Anda di halaman 1dari 26








← Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
← Mata Kuliah Model – Model Pembelajaran Berbasis Proyek

← DOSEN : Maulida Sari,M.Pd

← DISUSUN OLEH :
← KELOMPOK II

ENDANG SUSANTI (1702090280)


EVA YANTI (1702090244)
MELAN SURYANI (1702090222)
RISNANDA HELMY (1702090420)
TIHAJAR (1302090184)
AFRIANA SARI (1702090352)

← PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)


← FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
← UNIVERSITAR AL MUSLEM BIREUEN
← TAHUN 2019
← KATA PENGANTAR

← Puji syukur Alhamdulillah, Kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang


telah. memberikan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul Model Pembelajaran Berbasis Proyek guna memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Model-Model Pembelajaran IPA.

← Shalawat beserta salam, Kami sampaikan kepangkuan Nabi Besar


Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari alam kebodohan ke alam
yang berilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan saat ini.

← Dalam menyelesaikan makalah ini, Kami banyak mendapat bantuan dan


dorongan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh
karena itu, Kami mengucapkan terimakasih atas bimbingan Ilmu dari berbagai
pihak terutama kepada Ibu Maulida Sari, M.Pd selaku Dosen Mata Kuliah yang
penulis emban. Tak lupa Pula kami juga mengucapkan terimakasih kepada teman
– teman seperjuangan sehingga Kami dapat menyelesaikan makalah ini.

← Akhirnya, tanpa kita menyadari bahwa suatu karya di bidang apapun tidak
terlepas dari kekurangan, disebabkan karena keterbatasan dan pengetahuan yang
kami miliki, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran sebagai bahan
masukan dari berbagai pihak, agar penulisan ini lebih sempurna pada masa yang
mendatang. Atas kebaikan dan kesediaan pembaca memberi saran, Kami
mengucapkan terimakasih.

Lhokseumawe, 27 Juni 2019


Hormat Kami

Kelompok II
← DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR.....................................................................................

DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................................... 1

C. Tujuan Masalah.......................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 2

A. Konsep Dasar Pendekatan Student Centered Learning .........................

B. Prinsip-prinsip Pendekatan Student Centered Learning.........................

C. Langkah-langkah Pendekatan Student Centered Learning.....................

D. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Student


Centered Learning...................................................................................

E. Konsep Dasar Model Pembelajaran Berbasis Proyek.............................

F. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Berbasis Proyek ...................................

G. Karakteristik dari pembelajaran berbasis proyek..................................


H. Manfaat Pembelajaran Berbasis Proyek...............................................
I. Keuntungan dan kelemahan dari pembelajaran
berbasis proyek ...................................................................................

J. Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Proyek.............................

BAB III PENUTUP........................................................................................

A. Kesimpulan .............................................................................................

B. Saran .......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan berfungsi membantu peserta didik dalam pengembangan

dirinya, yaitu pengembangan semua potensi kecakapan serta karakteristik

pribadinya kearah yang positif, baik bagi dirinya maupun lingkungannya.

Pendidikan bukan sekedar memberikan pengetahuan atau nilai-nilai atau

melatihkan keterampilan. Pendidikan berfungsi mengembangkan apa yang secara

potensial dan aktual telah dimiliki peserta didik, sebab peserta didik bukanlah

gelas kosong yang harus diisi dari luar. Mereka telah memiliki sesuatu, sedikit

atau banyak, telah berkembang (teraktualisasi) atau sama sekali masih kuncup

(potensial).

Peran pendidik adalah mengaktualkan yang masih kuncup, dan D.


E.
F.

mengembangkan lebih lanjut apa yang baru sedikit atau baru sebagian 21D

teraktualisasi, semaksimal mungkin sesuai dengan kondisi yang ada. Peserta didik 02a

juga memiliki kemampuan untuk tumbuh dan berkembang sendiri. Dalam 0)l

interaksi pendidikan peserta didik tidak selalu harus diberi atau dilatih, mereka 6.a

dapat mencari, menemukan, memecahkan masalah dan melatih dirinya sendiri. :m

Kemampuan setiap peserta didik tidak sama, sehingga ada yang betul-betul dapat

dilepaskan untuk mencari, menemukan dan mengembangkan sendiri, tetapi ada

juga yang membutuhkan banyak bantuan dan bimbingan dari orang lain terutama

pendidik.
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu

pendidikan, yaitu 1) pengembangan model-model pembelajaran, 2)

pengembangan media pembelajaran, 3) penataran bagi pendidik, 4) penyediaan

sarana-prasarana yang menunjang pembelajaran, dan 5) pelatihan-pelatihan (Ida,

2008). Akan tetapi, semua hal tersebut belum menunjukkan hasil yang

optimal.Pendidikan IPA SD sebagai salah satu mata pelajaran yang merupakan

bagian dari pendidikan secara umum memiliki peran penting dalam peningkatan

mutu pendidikan. Secara khusus Pendidikan IPA SD turut serta berperan dalam

menghasilkan peserta didik yang berkualitas, yaitu manusia yang mampu

mengembangkan sikap ilmiah, mempunyai keterampilan proses sains. Pendidikan

IPA pada hakekatnya mempunyai dua komponen yaitu komponen produk dan

proses. “Sains sebagai produk merupakan kumpulan hasil kegiatan empirik dan

kegiatan analitik yang dilakukan para ilmuan selama berabad-abad” (Sudana,

2013). Pembelajaran IPA seharusnya berorientasi pada aktivitas-aktivitas yang

mendukung terjadinya pemahaman terhadap konsep, prinsip, dan prosedur dalam

kaitannya dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari. tidak hanya harus paham

akan teori yang ada tapi bagaimana caranya kita untuk lebih kreatif untuk

menghasilkan sebuah karya yang bisa diterima dan dipergunakan untuk membatu

proses pembelajaran.

Model pembelajaran berbasis proyek merupakan suatu model

pembelajaran yang menyangkut pemusatan pertanyaan dan masalah bermakna,

pemecahan masalah, pengambilan keputusan, proses pencarian berbagai

sumber, pemberian kesempatan kepada anggota untuk bekerja secara kolaborasi,


dan menutup dengan presentasi produk nyata. Model pembelajaran berbasis

proyek berfokus pada konsep dan prinsip inti sebuah disiplin, memfasilitasi

mahasiswa untuk berinvestigasi, pemecahan masalah, dan tugas-tugas bermakna

lainnya, berpusat pada siswa (students centered) dan menghasilkan produk nyata.

Menurut Thomas (dalam Wena, 2008),pembelajaran berbasis proyek merupakan

model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola

pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek.

Pembelajaran berbasis proyek (PBL) merupakan penerapan dari

pembelajaran aktif. Secara sederhana pembelajaran berbasis proyek didefinisikan

sebagai suatu pengajaran yang mencoba mengaitkan antara teknologi dengan

masalah kehidupan sehari-hari yang akrab dengan siswa, atau dengan proyek

sekolah. Kerja proyek dalam pembelajaran berbasis proyek dilihat pada proses,

kreativitas dan aktivitas mahasiswa dalam proses pembelajaran sehingga akan

berdampak pada meningkatnya hasil belajar mahasiswa. Inovasi menjadi sangat

penting manakala pengajar ingin menciptakan pembelajaran yang bermakna.

Materi pelajaran yang mengandung jenis pengetahuan deklaratif maupun

prosedural tidak cukup dengan penguasaan saja, namun hal terpenting adalah

bagaimana pengetahuan tersebut diaplikasikan untuk memecahkan masalah nyata.

Penguasaan kompetensi tersebut diawali dari proses pembelajaran yang

mengarahkan ke pengembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik pembelajar

secara seimbang. Salah satu unsur yang mempengaruhi penguasaan kompetensi

tersebut adalah proses pembelajaran yaitu pemilihan dan penerapan model

pembelajaran.
Pemilihan dan penerapan model pembelajaran yang relevan merupakan

suatu keharusan. Model pembelajaran yang tidak sesuai kadang belum mampu

memberikan kesempatan dan tantangan belajar kepada pembelajar. Misalnya,

untuk pengetahuan prosedural, pengajar menggunakan model pembelajaran

langsung (tradisional). Sebagai akibatnya pengetahuan yang diperoleh pembelajar

cenderung sulit diterapkan pada dunia nyata dan pembelajar menjadi tidak

terbiasa bekerja sama dalam tim dan berkolaborasi. Mengingat pentingnya

penguasaan dan peningkatan kompetensi dalam hal berpikir kritis, berpikir kreatif,

kerja sama, dan kompetensi menghasilkan produk otentik, maka pemilihan dan

penerapan model pembelajaran perlu pertimbangan yang cermat. Salah satu upaya

untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar, baik untuk menguasai

pengetahuan deklaratif maupun prosedural yang nantinya akan berorientasi

produk adalah dengan menerapkan model pembelajaran berbasis proyek atau

istilah Inggrisnya project based learning (PjBL).

