Sebagai dasar negara, Pancasila memberikan dasar-dasar yang bersifat fundamental dan universal bagi manusia baik dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Sebagai sumber dari segala sumber hukum nilai-nilai Pancasila yang sejak dahulu telah merupakan suatu cita-cita moral yang luhur yang terwujud dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia sebelum membentuk negara. Atas dasar pengertian inilah maka nilai-nilai Pancasila sebenarnya berasal dari bangsa Indonesia sendiri atau dengan kata lain perkataan bangsa Indonesia sebagai asal mula meteri (kausa materialis) nilai-nilai Pancasila. Sebelum membahas tentang Pancasila sebagai sistem etika, harus terlebih dahulu memahami pengertian dari etika. Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan- pandangan moral. Etika adalah ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran tertentu atau bagaimana kita bersikap dan bertanggung jawab dengan berbagai ajaran moral. Tiga teori etika yang berhubungan dengan refleksi kritis terhadap bagaimana menilai perilaku yang baik secara moral adalah etika Deontologis, etika Teleologis, dan etika Keutamaan. Tiga teori etika tersebut juga berhubungan dengan sistem etika Pancasila. Etika Pancasila adalah etika Deontologis yang menjadi penuntun untuk menumbuhkan kesadaran ber-Pancasila bagi generasi muda Indonesia. Etika Pancasila Teleologis yang berisi pedoman bagi warga bangsa Indonesia dalam usaha untuk mencapai tujuan hidup berbangsa dan bernegara di masa depan. Etika Pancasila adalah etika Keutamaaan yang tersusun dari nilai-nilai dan keutamaan moral bagi bangsa Indonesia. Beberapa argumen tentang dinamika Pancasila sebagai sistem etika dalam penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut. Pertama, pada zaman orde lama, pemilu diselenggarakan dengan semangat demokrasi yang diikuti banyak partai politik, tetapi hanya dimenangkan empat partai politik.tidak dapat dikatakan bahwa pemerintahan di zaman orde lama mengikutisistem etika Pancasila, bahkan ada tudingan dari pihak orde baru bahwa pemilihan umum pada zaman orde lama terlalu liberal karena pemerintahan Soekarno menganut sistem demokrasi terpimpin yang cenderung otoriter. Hal tersebut tidak sesuai dengan etika Pancasila Teleologis karena tidak dapat mencapai tujuan berbangsa dan bernegara di masa depan. Kedua, pada zaman orde baru sistem etika Pancasila diletakkan dalam bentuk penataran P-4. Manusia Indonesia seutuhnya dalam pandangan orde baru, artinya manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang secara kodrati bersifat monodualistik, yaitu makhluk rohani sekaligus makhluk jasmani, dan makhluk inndividu sekaligus makhluk sosial. Manusia Indonesia menjadi pusat persoalan, pokok dan pelaku utama dalam budaya Pancasila. Ketiga, sistem etika Pancasila pada era reformasi tenggelam dalam eforia demokrasi. Namun seiring dengan perjalanan waktu,disadari bahwa demokrasi tanpa dilandasi sistem etika politik akan menjurus pada penyalahgunaan kekuasaan,serta machiavelisme (menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan).