Anda di halaman 1dari 72

BAB I

PENDAHULUAN

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang

memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Undang-

Undang No. 23 tahun 1992). Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya

pembangunan nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan

untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang

optimal.

Sesuai dengan Visi Departemen Kesehatan yaitu masyarakat yang mandiri untuk

hidup sehat, dan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat

maka diselenggarakan upaya kesehatan dengan pemeliharaan, peningkatan kesehatan

(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan

pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan

berkesinambungan dan diselenggarakan bersama antara pemerintah dan masyarakat.

Untuk mencapai tujuan tersebut, upaya kesehatan harus dilakukan secara integral oleh

seluruh komponen, baik pemerintah, tenaga kesehatan maupun masyarakat. Oleh karena

itu masyarakat harus berperan aktif dalam mengupayakan kesehatannya sendiri.

Upaya masyarakat untuk mengobati dirinya sendiri dikenal dengan istilah

swamedikasi. Swamedikasi dilakukan untuk mengatasi keluhan-keluhan dan penyakit

ringan yang banyak dialami masyarakat seperti demam, nyeri, pusing, batuk, influenza,

sakit maag, rematik, cacingan, diare, penyakit kulit dan lain-lain.

Salah satu penyakit yang biasanya terjadi dalam masyarakat yaitu Arthritis atau

biasa disebut rematik. Penyakit ini merupakan penyakit yang menyerang persendian dan

struktur di sekitarnya. Masyarakat pada umumnya menganggap rematik adalah penyakit

1
sepele karena tidak menimbulkan kematian. Padahal, jika tidak segera ditangani rematik

bisa membuat anggota tubuh berfungsi tidak normal, mulai dari benjol-benjol, sendi

kaku, sulit berjalan, bahkan kecacatan seumur hidup. Rasa sakit yang timbul bisa sangat

mengganggu dan membatasi aktivitas kegiatan sehari-hari. Arthritis Foundation 2006,

jumlah penderita arthritis atau gangguan sendi kronis lain di Amerika Serikat terus

meningkat.

Penyakit rematik itu sebenarnya terdiri lebih dari 100 jenis, tetapi bagi orang

awam, setiap gejala nyeri, kaku, bengkak, pegal-pegal, atau kesemutan itu semua sering

disebut rematik dan dianggap sama saja. Penyakit rematik yang paling banyak ditemukan

pada golongan usia lanjut di lndonesia adaiah osteoarkitis (OA) 50-60 %. Yang kedua

adalah kelompok rematik luar sendi. Yang ketiga adalah asam urat (gout) sekitar 6 %.

Sementara penyakit rematoid arrtitis (RA) di Indonesia (1 di antara 1000-5000 orang),

sedangkan di negara-negara Barat sekitar 3%. Rematik merupakan salah satu penyebab

nyeri sendi, khususnya sendi-sendi kecil di daerah pergelangan tangan dan jari-jari.

Keluhan kaku, nyeri dan bengkak akibat penyakit rematik dapat berlangsung terus-

menerus dan semakin lama semakin berat tetapi ada kalanya hanya berlangsung selama

beberapa hari dan kemudian sembuh dengan pengobatan. Namun demikian, kebanyakan

penyakit rematik berlangsung kronis, yaitu sembuh dan kambuh kembali secara berulang

ulang sehingga menyebabkan kerusakan sendi secara menetap.

Swamedikasi merupakan alternatif bagi masyarakat untuk mengatasi

keterjangkauan pengobatan. Swamedikasi bisa menyebabkan timbulnya kesalahan

pengobatan (medication error) karena keterbatasan pengetahuan masyarakat akan obat

dan penggunaannya. Berkonsultasilah pada Apoteker agar terhindar dari penyalahgunaan

obat (drug abuse) dan penggunasalahan obat (drug misuse). Karena umumnya,

masyarakat hanya tahu merk dagang obat tanpa tahu zat berkhasiatnya, manfaat dan efek

2
sampingnya. Apoteker sendiri telah diberikan kewenangan untuk berswamedikasi kepada

pasien yang datang ke apotek. Obat yang diberikan Apoteker meliputi obat wajib apotek

(OWA, dengan ketentuan dan batasan yang tercantum dalam daftar OWA 1, OWA 2, dan

OWA 3), obat bebas terbatas, dan obat bebas. Apoteker hendaknya membuat catatan

pasien serta obat yang diserahkan, serta memberikan informasi penting tentang dosis,

cara pakai, kontraindikasi, dan efek samping yang perlu diperhatikan oleh pasien.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengenalan Penyakit

Menurut Arthritis Foundation 2006, jumlah penderita arthritis atau gangguan

sendi kronis lain di Amerika Serikat terus menunjukkan peningkatan. Pada tahun 1990

terdapat 37,9 juta penderita dari sebelumnya 35 juta pada tahun 1985. Data tahun 1998

memperlihatkan hampir 43 juta atau 1 dari 6 orang di Amerika menderita gangguan

sendi, dan pada tahun 2005 jumlah penderita arthritis sudah mencapai 66 juta atau

hampir 1 dari 3 orang menderita gangguan sendi, dengan 42,7 juta diantaranya telah

terdiagnosis sebagai arthritis dan 23,2 juta sisanya adalah penderita dengan keluhan

nyeri sendi kronis.

Arthritis merupakan satu dari berbagai masalah penyakit kronis yang umum

dan menjadi penyebab kedua hendaya (disability) setelah penyakit jantung pada orang

Amerika usia diatas 15 tahun; 7 juta diantaranya mengalami hambatan aktivitas sehari-

hari, berjalan, berpakaian, mandi dan sebagainya. Jumlah kunjungan ke dokter

mengalami peningkatan hingga 39 juta kunjungan, dan setengah juta diantaranya

memerlukan perawatan di rumah sakit. Untuk keperluan pengobatan arthritis, Amerika

menghabiskan biaya US$ 86,2 milyard per tahun.

Arthritis adalah istilah umum untuk peradangan (inflamasi) dan pembengkakan

di daerah persendian. Terdapat lebih dari 100 macam penyakit yang mempengaruhi

daerah sekitar sendi. Yang paling banyak adalah Osteoarthritis (OA), arthritis gout

(pirai), arthritis rheumatoid (AR), dan fibromialgia. Gejala klinis yang sering adalah

rasa sakit, ngilu, kaku, atau bengkak di sekitar sendi.

Sendi adalah bagian dari tubuh di mana dua tulang atau lebih bersatu dalam

suatu koordinasi antara otot, tendon, ligamen, cartilage. Otot diikat pada tulang dengan

4
tendon (jaringan yang fleksibel, seperti tali berserabut). Otot menciptakan gerakan

pada sendi, dan juga membantu menstabilkan sendi. Cartilage artikular yang licin

menyelubungi tulang di sendi dan membantu gerakan yang bebas gesekan, sedangkan

penutup kartilago membantu meredam hentakan. Seluruh sendi dikelilingi oleh sarung

yang kuat dari bahan berserat dinamakan kapsul sendi.

Lapisan sinovial dari kapsul sendi mengeluarkan cairan sangat sedikit, yang

berfungsi sebagai lubrikan sendi. Selain itu beberapa sendi (seperti bahu dan lutut)

mempunyai kantong bursa (bursae), kantung kecil berisi cairan yang berfungsi sebagai

bantalan sendi dan mengurangi gesekan.

Tubuh manusia mempunyai berbagai macam sendi, dari ”engsel” yang

sederhana seperti siku sampai yang sangat kompleks seperti panggul dan bahu, yang

dapat digerakkan ke segala arah. Selain itu beberapa sendi harus mampu menahan

beban dan tekanan yang besar, seperti sendi lutut yang harus menopang berat seluruh

tubuh. Selanjutnya, tekanan pada lutut berlipat ganda saat kita berlari, naik tangga,

atau berjalan pada permukaan yang tidak rata. Sendi terdiri dari:

a. Kartilago:

1) Lapisan yang keras tetapi licin, terdapat pada ujung setiap tulang.

2) Kartilago mempunyai sifat viskoelastis yang memberikan lubrikasi pada

gerakan, meredam hentakan pada gerakan cepat dan pendukung beban.

Fungsi utama kartilago :

a) Memungkinkan bergerak dalam rentang gerakan yang dibutuhkan

b) Mendistribusikan beban ke semua jaringan sendi, dengan demikian dapat

mencegah kerusakan sendi.

c) Menstabilkan sendi selama digunakan.

5
3) Kartilago merupakan jaringan avaskular, aneural, dan alimpatik. Karena

kartilago avaskular, maka kondrosit diberi nutrisi oleh cairan sinovial.

Dengan adanya gerakan siklis dan pembebanan sendi, nutrisi mengalir ke

dalam kartilago, sedangkan imobiliasi, akan mengurangi suplai nutrisi.

Kartilago mudah dikompresi, dan akan kehilangan tinggi normal sebanyak

40% apabila diberi beban. Kompresi meningkat pada area kontak dan

meneruskan tekanan lebih merata ke tulang, tendon, ligamen dan otot.

4) Kartilago terdiri dari 65-80% air. Komponen lain yang membangun jaringan

kartilago adalah : kolagen, proteoglikan, dan kondrosit.

b. Kolagen

Protein berserabut. Kolagen juga merupakan unsur dari kulit, tendon, tulang dan

jaringan penyambung lainnya.

c. Proteoglikan

Kombinasi dari protein dan gula. Untaian proteoglikan dan kolagen membentuk

anyaman seperti jala. Ini memungkinkan kartilago melentur dan menyerap

hentakan fisik. Proteoglikan berkombinasi dengan molekul hialuronat di dalam

agregat yang hidrofilik dan anionik, yang menjaga kandungan air agar tetap

tinggi di dalam kartilago.

d. Kondrosit

Sel yang ada di seluruh kartilago. Memelihara kartilago tetap sehat dan tumbuh.

Kondrosit mengendalikan kartilago terus menerus dengan me-remodel secara

biokimia dan struktur.3 Kadang kondrosit melepaskan enzim yang dapat

merusak kolagen dan protein lain.

6
e. Kapsul Sendi

Kantung membran yang liat yang mengikat semua tulang dan bagian persendian

lainnya menjadi satu.

f. Sinovium

Membran tipis di dalam kapsul sendi

g. Cairan Sinovial

Cairan lubrikasi sendi yang menjaga agar kartilago tetap licin dan sehat.

h. Ligamen, tendon, dan otot

1) Jaringan yang menjaga tulang agar stabil, dan memungkinkan persendian

menekuk dan bergerak.

2) Ligamen sifatnya liat, jaringan seperti tali yang menghubungkan tulang satu

dengan lainnya.

3) Tendon liat, seperti tali berserabut yang menghubungkan otot dengan tulang.

4) Otot adalah ikatan dari sel-sel khusus yang bila distimulasi saraf akan

berkontraksi menghasilkan gerakan.

Arthritis dapat mempengaruhi bagian lain dari tubuh; menyebabkan rasa sakit,

kehilangan kemampuan bergerak dan kadang bengkak. Ada beberapa jenis reumatik

yaitu:

a. Reumatik Sendi ( Artikuler )

Reumatik yang menyerang sendi dikenal dengan nama reumatik sendi (reumatik

artikuler). Penyakit ini ada beberapa macam yang paling sering ditemukan yaitu:

1) Artritis Reumatoid

Patofisiologi:

Merupakan penyakit autoimun dengan proses peradangan menahun yang

tersebar diseluruh tubuh, mencakup keterlibatan sendi dan berbagai organ di luar

7
persendian. Peradangan kronis dipersendian menyebabkan kerusakan struktur

sendi yang terkena. Peradangan sendi biasanya mengenai beberapa persendian

sekaligus. Peradangan terjadi akibat proses sinovitis (radang selaput sendi) serta

pembentukan pannus yang mengakibatkan kerusakan pada rawan sendi dan

tulang di sekitarnya, terutama di persendian tangan dan kaki yang sifatnya

simetris (terjadi pada kedua sisi). Penyebab Artritis Rematoid belum diketahui

dengan pasti. Ada yang mengatakan karena mikoplasma, virus, dan sebagainya.

Namun semuanya belum terbukti. Berbagai faktor termasuk kecenderungan

genetik, bisa mempengaruhi reaksi autoimun. Bahkan beberapa kasus Artritis

Rematoid telah ditemukan berhubungan dengan keadaan stres yang berat, seperti

tiba-tiba kehilangan suami atau istri, kehilangan satu-satunya anak yang

disayangi, hancurnya perusahaan yang dimiliknya dan sebagainya. Peradangan

kronis membran sinovial mengalami pembesaran (Hipertrofi) dan menebal

sehingga terjadi hambatan aliran darah yang menyebabkan kematian (nekrosis)

sel dan respon peradangan pun berlanjut. Sinovial yang menebal kemudian

dilapisi oleh jaringan granular yang disebut panus. Panus dapat menyebar

keseluruh sendi sehingga semakin merangsang peradangan dan pembentukan

jaringan parut. Proses ini secara perlahan akan merusak sendi dan menimbulkan

nyeri hebat serta deformitas (kelainan bentuk).

Artritis Reumatoid (AR) juga bisa dikatakan suatu penyakit inflamasi

kronik dengan manifestasi utama poliartritis simetris yang penyebabnya belum

diketahui secara pasti dan bersifat sistemik. Penyakit ini terjadi akibat rantai

peristiwa imunologi yang menyebabkan dekstruksi sendi.dekstruksi sendi terjadi

antara lain karena peningkatan kemotaksis dan fagositosis pada orang tertentu

terbentuk antibodi yang disebut faktor reumatoid. Selain itu, juga dapat terjadi

8
peningkatan sekresi zat vasoaktif seperti histamin, kinin, dan PG pada tempat

inflamasi sehingga meningkatkan aliran darah dan permeabilitas vaskuler.

Kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya udem, panas, eritema, dan nyeri.

Gambar 1: Persendian Normal, Osteoartritis, dan Rheumathoid artritis (From:


www.itokindo.org (free pdf - Manajemen Modern dan Kesehatan Masyarakat)

2) Osteoartritis

Patofisiologi :

Adalah sekelompok penyakit yang tumpang tindih dengan penyebab yang belum

diketahui, namun mengakibatkan kelainan biologis, morfologis, dan keluaran klinis

yang sama.Proses penyakitnya berawal dari masalah rawan sendi (kartilago), dan

akhirnya mengenai seluruh persendian termasuk tulang subkondrial, ligamentum,

kapsul dan jaringan sinovial, serta jaringan ikat sekitar persendian (periartikular).

Pada stadium lanjut, rawan sendi mengalami kerusakan yang ditandai dengan

adanya fibrilasi, fisur, dan ulserasi yang dalam pada permukaan sendi. Etiologi

penyakit ini tidak diketahui dengan pasti. Ada beberapa faktor risiko yang diketahui

berhubungan dengan penyakit ini, yaitu : Usia lebih dari 40 tahun, Jenis kelamin

wanita lebih sering, Suku bangsa, genetik, kegemukan dan penyakit metabolik,

9
cedera sendi, pekerjaan, dan olah raga, kelainan pertumbuhan, kepadatan tulang,

dan lain-lain.

Yang terjadi pada penderita OA ialah sobek dan ausnya lapisan permukaan

kartilago. Akibatnya tulang–tulang saling bergesekan, menyebabkan rasa sakit,

bengkak, dan sendi dapat kehilangan kemampuan bergerak. Lama kelamaan sendi

akan kehilangan bentuk normalnya, dan osteofit dapat tumbuh di ujung persendian.

Sedikit dari tulang atau kartilago dapat pecah dan mengapung di dalam ruang

persendian. Akibatnya rasa sakit bertambah, bahkan dapat memperburuk keadaan.

Manifestasi klinik yang timbul adalah penderita osteoarthritis akan merasakan

sakit di persendian dan memiliki keterbatasan gerak. Tidak seperti arthritis yang

lain, OA hanya mempengaruhi persendian dan tidak mempengaruhi organ lain.

Sebagai contoh Arthritis Rheumatoid dapat mempengaruhi organ lain selain sendi.

Kurangnya aktifitas fisik dikenal sebagai faktor risiko untuk banyak penyakit

pada populasi manula dan peningkatan aktifitas fisik pada pasien OA akan

menurunkan morbiditas dan mortalitas.

Bukti klinik menunjukkan bahwa kelemahan otot kuadrisep merupakan faktor

risiko terjadinya OA lutut yang dapat berakibat inaktivitas. Dan inaktivitas

meningkatkan morbiditas yang berkaitan dengan beberapa penyakit kronis seperti

diabetes melitus, penyakit cerebrovascular, penyakit jantung koroner, gagal jantung

kongestif, depresi, osteoporosis dan juga obesitas.

Penatalaksanaan komprehensif pada OA harus melibatkan intervensi

nonfarmakologik yang dikombinasi dengan obat-obat analgesik dan NSAIDs.

Meskipun tersedia obat-obat yang cukup, tetapi sebaiknya tidak digunakan

tersendiri sebagai terapi primer melainkan dipakai bersama dengan tindakan

nonfarmakologik.

10
a) Dasar Osteoarthritis: Persendian dan Bagiannya

Gambar 2: Bagian-bagian persendian

b) Perubahan Patologi

Kartilago sendi biasanya licin, mengkilat, dan basah; pada sendi sehat,

kartilago melindungi permukaan yang bergerak satu sama lain dengan gesekan

sekecil mungkin, seperti “gelas dengan gelas”. Kartilago biasanya menyerap nutrisi

dan cairan seperti spons, dan ini dapat mempertahankan kartilago tetap sehat dan

licin. Pada OA, kartilago tidak mendapatkan nutrisi dan cairan yang dibutuhkan.

Lama-kelamaan kartilago dapat mengering dan retak, bukannya membuat gerakan

halus sepeti “gelas pada gelas “, kartilago yang kasar bergerak seperti kertas amplas

11
dengan kertas amplas lain. Pada kasus yang ekstrim habisnya kartilago

menyebabkkan terjadinya kontak antara tulang dengan tulang.

Rasa sakit pada OA tidak ada hubungannya dengan rusaknya kartilago tetapi

timbul karena aktivasi dari nosiseptif ujung-ujung saraf di dalam sendi oleh iritan

mekanis ataupun kimiawi. Nyeri pada OA dapat karena penggelembungan dari

kapsul sinovial oleh peningkatan cairan sendi, mikrofaktur, iritasi periosteal, atau

kerusakan ligamen, sinovium, atau meniskus.

c) Bagian tubuh yang sering terkena OA (Predileksi)

Gambar 3: Bagian tubuh yang sering terkena OA

Osteoarthritis sering terjadi di ujung jari tangan, ibu jari, leher, punggung

bawah, lutut dan panggul.

3) Atritis Gout

Penyakit ini berhubungan dengan tingginya asam urat darah (hiperurisemia) .

Reumatik gout merupakan jenis penyakit yang pengobatannya mudah dan efektif.

Namun bila diabaikan, gout juga dapat menyebabkan kerusakan sendi. Penyakit ini

timbul akibat kristal monosodium urat di persendian meningkat. Timbunan kristal

ini menimbulkan peradangan jaringan yang memicu timbulnya reumatik gout akut.

12
Pada penyakit gout primer, 99% penyebabnya belum diketahui (idiopatik). Diduga

berkaitan dengan kombinasi faktor genetik dan faktor hormonal yang menyebabkan

gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan meningkatnya produksi asam

urat atau bisa juga diakibatkan karena berkurangnya pengeluaran asam urat dari

tubuh. Penyakit gout sekunder disebabkan antara lain karena meningkatnya

produksi asam urat karena nutrisi, yaitu mengkonsumsi makanan dengan kadar

purin yang tinggi. Purin adalah salah satu senyawa basa organic yang menyusun

asam nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk dalam kelompok asam amino, unsur

pembentuk protein. Produksi asam urat meningkat juga bisa karena penyakit darah

(penyakit sumsum tulang, polisitemia), obat-obatan (alkohol, obat-obat kanker,

vitamin B12). Penyebab lainnya adalah obesitas (kegemukan), penyakit kulit

(psoriasis), kadar trigliserida yang tinggi. Pada penderita diabetes yang tidak

terkontrol dengan baik biasanya terdapat kadar benda-benda keton (hasil buangan

metabolisme lemak) yang meninggi. Benda-benda keton yang meninggi akan

menyebabkan asam urat juga ikut meninggi.

b. Reumatik Jaringan Lunak (Non-Artikuler)

Merupakan golongan penyakit reumatik yang mengenai jaringan lunak di luar

sendi (soft tissue rheumatism) sehingga disebut juga reumatik luar sendi (ekstra

artikuler rheumatism). Jenis – jenis reumatik yang sering ditemukan yaitu:

1) Fibrosis

Merupakan peradangan di jaringan ikat terutama di batang tubuh dan anggota

gerak. Fibrosis lebih sering ditemukan oleh perempuan usia lanjut, penyebabnya

adalah faktor kejiwaan.

13
2) Tendonitis dan tenosivitis

Tendonitis adalah peradangan pada tendon yang menimbulkan nyeri lokal di

tempat perlekatannya. Tenosivitis adalah peradangan pada sarung pembungkus

tendon.

3) Entesopati

Adalah tempat di mana tendon dan ligamen melekat pada tulang. Entesis ini

dapat mengalami peradangan yang disebut entesopati. Kejadian ini bisa timbul

akibat menggunakan lengannya secara berlebihan, degenerasi, atau radang

sendi.

4) Bursitis

Adalah peradangan bursa yang terjadi di tempat perlekatan tendon atau otot ke

tulang. Peradangan bursa juga bisa disebabkan oleh reumatik gout dan

pseudogout.

5) Back Pain

Penyebabnya belum diketahui, tetapi berhubungan dengan proses degenerarif

diskus intervertebralis, bertambahnya usia dan pekerjaan fisik yang berat, atau

sikap postur tubuh yang salah sewaktu berjalan, berdiri maupun duduk.

Penyebab lainnya bisa akibat proses peradangan sendi, tumor, kelainan

metabolik dan fraktur.

6) Nyeri pinggang

Kelainan ini merupakan keluhan umum karena semua orang pernah

mengalaminya. Nyeri terdapat kedaerah pinggang kebawah (lumbosakral dan

sakroiliaka) Yng dapat menjalar ke tungkai dan kaki.

14
7) Frozen shoulder syndrome

Ditandai dengan nyeri dan ngilu pada daerah persendian di pangkal lengan atas

yang bisa menjalar ke lengan atas bagian depan, lengan bawah dan belikat,

terutama bila lengan diangkat keatas atau digerakkan kesamping. Akibat

pergerakan sendi bahu menjadi terbatas.

15
BAB III

PENGOBATAN REMATIK

A. Osteoartritis

1. Manifestasi Klinik Osteoartritis

Umur:

Biasanya manula

Gender:

Umur <45 lebih banyak laki-laki

Umur >45 lebh banyak perempuan

Simptom

 Rasa Nyeri,

 Dalam, ngilu

 Sakit kalau digerakkan

 Kaku pada sendi yang terkena

 Sembuh bila digerakkan, kambuh dengan diistirahatkan (fenomena gelling)

 Biasanya < 30 menit lamanya

 Sering dipengaruhi oleh cuaca

 Gerakan sendi yang terbatas

 Dapat mengakibatkan keterbatasan aktivitas sehari-hari.

 Ketidak stabilan pada sendi penyangga beban

2. TERAPI

Tujuan terapi adalah :

 menghilangkan rasa nyeri dan kekakuan

 menjaga atau meningkatkan mobilitas sendi

16
 membatasi kerusakan fungsi

 mengurangi faktor penyebab

Sasaran penatalaksanaan adalah mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidup.

Terapi farmakologis untuk penatalaksanaan rasa nyeri, paling efektif bila

dikombinasikan dengan strategi terapi non farmakologis. Terapi non farmakologis

adalah dasar dari rencana asuhan kefarmasian untuk OA, harus dilaksanakan untuk

semua pasien dan dimulai sebelum atau bersama-sama dengan analgesik sederhana

seperti parasetamol. Komunikasi antara pasien, klinisi, dan farmasis merupakan

faktor yang penting dalam penatalaksanaan rasa nyeri; hasil terapi terbaik dapat

dicapai dengan aliansi pihak-pihak ini.

a. Terapi Non Farmakologis untuk OA

1). Edukasi pasien

Edukasi pasien, keluarga pasien, teman, adalah bagian integral dari

penatalaksanaan OA. Pasien harus didorong untuk berpartisipasi dalam

program-program yang ada misalnya:

• Program edukasi pasien

• Program self-management

• Kelompok pendukung Arthritis dsb

Dalam studi-studi ternyata pasien yang berpartisipasi akan mengalami

penurunan rasa nyeri, penurunan frekuensi kunjungan ke dokter, peningkatan

aktivitas fisik, danpeningkatan kualitas hidup.Pasien didorong untuk

membaca brosur, pamflet, buku panduan dan melakukan konseling tentang

OA yang di dapat dari perkumpulan penderita OA, internet dan dari mana

saja. Dalam program ini pasien belajar memahami OA :

• Proses penyakit

17
• Prognosis

• Pilihan terapi

• Perubahan paradigma: bahwa OA dianggap sebagai penyakit yang tidak

dapat dihindari, merupakan proses penuaan.

Selain itu belajar mengurangi rasa sakit, latihan fisik dan relaksasi,

komunikasi dengan staf kesehatan, dan pemecahan masalah, dapat

menghadapi secara fisik, emosi dan mental, mempunyai kendali lebih baik

terhadap OA, meningkatkan percaya diri untuk hidup aktif dan mempunyai

hidup yang tidak tergantung orang lain. Hasil studi menegaskan bahwa

konsep peningkatan komunikasi dan edukasi adalah faktor penting untuk

mengurangi rasa nyeri dan meningkatkan fungsi pada pasien OA, selain itu

bahwa program ini menguntungkan untuk jangka panjang.

2) Terapi Fisik, okupasional, aplikasi dingin/panas

Terapi fisik dengan panas atau dingin dan latihan fisik akan membantu

menjaga dan mengembalikan rentang gerakan sendi dan mengurangi rasa

sakit dan kejang otot. Mandi atau berendam air hangat akan mengurangi rasa

sakit dan kekakuan. Efek fisiologi dari suhu adalah relaksasi otot dan

mengurangi rasa sakit. Walau demikian pemakaian panas harus

dipertimbangkan secara komprehensif bagi pasien OA.

Penderita ada yang melakukan penyembuhan tanpa obat.

• Handuk hangat, kantung panas (hot packs), atau mandi air hangat, dapat

mengurangi kekakuan dan rasa sakit.

• Kadang kantung es (cold packs) dibungkus handuk dapat menghilangkan

rasa sakit atau mengebalkan bagian yang ngilu. Tanyakan kepada dokter

atau terapi mana yang lebih cocok bagi pasien. Untuk OA di lutut, pasien

18
dapat memakai sepatu dengan sol tambahan yang empuk untuk meratakan

pembagian tekanan akibat berat, dengan demikian akan mengurangi tekanan

di lutut.

3).Latihan Fisik

Penelitian menunjukkan bahwa latihan fisik adalah penyembuhan yang paling

baik untuk OA. Olahraga dapat meningkatkan suasana hati (mood) dan

harapan (outlook), mengurangi rasa sakit, meningkatkan fleksibilitas,

memperbaiki jantung dan aliran darah, menjaga berat badan, dan

memperbaiki kebugaran secara umum. Olahraga juga tidak mahal, bila

dilakukan dengan benar, tidak ada efek samping. Jumlah dan bentuk olahraga

tergantung dari persendian yang terlibat, kestabilan dan apakah sudah pernah

dilakukan pembedahan.

Dengan latihan fisik secara teratur (penguatan, rentang gerakan, isometrik,

isotonik, isokinetik, postural), kartilago dapat dipertahankan tetap sehat,

mendorong gerakan, dan membantu pengembangan otot dan tendon untuk

meredam tekanan dan mencegah kerusakan selanjutnya akibat OA.

Sebaliknya inaktivitas dan imobilisasi walau untuk periode pendek akan

memperburuk atau mempercepat berkembangnya OA.

Latihan fisik dan penguatan quadriseps akan meningkatkan fungsi fisik dan

mengurangi kecacatan, rasa sakit, pemakaian analgesik. Ada panduan dari

American Geriatrics Society untuk latihan fisik bagi pasien OA. Rujukan

kepada terapis fisik atau okupasi sangat dibutuhkan bagi pasien yang sudah

cacat fungsi sendinya. Terapis dapat menilai kekuatan otot, stabilitas sendi,

dan dapat merekomendasikan latihan fisik dan metoda untuk melindungi

sendi yang terkena, dari tekanan berlebihan. Terapis juga dapat memberikan

19
alat bantu seperti tongkat, bebat, dsb yang dipakai saat latihan fisik maupun

kegiatan sehari-hari.

4) Istirahat dan merawat persendian

Rencana penyembuhan termasuk penjadwalan istirahat. Pasien harus belajar

mendeteksi tanda-tanda tubuh, dan tahu kapan harus menghentikan atau

memperlambat aktivitas, untuk mencegah rasa sakit karena aktivitas

berlebihan. Beberapa pasien merasakan teknik relaksasi, pengurangan stres,

dan biofeedback sangat membantu. Beberapa pasien menggunakan tongkat

atau bidai untuk melindungi persendian dari tekanan. Bidai atau penahan

(braces) memberikan dukungan ekstra pada otot yang lemah. Mereka juga

menjaga persendian pada posisi yang benar selama tidur maupun beraktivitas.

Bidai hanya dipakai untuk masa terbatas sebab otot membutuhkan latihan

untuk mencegah kekakuan dan kelemahan. Terapis atau dokter dapat

membantu menentukan bidai yang tepat.

5) Penurunan berat badan

Kelebihan berat badan meningkatkan beban biomekanik pada sendi

penyangga berat dan ini adalah prediktor tunggal paling baik dari kebutuhan

operasi sendi. Pengurangan berat badan dikaitkan dengan pengurangan

simtom dan kecacatan. Walau penurunan hanya 5 lb (2,5Kg) dapat

menurunkan tekanan biomekanik pada sendi penyangga beban. Walau

intervensi diet untuk yang berat badan berlebih masuk akal, tetapi ini

membutuhakan motivasi yang kuat dan program penurunan badan yang

terstruktur. Diet yang sehat dan olahraga akan sangat membantu.

20
b. Terapi Farmakologis

Dokter meresepkan obat untuk menghilangkan atau mengurangi rasa sakit

dan meningkatkan fungsi. Banyak faktor yang dipertimbangkan dalam memberi

obat untuk pasien OA.

• Intensitas rasa sakit

• Efek samping yang potensial dari obat.

• Penyakit penyerta

Pasien harus memakai obat secara hati-hati dan menceriterakan semua

perubahan yang terjadi pada dokter. Obat-obat dibawah ini yang sering dipakai:

1). NSAID (Non Steroidal Anti Inflammatory Drug)

NSAID adalah suatu kelas obat yang dapat menekan inflamasi melalui

inhibisi enzim cyclooxygenase (COX). Efek penting dalam mengurangi rasa

sakit. NSAID memberikan rasa nyaman bagi banyak orang dengan masalah

persendian kronis, tetapi juga menimbulkan masalah penyakit gastrointestinal

yang serius.

2) Golongan Obat Analgesik

1. Analgesik Non Narkotik

a. Asetaminofen (analgesik oral)

Mekanisme kerja

Belum jelas, Asetaminofen menghambat sintesis prostaglandin pada

SSP

Indikasi

Nyeri ringan sampai sedang, demam.

21
Kontraindikasi

Pasien dengan fenilketonuria dan pasien yang harus membatasi

masukan fenilalanin.

Peringatan

Berkurangnya fungsi hati dan ginjal, ketergantungan alkohol.

Efek samping

Jarang terjadi, kecuali ruam kulit, kelainan darah, pankreatitis akut

dilaporkan setelah penggunaan jangka panjang; penting pada kerusakan

hati setelah over dosis.

b. Capsiasin (analgesik topikal)

Mekanisme kerja

Suatu ekstrak dari lada merah yang menyebabkan pelepasan dan

pengosongan substansi P dari serabut saraf.

Indikasi

Bermanfaat menghilangkan rasa sakit pada OA jika digunakan secara

topikal. Capsiasin dapat digunakan sendiri atau kombinasi dengan

analgesik oral atau NSAID.

Peringatan

Tidak mengoleskan krim ini pada mata dan mulut, dan untuk mencuci

tangan setelah penggunaan.

Efek Samping

Ditoleransi dengan baik tetapi pada beberpa pasien mengalami rasa

terbakar atau sengatan untuk sementara pada area yang dioleskan.

22
c. Glukosamin dan Kondroitin

Mekanisme kerja

Mengurangi penyempitan ruang sendi

Indikasi

Merupakan suplemen makanan yang telah menunjukan hasil yang

superior terhadap plasebo dalam meredakan rasa sakit pada OA lutut

atau pinggul pada 17 studi double blind dengn kontrol plasebo.

2. Analgesik Narkotik

Tabel 1: Data Farmakologi obat analgesik narkotik

Data Farmakologi

Obat Analgesik Antitusif Konstipasi Depresi Sedasi Emesis Pengaruh

pernafasan fisik

Kodein + +++ + + + + +

Hidokodon + +++ - + - - +

Hidromorfon ++ +++ + ++ + + ++

Morfin ++ +++ ++ ++ ++ ++ ++

Fentanil ++ - - + - + -

Indikasi

Nyeri sedang sampai berat, terutama yang berasal dari viseral.

Kontraindikasi

Hindari pada depresi nafas akut, alkoholis akut dan bila terdapat resiko

ileus paralitik; tidak dianjurkan pada akut abdomen.

23
Peringatan

Hipotensi, hipotiroidisme, asma (hindari selama serangan); hipertrofi

prostat; wanita hamil dan menyusui; dapat memicu koma pada kerusakan

hati.

Efek samping

Mual, muntah, konstipasi dan mengantuk. Dosis yang lebih besar

menimbulkan depresi nafas dan hipotensi.

3) Obat-obat lain

 Obat luar: krem, gosok, spray (capsaicin spray), metilsalisilat

 Kortikosteroid: antiinflamasi yang kuat, dapat diberikan secara suntik pada

sendi. Ini adalah tindakan untuk jangka pendek, tidak disarankan untuk

lebih dari 2-3 x suntik per tahun. Tidak diberikan per oral.

 Asam hyaluronidase: disuntikkan di sendi, biasanya untuk OA lutut. Zat

ini adalah komponen dari sendi, terlibat dalam lubrikasi dan nutrisi sendi.

24
Tabel 2: Pilihan obat-obat untuk OA

25
B. Artritis Reumatoid

1. Manifestasi klinik

 Muskoloskeletal merupakan Sendi-sendi kecil pada tangan dan kaki paling

sering terkena, biasanya simetris, namun selain itu seringkali juga mengenai

sendi-sendi sinovial besar (panggul, lutut, siku). Onsetnya bisa bertahap

dengan nyeri progresif, kaku di pagi hari, dan pembengkakan sendi. Onset akut

disertai demam dan keadaan umum sakit berat.

