 Tahun 1999 Ttg Pengendalian Pencemaran Udara
2. Kep.MenLH/PermenLH :
3. No.13/MenLH/10/95 Ttg Baku Mutu Emisi Sumber tidak bergerak
4. No.48/MenLH/10/96 Ttg Baku Tingkat Kebisingan
5. No.49/MenLH/10/96 Ttg Baku Tingkat Getaran
6. No.50/MenLH/10/96 Ttg Baku Tingkat Kebauan
7. No.129/MenLH/2003 Ttg Baku Mutu Emisi Usaha dan/atau Kegiatan Minyak dan Gas
Bumi
8. No. 141/MenLH/2003 Ttg Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe
Baru dan Kendaraan Bagi Kegiatan Bermotor yang sedang diproduksi
9. No. 133 Th 2004 Ttg Baku Mutu Bagi Kegiatan Industri Pupuk
10. No. 05 Th 2006 Ttg Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama
11. No. 07 Th 2007 Ttg Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Ketel Uap
12. No. 04 Th 2009 Ttg Ambang Batas Emisi Sumber Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe
Baru
13. dll
O. Persyaratan Pembuangan Emisi Ke Udara Bagi Sumber Tidak Bergerak
1. Mentaati baku mutu udara ambien, emisi dan baku tingkat gangguan yang telah ditetapkan
2. Melakukan pencegahan dan/atau penanggulangan pencemaran sebagai akibat usaha
dan/atau kegiatan yang dilakukan
3. Membuat cerobong emisi yg dilengkapi dengan sarana pendukung dan alat pengaman
4. Memasang alat ukur pemantauan yg meliputi kadar dan laju alir volume untuk setiap
cerobong emisi
5. Melakukan pencatatan hasil uji emisi yg dikeluarkan dari setiap cerobong emisi
6. Melaporkan hasil pemeriksaan dan laporan kondisi tdk normal yg mengakibatkan baku
mutu emisi dilampoi
7. Penanggung jawab usaha/kegiatan yang menyebab kan terjadinya pencemaran
udara/gangguan wajib melakukan penanggulangan dan pemulihan

P. Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup


1. Untuk menentukan terjadinya kerusakan lingkungan hidup ditetapkan kriteria baku
kerusakan lingkungan hidup
2. Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup meliputi kriteria baku kerusakan ekosistem
dan kriteria baku kerusakan akibat perubahan iklim
3. Kriteria baku kerusakan ekosistem meliputi:
4. Kriteria baku kerusakan tanah untuk produksi biomassa
5. Kriteria baku kerusakan terumbu karang
6. Kriteria baku kerusakan LH yang berkaitan dengan kebakaran hutan/lahan
7. Kriteria baku kerusakan mangrove
8. Kriteria baku kerusakan padang lamun
9. Kriteria baku kerusakan gambut
10. Kriteria baku kerusakan kars,
11. Kriteria baku kerusakan ekosistem lainnya Sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi
12. Kriteria baku akibat perubahan iklim didasarkan pada parameter antara lain:
13. Kenaikan temperatur
14. Kenaikan muka air laut
15. Badai, dan
16. Kekeringan

Q. AMDAL berdasarkan Ps. 22-35, UU PPLH


1. Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib
memiliki AMDAL
2. Jenis kegiatan wajib AMDAL diatur dengan Peraturan menteri
3. Dokumen AMDAL merupakan dasar penetapan keputusan kelayakan lingkungan hidup.
4. Dokumen AMDAL disusun oleh pemrakarsa dengan melibatkan masyarakat
5. Pelibatan masyarakat harus dilakukan berdasarkan prinsip pemberian informasi yang
transparan dan lengkap serta diberitahukan sebelum kegiatan dilaksnakan
6. Masyarakat sebagaimana dimaksud meliputi :
7. yang terkena dampak
8. Pemerhati lingkungan hidup, dan
9. Yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses AMDAL
10. Masyarakat sebagaimana dimaksud dapat mengajukan keberatan terhadap dokumen
AMDAL
11. Dalam menyusun dokumen AMDAL, pemrakarsa dapat minta bantuan kepada pihak lain
12. Penyusun AMDAL wajib memiliki sertifikat kopetensi penyusun AMDAL
13. Kriteria untuk memperoleh sertifikat, melalui:Penguasaan metodologi penyusunan
AMDAL
14. Kemampuan melakukan pelingkupan, prakiraan, dan evaluasi dampak serta pengambilan
keputusan; dan
15. Kemampuan menyusun rencana pengelolan dan pemantauan lingkungan hidup.
16. Dokumen AMDAL dinilai oleh komisi penilai AMDAL yang dibentuk oleh menteri,
gubernur atau bupati/ walikota sesuai dengan kewenangannya
17. Komisi penilai wajib memiliki lisensi
18. Persyaratan lisensi diatur dengan Peraturan Menteri
19. Keanggotaan Komisi Penilai AMDAL terdiri atas wakil dari unsur:
20. Instansi LH
21. instansi teknis terkait
22. Pakar di bidang pengetahuan yang terkait dengan usaha/kegiatan yang sedang dikaji
23. Pakar di bidang pengetahuan yang terkait dengan dampak yang timbul dari suatu usaha/
kegiatan yang sedang dikaji
24. Wakil dari masyarakat yang berpotensi terkena dampak, dan
25. Organisasi lingkungan hidup
26. Dalam melaksanakan tugasnya, komisi penilai AMDAL dibantu oleh Tim Teknis yang
terdiri atas pakar independen yang melakukan kajian teknis dan sekretariat
27. Berdasarkan hasil penilaian Komisi Penilai AMDAL, menteri, gubernur, atau
bupati/walikota menetapkan keputusan kelayakan atau ketidaklayakan LH sesuai dengan
kewenangannya.
28. Pemerintah dan pemerintah daerah membantu penyusunan AMDAL bagi usaha/kegiatan
golongan ekonomi lemah yang berdampak penting terhadap LH
29. Bantuan penyusunan AMDAL sebagaimana dimaksud berupa fasilitasi, biaya, dan/atau
penyusunan AMDAL
30. Kriteria mengenai usaha/kegiatan golongan ekonomi lemah diatur dengan peraturan
perundang-undangan

R. Peraturan-peraturan AMDAL
1. UUPLH No 23 Tahun 1997
2. PP No 27 Tahun 1999 Ttg AMDAL
3. PerMen LH No. 08 Tahun 2006 Ttg Pedoman Penyusunan AMDAL
4. PerMen LH No.11 Tahun 2006 Ttg Jenis Rencana Usaha dan/ atau Kegiatan Yang
Wajib dilengkapi Dengan AMDAL
5. PerMen LH No. 05 Tahun 2008 Ttg Tata Kerja Komisi Penilai AMDAL sebagai
pengganti Kep.Men LH No.40 Tahun 2000 Ttg Pedoman Tata Kerja Komisi Penilai
AMDAL
6. PerMen LH No. 06 Tahun 2008 Ttg Tata Laksana Lisensi Komisi Penilai AMDAL
Kab/Kota sebagai pengganti Kep.Men LH No.41Tahun 2000 Ttg Pedoman
Pembentukan Komisi Penilai AMDAL Kab/Kota
7. KepMen LH No.42 Tahun 1994 Ttg Pedoman Umum Pelaksanaan Audit Lingkungan
8. KepMen LH No.56 Tahun 1994 Ttg Pedoman Mengenai Ukuran dampak Penting
9. KepMen LH No.2 Tahun 2000 Ttg Panduan Penilaian Dokumen AMDAL
10. KepMen LH No.4 Tahun 2000 Ttg Panduan Penyusunan AMDAL Kegiatan
Pemukiman Terpadu
11. KepMen LH No.5 Tahun 2000 Ttg Panduan Penyusunan AMDAL Kegiatan
Pembangunan di Daerah lahan Basah
12. KepMen LH No.42 Tahun 2000 Ttg Susunan Keanggotaan Komisi Penilai dan Tim
Teknis AMDAL Pusat
13. KepMen LH No.30 Tahun 2001 Ttg Pedoman Pelaksanaan Audit Lingkungan Hidup
yang di Wajibkan
14. KepMen LH No. 45 tahun 2005 tentang Pedoman Penyussunan Laporan RKL dan
RPL
15. Kepka Bapedal No. 08 Tahun 2000 Ttg Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan
Informasi Dalam Proses AMDAL

