←
←
←
←
←
←
←
← Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
← Mata Kuliah Model – Model Pembelajaran Berbasis Proyek
← DISUSUN OLEH :
← KELOMPOK II
← Akhirnya, tanpa kita menyadari bahwa suatu karya di bidang apapun tidak
terlepas dari kekurangan, disebabkan karena keterbatasan dan pengetahuan yang
kami miliki, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran sebagai bahan
masukan dari berbagai pihak, agar penulisan ini lebih sempurna pada masa yang
mendatang. Atas kebaikan dan kesediaan pembaca memberi saran, Kami
mengucapkan terimakasih.
Kelompok II
← DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR.....................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
B. Rumusan Masalah................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah.......................................................................................
A. Kesimpulan .............................................................................................
B. Saran .......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 15
BAB I
PENDAHULUAN
potensial dan aktual telah dimiliki peserta didik, sebab peserta didik bukanlah
gelas kosong yang harus diisi dari luar. Mereka telah memiliki sesuatu, sedikit
atau banyak, telah berkembang (teraktualisasi) atau sama sekali masih kuncup
(potensial).
mengembangkan lebih lanjut apa yang baru sedikit atau baru sebagian 21D
teraktualisasi, semaksimal mungkin sesuai dengan kondisi yang ada. Peserta didik 02a
juga memiliki kemampuan untuk tumbuh dan berkembang sendiri. Dalam 0)l
interaksi pendidikan peserta didik tidak selalu harus diberi atau dilatih, mereka 6.a
Kemampuan setiap peserta didik tidak sama, sehingga ada yang betul-betul dapat
juga yang membutuhkan banyak bantuan dan bimbingan dari orang lain terutama
pendidik.
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu
2008). Akan tetapi, semua hal tersebut belum menunjukkan hasil yang
bagian dari pendidikan secara umum memiliki peran penting dalam peningkatan
mutu pendidikan. Secara khusus Pendidikan IPA SD turut serta berperan dalam
IPA pada hakekatnya mempunyai dua komponen yaitu komponen produk dan
proses. “Sains sebagai produk merupakan kumpulan hasil kegiatan empirik dan
kaitannya dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari. tidak hanya harus paham
akan teori yang ada tapi bagaimana caranya kita untuk lebih kreatif untuk
menghasilkan sebuah karya yang bisa diterima dan dipergunakan untuk membatu
proses pembelajaran.
proyek berfokus pada konsep dan prinsip inti sebuah disiplin, memfasilitasi
lainnya, berpusat pada siswa (students centered) dan menghasilkan produk nyata.
masalah kehidupan sehari-hari yang akrab dengan siswa, atau dengan proyek
sekolah. Kerja proyek dalam pembelajaran berbasis proyek dilihat pada proses,
prosedural tidak cukup dengan penguasaan saja, namun hal terpenting adalah
pembelajaran.
Pemilihan dan penerapan model pembelajaran yang relevan merupakan
suatu keharusan. Model pembelajaran yang tidak sesuai kadang belum mampu
cenderung sulit diterapkan pada dunia nyata dan pembelajar menjadi tidak
penguasaan dan peningkatan kompetensi dalam hal berpikir kritis, berpikir kreatif,
kerja sama, dan kompetensi menghasilkan produk otentik, maka pemilihan dan
penerapan model pembelajaran perlu pertimbangan yang cermat. Salah satu upaya
untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar, baik untuk menguasai
guru dan belajar dalam tim kolaboratif. Ketika pembelajar belajar dalam tim
education production function atau input output analysis yang tidak dilaksanakan
untuk berkembang serta (3) keterlibatan dan peran serta stakeholders dalam
Model belajar yang berpusat pada guru (teacher centered) harus segera
ditinggalkan dan diubah dengan model belajar aktif dan mandiri berdasarkan
prinsip kognitif modern, sehingga menumbuhkan peran aktif dan kreatif siswa
(student centered). Guru bukan lagi sebagai sumber belajar utama yang memiliki
kekuasan dominan terhadap siswa. Saatnya menciptakan suasana kelas dan cara
B. Rumusan Masalah
diantaranya:
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui perbedaan pembelajaran student centered learning dan
BAB II
PEMBAHASAN
pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai pusat dari proses belajar.
sebagai peserta aktif dan mandiri dalam proses belajarnya, yang bertanggung
perannya dengan baik yaitu tidak hanya sebagai pengajar, tetapi juga sebagai mo-
tivator, fasilitator, dan inovator. Guru ti-dak hanya dituntut untuk mengajar saja di
dalam Depdiknas (2005:31) menyebutkan bahwa belajar aktif adalah suatu sistem
serta melakukan diskusi dengan guru sebagai fasilitator jika menemui ke-sulitan.
majuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi memudahkan para murid untuk memper-
oleh ilmu pengetahuan tidak hanya mela-lui pembelajaran formal saja, akan tetapi
bisa melalui berbagai media dan sumber belajar. Sumber belajar bisa dari internet,
lingkungan sekitar, masyarakat, instansi, profesi atau bahkan teman sebaya. Pihak
pembelajaran.
b. Peran serta, yaitu peserta didik harus berperan aktif dalam pembelajaran.
inovasi.
c. Keadilan, yaitu semua peserta didik mempunyai hak yang sama untuk
berkomunikasi baik lisan maupun tertulis karena boleh jadi siswa melihat
presepsi.
g. Kerjasama, yaitu kondisi dimana para peserta didik dapat saling bersinergi
langkah-langkah yang yang menuntut partisipasi aktif dari siswa, sebagai berikut:
- Berbagi informasi (Information Sharing) dengan cara curah gagasan
adalah:
1. Kelebihan Pendekatan Student Centered Learning
a. Menyertakan peserta didik di dalam proses pembelajaran.
b. Mendorong peserta didik untuk memiliki pengetahuan yang lebih banyak/luas/
dalam.
c. Menjalin peserta didik dengan kehidupan nyata.
d. Mendorong terjadinya pembelajaran secara aktif.
e. Mengarahkan peserta didik untuk mengenali dan menggunakan berbagai
d. Belum tentu sesuai untuk peserta didik yang tak terbiasa aktif, mandiri, dan
demokratis.
yang menenkankan pada pengelolaan proyek atau kegiatan penelitian kecil dalam
pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang inovatif dan lebih
konsep inti dari dispilin ilmu, yang melibatkan peserta didik dalam investigasi
produk nyata.
kepada siswa untuk belajar secara mandiri, dan puncaknya akan menghasilkan
karya atau produk hasil kreasi dari siswa. Project-based Learning (PjBL) adalah
sebuah model pembelajaran yang berbeda dari model yang biasanya. Kegiatan
pembelajaran PjBL ini membutuhkan waktu yang cukup lama, yang berpusat pada
kesempatan kepada siswa untuk melalukan kerja proyek, maksudnya siswa diberi
tugas untuk membuat suatu proyek sesuai dengan apa yang dipelajari.
berbasis masalah.
melalui kerja proyek. Oleh karena itu, kerja proyek bukan merupakan praktik
tambahan dan aplikasi praktis dari konsep yang sedang dipelajari, melainkan
pembelajar untuk berjuang memperoleh konsep atau prinsip utama suatu bidang
kegiatan pembelajaran berbasis proyek ini harus tercakup proses transformasi dan
konstruksi pengetahuan (Bereiter & Scardamalia, 1999 dalam Thomas, 2000: 4).
Jika kegiatan utama dalam kerja proyek tidak menimbulkan masalah bagi
pengetahuan yang dimiliki sebelumnya, maka kerja proyek itu sekadar “latihan”,
bukan proyek dalam konteks pembelajaran berbasis proyek. Oleh karena itu,
menumbuhkan rasa ingin meneliti, rasa untuk berusaha memecahkan masalah, dan
pengawasan, dan bertanggung jawab. Dalam hal ini pengajar hanya berperan
sebagai fasilitator dan motivator untuk mendorong tumbuhnya kemandirian
pembelajar.
- Kelima, prinsip realistis (realism) berarti bahwa proyek merupakan sesuatu yang
kepada pembelajar, termasuk dalam memilih topik, tugas, dan peran konteks
lapangan. Pengajar harus mampu merancang proses pembelajaran yang nyata dan
hal ini bisa dilakukan dengan mengajak pembelajar belajar pada dunia kerja yang
sesungguhnya dan mampu menggunakan dunia nyata sebagai sumber belajar bagi
yang kompleks. Pembelajaran berbasis proyek memiliki potensi yang besar untuk
memberi pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermakna bagi siswa.
“Sedangkan menurut Buck Institute for Education (1999) belajar berbasis
perubahan
H. Manfaat Pembelajaran Berbasis Proyek
Pembelajaran Berbasis proyek merpakan strategi pembelajaran yang
berfokus pada peserta didik dalam kegiatan pememcahan masalah dan tugas-tugas
bermakna lainnya. Pelaksanaan PBP dapat memberi peluang pada peserta didik
untuk bekerja mengkonstruksi tugas yang diberikan guru yang puncaknya dapat
kelompok
f. Peserta didikmembuat keputusan dan membuat kerangka kerja
g. Terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya
h. Peserta didik merancang proses untuk mencapai hasil
i. Peserta diidk bertanggung jawab untuk mendapatkan dan mengelola
perubahan.
I. Keuntungan dan kelemahan dari pembelajaran berbasis
proyek
Menurut Moursund (1997) beberapa keuntungan dari pembelajaran berbasis
meningkat.
4. Siswa mampu kerja kelompok dalam proyek dan mempraktikkan
keterampilan komunikasi.
5. Siswa mampu mempraktikkan keterampilan dalam mengorganisasi proyek,
kurikulum.
b) Membangun pengembangan kebiasaan berfikir yang di hubungkan dengan
belajar seumur hidup, tanggung jawab sipil, dan kesuksesan karir atau
pribadi.
c) Menguasai dikotomi atau pengetahuan dan berfikir dapat menolong siswa
memperbaiki tampilan.
e) Dapat melibatkan memotivasi siswa yang bosan dan tidak peduli.
f) Mendukung siswa dalam belajar dan mempraktekkan keterampilan dalam
diantaranya :
1. Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.
2. Membutuhkan biaya yang cukup banyak.
3. Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana
dikembangkan oleh The George Lucas Educational Foundation (2005) terdiri dari
kegiatan berikut:
yang diangkat mesti sesuai dengan realitas dunia nyata dan relevan untuk para
indikator-indikator (a) memuat gagasan umum dan orisinal, (b) penting dan
- Merencanakan Proyek
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan
berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat
merencanakan proyek adalah (a) membaca, (b) meneliti, (c) mengorbservasi, (d)
- Membuat Jadwal
menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (a) membuat timeline
cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (e) meminta pembelajar untuk
penyelesaian proyek.
- Penilaian Proyek
yang sudah dicapai pembelajar, dan membantu pengajar dalam menyusun strategi
pembelajaran berikutnya.
- Evaluasi Pengalaman
terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi
dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini pembelajar
ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang
tertentu mungkin akan mengalami kendala. Kendala itu cenderung bersumber dari
pembelajar tidak tahu apa yang harus dikerjakan dan bagaimana cara
mengerjakannnya.
Ewdards Deming dalam Jonhson, (2011: 293) mengatakan bahwa agar
pembelajar dapat menyelesaikan sebuah proyek dengan sukses, maka
sebaiknya mereka dibiasakan menjalankan kegiatan arrange (mengatur),
begin (memulai) change (mengubah) dan demonstrate
(mempertunjukkan). Keempat kegiatan itu dilaksanakan secara bertahap.
Mulai arrange yaitu pembelajar mesti mengetahui tujuan belajarnya,
memutuskan proyek yang akan dikerjakan, mengatur waktu sebaik-
baiknya. Setelah itu, begin yaitu mulai mengerjakan proyek yang sudah
diputuskan. Sambil bekerja, pembelajar melakukan perubahan (change)
yang akan memperkuat dan memperbaiki proyek dan yang terakhir
menunjukkan (demonstrate) apa yang telah dicapai pembelajar dalam
menyelesaikan proyek.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
satunya memiliki hasil akhir berupa produk. Prinsipnya supaya peserta didik dapat
B. Saran
Sebagai calon guru kita harus memahami pembelajaran berbasis proyek
DAFTAR PUSTAKA