 Nyeri tekan dan keterbatasan gerakan sendi yang terkena disertai

pembengkakan jaringan lunak fusiformis yang khas pada sendi

metakarpofalang dan interfalang tangan. Pergelangan tangan sering kali

terkena.

 Atrofi otot-otot kecil tangan sering ditemukan dan terjadi akibat gabungan

atrofi akibat tak pernah digunakan.

 Peradangan jaringan lunak di sekeliling sendi yang mengalami radang

menyebabkan pembengkakan.

 Keluhan lainnya seperti, badan terasa capek, gejala seperti flu dengan sedikit

demam, nyeri sendi biasanya terasa setelah lama duduk dan istirahat, nafsu

makan turun, berat badan turun dan anemia, serta tangan dan kaki berkeringat.

2. Terapi

a. Terapi non farmakologi

 Cukup istirahat pada sendi yang mengalami artritis reumatoid

 Mengurangi berat badan jika gemuk dan obesitas

 Fisioterapi (dilakukan beberapa pergerakan sendi secara sistemik)

 Kompres dingin atau panas

26
 Pembidaian untuk imobilisasi dan untuk mengistirahatkan satu atau

beberapa sendi

b. Terapi farmakologi

1. Golongan Obat AINS

a). Mekanisme kerja obat

Dalam dosis tunggal antiinfalamasi nonsteroid (AINS) mempunyai

aktivitas analgesik yang setara dengan parasetamol, tetapi

parasetamol lebih disukai terutama untuk pasien usia lanjut.

Dalam dosis penuh yang lazim AINS sekaligus memperlihatkan efek

analgesik yang bertahan lama yang membuatnya sangat berguna

pada pengobatan nyeri berlanjut atau nyeri berulang akibat radang.

Oleh karena itu, walau parasetamol sering mengatasi nyeri dengan

baik pada osteoartritis, AINS lebih tepat daripada parasetamol atau

analgesik opioid dalam artritis meradang (yaitu AR) dan pada

beberapa kasus osteoartritis lanjut.

b). Kontraindikasi

AINS dikontraindikasikan untuk pasien untuuk pasien dengan

riwayat hipersensitivitas terhadap asetosal atau AINS lainnya,

termasuk mereka yang serangan asma, angiodema, urtikaria, atau

rinitisnya dipicu oleh asetosal dan AINS lainnya. AINS sebaiknya

tidak diberikan kepada pasien yang mengidap tukak lambung aktif.

Pasien yang sebelumnya, atau sedang, mengidap tukak atau

pendarahan saluran cerna, lebih baik menghindarinya dan

menghentikannya jika muncul lesi saluran cerna.

27
c). Peringatan

 AINS harus digunakan dengan hati-hati pada pasien usi lanjut,

pada gangguan alergi, selama kehamilan dan menyusui, dan

pada gangguan koagulasi.

 Pada pasien gagal ginjal, payah jantung, atau gagal hati,

dibutuhkan kehati-hatian, sebab penggunaan AINS bisa

mengakibatkan memburuknya fungsi ginjal, dosis harus dijaga

serendah mungkin dan fungsi ginjal harus dipantau.

 AINS sebaiknya tidak diberikan kepada pasien yang mengidap

tukak lambung aktif.

d). Interaksi obat

 Penghambat ACE: antgonism efek hipotensiif, meningkatkan

risiko kerusakan ginjal dan menaikkan risiko hiperkalemia pada

pemberian bersama indometasin dan mungkin AINS lainnya.

 Analgetik lain : hindari pemberian bersama dua atau lebih

AINS, termasuk asetosal (menambah efek samping)

 Antasid dan adsorben : antasid menurunkan absorpsi diflunisal

 Antibakteri : AINS dengan 4-kuinolon mungkin meningkatkan

risiko kejang

 Antikoagulan : meningkatkan risiko pendarahan dengan

ketorolak dan semua antikogulan

 Antidepresan : moklobemid menambah efek ibuprofen dan

mungkin AINS lainnya

28
 Antidiabetika : efek sulfonilurea ditingkatkan oleh azapropazon,

fenilbutazon, dan mungkin AINS lainnya.

 Obat-obat tukak lambung : kadar plasma azapropazon dinaikkan

oleh simetidin.

e). Efek Samping

Efek samping beragam tingkat keparahannya. Kadang timbul rasa

tidak nyaman pada saluran cerna, mual, diare, dan kdang

pendarahan dan tukak, dispepsia bisa ditekan dengan meminum

obat ini bersama makanan atau susu. Efek samping lain termasuk

reaksi hipersensitivitas (terutama ruam kulit, angiodema,

bronkopasme), sakit kepala, pusing, vertigo, gangguan

pendengaran seperti tinnitus, fotosensitivitas, dan hematuria. Juga

terjadi gangguan pada darah. Retensi cairan bisa terjadi. Gagal

ginjal mungkin dipicu oleh AINS khususnya pada pasien yang

sebelumnya mengidap gagal ginjal.

f). Dosis untuk AINS Pengobatan AINS

Tabel 3: Pembagian Dosis untuk AINS

Total Rekomendasi Dosis AINS perhari

Obat Dewasa Anak-anak Jadwal Pemberian

Aspirin 2,6-5,2 g 60-100 mg/kg 4 kali perhari

Celecoxib 200-400 mg - 1 atau 2 kali perhari

Diklofenak 150-200 mg - 3-4 kali perhari

Ibuprofen 1,2-3,2 g 20-40 mg/kg 3-4 kali perhari

Indometasin 50-200 mg 2-4 mg/kg (maksimal 2-4 kali perhari

29
200 mg)

Ketoprofen 150-300 mg - 3-4 kali perhari

Meloksikam 7,5-15 mg - Sekali perhari

Nabumeton 1-2 g - 1 atau 2 kali perhari

2. Golongan Obat Kortikosteroid

Mekanisme Kerja, kortikosteroid bekerja melalui interaksinya dengan

protein reseptor yang spesifik di organ target, untuk mengatur suatu

ekspresi genetik yang selanjutnya menghasilkan perubahan dalam

sintesis protein. Protein yang terakhir inilah yang akan mengubah

fungsi seluler organ target sehingga diperoleh misalnya efek

glukoneogenesis, meningkatnya asam lemak, meningkatnya reabsorbsi

Na dan reaktifitas pembuluh terhadap zat vasoaktif dan efek

antiinflamasi.

Tabel 4: Contoh obat kortikosteroid

Obat Potensi Potensi Retensi Na Dosis equivalen

Antiinflamasi (mg)

Kortison 0,8 0,8 25

Hidrokotison 1 1 20

Prednison 4 0,8 5

Prednisolon 4 0,8 5

Deksametason 25 0 0,75

30
Indikasi

Sebagai antiinflamasi, kortikosteroid digunakan dalam dosis yang

beragam untuk berbagai penyakit dan beragam untuk individu yang

berbeda, agar didapat rasio manfaat dan resiko yang setinggi tingginya.

 Sebagai penyelamat jiwa atau memperpanjang hidup, misalnya pada

leukimia akut, dermatitits eksfoliatif, reaksi penolakan akut terhadap

cangkokan, maka penggunaanya dalam dosis besar dengan jangka

waktu yang lama. Tetapi untuk penyakit yang relatif ringan misalnya

Artritis Reumatoid penggunaan jangka lama manfaatnya tidak lebih

besar dari pada resikonya.

 Kolitis ulseratif memerlukan kortikosteroid sistemik dan topikal.

 Udem otak juga diobati dengan deksametason yang tidak menambah

resiko retensi cairan.

 Asma bronkial lebih baik diobati topikal, tetapi da;am keadaan

darurat kortokosteroid i.v diberikan bersama bronkodilator.

 Kortikosterid efektif menekan radang pada demam reumatik,

hepatitis aktif kronik dan sarkoidosis

Kontraindikasi

Infeksi sistemik, kecuali bila diberikan antibiotik sistemik, hindari

vaksinasi dengan virus aktif pada pasien yang menerima dosis

imunosupresif.

31
Peringatan

Supresi adrenal dapat terjadi pada penggunaan jangka lama dan

bertahan beberapa tahun setelah pengobatan dihentikan. Pengurangan

dosisi yang tiba-tiba setelah penggunaan jangka lama (> 7 hari) dapat

menyebabkan insufisiensi adrenal akut, hipotensi dan kematian. Oleh

karena itu penghentian harus bertahap.

Efek Samping

Penggunaan kortikosterid jangka lama akan menimbulkan efek samping

akibat khasiat glukokortikoid maupun mineralokortikoid. Efek samping

glukokortikoid meliputi diabetes, osteoporosis. Penggunaan dosis tinggi

menyebabkan nekrosis avaskuler dan sindrom cushing yang reversibel.

Efek samping mineralokortikoid adalah hipertensi, retensi Na dan

cairan dan hipokalemia.

3. Golongan Obat Analgesik

a. Analgesik Non Narkotik

1) Asetaminofen (analgesik oral)

Mekanisme kerja

Belum jelas, Asetaminofen menghambat sintesis prostaglandin

pada SSP

Indikasi

Nyeri ringan sampai sedang, demam.

32
Kontraindikasi

Pasien dengan fenilketonuria dan pasien yang harus membatasi

masukan fenilalanin.

Peringatan

Berkurangnya fungsi hati dan ginjal, ketergantungan alkohol.

Efek samping

Jarang terjadi, kecuali ruam kulit, kelainan darah, pankreatitis

akut dilaporkan setelah penggunaan jangka panjang; penting pada

kerusakan hati setelah over dosis.

2) Capsiasin (analgesik topikal)

Mekanisme kerja

Suatu ekstrak dari lada merah yang menyebabkan pelepasan dan

pengosongan substansi P dari serabut saraf.

Indikasi

Bermanfaat menghilangkan rasa sakit pada OA jika digunakan

secara topikal. Capsiasin dapat digunakan sendiri atau kombinasi

dengan analgesik oral atau NSAID.

Peringatan

Tidak mengoleskan krim ini pada mata dan mulut, dan untuk

mencuci tangan setelah penggunaan.

Efek Samping

Ditoleransi dengan baik tetapi pada beberpa pasien mengalami

rasa terbakar atau sengatan untuk sementara pada area yang

dioleskan.

33
3) Glukosamin dan Kondroitin

Mekanisme kerja

Mengurangi penyempitan ruang sendi

Indikasi

Merupakan suplemen makanan yang telah menunjukan hasil yang

superior terhadap plasebo dalam meredakan rasa sakit pada OA

lutut atau pinggul pada 17 studi double blind dengn kontrol

plasebo.

b. Analgesik Narkotik

Tabel 5: Data Farmakologi Analgesik Narkotik

Data Farmakologi
Obat Analgesik Antitusif Konstipasi Depresi Sedasi Emesis Pengaruh
pernafasan fisik
Kodein + +++ + + + + +

Hidokodon + +++ - + - - +

Hidromorfon ++ +++ + ++ + + ++

Morfin ++ +++ ++ ++ ++ ++ ++

Fentanil ++ - - + - + -

Indikasi

Nyeri sedang sampai berat, terutama yang berasal dari viseral.

Kontraindikasi

Hindari pada depresi nafas akut, alkoholis akut dan bila terdapat resiko

ileus paralitik; tidak dianjurkan pada akut abdomen.

34
Peringatan

Hipotensi, hipotiroidisme, asma (hindari selama serangan); hipertrofi

prostat; wanita hamil dan menyusui; dapat memicu koma pada

kerusakan hati.