S. UKL-UPL berdasarkan Ps 34-35, UU PPLH


1. Setiap usaha/kegiatan yang tidak termasuk dalam kriteria wajib AMDAL wajib
memiliki UKL-UPL.
2. Gubernur atau bupati/walikota menetapkan jenis usaha/kegiatan yang wajib
dilengkapi dengan UKL-UPL.
3. Usaha/kegiatan yang tidak wajib dilengkapi UKL-UPL wajib membuat surat
pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.
4. Penetapan jenis usaha/kegiatan wajib membuat surat pernyataan dilakukan
berdasarkan kriteria:
5. Tidak termasuk dalam katagori berdampak penting;
6. Kegiatan usaha mikro dan kecil
7. Ketentuan lebih lanjut mengenai UKL-UPL dan surat pernyataan kesanggupan
pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup. diatur dengan peraturan Menteri

T. Peraturan-peraturan Tentang Perlindungan Pengelolaan Lingkungan Hidup


U. Perizinan berdasarkan ps 36-41, UU PPLH
1. Setiap usaha/kegiatan yang wajib memiliki AMDAL atau UKL-UPL wajib memiliki
izin lingkungan
2. Izin lingkungan diterbitkan berdasarkan keputusan kelayakan lingkungan dan
rekomendasi UKL-UPL
3. Izin lingkungan wajib mencantumkan persyaratan yang dimuat dalam keputusan
kelayakan LH atau rekomendasi UKL-UPL.
4. Izin lingkungan diterbitkan oleh menteri, gubernur atau bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya.
5. Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya wajib menolak
permohonan izin lingkungan apabila permohonan izin tidak dilengkapi dengan
AMDAL atau UKL-UPL.
6. Izin lingkungan dapat dibatalkan apabila:
7. Persyaratan yang diajukan dalam permohonan izin mengandung cacat hukum,
kekeliruan, penyalahgunaan, serta ketidakbenaran/pemalsuan data, dokumen/
informasi.
8. Penerbitannya tanpa memenuhi syarat sebagaimana tercantum dalam keputusan
komisi tentang kelayakan lingkungan hidup atau rekomendasi UKL-UPL.
9. Kewajiban yang ditetapkan dalam dokumen AMDAL atau UKL-UPL tidak
dilaksanakan oleh penanggung jawab usaha/kegiatan.
10. Selain ketentuan sebagaimana dimaksud, izin lingkungan dapat dibatalkan melalui
keputusan pengadilan tata usaha negara.
11. Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesui dengan kewenangannya wajib
mengumkan setiap permohonan dan keputusan izin lingkungan.
12. Pengumuman sebagaimana dimaksud dilakukan dengan cara yang mudah diketahui
oleh masyarakat.
Izin lingkungan merupakan persyaratan untuk memperoleh izin usaha/kegiatan
13. dalam hal izin lingkungan dicabut, izin usaha/kegiatan dibatalkan
14. dalam hal usaha/kegiatan mengalami perubahan, penanggung jawab usaha/kegiatan
wajib memperbaharui izin lingkungan
15. ketentuan lebih lanjut mengenai izin lingkungan diatur dalam peraturan pemerintah

V. Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup berdasarkan Ps 42-43, UU PPLH


1. Dalam rangka melestarikan fungsi LH, pemerintah dan pemerintah daerah wajib
mengembangkan dan menerapkan instrumen ekonomi LH
2. Instrumen ekonomi LH sebagaimana dimaksud, meliputi:
3. Perencanaan pembangunan dan kegiatan ekonomi;
4. Pendanaan LH;
5. Insentif dan/atau disinsentif
6. Instrumen perencanaan pembangunan dan kegiatan ekonomi, meliputi;
7. Neraca SDA dan LH
8. Penyusunan produk domestik bruto dan produk domestik regional bruto yang mencakup
penyusunan SDA dan kerusakan LH
9. Mekanisme kompensasi/imbal jasa LH antar daerah, dan
10. Internalisasi biaya LH
11. Instrumen pendanaan LH, meliputi:
12. Dana jaminan pemulihan LH
13. Dana penanggulangan pencemaran/kerusakan dan pemulihan LH
14. Dana amanah/bantuan untuk konservasi.
15. insentif/
disinsentif antara lain diterapkan dalam bentuk:Pengadaan barang dan jasa yang
ramah LH
16. Penerapan pajak, retribusi, dan subsidi LH
17. Pengembangan sistem lembaga keuangan dan pasar modal yang ramah LH
18. Pengembangan sistem perdagangan izin pembuangan dan/atau emisi
19. Pengembangan sistem pembayaran jasa LH
20. Pengembangan asuransi LH
21. Pengemabangan sistem label ramah LH
22. Sistem penghargaan kinerja dibidang perlindungan dan pengelolaan LH
23. Ketentuan lebih lanjut mengenai instrumen ekonomi LH diatur dalam Peraturan
Pemerintah

W. Peraturan Per-UU an berbasis Lingkungan Hidup berdasarkan ps 44, UU


PPLH Setiap penyusunan peraturan perundang-undangan pada tingkat nasional dan
daerah wajib memperhatikan perlindungan fungsi LH dan prinsip perlindungan dan
pengelolaan LH sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam UU ini

X. Anggaran Berbasis Lingkungan Hidup berdasarkan ps 45, UU PPLH


1. Pemerintah dan DPR RI serta pemerintah daerah dan DPRD wajib mengalokasikan
anggaran yang memadai untuk membiayai:
2. Kegiatan perlindungan dan pengelolaan LH,
3. Program pembangunan yang berwawasan LH
4. Pemerintah wajib mengalokasikan anggaran dana alokasi khusus LH yang memadai
untuk diberikan kepada daerah yang memiliki kinerja perlindungan dan pengelolaan
LH yang baik
5. Selain ketentuan tersebut dalam rangka pemulihan kondisi LH yang kualitasnya telah
mengalami pencemaran/kerusakan pada saat UU ini ditetapkan, pemerintah dan
pemerintah daerah wajib mengalokasikan anggaran untuk pemulihan LH.

Y. Analisis Resiko Lingkungan berdasarkan ps 47, UU PPLH


1. Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak penting terhadap
LH, ancaman terhadap ekosistem dan kehidupan, dan/atau kesehatan dan keselamatan
manusia wajib melakukan analisis risiko LH;
2. Analisis risiko LH sebagaimana dimaksud meliputi:
3. Pengkajian resiko;
4. Pengelolaan resiko; dan/atau
5. Komunikasi resiko.
6. Ketentuan lebih lanjut mengenai analisis risiko LH diatur dalam Peraturan Pemerintah

Z. Audit Lingkungan Hidup berdasarkan ps 48-52, UU PPLH


1. Pemerintah mendorong penanggungjawab usaha / kegiatan untuk melakukan audit LH
dalam rangka meningkatkan kinerja LH
2. Menteri mewajibkan audit LH kepada:
3. usaha/kegiatan tertentu yang berisiko tinggi terhadap LH, dan/atau
4. Penanggung jawab usaha/kegiatan yang menunjukkan ketidak taatan terhadap
peraturan perundang-undangan
5. Penanggung jawab usaha/kegiatan wajib melaksanakan audit LH
6. Pelaksanaan audit LH terhadap kegiatan tertentu yang berisiko tinggi dilakukan
secara berkala.