Pembelajaran dengan model ini menuntut siswa berkolaborasi dengan

guru dan belajar dalam tim kolaboratif. Ketika pembelajar belajar dalam tim

belajar, mereka akan menemukan keterampilan seperti: merencanakan,

berorganisasi, bernegoisasi, dan membuat kesepakatan tentang hal-hal yang akan

dikerjakan. Beberapa faktor yang menjadi penyebab permasalahan tersebut antara

lain: (1) pendekatan penyelenggaraan pendidikan yang berorientasi pada

education production function atau input output analysis yang tidak dilaksanakan

secara konsekuen dan kurang memperhatikan proses, (2) penyelenggaraan

pendidikan yang menggunakan sistem birokratik dentralistik, kurang


menghargai atau mempertimbangkan kemandirian, motivasi, dan inisiatif sekolah

untuk berkembang serta (3) keterlibatan dan peran serta stakeholders dalam

pembangunan pendidikan yang belum maksimal (Adhi, 2002).

Model belajar yang berpusat pada guru (teacher centered) harus segera

ditinggalkan dan diubah dengan model belajar aktif dan mandiri berdasarkan

prinsip kognitif modern, sehingga menumbuhkan peran aktif dan kreatif siswa

(student centered). Guru bukan lagi sebagai sumber belajar utama yang memiliki

kekuasan dominan terhadap siswa. Saatnya menciptakan suasana kelas dan cara

belajar siswa aktif melalui model pembelajaran berbasis proyek.

B. Rumusan Masalah

Dalam penulisan makalah ini penulis mengangkat beberapa masalah,

diantaranya:

1. Apa perbedaan pembelajaran student centered learning dan model

pembelajaran berbasis proyek?

2. Apa saja prinsip-prinsip pembelajaran berbasis Proyek?

3. Apa saja karakteristik dari pembelajaran berbasis proyek ?


4. Apa manfaat Pembelajaran Berbasis Proyek?
5. Apa saja keuntungan dan kelemahan dari pembelajaran berbasis proyek?
6. Apa langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui perbedaan pembelajaran student centered learning dan

model pembelajaran berbasis proyek.


2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip dari pembelajaran berbasis proyek.
3. Untuk mengetahui karakteristik dari pembelajaran berbasis proyek.
4. Untuk mengetahui manfaat pembelajaran berbasis proyek.
5. Untuk mengetahui keuntungan dan kelemahan dari pembelajaran berbasis
proyek.
6. Untuk mengetahui langkah-langkah pembelajaran berbasis kelompok.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Pendekatan Student Centered Learning

Pendekatan Student Centered Learning (SCL) adalah suatu model

pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai pusat dari proses belajar.

Dalam menerapkan konsep Student Centered Leaning, peserta didik diharapkan

sebagai peserta aktif dan mandiri dalam proses belajarnya, yang bertanggung

jawab dan berinitiatif untuk mengenali kebutuhan belajarnya, menemukan

sumber-sumber informasi untuk dapat menjawab kebutuhannya, membangun serta

mempresentasikan pengetahuannya berdasarkan kebutuhan serta sumber-sumber


yang ditemukannya. Dalam batas-batas tertentu peserta didik dapat memilih

sendiri apa yang akan dipelajarinya (Harsono, 2005:176).

Pendekatan pendidikan SCL (Stu-dent Centered Learning) muncul sebagai

alternative pendekatan pendidikan untuk menjawab permasalahan ketidaksesuaian

pendekatan TCL. SCL merupakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada

siswa. Dalam pendekatan pembelajaran SCL, guru harus mampu melaksanakan

perannya dengan baik yaitu tidak hanya sebagai pengajar, tetapi juga sebagai mo-

tivator, fasilitator, dan inovator. Guru ti-dak hanya dituntut untuk mengajar saja di

depan kelas melainkan juga berperan membantu murid untuk memecahkan

masalah saat murid mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran. Natawijaya

dalam Depdiknas (2005:31) menyebutkan bahwa belajar aktif adalah suatu sistem

belajar mengajar yang menekankan keak-tifan siswa secara fisik, mental

intelektual dan emosional guna memperoleh hasil be-lajar berupa perpaduan

antara aspek kog-nitif, afektif dan psikomotor.

Pembelajaran berbasis Student Centered Learning menuntut murid aktif,

serta melakukan diskusi dengan guru sebagai fasilitator jika menemui ke-sulitan.