Efek samping

Mual, muntah, konstipasi dan mengantuk. Dosis yang lebih besar

menimbulkan depresi nafas dan hipotensi.

C. Gout

1. Terapi non Farmakologi

Berikut ini contoh-contoh tindakan yang dapat berkontribusi dalam menurunkan

kadar asam urat:

• Penurunan berat badan (bagi yang obes)

• Menghindari makanan (misalnya yang mengandung purin tinggi) dan minuman

tertentu yang dapat menjadi pencetus gout

• Mengurangi konsumsi alkohol (bagi peminum alkohol)

• Meningkatkan asupan cairan

• Mengganti obat-obatan yang dapat menyebabkan gout (mis diuretik tiazid)

• Terapi es pada tempat yang sakit

2. Terapi Farmakologi

a. Allopurinol

Mekanisme kerja

Merupakan inhibitor xantin oksidase dan mempengaruhi perubahan hipoxantin

menjadi xantin dan xantin menjadi asam urat. Menurunkan konsentrasi

intraseluler PRPP. Karena waktu paruhnya panjang, dapat diberikan sehari

35
sekali. Dosis oral 300 mg biasanya mencukupi. Adakalanya diperlukan sebesar

600-800 mg/hari.

Indikasi

Profilaksis gout dan batu asam urat serta kalsium oksalat di ginjal.

Kontraindikasi

Bukan pengobatan untuk gout akut, tetapi teruskan jika terjadi serangan ketika

telah menggunakan Allopurinol dan atasi serangan secara khusus.

Peringatan

Dalam kondisi neoplastik pengobatan dengan Allopurinol (bila perlu) harus

dimulai sebelum pemberian obat sitotoksik.

Efek samping

Ruam, gangguan saluran cerna, malaise (jarang), sakit kepala, vertigo,

mengantuk, gangguan pengecapan, hipertensi, neuropati.

b. Probenesid

Mekanisme kerja

Merupakan agen pemblok tubulus ginjal. Secara kompetitif menghambat

reabsorbsi asam urat pada tubulus proksimal sehingga meningkatkan ekskresi

asam urat dan mengurangi konsentrasi urat serum.

Indikasi

Profilksis gout (untuk mengoreksi hiperurisemia)

Kontraindikasi

Riwayat gangguan darah, nefrolitiasis, porfiria, serangan gout akut, hindari

Asetosal dan Salisilat.

36
Peringatan

Selama awal terapi gout berikan kolkisin profilaktik atau NSAID (jangan

Asetosal atau Salisilat), pastikan asupan cairan memadai; tukak lambung, gagal

ginjal.

Efek samping

Tidak sering, kadang mual dan muntah, sering buang air kecil, sakit kepala,

muka merah, pusing, ruam; jarang hipersensitivitas, sindrom nefrotik, nekrosis

hati, anemia aplastik.

c. Golongan Obat Kortikosteroid

Mekanisme Kerja

Kortikosteroid bekerja melalui interaksinya dengan protein reseptor yang

spesifik di organ target, untuk mengatur suatu ekspresi genetik yang

selanjutnya menghasilkan perubahan dalam sintesis protein. Protein yang

terakhir inilah yang akan mengubah fungsi seluler organ target sehingga

diperoleh misalnya efek glukoneogenesis, meningkatnya asam lemak,

meningkatnya reabsorbsi Na dan reaktifitas pembuluh terhadap zat vasoaktif

dan efek antiinflamasi.

Tabel 6: Potensi dan dosis Obat Kortikosteroid

Obat Potensi Potensi Retensi Na Dosis equivalen


Antiinflamasi (mg)
Kortison 0,8 0,8 25
Hidrokotison 1 1 20
Prednison 4 0,8 5
Prednisolon 4 0,8 5
Deksametason 25 0 0,75

37
Indikasi

Sebagai antiinflamasi, kortikosteroid digunakan dalam dosis yang beragam

untuk berbagai penyakit dan beragam untuk individu yang berbeda, agar

didapat rasio manfaat dan resiko yang setinggi tingginya.

 Sebagai penyelamat jiwa atau memperpanjang hidup, misalnya pada

leukimia akut, dermatitits eksfoliatif, reaksi penolakan akut terhadap

cangkokan, maka penggunaanya dalam dosis besar dengan jangka waktu

yang lama. Tetapi untuk penyakit yang relatif ringan misalnya Artritis

Reumatoid penggunaan jangka lama manfaatnya tidak lebih besar dari pada

resikonya.

 Kolitis ulseratif memerlukan kortikosteroid sistemik dan topikal.

 Udem otak juga diobati dengan deksametason yang tidak menambah resiko

retensi cairan.

 Asma bronkial lebih baik diobati topikal, tetapi da;am keadaan darurat

kortokosteroid i.v diberikan bersama bronkodilator.

 Kortikosterid efektif menekan radang pada demam reumatik, hepatitis aktif

kronik dan sarkoidosis

Kontraindikasi

Infeksi sistemik, kecuali bila diberikan antibiotik sistemik, hindari vaksinasi

dengan virus aktif pada pasien yang menerima dosis imunosupresif.

38
Peringatan

Supresi adrenal dapat terjadi pada penggunaan jangka lama dan bertahan

beberapa tahun setelah pengobatan dihentikan. Pengurangan dosisi yang tiba-

tiba setelah penggunaan jangka lama (> 7 hari) dapat menyebabkan insufisiensi

adrenal akut, hipotensi dan kematian. Oleh karena itu penghentian harus

bertahap.

Efek samping

Penggunaan kortikosterid jangka lama akan menimbulkan efek samping akibat

khasiat glukokortikoid maupun mineralokortikoid. Efek samping

glukokortikoid meliputi diabetes, osteoporosis. Penggunaan dosis tinggi

menyebabkan nekrosis avaskuler dan sindrom cushing yang reversibel. Efek

samping mineralokortikoid adalah hipertensi, retensi Na dan cairan dan

hipokalemia.

d. Golongan Obat Analgesik

1) Analgesik Non Narkotik

a) Asetaminofen (analgesik oral)

Mekanisme kerja

Belum jelas, Asetaminofen menghambat sintesis prostaglandin pada SSP

Indikasi

Nyeri ringan sampai sedang, demam.

Kontraindikasi

Pasien dengan fenilketonuria dan pasien yang harus membatasi masukan

fenilalanin.

39
Peringatan

Berkurangnya fungsi hati dan ginjal, ketergantungan alkohol.

Efek samping

Jarang terjadi, kecuali ruam kulit, kelainan darah, pankreatitis akut

dilaporkan setelah penggunaan jangka panjang; penting pada kerusakan

hati setelah over dosis.

b) Capsiasin (analgesik topikal)

Mekanisme kerja

Suatu ekstrak dari lada merah yang menyebabkan pelepasan dan

pengosongan substansi P dari serabut saraf.

Indikasi

Bermanfaat menghilangkan rasa sakit pada OA jika digunakan secara

topikal. Capsiasin dapat digunakan sendiri atau kombinasi dengan

analgesik oral atau NSAID.

Peringatan

Tidak mengoleskan krim ini pada mata dan mulut, dan untuk mencuci

tangan setelah penggunaan.

Efek samping

Ditoleransi dengan baik tetapi pada beberpa pasien mengalami rasa

terbakar atau sengatan untuk sementara pada area yang dioleskan.

c) Glukosamin dan Kondroitin

Mekanisme kerja

Mengurangi penyempitan ruang sendi

40
Indikasi

Merupakan suplemen makanan yang telah menunjukan hasil yang

superior terhadap plasebo dalam meredakan rasa sakit pada OA lutut atau

pinggul pada 17 studi double blind dengn kontrol plasebo.

2) Analgesik Narkotik

Tabel 7: Data Farmakologi Obat Analgesik Narkotik

Data Farmakologi

Obat Analgesik Antitusif Konstipasi Depresi Sedasi Emesis Pengaruh

pernafasan fisik

Kodein + +++ + + + + +

Hidokodon + +++ - + - - +

Hidromorfon ++ +++ + ++ + + ++

Morfin ++ +++ ++ ++ ++ ++ ++

Fentanil ++ - - + - + -

Indikasi

Nyeri sedang sampai berat, terutama yang berasal dari viseral.

Kontraindikasi

Hindari pada depresi nafas akut, alkoholis akut dan bila terdapat resiko ileus

paralitik; tidak dianjurkan pada akut abdomen.

Peringatan

Hipotensi, hipotiroidisme, asma (hindari selama serangan); hipertrofi

prostat; wanita hamil dan menyusui; dapat memicu koma pada kerusakan

hati.

41
Efek samping

Mual, muntah, konstipasi dan mengantuk. Dosis yang lebih besar

menimbulkan depresi nafas dan hipotensi.

e. Golongan Obat AINS

Mekanisme kerja obat

Dalam dosis tunggal antiinfalamasi nonsteroid (AINS) mempunyai aktivitas

analgesik yang setara dengan parasetamol, tetapi parasetamol lebih disukai

terutama untuk pasien usia lanjut.

Dalam dosis penuh yang lazim AINS sekaligus memperlihatkan efek analgesik

yang bertahan lama yang membuatnya sangat berguna pada pengobatan nyeri

berlanjut atau nyeri berulang akibat radang. Oleh karena itu, walau parasetamol

sering mengatasi nyeri dengan baik pada osteoartritis, AINS lebih tepat

daripada parasetamol atau analgesik opioid dalam artritis meradang (yaitu AR)

dan pada beberapa kasus osteoartritis lanjut.

Kontraindikasi

AINS dikontraindikasikan untuk pasien untuuk pasien dengan riwayat

hipersensitivitas terhadap asetosal atau AINS lainnya, termasuk mereka yang

serangan asma, angiodema, urtikaria, atau rinitisnya dipicu oleh asetosal dan

AINS lainnya. AINS sebaiknya tidak diberikan kepada pasien yang mengidap

tukak lambung aktif. Pasien yang sebelumnya, atau sedang, mengidap tukak

atau pendarahan saluran cerna, lebih baik menghindarinya dan

menghentikannya jika muncul lesi saluran cerna.

42
Peringatan

 AINS harus digunakan dengan hati-hati pada pasien usi lanjut, pada

gangguan alergi, selama kehamilan dan menyusui, dan pada gangguan

koagulasi.

 Pada pasien gagal ginjal, payah jantung, atau gagal hati, dibutuhkan kehati-

hatian, sebab penggunaan AINS bisa mengakibatkan memburuknya fungsi

ginjal, dosis harus dijaga serendah mungkin dan fungsi ginjal harus

dipantau.

 AINS sebaiknya tidak diberikan kepada pasien yang mengidap tukak

lambung aktif.

Efek Samping

Efek samping beragam tingkat keparahannya. Kadang timbul rasa tidak

nyaman pada saluran cerna, mual, diare, dan kdang pendarahan dan tukak,

dispepsia bisa ditekan dengan meminum obat ini bersama makanan atau susu.

Efek samping lain termasuk reaksi hipersensitivitas (terutama ruam kulit,

angiodema, bronkopasme), sakit kepala, pusing, vertigo, gangguan

pendengaran seperti tinnitus, fotosensitivitas, dan hematuria. Juga terjadi

gangguan pada darah. Retensi cairan bisa terjadi. Gagal ginjal mungkin dipicu

oleh AINS khususnya pada pasien yang sebelumnya mengidap gagal ginjal.