AA. Penanggulangan berdasarkan ps 53, UU PPLH


1. Setiap orang yang melakukan pencemaran/ perusakan LH wajib melakukan
penanggulangan pencemaran/kerusakan LH;
2. Penanggulangan pencemaran/kerusakan LH dilakukan dengan:Pemberian informasi
peringatan pencemaran/ kerusakan LH kpd masyarakat;
3. Pengisolasian pencemaran/kerusakan LH
4. Penghentian sumber pencemar/kerusakan LH
5. Cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

BB. Pemulihan berdasarkan ps 54-56, UU PPLH


1. Setiap orang yang melakukan pencemaran/ perusakan LH wajib melakukan
pemulihan fungsi LH;
2. Pemulihan fungsi LH dilakukan dengan:
3. Penghentian sumber pencemar dan Pembersihan unsur pencemar;
4. Remediasi;
5. Rehabilitasi;
6. Restorasi; dan/atau
7. Cara lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;
8. Pemegang izin lingkungan wajib menyediakan dana penjaminan untuk pemulihan
fungsi LH;
9. Dana penjaminan disimpan di bank pemerintah yang ditunjuk oleh menteri, gubernur,
atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya;
10. Menteri, gubernur, bapati/walikota sesuai dengan kewenangannya dapat menetapkan
pihak ketiga untuk melakukan pemulihan fungsi LH dengan menggunakan dana
penjaminan;
11. Ketentuan lebih lanjut diatur dengan PP

CC. Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun serta Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun berdasarkan UU PPLH

1. Setiap orang yang memasukkan ke dalam wilayah Negara Kesatuan RI, menghasilkan,
mengangkut, mengedarkan, menyimpan, memanfaatkan, membuang, mengolah, dan/atau
menimbun B3 wajib melakukan pengolahan B3;
2. Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan pengelolaan limbah B3
yang dihasilkannya;
3. Dalam hal B3 sbgmana dimaksud angka (1) telah kadaluwarso, pengelolaannya
mengikuti ketentuan pengelolaan limbah B3;
4. Dalam hal setiap orang tidak mampu melakukan sendiri pengelolaan limbah B3,
pengelolaannya diserahkan kepada pihak lain;
5. Pengelolaan limbah B3 wajib mendapatan izin dari menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya;
6. Menteri, gubernur, bupat/walikota wajib mencantumkan persyaratan LH yng harus
dipenuhi dan kewajiban yang harus dipatuhi pengelola limbah B3 dalam izin;
7. Ketentuan pemberian izin wajib diumumkan;
8. Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan limbah B3 diatur dalam PP
DD. Peraturan-peraturan yang mengatur Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

1. PP No 85 Tahun 1999 jo PP No 18 Tahun 1999 Ttg Limbah B3


2. PP No 74 Tahun 2001 Ttg Bahan Berbahaya dan Beracun
3. KepKa Bapedal No.68/BAPEDAL/05/1994 Ttg Tata Cara Memperoleh Izin Penyimpanan,
Pengumpulan, Pengoperassian alat Pengolahan, Pengolahan dan Penimbunan Akhir Limbah
B3
4. KepKa Bapedal No.01/BAPEDAL/09/1995 Ttg Tata Cara dan Persyaratan Teknis
Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3
5. KepKa Bapedal No.02/BAPEDAL/09/1995 Ttg Dokumen Limbah B3
6. KepKa Bapedal No.03/BAPEDAL/09/1995 Ttg Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah
B3
7. KepKa Bapedal No.04/BAPEDAL/09/1995 Ttg Tata Cara Persyaratan Penimbunan Hasil
Pengolahan, Persyaratan Lokasi bekas Pengolahan, dan Lokasi Bekas Penimbunan Limbah
B3
8. KepKa Bapedal No.05/BAPEDAL/09/1995 Ttg Simbul dan Label Limbah B3
9. KepKa Bapedal No.255/BAPEDAL/08/1996 Ttg Tata Cara dan Persyaratan Penyimpanan
dan pengumpulan Minyak Pelumas Bekas

EE. Persyaratan Pengelolaan Limbah B3


1. Setiap orang yang melakukan usaha/kegiatan yang menghasilkan libah B3 dilarang
membuang limbah B3 yang dihasilkannya itu secara langsung ke dalam media
lingkungan hidup, tanpa pengolahan terlebih dahulu
2. Pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun meliputi, penghasil, pengumpul,
pengangkut, pemanfaat, pengolah, penimbun;
3. Penghasil limbah B3 wajib mengolah limbahnya sesuai teknologi yang ada, jika tidak
mampu dapat bekerja sama dengan pihak ke tiga yang meemenuhi syarat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku
4. Pengumpul limbah B3 wajib membuat catatan tentang jenis, karakteristik, jumlah dan
waktu diterimanya limbah B3 dari penghasil limbah B3, dan membuat catatan
penyerahan limbah B3 kepada pemanfaat, pengolah dan/atau penimbun
5. Pengangkutan limbah B3 wajib dilengkapi dokumen limbah B3
6. Pemanfaat, pengolah dan penimbun limbah B3 wajib membuat dan menyimpan catatan
mengenai, sumber limbah, jenis, karakteristik dan jumlah limbah yang dikumpulkan
dan dimanfaatkan serta nama pengangkut yang melakukan pengangkutan dari
penghasil atau pengumpul limbah B3
7. Ketentuan mengenai pengelolaan bahan berbahaya dan beracun di atur lebih lanjut
dengan Peraturan Pemerintah.

FF. Dumping
1. Setiap orang dilarang melakukan damping limbah dan/atau bahan kemedia
lingkungan tanpa izin;
2. Damping hanya dapat dilakukan dengan izin dari menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya;
3. Damping hanya dapat dilakukan dilokasi yang telah ditentukan
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan persyaratan dumping diatur dengan PP.

GG. Ketentuan Pidana UU PPLH


1. Setiap orang yang melakukan usaha/kegiatan tanpa memiliki izin lingkungan dipidana
dengan pidana penjara paling sedikit 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga)
tahun dan denda paling sedikit 1 (satu) miliar dan paling banyak 3 (tiga) miliar rupiah
2. Setiap orang yang menyusun AMDAL tanpa memiliki sertifikat Kompetensi penyusun
AMDAL dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling
banyak 3 (tiga) miliar rupiah.
3. Pejabat pemberi izin lingkungan yang menerbitkan izin lingkungan tanpa dilengkapi
dengan AMDAL atau UKL-UPL dipidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda
paling banyak 3 (tiga) miliar rupiah.
4. Pejabat pemberi izin usaha/kegiatan yang menerbitkan izin usaha/kegiatan tanpa
dilengkapi dengan izin lingkungan dipidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan
denda paling banyak 3 (tiga) miliar rupiah.
5. Setiap pejabat berwenang yang dengan sengaja tidak melakukan pengawasan terhadap
ketaatan penanggung jawab usaha/kegiatan terhadap peraturan per-UUan dan izin
lingkungan yang mengakibatkan terjadinya pencemaran/ kerusakan lingkungan yang
mengakibatkan hilangnya nyawa manusia, dipidana dengan pidana penjara paling lama
1 (satu) tahun atau denda paling lama Rp 500.000.000 (lima ratus juta rupiah)
6. Selain pidana sebagaimana dimaksud dalam UU ini, terhadap badan usaha dapat
dikenai pidana tambahan atau tindakan tata tertib berupa:
7. Perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana;
8. Penutupan seluruh atau sebagian tempat usaha/kegiatan;
9. Perbaikan akibat tindak pidana;
10. Pewajiban mengerjakan apa yang dilalaikan tanpa hak, dan/atau
11. Penempatan perusahaan di bawah pengampuan paling lama 3 (tiga) tahun.