Aktifnya siswa diharapkan mampu menumbuhkan rasa kreatifitas siswa. Ke-

majuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi memudahkan para murid untuk memper-

oleh ilmu pengetahuan tidak hanya mela-lui pembelajaran formal saja, akan tetapi

bisa melalui berbagai media dan sumber belajar. Sumber belajar bisa dari internet,

lingkungan sekitar, masyarakat, instansi, profesi atau bahkan teman sebaya. Pihak

sekolah juga mengundang anggota, tokoh masyarakat, atau orangtua ke dalam

kelas untuk berbicara dengan topik yang berhu-bungan dengan pekerjaannya


(Parenting Program). Guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar tetapi mitra

pembelajaran.

B. Prinsip-prinsip Pendekatan Student Centered Learning

Adapun Prinsip-Prinsip Pendekatan Student Centered Learning yaitu :

a. Tanggung jawab, yaitu peserta didik mempunyai tanggung jawab pada

pelajarannya. Dengan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk

mempunyai tanggung jawab pada pelajarannya, peserta didik diharapkan

akan lebih berusaha dan lebih termotivasi dalam memaknai pelajarannya.

b. Peran serta, yaitu peserta didik harus berperan aktif dalam pembelajaran.

Dengan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berperan serta

dalam pembelajaran, diharapkan siswa dapat mengembangkan potensinya

secara maksimal sehingga mendorong bertumbuhnya kreativitas dan

inovasi.
c. Keadilan, yaitu semua peserta didik mempunyai hak yang sama untuk

tumbuh dan berkembang. Dengan kesempatan yang sama untuk tumbuh

dan berkembang tersebut akan menutup keunggulan hanya didominasi

mahasiswa tertentu saja dan diharapkan semua peserta didik dapat

bersama-sama berhasil mencapai tujuan secara maksimal.


d. Mandiri, yaitu semua peserta didik harus mengembangkan segala

kecerdasannya (intelektual, emosi, moral, dsb) karena guru hanya

fasilitator dan nara sumber (mitra belajar).


e. Berfikir kritis dan kreatif, yaitu peserta didik harus menggunakan segala

kecerdasan intelektual dan emosinya yang berwujud kreativitas, inovasi,


dan analisa untuk mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi karena

siswa akan mengalami perpaduan antara prakonsepsi dan konsepsi.


f. Komunikatif, yaitu peserta didik harus menggunakan kemampuannya

berkomunikasi baik lisan maupun tertulis karena boleh jadi siswa melihat

konsep dengan cara yang berbeda sebagai hasil pengalaman hidupnya,

sehingga diperlukan media dan sarana yang efektif untuk menyamakan

presepsi.
g. Kerjasama, yaitu kondisi dimana para peserta didik dapat saling bersinergi

dan saling mendukung pencapaian keberhasilan atau tujuan yang

ditetapkan dalam pembelajaran.

h. Integritas, yaitu peserta didik harus menunjukkan perilaku moralitas

tinggi, dan percaya diri dalam melaksanakan segala sesuatu yang

diyakininya dalam situasi apapun.

C. Langkah-langkah Pendekatan Student Centered Learning


Adapun Langkah – langkah pendekatan Student Centered Learning adalah

Pembelajaran yang berpusat pada siswa (Student Centered Learning) memiliki

langkah-langkah yang yang menuntut partisipasi aktif dari siswa, sebagai berikut:
- Berbagi informasi (Information Sharing) dengan cara curah gagasan

(Brainstorming), kooperatif, kolaboratif, diskusi kelompok (Gruop

Discussion), diskusi panel (Panel Discussion), simposium, dan seminar.


- Belajar dari pengalaman (Experience Based) dengan cara simulasi,

bermain peran (Roleplay), permainan (Game), dan kelompok temu.

- Pembelajaran melalui pemecahan masalah (Problem Solving Based)

dengan cara studi kasus, tutorial, lokakarya (Afiatin, 2009:34).


D. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Student Centered Learning

Adapun Kelebihan dan Kekurangan pendekatan Student Centered Learning

adalah:
1. Kelebihan Pendekatan Student Centered Learning
a. Menyertakan peserta didik di dalam proses pembelajaran.
b. Mendorong peserta didik untuk memiliki pengetahuan yang lebih banyak/luas/

dalam.
c. Menjalin peserta didik dengan kehidupan nyata.
d. Mendorong terjadinya pembelajaran secara aktif.
e. Mengarahkan peserta didik untuk mengenali dan menggunakan berbagai

macam gaya belajar.


f. Memperhatikan kebutuhan dan latar belakang peserta didik.
g. Memberi kesempatan untuk pengembangan berbagai strategi assessment.
2. Kekurangan Pendekatan Student Centered Learning
a. Untuk peserta didik dalam jumlah besar sulit untuk diimplementasikan.
b. Ada kemungkinan untuk menggunakan waktu yang lebih banyak.
c. Belum tentu efektif untuk seluruh kurikulum.

d. Belum tentu sesuai untuk peserta didik yang tak terbiasa aktif, mandiri, dan

demokratis.

E. Konsep Dasar Model Pembelajaran Berbasis Proyek

Model Pembelajaran Berbasis Proyek yaitu suatu model pembelajaran

yang menenkankan pada pengelolaan proyek atau kegiatan penelitian kecil dalam

pembelajaran. Menurut CORD dkk, sebagaimanajuga dikuti Made Wena,

pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang inovatif dan lebih

menenkankan pada belajar konstektual melalui kegiatan – kegiatan yang

kompleks”. Sehingga fokus pembelajaran lebih menitikberatkan pada prinsip dan

konsep inti dari dispilin ilmu, yang melibatkan peserta didik dalam investigasi

pememcahan masalah dan kegiatan tugas-tugas bermakna lain, memberi

kesempatan peserta didik bekerja secara otonom dalam mengonstruksi


pengetahuan mereka sendiri serta mencapai puncaknya untuk menghasilkan

produk nyata.

Project Based Learning Menurut Buck institute for Education (BIE)

( Trianto, 2014:44) “Project Based Learning adalah model pembelajaran yang

melibatkan siswa dalam memecahkan permasalahan dan memberikan peluang

kepada siswa untuk belajar secara mandiri, dan puncaknya akan menghasilkan

karya atau produk hasil kreasi dari siswa. Project-based Learning (PjBL) adalah

sebuah model pembelajaran yang berbeda dari model yang biasanya. Kegiatan

pembelajaran PjBL ini membutuhkan waktu yang cukup lama, yang berpusat pada

siswa dan terintegrasi dengan permasalahan di dunia nyata.rsebut menurut, Wina

(2009:42) menyatakan PjBL merupakan model pembelajaran yang memberikan

kesempatan kepada siswa untuk melalukan kerja proyek, maksudnya siswa diberi

tugas untuk membuat suatu proyek sesuai dengan apa yang dipelajari.

Sedangkan menurut Blank, 1997; Dickinson, et al, 1998; Harwell, 1997

dalam Korkidis, (2009: 4) pembelajaran berbasis proyek adalah model

pembelajaran atau strategi otentik di mana pembelajar merencanakan,

melaksanakan, dan mengevaluasi proyek-proyek yang memiliki aplikasi dunia

nyata di luar kelas. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan

pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang disusun secara

sistematis yang melibatkan pembelajar secara aktif, berkolaborasi membangun

pengetahuan, dan mengembangkan keterampilan lewat tugas-tugas yang kompleks

meliputi: merencanakan, merancang, melakukan pemecahan masalah,

pengambilan keputusan, menghasilkan produk, dan mengkomunikasikan hasil.


F. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Berbasis Proyek

Ada beberapa prinsip yang perlu dipertimbangkan dalam implementasi

pembelajaran berbasis proyek. Thomas (2000: 3) menyatakan lima kriteria

pembelajaran berbasis proyek yaitu sentralistis (centrality), pertanyaan

pendorong/penuntun (driving question), investigasi konstruktif (constructive

investigation), otonomi (autonomy), dan realistis (realism). Kelima prinsip ini

yang membedakan keunikan pembelajaran berbasis proyek dengan pembelajaran

berbasis masalah.

- Pertama, prinsip sentralistis (centrality) menegaskan bahwa kerja proyek

merupakan esensi dari kurikulum. Model ini merupakan pusat strategi

pembelajaran, di mana pembelajar belajar konsep utama dari suatu pengetahuan

melalui kerja proyek. Oleh karena itu, kerja proyek bukan merupakan praktik

tambahan dan aplikasi praktis dari konsep yang sedang dipelajari, melainkan

menjadi sentral kegiatan pembelajaran di kelas. Dengan demikian, kegiatan

pembelajaran akan dapat dilaksanakan secara optimal. Melalui proyek ini

pembelajar akan mengalami dan belajar konsep-konsep.

- Kedua, prinsip pertanyaan pendorong/penuntun (driving question) bahwa kerja

proyek berfokus pada pertanyaan atau permasalahan yang dapat mendorong

pembelajar untuk berjuang memperoleh konsep atau prinsip utama suatu bidang

tertentu. Kaitan antara pengetahuan konseptual dengan aktivitas nyata dapat

ditemui melalui pengajuan pertanyaan (Blumenfeld, dkk., 1991 dalam Thomas,


2000: 3). Jadi dalam hal ini kerja proyek sebagai motivasi eksternal yang mampu

menumbuhkan motivasi internal pembelajar dalam mengerjakan tugas-tugas.

- Ketiga, prinsip investigasi konstruktif (contructive investigation) merupakan

proses yang mengarah pada pencapaian tujuan, yang mengandung kegiatan

penyelidikan, pembangunan konsep, dan resolusi. Dalam investigasi memuat

proses perancangan, pembuatan keputusan, penemuan masalah, pemecahan

masalah, discovery/penemuan, dan pembentukan model. Di samping itu, dalam

kegiatan pembelajaran berbasis proyek ini harus tercakup proses transformasi dan

konstruksi pengetahuan (Bereiter & Scardamalia, 1999 dalam Thomas, 2000: 4).

Jika kegiatan utama dalam kerja proyek tidak menimbulkan masalah bagi

pembelajar, atau permasalahan itu dapat dipecahkan oleh pembelajar melalui

pengetahuan yang dimiliki sebelumnya, maka kerja proyek itu sekadar “latihan”,

bukan proyek dalam konteks pembelajaran berbasis proyek. Oleh karena itu,

penentuan jenis proyek haruslah dapat mendorong pembelajar untuk

mengkonstruksi pengetahuan sendiri guna memecahkan persoalan yang

dihadapinya. Pengajar dituntut mampu merancang suatu kerja proyek yang

menumbuhkan rasa ingin meneliti, rasa untuk berusaha memecahkan masalah, dan

rasa ingin tahu yang tinggi.

- Keempat, prinsip otonomi (autonomy) dalam pembelajaran berbasis proyek

dapat diartikan sebagai kemandirian pembelajar dalam melaksanakan proses

pembelajaran, yaitu bebas menentukan pilihannya sendiri, bekerja dengan sedikit

pengawasan, dan bertanggung jawab. Dalam hal ini pengajar hanya berperan
sebagai fasilitator dan motivator untuk mendorong tumbuhnya kemandirian

pembelajar.

- Kelima, prinsip realistis (realism) berarti bahwa proyek merupakan sesuatu yang

nyata. Pembelajaran berbasis proyek harus dapat memberikan perasaan realistis

kepada pembelajar, termasuk dalam memilih topik, tugas, dan peran konteks

kerja, kolaborasi kerja, produk, pelanggan, maupun standar produknya. Gordon

(1998) dalam Tohmas, (2000: 4) membedakan antara tantangan akademis,

tantangan yang dibuat-buat, dan tantangan nyata. Pembelajaran berbasis proyek

mengandung tantangan yang berfokus pada permasalahan yang otentik (bukan

simulasi), bukan yang dibuat-buat, dan solusinya dapat diimplementasikan di

lapangan. Pengajar harus mampu merancang proses pembelajaran yang nyata dan

hal ini bisa dilakukan dengan mengajak pembelajar belajar pada dunia kerja yang

sesungguhnya dan mampu menggunakan dunia nyata sebagai sumber belajar bagi

pembelajar. Kegiatan ini akan dapat meningkatkan motivasi intrinsik, kreativitas,

dan kemandirian pembelajar dalam pembelajaran.

G. Karakteristik dari pembelajaran berbasis proyek


Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang

inovatif dan lebih menekankan pada belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan

yang kompleks. Pembelajaran berbasis proyek memiliki potensi yang besar untuk

memberi pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermakna bagi siswa.
“Sedangkan menurut Buck Institute for Education (1999) belajar berbasis

proyek memiliki karakteristik berikut :


a. Siswa membuat kepuutusan dan membuat kerangka kerja
b. Terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya
c. Siswa merancang proses untuk mencapai hasil
d. Siswa bertanggung jawab untuk mendapatkan dan mengelola

informasi yang dikumpulkan


e. Siswa melakukan evaluasi secara kontinu
f. Siswa secara teratur melihat kembali apa yang mereka kerjakan
g. Hasil akhir berupa produk dan dievaluasi kualitasnya
h. Kelas memiliki atmosfir yang memberi toleransi kesalahan dan

perubahan
H. Manfaat Pembelajaran Berbasis Proyek
Pembelajaran Berbasis proyek merpakan strategi pembelajaran yang

berfokus pada peserta didik dalam kegiatan pememcahan masalah dan tugas-tugas

bermakna lainnya. Pelaksanaan PBP dapat memberi peluang pada peserta didik

untuk bekerja mengkonstruksi tugas yang diberikan guru yang puncaknya dapat

menghasilkan produk karya peserta didik. Manfaat pembelajaran Berbasis Proyek

(PBP) diantaranya adalah:


a. Memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru dalam pembelajaran
b. Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pemecahan masalah
c. Membuat peserta didik lebih aktif dalam memmecahkan masalah yang

kompleks dengan hasil produk nyata berupa barang atau jasa


d. Mengembangkan dan meningkatkan keterampilan peserta didik dalam

mengelola sumber/bahan/ alat untuk menyelesaikan tugas


e. Meningkatkan kolaborasi peserta didik khususnya pada PBP yang bersifat

kelompok
f. Peserta didikmembuat keputusan dan membuat kerangka kerja
g. Terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya
h. Peserta didik merancang proses untuk mencapai hasil
i. Peserta diidk bertanggung jawab untuk mendapatkan dan mengelola

informasi yang dikumpulkan


j. Peserta didik secara teratur melihat kembali apa yang mereka kerjakan
k. Hasil akhir berupa produk dan evaluasi kualitasnya
l. Kelas memiliki atmosfer yang memberi toleransi kesalahan dan

perubahan.
I. Keuntungan dan kelemahan dari pembelajaran berbasis

proyek
Menurut Moursund (1997) beberapa keuntungan dari pembelajaran berbasis

proyek antara lain :


1. Meningkatkan motivasi belajar siswa.
2. Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, membuat siswa lebih aktif

dan berhasil memecahkan problem-problem yang bersifat kompleks.


3. Keterampilan siswa untuk mencari dan mendapatkan informasi akan

meningkat.
4. Siswa mampu kerja kelompok dalam proyek dan mempraktikkan

keterampilan komunikasi.
5. Siswa mampu mempraktikkan keterampilan dalam mengorganisasi proyek,

dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan

untuk menyelesaikan tugas.

“Menurut The Back Institute For Education, model pembelajaran ini

mempunyai keuntungan penting bagi siswa masa kini, antara lain:

a) Model pembelajaran berbasis proyek mengintegrasikan wilayah hidup

kurikulum.
b) Membangun pengembangan kebiasaan berfikir yang di hubungkan dengan

belajar seumur hidup, tanggung jawab sipil, dan kesuksesan karir atau

pribadi.
c) Menguasai dikotomi atau pengetahuan dan berfikir dapat menolong siswa

baik untuk “to know” mapun “to do”.


d) Mendorong munculnya tanggung jawab, penetapan tujuan dan

memperbaiki tampilan.
e) Dapat melibatkan memotivasi siswa yang bosan dan tidak peduli.
f) Mendukung siswa dalam belajar dan mempraktekkan keterampilan dalam

penyelesaian masalah, komunikasi dan pengendalian diri.


g) Menciptakan komunikasi positif dan hubungan kolaboratif diantara

kelompok siswa yang berbeda-beda.


h) Dapat memenuhi kebutuhan siswa dengan tingkat keterampilan dan gaya

belajar yang beragam.


Selain keuntungan, pembelajaran berbasis proyek juga memiliki kelemahan,

diantaranya :
1. Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.
2. Membutuhkan biaya yang cukup banyak.
3. Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana

instruktur memegang peran utama di kelas.


4. Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
5. Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan

informasi akan mengalami kesulitan.


6. Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok.
7. Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda,

dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan.


J. Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Proyek

Langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek sebagaimana yang

dikembangkan oleh The George Lucas Educational Foundation (2005) terdiri dari

kegiatan berikut:

Dimulai dengan Pertanyaan Esensial

- Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang

dapat memberi penugasan kepada pembelajar untuk melakukan suatu aktivitas.

Pertanyaan-pertanyaan ini nantinya akan membentuk sebuah tema proyek. Tema

yang diangkat mesti sesuai dengan realitas dunia nyata dan relevan untuk para

pembelajar. Menurut Santyasa (2011: 169) tema proyek hendaknya memenuhi

indikator-indikator (a) memuat gagasan umum dan orisinal, (b) penting dan

menarik, (c) mendeskripsikan masalah kompleks, (d) mencerminkan hubungan

berbagai gagasan, dan (e) mengutamakan pemecahan masalah ill defined.

- Merencanakan Proyek
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan

pembelajar. Pembelajar diharapkan merasa “memiliki” atas proyek tersebut.

Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat

mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial dengan cara mengintegrasikan

berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat

diakses untuk membantu penyelesaian proyek.

Santyasa (2011: 169) menyatakan pengalaman belajar terkait dengan

merencanakan proyek adalah (a) membaca, (b) meneliti, (c) mengorbservasi, (d)

mewawancarai, (e) merekam, (f) mengunjungi obyek yang berkaitan dengan

proyek, dan (g) mengakses internet.

- Membuat Jadwal

Pengajar dan pembelajar secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam

menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (a) membuat timeline

untuk menyelesaikan proyek, (b) menentukan deadline penyelesaian proyek, (c)

mengarahkan pembelajar agar merencanakan cara-cara efektif menyelesaikan

proyek, (d) membimbing pembelajar ketika mereka membuat atau menggunakan

cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (e) meminta pembelajar untuk

membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara.

- Memantau Pembelajar dan Kemajuan Proyek

Pengajar bertanggungjawab untuk melakukan monitoring terhadap aktivitas

pembelajar selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara

memfasilitasi pembelajar di setiap proses. Dengan kata lain pengajar berperan

menjadi mentor bagi aktivitas pembelajar. Agar mempermudah proses monitoring,


dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas selama

penyelesaian proyek.

- Penilaian Proyek

Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar mengukur ketercapaian tujuan

pembelajaran. Penilaian ini juga bertujuan untuk mengetahui kemajuan belajar

masing-masing pembelajar, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman

yang sudah dicapai pembelajar, dan membantu pengajar dalam menyusun strategi

pembelajaran berikutnya.

- Evaluasi Pengalaman

Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan pembelajar melakukan refleksi

terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi

dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini pembelajar

diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama

menyelesaikan proyek. Pengajar dan pembelajar mengembangkan diskusi dalam

rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya

ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang

diajukan pada tahap pertama pembelajaran.

Implementasi langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek di saat

tertentu mungkin akan mengalami kendala. Kendala itu cenderung bersumber dari

pembelajar. Kurangnya pemahaman terhadap proyek dapat menyebabkan

pembelajar tidak tahu apa yang harus dikerjakan dan bagaimana cara

mengerjakannnya.
Ewdards Deming dalam Jonhson, (2011: 293) mengatakan bahwa agar
pembelajar dapat menyelesaikan sebuah proyek dengan sukses, maka
sebaiknya mereka dibiasakan menjalankan kegiatan arrange (mengatur),
begin (memulai) change (mengubah) dan demonstrate
(mempertunjukkan). Keempat kegiatan itu dilaksanakan secara bertahap.
Mulai arrange yaitu pembelajar mesti mengetahui tujuan belajarnya,
memutuskan proyek yang akan dikerjakan, mengatur waktu sebaik-
baiknya. Setelah itu, begin yaitu mulai mengerjakan proyek yang sudah
diputuskan. Sambil bekerja, pembelajar melakukan perubahan (change)
yang akan memperkuat dan memperbaiki proyek dan yang terakhir
menunjukkan (demonstrate) apa yang telah dicapai pembelajar dalam
menyelesaikan proyek.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Project Based Learning atau biasa disebut Pembelajaran Berbasis Proyek

yaitu pendekatan pembelajaran yang menghasilkan suatu karya berbasis proyek,

untuk mendorong kemampuan peserta didik menghasilkan karya kontekstual baik

individual maupun kelompok. Karakteristik pembelajaran berbasis proyek salah

satunya memiliki hasil akhir berupa produk. Prinsipnya supaya peserta didik dapat

mandiri dalam melaksanakan proses pembelajaran, yaitu bebas menentukan

pilihannya sendiri, bekerja dengan minimal supervisi dan bertanggung jawab.

Pedoman dalam pembelajaran ini dapat membuat peserta didik memahami

kebermaknaan dari tugas yang dikerjakan, mengerjakan tugas sesuai dengan

kemampuannya sehingga peserta didik mampu menyelesaikan tugas tepat waktu,

mengarahkan peserta didik untuk melakukan penelitian dan mampu

berkomunikasi dengan orang lain. Keuntungan dari pembelajaran berbasis proyek

peserta didik mampu mempraktikkan keterampilan dalam mengorganisasi proyek

dan membuat alokasi waktu.

B. Saran
Sebagai calon guru kita harus memahami pembelajaran berbasis proyek

karena pembelajaran ini sesuai dengan kurikulum 2013 yang mengharuskan

siswa belajar secara mandiri.

DAFTAR PUSTAKA

Sagala syaiful, M.Pd. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung :


Alfabeta.

Wena, M. 2011. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta : Bumi


Aksara.
Murtiningsih, Siti. (2004). Pendidikan Alat Perlawanan, Teori Pendidikan
Radikal Paulo Freire, Yogyakarta: Resist Book
Ni Wayan Rati, Nyoman Kusmaryatni, Nyoman Rediani.(2017), Jurnal
Pendidikan Indonesia, Vol.6, 2541-7207

Anda mungkin juga menyukai