Dosis untuk AINS Pengobatan AINS

Tabel 8: Pembagian Dosis AINS

Total Rekomendasi Dosis AINS perhari

Obat Dewasa Anak-anak Jadwal Pemberian

Aspirin 2,6-5,2 g 60-100 mg/kg 4 kali perhari

43
Celecoxib 200-400 mg - 1 atau 2 kali perhari

Diklofenak 150-200 mg - 3-4 kali perhari

Ibuprofen 1,2-3,2 g 20-40 mg/kg 3-4 kali perhari

Indometasin 50-200 mg 2-4 mg/kg (maksimal 2-4 kali perhari

200 mg)

Ketoprofen 150-300 mg - 3-4 kali perhari

Meloksikam 7,5-15 mg - Sekali perhari

Nabumeton 1-2 g - 1 atau 2 kali perhari

D. Terapi Herbal

1. Seledri (Apium graveolens L)

Kegunaan : Rematik gout dan artritis reumatoid

Kandungan kimia: glikosida apiin, isoquersetin, dan umbelliferon.

Cara pembuatan:

Cuci bersih daun dan batang seledri, tiriskan, lalu dimakan mentah sebagai

lalap. Rekomendasi pemakaian untuk lalapan 50-75 g sekali makan. Sementara

rekomendasi untuk dibuat minuman sebanyak 100-200 g. Caranya, cuci seledri,

lumatkan, seduh dengan air matang, peras, lalu minum airnya.

44
2. Ajeran (Bidens spilosa L)

Kandungan kimia: alkaloid, saponin, minyak atsiri.

Kegunaan : untuk rematik penanganan nyeri pada persendiaan

Cara pembuatan:

Herba ejeran kering 30-60 g, potong seperlunya. Rebus dengan 3 gelas air

hingga menjadi 1 gelas. Saring, minum ramuan ini 2 kali sehari sebelum

makan, masing-masing 1 gelas.

3. Bandotan (Ageratum conyzoides L)

Kandungan kimia: minyak atsiri, dan tanin.

Kegunaan : Rematik artritis dan mengobati nyeri pada persendiaan.

Cara pembuatan:

Sediakan segemgam daun dan batang muda bandotan segar, sekepal nasi basi

dan setengah sendok teh garam. Cuci daun dan batang itu sampai bersih,

kemudian tumbuk bersama nasi dan garam. Setelah menjadi adonan bubur

45
yang kental, turapkan ramuan ke bagian sendi yang bengkak sambil dibalut.

Biarkan selama 1-2 jam, kemudian lepas balutannya. Lakukan perawatan

seperti ini 2-3 kali sehari sambuh.

4. Putri malu (Mimosa pudica L)

Kandungan kimia: mimosin, tanin, dan asam pipekolinat.

Kegunaan : Nyeri pada persendiaan

Cara pembuatan:

Rendam 15 g akar putri malu dalam arak putih sebnyak 500 ml selama

seminggu (batas minimal sebelum ramuan dapat digunakan). Balurkan ramuan

tersebut ke tempat yang sakit.

5. Sangitan (Sambucus javanicus Lamk.)

Kandungan kimia: tanin, dan minyak atsiri.

Kegunaan : Untuk Rematik kronis dan sakit pinggang

46
Cara pembuatan:

Cuci bersih 15-30 g herba sangitan, potong-potong seperlunya. Rebus dengan 3

gelas air hingga tersisa 1 gelas. Setelah dingin, saring dan minum. Air rebusan

itu juga dapat dipakai untuk mengompres bagian yang sakit.

6. Sidaguri (Sida rhombifolia L)

Kandungan kimia: alkaloid, tanin, saponin, fenol, dan minyak atsiri.

Kegunaan : Rematik gout

Cara pembuatan:

Rebus semua bagian tumbuhan sidaguri kering sebanyak 60 g dengan 4 gelas

air hingga tersisa 2 gelas, lalu minum air rebusannya 2 kali sehari, masing-

masing 1 gelas.

7. Ramuan herbal

Bahan-bahan:

Akar pulutan segar 30 g

Herba anting-anting segar 60 g

Batang brotowali segar 1 jari

Madu secukupnya

Kandungan kimia : akar pulutan mengandung zat lendir, dan lemak; brotowali

mengandung alkaloid, glikosida,dan berberin; dan anting-anting mengandung

saponin, tanin, dan flavonoid.

47
Kegunaan : Reumathoid artritis, dan mengatasi nyeri pada persendiaan.

Cara pembuatan:

Potong-potong batang brotowali dan akar pulutan. Cuci bersih semua bahan,

setelah itu rebus dangan 3 gelas air hingga tersisa 1 gelas. Saring ramuan ini

setelah dingin.

Cara pemakaian:

Minum ramuan ini 2 kali sehari, masing-masing ½ gelas. Sebelum diminum

tambahkan madu secukupnya.

48
BAB IV

PEMBAHASAN

Penyakit rematik itu sebenarnya terdiri lebih dari 100 jenis, tetapi bagi orang

awam, setiap gejala nyeri, kaku, bengkak, pegal-pegal, atau kesemutan itu semua sering

disebut rematik dan dianggap sama saja. Rematik merupakan salah satu penyebab nyeri

sendi, khususnya sendi-sendi kecil di daerah pergelangan tangan dan jari-jari. Keluhan

kaku, nyeri dan bengkak akibat penyakit rematik dapat berlangsung terus-menerus dan

semakin lama semakin berat tetapi ada kalanya hanya berlangsung selama beberapa hari

dan kemudian sembuh dengan pengobatan. Namun demikian, kebanyakan penyakit

rematik berlangsung kronis, yaitu sembuh dan kambuh kembali secara berulang ulang

sehingga menyebabkan kerusakan sendi secara menetap.

Pada dasarnya rematik terbagi menjadi dua yaitu rematik sendi (Artikuler) dan

rematik jaringan lunak (Non Artikular). Rematik artikuler sendiri terbagi atas tiga yaitu

Osteoartritis, Rheumathoid artritis dan Gout (asam urat). Penyakit yang dapat di

swamedikasi (pengobatan sendiri) yaitu Osteoartritis dan Rheumatoid artritis dengan

gejala ringan seperti nyeri persendiaan. Pada tahap lanjut ketika timbul peradangan

diharapkan konsultasikan ke dokter dan tidak dapat dilakukan swamedikasi. Untuk

rematik gout sendiri tidak dapat dilakukan swamedikasi disebabkan para penderita gout

diharuskan untuk melakukan pemeriksaan laboratorium tentang nilai asam uratnya,

kemudian ketika postif nilai asam urat tinggi maka yang berperan adalah dokter untuk

memberika resep obat kepada penderita rematik gout, sehingga hal ini melenceng dari

pengertian swamedikasi itu sendiri.

Untuk pengobatan swamedikasi osteoartritis dan reumatoid artritis pada

dasarnya sama. Dalam hal ini pengobatan yang dapat di swamedikasi kan adalah hanya

pada penanganan nyeri nya saja dengan menggunakan obat-obat sintetik yang bebas

49
ataupun obat bebas terbatas serta beberapa dapat dilakukan dengan mengkonsumsi obat-

obat herbal selain itu dapat juga dilakukan terapi non farmakologi.

Obat-obat rematik yang dapat di swamedikasi yaitu obat-obat golongan AINS.

Seperti paracetamol, asam mefenamat, Natrium diklofenak, Aspirin, dan ibuprofen.

Selain itu obat wajib apotek seperti Piroxcicam juga dapat digunakan untuk pengobatan

swamedikasi rematik. Obat-obat herbal juga dapat menjadi alternatif lain dalam

penanganan nyeri pada rematik seperti herba sidaguri, daun ataupun batang bandotan,

herba sangitan, akar puti malu, herba ajeran, dan daun seledri.

Ada beberapa cara pencegahan reumatik:

a. Pencegahan Primer :

1) Menjaga agar asupan makanan selalu seimbang sesuai dengan kebutuhan

tubuh,terutama banyak memakan ikan dari laut dalam. Perempuan yang makan paling

sedikit 2 saji makanan kaya asam lemak omega-3 seperti tuna dan mackerel

berkemungkinan lebih kecil 43% mendapatkan rematik. Omega-3 mengatasi inflamasi

dan bahkan dapat mengatasi gen tertentu yang bisa menyebabkan mengembangkan

rematik. Selain minyak ikan atau untuk penggantinya makan sumber omega-3 lainnya

seperti walnut, flax, dan suplemen.

2) Mengkonsumsi vitamin C. Dalam sebuah studi, orang-orang yang mendapatkan kurang

dari 56 mg vitamin C per hari, berkemungkinan 3 kali lebih besar mengembangkan

rematik dibanding yang mendapatkan 95 mg, jumlah dalam jeruk. Riset menunjukkan,

vitamin C, sejenis antioksidan, terutama kuat dalam menyapu radikal-radikal bebas yang

menyebabkan inflamasi

3) Hindari merokok. Merokok termasuk salah satu resiko rematik. Merokok dapat

memicu serangan pada sistem imun yang menyebabkan penyakit ini. Pada kenyataannya,

sebuah studi

50
mengungkapkan, merokok meningkatkan resiko sampai dua kali lipat mengembangkan

rematik.

4) Menjaga berat badan agar tetap stabil. Berat badan, harus selalu dikontrol. Dengan

mengontrol berat badan, berarti telah melakukan pencegahan rematik. Pasalnya, bobot

badan yang berlebihan akan membebani tubuh, lutut, dan sendi. Bagi penderita rematik,

mengurangi berat badan justru dapat mengurangi risiko rematik.

b. Pencegahan Sekunder :

1) Hentikan pemicu. Merokok termasuk salah satu resiko rematik. Merokok dapat

memicu serangan pada sistem imun yang menyebabkan penyakit ini. Pada kenyataannya,

sebuah studi

mengungkapkan, merokok meningkatkan resiko sampai dua kali lipat mengembangkan

rematik.

2) Tidak melakukan olahraga secara berlebihan. Aktivitas yang dianjurkan untuk

dihindari adalah berjalan kaki yang berjarak jauh, naik turun tangga, dan berolahraga

yang memiliki high impact seperti aerobik.

3) Konsumsi banyak jenis sayuran, misalnya jus seledri, kubis atau wortel yang bisa

mengurangi gejala rematik.

4) Beberapa jenis herbal juga bisa membantu melawan nyeri rematik, misalnya jahe dan

kunyit, biji seledri, daun lidah buaya, aroma terapi, atau minyak juniper yang bisa

menghilangkan bengkak pada sendi.

c. Pencegahan Tersier :

1) Olahraga yang tepat adalah olahraga yang menitikberatkan pada kelenturan sendi,

kekuatan otot, dan bisa juga latihan di air hangat. Dengan latihan dalam air yang

disesuaikan dengan suhu tubuh, pasien tidak perlu menggigil dan bisa berolahraga dengan

lebih leluasa.

51
2) Pasien bisa melakukan senam rematik yang berfungsi mencegah sekaligus terapi

terhadap gejala rematik. Jika terapi tersebut tidak bisa menghilangkan rasa nyeri, perlu

dikombinasikan dengan obat antirematik khusus karena itu bergantung pada jenis rematik

pasien. Setiap jenis rematik, terangnya, mempunyai jenis obat yang sangat berbeda.

Bahkan penggunaan antibiotik kepada penderita rematik juga harus berhati-hati

3) Mengonsumsi obat konvensional jenis Hormon Reducement Therapy (HRT) atau

dengan cara tradisional yaitu mengonsumsi kedelai atau susu kedelai

4) Berjemur sinar matahari di bawah pukul 09.00. Ini bisa membantu penyerapan kalsium

dalam tubuh yang bisa membantu fungsi tulang.

Untuk terapi non farmakologi rematik dapat dilakukan dengan cukup istirahat pada sendi

yang mengalami artritis reumatoid, mengurangi berat badan jika gemuk dan obesitas,

fisioterapi (dilakukan beberapa pergerakan sendi secara sistemik), kompres dingin atau

panas, pembidaian untuk imobilisasi dan untuk mengistirahatkan satu atau beberapa

sendi.