HH.Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup Di Luar Pengadilan


1. Dampak akibat perbuatannya bersifat keperdataan
2. Mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi dan/atau tindakan
pemulihan fungsi LH yang telah tercemar/ rusak
3. Tindakan tertentu guna menjamin tidak akan terjadi atau terulangnya dampak negatif
terhadap LH
4. Merupakan keinginan para pihak
5. Diselenggarakan oleh STP2LH
II. Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup Melalui Pengadilan
1. Dampak akibat perbuatannya mengandung unsur pidana
2. Penyelesaian diluar pengadilan tidak mem- peroleh kata sepakat
3. Dilakukan dengan mengajukan gugatan ganti rugi dan/atau tuntutan melakukan tindakan
tertentu atas kerugian yang diderita manusia dan lingkungan yang tercemar/rusak
4. Merupakan keinginan para pihak
5. Dilakukan oleh Pemerintah yang dikuasa kan kepada kejaksaan Agung/Tinggi
JJ. Ketentuan Peralihan berdasarkan UU PPLH
1. Pada saat berlakunya UU ini, dalam waktu paling lama 2 (dua) tahun, setiap
usaha/kegiatan yang telah memiliki izin usaha/kegiatan tetapi belum memiliki
dokumen AMDAL wajib menyelesaikan audit lingkungan hidup; ( diundangkan 3 Okt
2009 )
2. Pada saat berlakunya UU ini, dalam waktu paling lama 2 (dua) tahun, setiap
usaha/kegiatan yang telah memiliki izin usaha/kegiatan tetapi belum memiliki UKL-
UPL wajib membuat dokumen pengelolaan lingkungan hidup;
3. Pada saat berlakunya UU ini, dalam waktu paling lama 1 (satu) tahun, setiap
penyusun AMDAL wajib memiliki sertifikat kompetensi penyusun AMDAL;
4. Pada saat berlakunya UU ini, dalam waktu paling lama 1 (satu) tahun, setiap auditor
lingkungan hidup wajib memiliki sertifikat kopetensi auditor lingkungan hidup.
DAFTAR PUSTAKA

https://referensi.elsam.or.id
www.unhas.ac.id
https://www.ojk.go.id
https:komisiinformasi.go.id
https://www.tatanusa.co.id
https://peraturan.bpk.go.id

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. Kami memujinya, memohon pertolongan dan ampunan-Nya.
Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diri dan keburukan amal perbuatan kami. Puji
syukur penyusun ucapkan atas terselesaikannya makalah ini. Tanpa berkah dan
kemurahanNya saya tidak mungkin dapat menyelesaikan makalah ini. Kedua kalinya solawat
serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari
alam kebodohan menuju alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Ekologi. Didalam makalah ini
terdapat materi-materi Ekologi. Penyusun menyadari masih terdapat kekurangan dalam
makalah ini, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun selalu saya harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, sebagai penyusun makalah ini, saya berterimakasih kepada pihak-pihak yang
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Semoga makalah ini membawa manfaat dan memberikan nilai tambah kepada para
pembacanya.

Purwokerto, 21 September 2019

Penulis
BEDAH HUKUM UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009
TENTANG
PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

II. Pengertian Lingkungan Hidup


Kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia
dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia
serta makhluk hidup lain (ps 1 (1) UU No. 32 PPLH 2009).

JJ. Pengertian Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup


Adalah upaya sistimatis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan
hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang
meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan
hukum (ps 1 (2) UU No. 32 PPLH 2009).

KK.Ruang Lingkup
7. Perencanaan
8. Pemanfaatan
9. Pengendalian
10. Pemeliharaan
11. Pengawasan
12. Penegakan Hukum

LL. Tujuan
9. Melindungi wilayah NKRI dari pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
10. Menjamin keselamatan, kesehatan, & kehidupan manusia
11. Menjamin kelangsungan hidup makhluk hidup & kelestarian ekosistem
12. Menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup
13. Mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan lingkungan hidup
14. Menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini & generasi masa depan
15. Menjamin pemenuhan & perlindungan hak atas lingkungan hidup sebagai bagian dari hak
asasi manusia
16. Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana

MM. Pengendalian
7. Pengendalian pencemaran/kerusakan LH dilaksanakan dalam rangka pelestarian fungsi
LH.
8. Pengendalian pencemaran/kerusakan LH meliputi:
9. Pencegahan
10. Penanggulangan
11. Pemulihan.
12. Pengendalian pencemaran/kerusakan LH dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah,
dan penanggung jawab usaha/kegiatan sesuai dengan kewenangan, peran, dan tanggung
jawab masing-masing.

NN. Pengertian Pencemaran Lingkungan Hidup


e. Berdasarkan UU No. 23 Tahun 1997 Adalah masuknya atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat, energi, dan/ atau komponen lain kedalam LH oleh kegiatan
manusia
sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan LH tidak dapat
berfungsi sesuai dengan peruntukannya.
f. Berdasarkan UU No.32 Tahun 2009 adalah masuk atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat, energi, dan/ atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh
kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah
ditetapkan.
g. Berdasarkan UU No. 23 Tahun 1997 adalah tindakan yang menimbulkan
perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik dan/atau hayatinya yang
mengakibatkan LH tidak berfungsi lagi dalam menunjang pembangu nan
berkelanjutan.
h. Berdasarkan UU No.32 Tahun 2009 adalah tindakan orang yang menimbulkan
perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia dan/atau hayati
lingkungan sehingga melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.

OO.Pembahasan beberapa pasal Undang-Undang No.32 Tahun 2009 tentang


Perlindungan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU PPLH )

b. Instrumen Pencegahan berdasarkan Ps. 14, UU PPLH


14. KLHS
15. Tata ruang
16. Baku mutu lingkungan hidup
17. Kriteria Baku kerusakan lingkungan hidup
18. AMDAL
19. UKL-UPL
20. Perizinan
21. Instrumen ekonomi lingkungan hidup
22. Peraturan Perundang-undangan berbasis lingkungan hidup
23. Anggaran berbasis lingkungan hidup
24. Analisis resiko lingkungan hidup
25. Audit lingkungan hidup, dan
26. Instrumen lain sesuai dengan kebutuhan dan/atau perkembangan ilmu pengetahuan.

PP. Kajian Lingungan Hidup Strategis (KLHS) berdasarkan Ps. 15, UU PPLH
9. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib membuat KLHS untuk memastikan bahwa
prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintregasi dalam
pembangunan wilayah/ kebijakan, rencana/ program
10. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib melaksanakan KLHS kedalam penyusunan
atau evaluasi;
11. Rencana tata ruang wilayah (RTRW) beserta rencana rincinya, rencana pembangunan
jangka panjang (RPJP), dan rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) Nasional,
Provinsi, Dan Kabupaten/Kota; Dan
12. Kebijakan, rencana/program yang berpotensi menimbulkan dampak/resiko
lingkungan.
13. KLHS dilaksanakan dengan mekanisme
14. Pengkajian pengaruh kebijakan, rencana/program terhadap kondisi LH di suatu
wilayah
15. Perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana/program dan
16. Rekomendasi perbaikan untuk pengambilan keputusan kebijakan, rencana/ program
yang mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan.

