Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN HARGA DIRI RENDAH (HDR)

OLEH:

KADEK DWI DHARMA PRADNYANI


NIM. P07120216003

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D IV
2018
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN HARGA DIRI RENDAH (HDR)

A. Pengertian Harga Diri Rendah


Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang
diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan
dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 2013).
Seseorang yang dikatakan mempunyai konsep diri negatif jika ia meyakini dan
memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa – apa, tidak
kompeten, gagal, malang dan kehilangan daya tarik terhadap hidup. Orang dengan
konsep diri negatif akan cenderung bersikap pesimistik terhadap kehidupan dan
kesempatan yang dihadapinya. Konsep diri terdiri atas komponen-komponen berikut
ini :
1. Citra tubuh (Body Image)
Citra tubuh (Body Image) adalah kumpulan dari sikap individu yang disadari dan
tidak disadari terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi masa lalu dan sekarang, serta
perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi. Yang secara
berkesinambungan dimodifikasi dengan persepsi dan pengalaman yang baru
(Stuart & Sundeen, 2013).
2. Ideal Diri (Self Ideal)
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku sesuai
dengan standar, aspirasi, tujuan atau nilai personal tertentu (Stuart & Sundeen,
2013).
3. Identitas Diri (Self Identifity)
Identitas diri adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi
dan penilaian, yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sebagai suatu
kesatuan yang utuh (Stuart dan Sundeen, 2013).
4. Peran Diri (Self Role)
Serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan
dengan fungsi individu di berbagai kelompok sosial. Peran yang diterapkan adalah
peran dimana seseorang tidak mempunyai pilihan. Peran yang diterima adalah
peran yang terpilih atau dipilih oleh individu (Stuart & Sundeen, 2013).
5. Harga Diri (Self Esteem)
Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan
menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri. Harga diri
yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan diri tanpa syarat,
walaupun melakukan kesalahan, kekalahan, tetap merasa sebagai seorang yang
penting dan berharga (Stuart & Sundeen, 2013)
Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak langsung
diekspresikan (Towsend, 2012).
Harga diri rendah merupakan keadaan dimana individu mengalami evaluasi
diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan diri (Carpenito, L.J, 2006).
Dari pendapat-pendapat diatas dapat dibuat kesimpulan, harga diri rendah
adalah suatu perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya kepercayaan diri dan
gagal mencapai tujuan yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung,
penurunan diri ini dapat bersifat situasional maupun kronis atau menahun.
Gangguan harga diri yang disebut harga diri rendah dapat terjadi secara:
1. Harga diri rendah situasional yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba. Misalnya harus
operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolaj, putus hubungan kerja, perasaan
malu karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba). Pada
pasien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena:
a. Privasi yang kurang diperhatikan, misalnya: pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis,
pemasangan kateter, pemeriksaan perineal).
b. Harapan akan struktur, bentuk, dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena
dirawat/sakit/penyakit.
c. Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai
pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, tanpa persetujuan. Kondisi ini
banyak ditemukan pada pasien gangguan fisik.
2. Harga diri rendah kronik, yaitu perasaan negative terhadap diri telah berlangsung
lama, yaitu sebelum sakit atau dirawat. Pasien mempunyai cara berpikir yang
negative. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negative terhadap
dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respon yang maladaptive, Kondisi ini dapat
ditemukan pada pasien gangguan fisik yang kronis atau pada pasien gangguan
jiwa (NANDA NIC-NOC, 2015)
Menurut Stuart dan Sundeen (2013) respon individu terhadap konsep dirinya
sepanjang rentang respon konsep diri yaitu adaptif dan maladaptif.
1. Respon Adaptif
Yaitu respon individu dalam penyesuaian masalah yang dapat diterima oleh
norma- norma sosial dan kebudayaan.
2. Respon Maladaptif
Yaitu respon individu dalam penyesuaian masalah yang tidak dapat diterima oleh
norma – norma sosial dan kebudayaan.