Pada dasarnya pengobatan swamedikasi osteoartritis dan reumathoid artritis

adalah sama. Yaitu pengobatan dengan menghilangkan rasa nyeri nya saja. Penghilangan

rasa nyeri ini bisa diobati dengan menggunakan obat-obat golongan NSAID (Non

Steroidal Anti Inflammatory Drug). Beberapa contoh sediaan yang beredar yaitu :

1. Paracetamol

52
Komposisi:

- Tablet : Satu tablet mengandung 500 mg Paracetamol

- Sirup : 5 ml mengandung 120 mg Paracetamol

Cara Kerja Obat:

Parasetamol adalah drivat p-aminofenol yang mempunyai sifat

antipiretik/analgesik. Sifat antipiretiknya disebabkan oleh gugus aminobenzen dan

mekanismenya diduga berdasarkan efek sentral. Sifat analgesik Parasetamol dapat

menghilangkan rasa nyeri ringan sampai sedang. Sifat antiinflamasinya sangat

rendah sehingga tidak digunakan sebagai antirematik. Pada penggunaan per oral

Parasetamol diserap dengan cepat melalui saluran cerna. Kadar maksimum dalam

plasma dicapai dalam waktu 30 menit sampai 60 menit setelah pemberian.

Parasetamol diekskresikan melalui ginjal, kurang dari 5% tanpa mengalami

perubahan dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi. Sifat analgesik

parasetamol dapat menghilangkan rasa nyeri ringan sampai sedang. Sifat

antiinflamasinya sangat lemah sehingga sehingga tindak digunakan sebagai

antirematik.

Indikasi:

Sebagai antipiretik/analgesik, termasuk bagi pasien yang tidak tahan asetosal.

Sebagai analgesik, misalnya untuk mengurangi rasa nyeri pada sakit kepala, sakit

gigi, sakit waktu haid dan sakit pada otot.menurunkan demam pada influenza dan

setelah vaksinasi.

Kontraindikasi

Hipersensitif terhadap paracetamol dan defisiensi glokose-6-fosfat

dehidroganase. Tidak boleh digunakan pada penderita dengan gangguan fungsi hati.

53
Dosis:

- Dewasa: 500 mg (1 tablet) 3 – 4 kali sehari

- Anak: 3 bulan – 1 tahun : 60 – 120 mg (2,5 – 5 ml sirup) 3 – 4 kali sehari

1 – 6 tahun : 120 – 240 mg (5 – 10 ml sirup) 3 – 4 kali sehari

> 6 tahun : 250 – 500 mg (1/2 – 1 tablet) 3 – 4 kali sehari

Efek Samping:

 Kasus terjadinya thrombocytopenic purpura dan haemolytic anaemia dan

agranulocytosis pernah tercatat.

 Dosis besar dapat menyebabkan kerusakan hati.

 Hepatik nekrosis kronis pernah dilaporkan pada penderita yang menggunakan

parasetamol dengan dosis teraputik hariannya selama 1 tahun, tetapi suatu

penilaian kembali dari sekelompok penderita dengan chronic active hepatitis

gagal membuktikan perbedaan-perbedaan pada kelainan fungsi hati pada

penderita yang menggunakan parasetamol dalam jangka panjang, maupun tidak

menunjukkan perbaikan setelah parasetamol dihentikan.

 Efek nefrotoksik jarang terjadi pada dosis teraputik parasetamol yang dianjurkan,

kecuali pada pemakaian jangka panjang pernah dilaporkan.

Peringatan dan Perhatian:

Paracetamol sudah digunakan secara luas, dan pada dosis yang dianjurkan, efek

sampingnya ringan dan jarang terjadi. Laporan mengenai efek yang tidak diinginkan,

jarang. Kebanyakan laporan dari efek samping parasetamol berhubungan dengan

dosis yang berlebihan. Paracetamol harus digunakan dengan hati-hati pada penderita

payah hati dan disfungsi ginjal.

Produsen : PT. Indofarma

54
2. Aspirin

Komposisi :

Asetosal 500 mg

Indikasi:

Untuk meringankan rasa sakit, terutama sakit kepala dan pusing, sakit gigi, dan nyeri

otot serta menurunkan demam.

Kontraindikasi :

Ulkus Peptikum, hiipersensitif terhadap derivat asam salisilat, asma, alergi, cacar air.

Dosis :

Dewasa : sehari 1-3 tablet,

Anak >5 tahun : ½ - 1 tablet , maksimal sehari 1½-3 tablet.

Produsen : PT. Bayer

3. Asam mefenamat

Komposisi:

Tiap tablet salut selaput mengandung Asam Mefenamat 500 mg.

55
Cara Kerja Obat

Asam Mefenamat merupakan kelompok antiinflamasi non steroid bekerja dengan

cara menghambat sintesa prostaglandin dalam jaringan tubuh dengan menghambat

enzim siklooksiginase sehingga mempunyai efek analgesik, antiinflamasi dan

antipiretik.

Indikasi:

Dapat menghilangkan nyeri akut dan kronik, ringan sampai sedang sehubungan

dengan sakit kepala, sakit gigi, dismenore primer, termasuk nyeri karena trauma,

nyeri sendi, nyeri otot, nyeri sehabis operasi, nyeri pada persalinan.

Dosis:

- Dewasa dan anak di atas 14 tahun :

Dosis awal yang dianjurkan 500 mg kemudian dilanjutkan 250 mg tiap 6 jam.

- Dismenore

500 mg 3 kali sehari, diberikan pada saat mulai menstruasi ataupun sakit dan

dilanjutkan selama 2-3 hari.

- Menoragia : 500 mg 3 kali sehari, diberikan pada saat mulai menstruasi dan

dilanjutkan selama 5 hari atau sampai perdarahan berhenti.

Peringatan dan Perhatian :

- Sebaiknya diminum sesudah makan

- Hati-hati jika dugunakan pada wanita hamil dan menyusui

- Keamanan penggunaan pada anak-anak dibawah 14 tahun belum diketahui

dengan pasti.

Efek Samping :

- Sistem pencernaan : mual, muntah, diare, dan rasa sakit pada abdominal.

56
- Sistem hematopoetik : leukopenia, eosinophilia, trombocytopenia dan

agranulocytopenia.

- Sistem saraf : rasa mengantuk, pusing, penglihatan kabur dan insomnia.

Kontraindikasi

- Pasien yang hipersensitif terhadap Asam Mefenamat

- Pasien yang dengan Aspirin mengalami bronkospasme, alergi rhinitis dan

urtikaria.

- Penderita dengan tukak lambung dan usus

- Penderita dengan gangguan ginjal yang berat.

Produsen : PT. Indofarma

4. Piroxcicam

Komposisi:

Piroxicam 10 mg kaplet

Kemasan :

(1 box berisi 10 strip @ 10 kaplet)

Indikasi:

Untuk terapi simtomatik pada rematoid artritis, osteoartritis, ankilosing spondilitis,

gangguan muskuloskeletal akut dan gout akut.

Kontraindikasi :

 Penderita yang mempunyai riwayat tukak lambung atau pendarahan

lambung.

57
 Hipersensitif terhadap piroxicam

 Penderita yang mengalami bronkospasma, polip hidung dan angioedema

atau urtikaria apabila diberikan asetosal atau obat-obatan antiinflamasi non

steroid yang lain.

Dosis :

Dewasa :
 Reumatoid artritis, Osteoartritis dan ankylosing spodilitis

Dosis awal 20 mg sebagai dosis tunggal. Dosis pemeliharaan pada

umumnya 20 mg sehari atau jika diperlukan dapat diberikan 10 – 30 mg

dalam dosis tunggal atau terbagi. Dosis lebih dari 20 mg sehari

meningkatkan efek samping gastrointestinal.

 Gout akut

Dosis awal 40 mg sehari sebagai dosis tunggal, diikuti 4-6 hari berikutnya

40 mg sehari dosis tunggal atau terbagi.

 Gangguan muskuloskeletal akut

Dosis awal 40 mg sehari sebagai dosis tunggal atau terbagi selama 2 hari,

selanjutnya 20 mg sehari selama 7-14 hari.

Efek samping :

 Umumnya gangguan gastrointestinal seperti stomatitis, anoreksia,

epigastric distress, mual, konstipasi, rasa tidak nyaman pada abdomen,

kembung, diare, nyeri abdomen.

 Efek samping lain : edema, pusing, sakit kepala, ruam kulit, pruritus,

somnolen, penurunan hemoglobin dan hematokrit.

Produsen : PT. Hexpharm Jaya

58
5. NEOrheumacyl Neuro

Komposisi :

Ibuprofen 200 mg, vit. B1 50 mg, Vit.B6 100 mg, Vit.B12 100 mg.

Indikasi :

Meringankan rasa nyeri atau ngilu yang disertai kebas, kesemutan dan kram

Kontraindikasi :

Penderita dengan riwayat ulkus peptikum yang berat dan aktif dan kehamilan 3 bulan

terakhir, penderita bronkospastik terhadap asetosal, rinitis dan urtikaria, penderita

hipersensitif terhadap komponen obat ini

Dosis :

3x1 kapsul

Jenis sediaan : Tablet

Produsen : PT. Tempo Scan Pacific, Bode

59
6. Natrium Diklofenak

Indikasi :

Sebagai terapi awal dan akut untuk rematik yang disertai inflamasi dan

degeneratif (artritis rematoid, ankylosing spondylitis, osteoartritis, dan

spondilartritis), sindrome nyeri dan kolumna vertebralis, rematik non-artikular, nyeri

pascabedah.

Dosis :

Oral, 75-150 mg/hari dalam 2-3 dosis, sebaiknya diminum setelah makan. Dosis

maksimum untuk semua cara pemberian 150 mg.

Efek Samping :

Nyeri perut, sakit kepala, retensi cairan, diare, nausea, konstipasi, dan flatulen.

Kontra Indikasi :

Tukak Lambung.

Bentuk sediaan :

Natrium diklofenak (Generik) tablet salut enterik 25 mg, dan 50 mg.

Produsen : PT. Kimia Farma

60
7. Voltaren Gel

Komposisi :

Tiap 1 gram emulgel mengandung diklofenak dietilamin setara dengan 10 mg

Natrium Diklofenak

Indikasi :

Inflamasi trauma pada tendon, legamen, otot dan persendian seperti yang disebabkan

oleh salah urat, terkilir dan memar. Untuk rematik seperti osteoartritis pada sendi-

sendi perifer dan kolumna vertebral.

Aturan pakai :

Oleskan sesuai kebuutuhan pada kulit yang sakit 3 sampai 4 kali sehari dan gosokkan

secara perlahan.

Kemasan : 20 gr/tube

Produsen : PT. Sandoz

8. RemAct
Komposisi :

Tanaman Boswelia serrata, Apium graveolens,

Uncaria tomentosa, Salix alba, Harpagophytum

procumbens, Curcuma longa dan Zingiber

officinale.

Indikasi :

Untuk membantu memelihara dan menjaga

kesehatan persendiaan, menurunkan kadar asam

61
urat berlebih, mengatasi nyeri dan pembengkakan pada sendi.

Dosis :

2 x sehari 2 kapsul secara teratur, bila rasa nyeri sudah hilang turunkan dosis 3x1

sehari dan seterusnya. Untuk dosis pemeliharaan cukup 1 kapsul sebelum tidur secara

teratur.

Produsen :

Marion-Sam Jakarta-Indonesia

9. Viostin DS

Komposisi :

Glukosamin 500 mg, Kondroitin 400 mg, Mngan (Mn) 0,5 mg

Indikasi :

Membantu mengatasi kaku dan nyeri pada persendian, mencegah dan terapi

Osteoartritis (pengapuran sendi), Nutrisi pembentukan tulang rawan sendi, dan

mengurangi atau menghambat peradangan sendi.