QQ.Tata Ruang berdasarkan Ps. 19, UU PPLH


3. Untuk menjaga kelestarian fungsi LH dan keselamatan masyarakat, setiap
perencanaan tata ruang wilayah wajib didasarkan pada KLHS.
4. Perencanaan tata ruang wilayah ditetapkan dengan memperhatikan daya dukung dan
daya tampung LH

RR. Baku Mutu Lingkungan Hidup berdasarkan Ps. 20, UU PPLH


13. Penentuan terjadinya pencemaran LH diukur melalui baku mutu lingkungan hidup
14. Baku mutu lingkungan hidup meliputi:
15. Baku mutu air
16. Baku mutu air limbah
17. Baku mutu air laut
18. Baku mutu udara ambien
19. Baku mutu emisi
20. Baku mutu gangguan;
21. dan baku mutu lain sesui dengan perkembangan ilmu pengetahuandan teknologi
22. Setiap orang diperbolehkan membuang limbah ke media LH dengan persyaratan :
23. Memenuhi baku mutu lingkungan hidup, dan
24. Mendapatkan izin dari Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai dengan
kewenangannya.

SS. Peraturan-Peraturan Baku Mutu Limbah Cair


14. PP No. 82 Tahun 2001 Ttg Pengelolaan Kualitas Air dan Pengelolaan Pencemaran Air
15. Kep.Men LH :
16. No. 51/MenLH/10/95 Ttg Baku Mutu Libah air Bagi Kegiatan Industri
17. No. 52/MenLH/10/95 Ttg Baku Mutu Libah air Bagi Kegiatan Hotel
18. No. 58/MenLH/10/95 Ttg Baku Mutu Libah air Bagi Kegiatan Rumah Sakit
19. No. 42/MenLH/10/96 Ttg Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Minyak dan Gas serta
Panas Bumi
20. No. 09/MenLH/4/97 Ttg Perubahan KepMenLH No. 42/MenLH/10/96 Tentang Baku
Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Minyak dan Gas serta Panas Bumi
21. No. 03/MenLH/1/98 Ttg Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan Industri
22. No. 112 Tahun 2003 Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik
23. No. 113 Tahun 2003 Tentang Baku Mutu Air Limbah bagi Usaha dan atau Kegiatan
Pertambangan Batu Bara dan Pertambangan Bijih Emas rakyat
24. No. 202 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Limbah bagi Usaha dan atau kegiatan
Pertambangan Bijih Emas atau Tembaga
25. No. 02 Tahun 2006 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kegiatan Rumah Potong Hewan
26. Dsb

TT. Persyaratan Pembuangan Emisi Ke Udara Bagi Sumber Tidak Bergerak


2. Mentaati baku mutu udara ambien, emisi dan baku tingkat gangguan yang telah ditetapkan
8. Melakukan pencegahan dan/atau penanggulangan pencemaran sebagai akibat usaha
dan/atau kegiatan yang dilakukan
9. Membuat cerobong emisi yg dilengkapi dengan sarana pendukung dan alat pengaman
10. Memasang alat ukur pemantauan yg meliputi kadar dan laju alir volume untuk setiap
cerobong emisi
11. Melakukan pencatatan hasil uji emisi yg dikeluarkan dari setiap cerobong emisi
12. Melaporkan hasil pemeriksaan dan laporan kondisi tdk normal yg mengakibatkan
baku mutu emisi dilampoi
13. Penanggung jawab usaha/kegiatan yang menyebab kan terjadinya pencemaran
udara/gangguan wajib melakukan penanggulangan dan pemulihan

UU. Persyaratan Pembuangan Air Limbah


13. Setiap penanggung jawab usaha/kegiatan yg membuang air limbah ke air atau badan
air wajib mencegah dan menanggulangi terjadinya pencemran (ps 37 PP 82 Tahun
2001)
14. Setiap penanggung jawab usaha/kegiatan yg membuang air limbah ke air atau badan
air wajib mentaati persyaratan yg ditetapkan dalam izin (ps 38 PP 82 Tahun 2001)
15. Persyaratan izin pembuangan air limbah, wajib mencantumkan :
16. Kewajiban untuk mengolah limbah
17. Persyaratan mutu dan kualitas air limbah yg boleh dibuang ke media lingkungan
18. Persyaratan cara pembuangan air limbah
19. Persyaratan untuk mengadakan sarana dan prosedur penanggulangan keadaan darurat
20. Persyaratan untuk melakukan pemantauan mutu dan debit air limbah
21. Persyaratan lain yg ditentukan dalam AMDAL
22. Larangan membuang secara sekaligus dalam satu saat atau pelepasan dadakan
23. Larangan untuk melakukan pengenceran air limbah dalam upaya penaatan batas kadar
yang dipersyaratkan
24. Kewajiban melakukan swapantau dan melaporkan hasilnya

VV. Peraturan-peraturan Baku Mutu Udara


14. PP No. 41 Tahun 1999 Ttg Pengendalian Pencemaran Udara
15. Kep.MenLH/PermenLH :
16. No.13/MenLH/10/95 Ttg Baku Mutu Emisi Sumber tidak bergerak
17. No.48/MenLH/10/96 Ttg Baku Tingkat Kebisingan
18. No.49/MenLH/10/96 Ttg Baku Tingkat Getaran
19. No.50/MenLH/10/96 Ttg Baku Tingkat Kebauan
20. No.129/MenLH/2003 Ttg Baku Mutu Emisi Usaha dan/atau Kegiatan Minyak dan Gas
Bumi
21. No. 141/MenLH/2003 Ttg Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe
Baru dan Kendaraan Bagi Kegiatan Bermotor yang sedang diproduksi
22. No. 133 Th 2004 Ttg Baku Mutu Bagi Kegiatan Industri Pupuk
23. No. 05 Th 2006 Ttg Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama
24. No. 07 Th 2007 Ttg Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Ketel Uap
25. No. 04 Th 2009 Ttg Ambang Batas Emisi Sumber Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe
Baru
26. dll
WW. Persyaratan Pembuangan Emisi Ke Udara Bagi Sumber Tidak Bergerak
8. Mentaati baku mutu udara ambien, emisi dan baku tingkat gangguan yang telah ditetapkan
9. Melakukan pencegahan dan/atau penanggulangan pencemaran sebagai akibat usaha
dan/atau kegiatan yang dilakukan
10. Membuat cerobong emisi yg dilengkapi dengan sarana pendukung dan alat pengaman
11. Memasang alat ukur pemantauan yg meliputi kadar dan laju alir volume untuk setiap
cerobong emisi
12. Melakukan pencatatan hasil uji emisi yg dikeluarkan dari setiap cerobong emisi
13. Melaporkan hasil pemeriksaan dan laporan kondisi tdk normal yg mengakibatkan
baku mutu emisi dilampoi
14. Penanggung jawab usaha/kegiatan yang menyebab kan terjadinya pencemaran
udara/gangguan wajib melakukan penanggulangan dan pemulihan

XX. Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup


17. Untuk menentukan terjadinya kerusakan lingkungan hidup ditetapkan kriteria baku
kerusakan lingkungan hidup
18. Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup meliputi kriteria baku kerusakan ekosistem
dan kriteria baku kerusakan akibat perubahan iklim
19. Kriteria baku kerusakan ekosistem meliputi:
20. Kriteria baku kerusakan tanah untuk produksi biomassa
21. Kriteria baku kerusakan terumbu karang
22. Kriteria baku kerusakan LH yang berkaitan dengan kebakaran hutan/lahan
23. Kriteria baku kerusakan mangrove
24. Kriteria baku kerusakan padang lamun
25. Kriteria baku kerusakan gambut
26. Kriteria baku kerusakan kars,
27. Kriteria baku kerusakan ekosistem lainnya Sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi
28. Kriteria baku akibat perubahan iklim didasarkan pada parameter antara lain:
29. Kenaikan temperatur
30. Kenaikan muka air laut
31. Badai, dan
32. Kekeringan

YY. AMDAL berdasarkan Ps. 22-35, UU PPLH


31. Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib
memiliki AMDAL
32. Jenis kegiatan wajib AMDAL diatur dengan Peraturan menteri
33. Dokumen AMDAL merupakan dasar penetapan keputusan kelayakan lingkungan hidup.
34. Dokumen AMDAL disusun oleh pemrakarsa dengan melibatkan masyarakat
35. Pelibatan masyarakat harus dilakukan berdasarkan prinsip pemberian informasi yang
transparan dan lengkap serta diberitahukan sebelum kegiatan dilaksnakan
36. Masyarakat sebagaimana dimaksud meliputi :
37. yang terkena dampak
38. Pemerhati lingkungan hidup, dan
39. Yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses AMDAL
40. Masyarakat sebagaimana dimaksud dapat mengajukan keberatan terhadap dokumen
AMDAL
41. Dalam menyusun dokumen AMDAL, pemrakarsa dapat minta bantuan kepada pihak lain
42. Penyusun AMDAL wajib memiliki sertifikat kopetensi penyusun AMDAL
43. Kriteria untuk memperoleh sertifikat, melalui:Penguasaan metodologi penyusunan
AMDAL
44. Kemampuan melakukan pelingkupan, prakiraan, dan evaluasi dampak serta pengambilan
keputusan; dan
45. Kemampuan menyusun rencana pengelolan dan pemantauan lingkungan hidup.
46. Dokumen AMDAL dinilai oleh komisi penilai AMDAL yang dibentuk oleh menteri,
gubernur atau bupati/ walikota sesuai dengan kewenangannya
47. Komisi penilai wajib memiliki lisensi
48. Persyaratan lisensi diatur dengan Peraturan Menteri
49. Keanggotaan Komisi Penilai AMDAL terdiri atas wakil dari unsur:
50. Instansi LH
51. instansi teknis terkait
52. Pakar di bidang pengetahuan yang terkait dengan usaha/kegiatan yang sedang dikaji
53. Pakar di bidang pengetahuan yang terkait dengan dampak yang timbul dari suatu usaha/
kegiatan yang sedang dikaji
54. Wakil dari masyarakat yang berpotensi terkena dampak, dan
55. Organisasi lingkungan hidup
56. Dalam melaksanakan tugasnya, komisi penilai AMDAL dibantu oleh Tim Teknis yang
terdiri atas pakar independen yang melakukan kajian teknis dan sekretariat
57. Berdasarkan hasil penilaian Komisi Penilai AMDAL, menteri, gubernur, atau
bupati/walikota menetapkan keputusan kelayakan atau ketidaklayakan LH sesuai dengan
kewenangannya.
58. Pemerintah dan pemerintah daerah membantu penyusunan AMDAL bagi usaha/kegiatan
golongan ekonomi lemah yang berdampak penting terhadap LH
59. Bantuan penyusunan AMDAL sebagaimana dimaksud berupa fasilitasi, biaya, dan/atau
penyusunan AMDAL
60. Kriteria mengenai usaha/kegiatan golongan ekonomi lemah diatur dengan peraturan
perundang-undangan

ZZ. Peraturan-peraturan AMDAL


16. UUPLH No 23 Tahun 1997
17. PP No 27 Tahun 1999 Ttg AMDAL
18. PerMen LH No. 08 Tahun 2006 Ttg Pedoman Penyusunan AMDAL
19. PerMen LH No.11 Tahun 2006 Ttg Jenis Rencana Usaha dan/ atau Kegiatan Yang
Wajib dilengkapi Dengan AMDAL
20. PerMen LH No. 05 Tahun 2008 Ttg Tata Kerja Komisi Penilai AMDAL sebagai
pengganti Kep.Men LH No.40 Tahun 2000 Ttg Pedoman Tata Kerja Komisi Penilai
AMDAL
21. PerMen LH No. 06 Tahun 2008 Ttg Tata Laksana Lisensi Komisi Penilai AMDAL
Kab/Kota sebagai pengganti Kep.Men LH No.41Tahun 2000 Ttg Pedoman
Pembentukan Komisi Penilai AMDAL Kab/Kota
22. KepMen LH No.42 Tahun 1994 Ttg Pedoman Umum Pelaksanaan Audit Lingkungan
23. KepMen LH No.56 Tahun 1994 Ttg Pedoman Mengenai Ukuran dampak Penting
24. KepMen LH No.2 Tahun 2000 Ttg Panduan Penilaian Dokumen AMDAL
25. KepMen LH No.4 Tahun 2000 Ttg Panduan Penyusunan AMDAL Kegiatan
Pemukiman Terpadu
26. KepMen LH No.5 Tahun 2000 Ttg Panduan Penyusunan AMDAL Kegiatan
Pembangunan di Daerah lahan Basah
27. KepMen LH No.42 Tahun 2000 Ttg Susunan Keanggotaan Komisi Penilai dan Tim
Teknis AMDAL Pusat
28. KepMen LH No.30 Tahun 2001 Ttg Pedoman Pelaksanaan Audit Lingkungan Hidup
yang di Wajibkan
29. KepMen LH No. 45 tahun 2005 tentang Pedoman Penyussunan Laporan RKL dan
RPL
30. Kepka Bapedal No. 08 Tahun 2000 Ttg Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan
Informasi Dalam Proses AMDAL

AAA. UKL-UPL berdasarkan Ps 34-35, UU PPLH


8. Setiap usaha/kegiatan yang tidak termasuk dalam kriteria wajib AMDAL wajib
memiliki UKL-UPL.
9. Gubernur atau bupati/walikota menetapkan jenis usaha/kegiatan yang wajib
dilengkapi dengan UKL-UPL.
10. Usaha/kegiatan yang tidak wajib dilengkapi UKL-UPL wajib membuat surat
pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.
11. Penetapan jenis usaha/kegiatan wajib membuat surat pernyataan dilakukan
berdasarkan kriteria:
12. Tidak termasuk dalam katagori berdampak penting;
13. Kegiatan usaha mikro dan kecil
14. Ketentuan lebih lanjut mengenai UKL-UPL dan surat pernyataan kesanggupan
pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup. diatur dengan peraturan Menteri

BBB. Peraturan-peraturan Tentang Perlindungan Pengelolaan Lingkungan


Hidup
CCC. Perizinan berdasarkan ps 36-41, UU PPLH
16. Setiap usaha/kegiatan yang wajib memiliki AMDAL atau UKL-UPL wajib memiliki
izin lingkungan
17. Izin lingkungan diterbitkan berdasarkan keputusan kelayakan lingkungan dan
rekomendasi UKL-UPL
18. Izin lingkungan wajib mencantumkan persyaratan yang dimuat dalam keputusan
kelayakan LH atau rekomendasi UKL-UPL.
19. Izin lingkungan diterbitkan oleh menteri, gubernur atau bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya.
20. Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya wajib menolak
permohonan izin lingkungan apabila permohonan izin tidak dilengkapi dengan
AMDAL atau UKL-UPL.
21. Izin lingkungan dapat dibatalkan apabila:
22. Persyaratan yang diajukan dalam permohonan izin mengandung cacat hukum,
kekeliruan, penyalahgunaan, serta ketidakbenaran/pemalsuan data, dokumen/
informasi.
23. Penerbitannya tanpa memenuhi syarat sebagaimana tercantum dalam keputusan
komisi tentang kelayakan lingkungan hidup atau rekomendasi UKL-UPL.
24. Kewajiban yang ditetapkan dalam dokumen AMDAL atau UKL-UPL tidak
dilaksanakan oleh penanggung jawab usaha/kegiatan.
25. Selain ketentuan sebagaimana dimaksud, izin lingkungan dapat dibatalkan melalui
keputusan pengadilan tata usaha negara.
26. Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesui dengan kewenangannya wajib
mengumkan setiap permohonan dan keputusan izin lingkungan.
27. Pengumuman sebagaimana dimaksud dilakukan dengan cara yang mudah diketahui
oleh masyarakat.
Izin lingkungan merupakan persyaratan untuk memperoleh izin usaha/kegiatan
28. dalam hal izin lingkungan dicabut, izin usaha/kegiatan dibatalkan
29. dalam hal usaha/kegiatan mengalami perubahan, penanggung jawab usaha/kegiatan
wajib memperbaharui izin lingkungan
30. ketentuan lebih lanjut mengenai izin lingkungan diatur dalam peraturan pemerintah

DDD. Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup berdasarkan Ps 42-43, UU PPLH


24. Dalam rangka melestarikan fungsi LH, pemerintah dan pemerintah daerah wajib
mengembangkan dan menerapkan instrumen ekonomi LH
25. Instrumen ekonomi LH sebagaimana dimaksud, meliputi:
26. Perencanaan pembangunan dan kegiatan ekonomi;
27. Pendanaan LH;
28. Insentif dan/atau disinsentif
29. Instrumen perencanaan pembangunan dan kegiatan ekonomi, meliputi;
30. Neraca SDA dan LH
31. Penyusunan produk domestik bruto dan produk domestik regional bruto yang mencakup
penyusunan SDA dan kerusakan LH
32. Mekanisme kompensasi/imbal jasa LH antar daerah, dan
33. Internalisasi biaya LH
34. Instrumen pendanaan LH, meliputi:
35. Dana jaminan pemulihan LH
36. Dana penanggulangan pencemaran/kerusakan dan pemulihan LH
37. Dana amanah/bantuan untuk konservasi.
38. insentif/
disinsentif antara lain diterapkan dalam bentuk:Pengadaan barang dan jasa yang
ramah LH
39. Penerapan pajak, retribusi, dan subsidi LH
40. Pengembangan sistem lembaga keuangan dan pasar modal yang ramah LH
41. Pengembangan sistem perdagangan izin pembuangan dan/atau emisi
42. Pengembangan sistem pembayaran jasa LH
43. Pengembangan asuransi LH
44. Pengemabangan sistem label ramah LH
45. Sistem penghargaan kinerja dibidang perlindungan dan pengelolaan LH
46. Ketentuan lebih lanjut mengenai instrumen ekonomi LH diatur dalam Peraturan
Pemerintah

EEE. Peraturan Per-UU an berbasis Lingkungan Hidup berdasarkan ps 44, UU


PPLH Setiap penyusunan peraturan perundang-undangan pada tingkat nasional dan
daerah wajib memperhatikan perlindungan fungsi LH dan prinsip perlindungan dan
pengelolaan LH sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam UU ini

FFF. Anggaran Berbasis Lingkungan Hidup berdasarkan ps 45, UU PPLH


6. Pemerintah dan DPR RI serta pemerintah daerah dan DPRD wajib mengalokasikan
anggaran yang memadai untuk membiayai:
7. Kegiatan perlindungan dan pengelolaan LH,
8. Program pembangunan yang berwawasan LH
9. Pemerintah wajib mengalokasikan anggaran dana alokasi khusus LH yang memadai
untuk diberikan kepada daerah yang memiliki kinerja perlindungan dan pengelolaan
LH yang baik
10. Selain ketentuan tersebut dalam rangka pemulihan kondisi LH yang kualitasnya telah
mengalami pencemaran/kerusakan pada saat UU ini ditetapkan, pemerintah dan
pemerintah daerah wajib mengalokasikan anggaran untuk pemulihan LH.

GGG. Analisis Resiko Lingkungan berdasarkan ps 47, UU PPLH


7. Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak penting terhadap
LH, ancaman terhadap ekosistem dan kehidupan, dan/atau kesehatan dan keselamatan
manusia wajib melakukan analisis risiko LH;
8. Analisis risiko LH sebagaimana dimaksud meliputi:
9. Pengkajian resiko;
10. Pengelolaan resiko; dan/atau
11. Komunikasi resiko.
12. Ketentuan lebih lanjut mengenai analisis risiko LH diatur dalam Peraturan Pemerintah

HHH. Audit Lingkungan Hidup berdasarkan ps 48-52, UU PPLH


7. Pemerintah mendorong penanggungjawab usaha / kegiatan untuk melakukan audit LH
dalam rangka meningkatkan kinerja LH
8. Menteri mewajibkan audit LH kepada:
9. usaha/kegiatan tertentu yang berisiko tinggi terhadap LH, dan/atau
10. Penanggung jawab usaha/kegiatan yang menunjukkan ketidak taatan terhadap
peraturan perundang-undangan
11. Penanggung jawab usaha/kegiatan wajib melaksanakan audit LH
12. Pelaksanaan audit LH terhadap kegiatan tertentu yang berisiko tinggi dilakukan
secara berkala.

III. Penanggulangan berdasarkan ps 53, UU PPLH


6. Setiap orang yang melakukan pencemaran/ perusakan LH wajib melakukan
penanggulangan pencemaran/kerusakan LH;
7. Penanggulangan pencemaran/kerusakan LH dilakukan dengan:Pemberian informasi
peringatan pencemaran/ kerusakan LH kpd masyarakat;
8. Pengisolasian pencemaran/kerusakan LH
9. Penghentian sumber pencemar/kerusakan LH
10. Cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

JJJ. Pemulihan berdasarkan ps 54-56, UU PPLH


12. Setiap orang yang melakukan pencemaran/ perusakan LH wajib melakukan
pemulihan fungsi LH;
13. Pemulihan fungsi LH dilakukan dengan:
14. Penghentian sumber pencemar dan Pembersihan unsur pencemar;
15. Remediasi;
16. Rehabilitasi;
17. Restorasi; dan/atau
18. Cara lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;
19. Pemegang izin lingkungan wajib menyediakan dana penjaminan untuk pemulihan
fungsi LH;
20. Dana penjaminan disimpan di bank pemerintah yang ditunjuk oleh menteri, gubernur,
atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya;
21. Menteri, gubernur, bapati/walikota sesuai dengan kewenangannya dapat menetapkan
pihak ketiga untuk melakukan pemulihan fungsi LH dengan menggunakan dana
penjaminan;
22. Ketentuan lebih lanjut diatur dengan PP

KKK. Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun serta Limbah Bahan


Berbahaya dan Beracun berdasarkan UU PPLH

9. Setiap orang yang memasukkan ke dalam wilayah Negara Kesatuan RI, menghasilkan,
mengangkut, mengedarkan, menyimpan, memanfaatkan, membuang, mengolah, dan/atau
menimbun B3 wajib melakukan pengolahan B3;
10. Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan pengelolaan limbah B3
yang dihasilkannya;
11. Dalam hal B3 sbgmana dimaksud angka (1) telah kadaluwarso, pengelolaannya
mengikuti ketentuan pengelolaan limbah B3;
12. Dalam hal setiap orang tidak mampu melakukan sendiri pengelolaan limbah B3,
pengelolaannya diserahkan kepada pihak lain;
13. Pengelolaan limbah B3 wajib mendapatan izin dari menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya;
14. Menteri, gubernur, bupat/walikota wajib mencantumkan persyaratan LH yng harus
dipenuhi dan kewajiban yang harus dipatuhi pengelola limbah B3 dalam izin;
15. Ketentuan pemberian izin wajib diumumkan;
16. Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan limbah B3 diatur dalam PP
LLL. Peraturan-peraturan yang mengatur Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3)

10. PP No 85 Tahun 1999 jo PP No 18 Tahun 1999 Ttg Limbah B3


11. PP No 74 Tahun 2001 Ttg Bahan Berbahaya dan Beracun
12. KepKa Bapedal No.68/BAPEDAL/05/1994 Ttg Tata Cara Memperoleh Izin Penyimpanan,
Pengumpulan, Pengoperassian alat Pengolahan, Pengolahan dan Penimbunan Akhir Limbah
B3
13. KepKa Bapedal No.01/BAPEDAL/09/1995 Ttg Tata Cara dan Persyaratan Teknis
Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3
14. KepKa Bapedal No.02/BAPEDAL/09/1995 Ttg Dokumen Limbah B3
15. KepKa Bapedal No.03/BAPEDAL/09/1995 Ttg Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah
B3
16. KepKa Bapedal No.04/BAPEDAL/09/1995 Ttg Tata Cara Persyaratan Penimbunan Hasil
Pengolahan, Persyaratan Lokasi bekas Pengolahan, dan Lokasi Bekas Penimbunan Limbah
B3
17. KepKa Bapedal No.05/BAPEDAL/09/1995 Ttg Simbul dan Label Limbah B3
18. KepKa Bapedal No.255/BAPEDAL/08/1996 Ttg Tata Cara dan Persyaratan Penyimpanan
dan pengumpulan Minyak Pelumas Bekas

MMM. Persyaratan Pengelolaan Limbah B3


8. Setiap orang yang melakukan usaha/kegiatan yang menghasilkan libah B3 dilarang
membuang limbah B3 yang dihasilkannya itu secara langsung ke dalam media
lingkungan hidup, tanpa pengolahan terlebih dahulu
9. Pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun meliputi, penghasil, pengumpul,
pengangkut, pemanfaat, pengolah, penimbun;
10. Penghasil limbah B3 wajib mengolah limbahnya sesuai teknologi yang ada, jika tidak
mampu dapat bekerja sama dengan pihak ke tiga yang meemenuhi syarat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku
11. Pengumpul limbah B3 wajib membuat catatan tentang jenis, karakteristik, jumlah dan
waktu diterimanya limbah B3 dari penghasil limbah B3, dan membuat catatan
penyerahan limbah B3 kepada pemanfaat, pengolah dan/atau penimbun
12. Pengangkutan limbah B3 wajib dilengkapi dokumen limbah B3
13. Pemanfaat, pengolah dan penimbun limbah B3 wajib membuat dan menyimpan catatan
mengenai, sumber limbah, jenis, karakteristik dan jumlah limbah yang dikumpulkan
dan dimanfaatkan serta nama pengangkut yang melakukan pengangkutan dari
penghasil atau pengumpul limbah B3
14. Ketentuan mengenai pengelolaan bahan berbahaya dan beracun di atur lebih lanjut
dengan Peraturan Pemerintah.

NNN. Dumping
5. Setiap orang dilarang melakukan damping limbah dan/atau bahan kemedia
lingkungan tanpa izin;
6. Damping hanya dapat dilakukan dengan izin dari menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya;
7. Damping hanya dapat dilakukan dilokasi yang telah ditentukan
8. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan persyaratan dumping diatur dengan PP.

OOO. Ketentuan Pidana UU PPLH


12. Setiap orang yang melakukan usaha/kegiatan tanpa memiliki izin lingkungan dipidana
dengan pidana penjara paling sedikit 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga)
tahun dan denda paling sedikit 1 (satu) miliar dan paling banyak 3 (tiga) miliar rupiah
13. Setiap orang yang menyusun AMDAL tanpa memiliki sertifikat Kompetensi penyusun
AMDAL dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling
banyak 3 (tiga) miliar rupiah.
14. Pejabat pemberi izin lingkungan yang menerbitkan izin lingkungan tanpa dilengkapi
dengan AMDAL atau UKL-UPL dipidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda
paling banyak 3 (tiga) miliar rupiah.
15. Pejabat pemberi izin usaha/kegiatan yang menerbitkan izin usaha/kegiatan tanpa
dilengkapi dengan izin lingkungan dipidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan
denda paling banyak 3 (tiga) miliar rupiah.
16. Setiap pejabat berwenang yang dengan sengaja tidak melakukan pengawasan terhadap
ketaatan penanggung jawab usaha/kegiatan terhadap peraturan per-UUan dan izin
lingkungan yang mengakibatkan terjadinya pencemaran/ kerusakan lingkungan yang
mengakibatkan hilangnya nyawa manusia, dipidana dengan pidana penjara paling lama
1 (satu) tahun atau denda paling lama Rp 500.000.000 (lima ratus juta rupiah)
17. Selain pidana sebagaimana dimaksud dalam UU ini, terhadap badan usaha dapat
dikenai pidana tambahan atau tindakan tata tertib berupa:
18. Perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana;
19. Penutupan seluruh atau sebagian tempat usaha/kegiatan;
20. Perbaikan akibat tindak pidana;
21. Pewajiban mengerjakan apa yang dilalaikan tanpa hak, dan/atau
22. Penempatan perusahaan di bawah pengampuan paling lama 3 (tiga) tahun.

PPP. Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup Di Luar Pengadilan


6. Dampak akibat perbuatannya bersifat keperdataan
7. Mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi dan/atau tindakan
pemulihan fungsi LH yang telah tercemar/ rusak
8. Tindakan tertentu guna menjamin tidak akan terjadi atau terulangnya dampak negatif
terhadap LH
9. Merupakan keinginan para pihak
10. Diselenggarakan oleh STP2LH
II. Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup Melalui Pengadilan
6. Dampak akibat perbuatannya mengandung unsur pidana
7. Penyelesaian diluar pengadilan tidak mem- peroleh kata sepakat
8. Dilakukan dengan mengajukan gugatan ganti rugi dan/atau tuntutan melakukan tindakan
tertentu atas kerugian yang diderita manusia dan lingkungan yang tercemar/rusak
9. Merupakan keinginan para pihak
10. Dilakukan oleh Pemerintah yang dikuasa kan kepada kejaksaan Agung/Tinggi
KK. Ketentuan Peralihan berdasarkan UU PPLH
5. Pada saat berlakunya UU ini, dalam waktu paling lama 2 (dua) tahun, setiap
usaha/kegiatan yang telah memiliki izin usaha/kegiatan tetapi belum memiliki
dokumen AMDAL wajib menyelesaikan audit lingkungan hidup; ( diundangkan 3 Okt
2009 )
6. Pada saat berlakunya UU ini, dalam waktu paling lama 2 (dua) tahun, setiap
usaha/kegiatan yang telah memiliki izin usaha/kegiatan tetapi belum memiliki UKL-
UPL wajib membuat dokumen pengelolaan lingkungan hidup;
7. Pada saat berlakunya UU ini, dalam waktu paling lama 1 (satu) tahun, setiap
penyusun AMDAL wajib memiliki sertifikat kompetensi penyusun AMDAL;
8. Pada saat berlakunya UU ini, dalam waktu paling lama 1 (satu) tahun, setiap auditor
lingkungan hidup wajib memiliki sertifikat kopetensi auditor lingkungan hidup.
DAFTAR PUSTAKA

https://referensi.elsam.or.id
www.unhas.ac.id
https://www.ojk.go.id
https:komisiinformasi.go.id
https://www.tatanusa.co.id
https://peraturan.bpk.go.id

Anda mungkin juga menyukai