Dosis :

Pencegahan/pemeliharaan : 1 x 1 kaplet perhari

Pengobatan/perawatan : 2-3 x 1 kaplet perhari

Diminum setelah makan.

62
Produsen :PT. Pharos

10. Yunnan Baiyo Aerosol

Komposisi :

Radix Notogingseng, Rhizoma Dioscoreae, Rhizoma Dioscoreae Nipponiacea, Herba

Gerannii & Herba Erodii, Dioscoreae parviflora Ting.

Indikasi :

Digunakan untuk meningkatkan aliran darah dan relief terhadap rasa sakit

pembengkakan, benturan, meredakan pegal linu sendi dan otot.

Dosis :

Hanya untuk digunakan eksternal (obat luar). Kocok sebelum penyemprotan .

semprot di bagian yang sakit, 3-5 kali sehari.

Perhatian :

Aerosol ini hanya digunakan eksternal. Hindari penyemprotan ke dalam mulut,

hidung,dan mata. Jika tanpa sengaja disemprotkan kemata, cuci segera dengan air

bersih, jauhkan dari api dalam penggunaannya dan hindari panas, jika gejala tidak

nyaman berlanjut, hubungi dokter, jauhkan dari jangkauan anak-anak, simpan di

tempat sejuk dan kering.

63
Kontraindikasi :

Kehamilan dan mereka yang alergi terhadap alkohol.

Produsen :

PT. Saras Subur Ayoe

64
BAB V

KESIMPULAN

1. Osteoartritis (OA)

Osteoarthritis adalah penyakit sendi yang paling sering mengenai rawan

kartilago. Kartilago merupakan jaringan licin yang membungkus ujung-ujung tulang

persendian. Kartilago yang sehat memungkinkan tulang-tulang menggelincir

sempurna satu sama lain. Pengobatan swamedikasi dapat dilakukan dengan terapi

nonfarmakologi yaitu menganjurkan pasien mengurangi berat badan jika gemuk,

istirahat yang cukup, penggunaan alat bantu sendi dan alat bantu berjalan, dan

olahraga yang tepat dan teratur, kompres panas atau dingin. Dan terapi farmakologi

yaitu dengan pemberian obat-obat golongan AINS seperti parasetamol, ibuprofen,

asam mefenamat, natrium diklofenak, suplemen yang mengandung glukosamin dan

kondroitin.

2. Artritis Reumatoid

Artritis Reumatoid (AR) adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan

manifestasi utama poliartritis simetris yang penyebabnya belum diketahui secara

pasti dan bersifat sistemik. Pengobatan swamedikasi dapat dilakukan dengan terapi

nonfarmakologi yaitu istirahat yang cukup pada sendi yang mengalami AR,

mengurangi berat badan jika gemuk, olahraga yang teratur, dan kompres panas

dingin pada sendi yang mengalami nyeri. Dan terapi farmakologi dengan pemberian

obat-obat golongan AINS seperti parasetamol, ibuprofen, asam mefenamat, natrium

diklofenak, suplemen yang mengandung glukosamin dan kondroitin.

3. Gout

Asam urat (gout) adalah suatu penyakit akibat berlebihnya kadar asam urat di

dalam tubuh. Kadar asam urat di dalam tubuh dipengaruhi oleh biosintesis purin.

65
Pengobatan swamedikasi dapat dilakukan dengan terapi nonfarmakologi yaitu

istirahat yang cukup, mengurangi berat badan jika gemuk, mengurangi mengonsumsi

makanan yang banyak mengandung purin, dan olahraga yang teratur. Dan terapi

farmakologi dengan pemberian obat-obat golongan AINS seperti parasetamol,

ibuprofen, asam mefenamat, natrium diklofenak, suplemen yang mengandung

glukosamin dan kondroitin, dan allopurinol..

4. Terapi Herbal

Terapi dengan obat-obat herbal seperti seledri, ajeran, anting-anting, putri

malu, bandotan, dan sidaguri, sediaan jadi seperti Remact dan Yunnan Baiyo

Aerosol.

66
Pertanyaan Diskusi

1. Bagaimana pencegahan osteoartritis dan artritis reumatoid serta bagaimana pengaruh

rematik/manakah yang paling sering diserang laki-laki atau perempuan? (Marsiah)

2. Apa perbedaan osteoartritis, artritis reumatoid dan asam urat? (Indah)

3. Bagaimana bentuk K.I.E seorang apoteker untuk penyakit rematik? (Nurhadi)

Jawab

1. Ada beberapa cara pencegahan reumatik:

a. Pencegahan Primer :

1) Menjaga agar asupan makanan selalu seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh,

terutama banyak memakan ikan dari laut dalam. Perempuan yang makan paling

sedikit 2 saji makanan kaya asam lemak omega-3 seperti tuna dan mackerel

berkemungkinan lebih kecil 43% mendapatkan rematik. Omega-3 mengatasi

inflamasi dan bahkan dapat mengatasi gen tertentu yang bisa menyebabkan

mengembangkan rematik. Selain minyak ikan atau untuk penggantinya makan

sumber omega-3 lainnya seperti walnut, flax, dan suplemen.

2) Mengkonsumsi vitamin C. Dalam sebuah studi, orang-orang yang mendapatkan

kurang dari 56 mg vitamin C per hari, berkemungkinan 3 kali lebih besar

mengembangkan rematik dibanding yang mendapatkan 95 mg, jumlah dalam

jeruk. Riset menunjukkan, vitamin C, sejenis antioksidan, terutama kuat dalam

menyapu radikal-radikal bebas yang menyebabkan inflamasi

3) Hindari merokok. Merokok termasuk salah satu resiko rematik. Merokok dapat

memicu serangan pada sistem imun yang menyebabkan penyakit ini. Pada

kenyataannya, sebuah studi mengungkapkan, merokok meningkatkan resiko

sampai dua kali lipat mengembangkan rematik.

67
4) Menjaga berat badan agar tetap stabil. Berat badan, harus selalu dikontrol.

Dengan mengontrol berat badan, berarti telah melakukan pencegahan rematik.

Pasalnya, bobot badan yang berlebihan akan membebani tubuh, lutut, dan

sendi. Bagi penderita rematik, mengurangi berat badan justru dapat mengurangi

risiko rematik.

b. Pencegahan Sekunder :

1) Hentikan pemicu. Merokok termasuk salah satu resiko rematik. Merokok dapat

memicu serangan pada sistem imun yang menyebabkan penyakit ini. Pada

kenyataannya, sebuah studi mengungkapkan, merokok meningkatkan resiko

sampai dua kali lipat mengembangkan rematik.

2) Tidak melakukan olahraga secara berlebihan. Aktivitas yang dianjurkan untuk

dihindari adalah berjalan kaki yang berjarak jauh, naik turun tangga, dan

berolahraga yang memiliki high impact seperti aerobik.

3) Konsumsi banyak jenis sayuran, misalnya jus seledri, kubis atau wortel yang

bisa mengurangi gejala rematik.

4) Beberapa jenis herbal juga bisa membantu melawan nyeri rematik, misalnya

jahe dan kunyit, biji seledri, daun lidah buaya, aroma terapi, atau minyak

juniper yang bisa menghilangkan bengkak pada sendi.

c. Pencegahan Tersier :

1) Olahraga yang tepat adalah olahraga yang menitikberatkan pada kelenturan

sendi, kekuatan otot, dan bisa juga latihan di air hangat. Dengan latihan dalam

air yang disesuaikan dengan suhu tubuh, pasien tidak perlu menggigil dan bisa

berolahraga dengan lebih leluasa.

2) Pasien bisa melakukan senam rematik yang berfungsi mencegah sekaligus terapi

terhadap gejala rematik. Jika terapi tersebut tidak bisa menghilangkan rasa nyeri,

68
perlu dikombinasikan dengan obat antirematik khusus karena itu bergantung

pada jenis rematik pasien. Setiap jenis rematik, terangnya, mempunyai jenis obat

yang sangat berbeda. Bahkan penggunaan antibiotik kepada penderita rematik

juga harus berhati-hati

3) Mengonsumsi obat konvensional jenis Hormon Reducement Therapy (HRT) atau

dengan cara tradisional yaitu mengonsumsi kedelai atau susu kedelai

4) Berjemur sinar matahari di bawah pukul 09.00. Ini bisa membantu penyerapan

kalsium dalam tubuh yang bisa membantu fungsi tulang.

Osteoartritis dan artritis reumatoid paling sering menyerang perempuan

daripada laki-laki, khususnya pada artritis reumatoid kebanyakan menyerang

perempuan hingga 3 sampai 4 kali daripada laki-laki. Sedangkan gout lebih

sering menyerang laki-laki.

2. Osteoartritis adalah penyakit sendi yang paling sering mengenai kartilago yang

merupakan jaringan licin berfungsi membungkus ujung-ujung tulang persendian. Yang

terjadi pada penderita OA ialah sobek dan ausnya lapisan permukaan kartilago,

akibatnya tulang-tulang saling bergesekan, menyebabkan rasa sakit, bengkak, dan

sendi dapat kehilangan kemampuan bergerak. Osteoarthritis sering terjadi di ujung jari

tangan, ibu jari, leher, punggung bawah, lutut dan panggul.

Artritis reumatoid terjadi akibat rantai peristiwa imunologi yang menyebabkan

dekstruksi sendi. Dekstruksi sendi terjadi antara lain karena peningkatan kemotaksis

dan fagositosis pada orang tertentu terbentuk antibodi yang disebut faktor reumatoid.

Sendi-sendi kecil pada tangan dan kaki paling sering terkena, selain itu seringkali juga

mengenai sendi-sendi sinovial besar (panggul, lutut, siku). Onsetnya bisa bertahap

69
dengan nyeri progresif, kaku di pagi hari, dan pembengkakan sendi. Onset akut

disertai demam dan keadaan umum sakit berat.

Asam urat (gout) adalah suatu penyakit akibat berlebihnya kadar asam urat di dalam

tubuh. Kadar asam urat di dalam tubuh dipengaruhi oleh biosintesis purin. Enzim

xantin oksidase berperan dalam perubahan hipoxantin menjadi xantin dan dari xantin

menjadi asam urat, yang merupakan produk akhir metabolisme purin. Gout paling

sering menyerang sendi kecil, terutama ibu jari kaki. Arthritis gout hampir selalu dapat

dikendalikan oleh obat dan pengelolaan diet.

3. Apoteker dapat berperan dalam mengidentifikasi pasien rematik/arthritis dengan

melakukan konseling. Apoteker dapat mengarahkan pasien ke dokter dan memberikan

konseling bagaimana melakukan terapi non farmakologis (mengubah gaya hidup, diet,

mengurangi berat badan, melakukan aktivitas fisik) dan cara minum obat yang benar.

70
DAFTAR PUSTAKA

Priyanto, 2008. Farmakoterapi dan Terminologi Medis. Jakarta : Penerbit Leskonfi.

Mangoting dkk, 2006. Tanaman Lalap Berkhasiat Obat. Jakarta : Penerbit Swadaya

Kusuma dkk, 2006. Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat. Jakarta : PT.AgroMedia pustaka

Sukandar dkk. 2008. ISO Farnakoterapi. Jakarta : PT. ISFI Penerbitan

Ditjen Binfar, 2006. Pharmaceutical Care untuk Pasien Penyakit Arthritis Rematik.

Jakarta: Depkes RI

Ditjen Binfar, 2006. Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas. Jakarta:

Depkes RI

Tim Redaksi, 2010. ISO Indonesia Vol. 45. Jakarta : PT. ISFI Penerbitan

71
MAKALAH

SWAMEDIKASI

“REMATIK”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK VIII

KELAS A

TRY ARDITA FEBRIANI N21113783

AGUSTRI DARMA BAKTI N21113786

SIGIT PAMUNGKAS N21113791

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2014

72

Anda mungkin juga menyukai