Transisi peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari keadaan sehat ke


keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan
ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh, perubahan fisik yang berhubungan
tumbuh kembang normal dan prosedur medis dan keperawatan (Stuart, 2013).
Adapun penyebab harga diri rendah pada seseorang adalah sebagai berikut:
1. Faktor Predisposisi
Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya harga diri rendah, meliputi:
a. Faktor Biologis
Pengaruh faktor biologis meliputi adanya faktor herediter anggota keluarga
yang mengalami gangguan jiwa, riwayat penyakit atau trauma kepala.
b. Faktor Psikologis
Pada pasien yang mengalami harga diri rendah, dapat ditemukan adanya
pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, seperti penolakan dan
harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang; kurang
mempunyai tanggungjawab personal; ketergantungan pada orang lain;
penilaian negatif pasien terhadap gambaran diri, krisis identitas,peran yang
terganggu, ideal diri yang tidak realistis; pengaruh penilaian internal individu.
c. Faktor Sosial Budaya
Pengaruh sosial budayameliputi penilaian negatif dari lingkungan terhadap
pasien yang mempengaruhi penilaian pasien, sosial ekonomi rendah, riwayat
penolakan lingkungan pada tahap tumbuh kembang anak, dan tingkat
pendidikan rendah.
2. Faktor Presipitasi
Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh situasi yang dihadapi
individu dan individu yang tidak mampu menyelesaikan masalah.Stressor yang
mempengaruhi harga diri dan ideal diri adalah penolakan dan kurang
penghargaan diri dari orang tua yang berarti: pola asuh anak tidak tepat misalnya:
terlalu dilarang, dituntut, persaingan dengan saudara, kesalahan dan kegagalan
yang terulang, cita-cita yang tidak dapat di capai, gagal tanggung jawab terhadap
diri sendiri (Stuart dan Sundeen, 2013). Stresor pencetus dapat berasal dari
sumber internal atau eksternal sebagai berikut:
a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan
peristiwa yang mengancam kehidupan
b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan
dan individu mengalaminya sebagai frustasi. Ada tiga jenis transisi peran:
1) Transisi peran perkembangan adalah: perubahan normatif yang
berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap
perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma-
norma budaya, nilai-nilai serta tekanan untuk menyesuaikan diri.
2) Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya
anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.

B. Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah


Menurut Keliat (1999) tanda dan gejala yang dapat muncul pda pasien harga diri
rendah adalah :
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri, individu mempunyai perasaan kurang percaya
diri. (misalnya : malu, sedih karena rambut menjadi rontok /botak akibat
pengobatan penyakit kronis)
2. Rasa bersalah terhadaap diri sendiri, individu yang selalu gagal dalaam meraih
sesuatu.
3. Merendahkan martabat diri sendiri, menganggap dirinya berada dibawah orang
lain.(misalnya : saya tidak mampu, saya tidak bisa, saya memang bodoh, saya
tidak tahu apa-apa)
4. Gangguan berhubungan social seperti menarik diri, lebih suka menyendiri dan
tidak ingin bertemu orang lain.
5. Rasa percaya diri kurang, merasa tidak percaya dengan kemampuan yang dimiliki.
6. Sukar mengambil keputusan, cenderung bingung dan ragu-ragu dalam memilih
sesuatu.
7. Menciderai diri sendiri sebagai akibat harga diri yang rendah disertai harapan
yang suram sehingga memungkinkan untuk mengakhiri kehidupan.
8. Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan.
9. Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri.
10. Ketegangan peran yang dirasakan.
11. Pandangan hidup pesimis.
12. Keluhan fisik
13. Penolakan terhadap kemampuan personal
14. Destruktif terhadap diri sendiri
15. Menarik diri secara social
16. Penyalahgunaan zat
17. Menarik diri dari realitas
18. Khawatir

C. Pohon Masalah

ISOLASI SOSIAL :MENARIK --------------------------- Affect


DIRI

HARGA DIRI RENDAH --------------------------- Core Problem

KOPING INDIVIDU TIDAK .-- ----------------------- Etiologi


EFEKTIF

D. Penatalaksanaan Medis
Menurut Stuart dan Sundeen (1998) penatalaksanaan pada pasien dengan
gangguan konsep diri berfokus pada tingkat penilaian kognitif terhadap kehidupan
yang terdiri dari :
1. Persepsi
2. Kesadaran pasien akan emosi dan perasaan
3. Menyadari masalah dan perubahan sikap
Prinsip asuhan keperawatan yang diberikan terlihat dari kemajuan pasien
meningkatkan dari satu tingkat ke tingkat berikutnya yaitu :
1. Meluaskan kesadaran diri yaitu dengan meningkatkan hubungan keterbukaan dan
saling percaya.
2. Menyelidiki dan mengeksplorasi diri (self exploration) yaitu membantu pasien
untuk menerima perasaan dan pikirannya.
3. Perencanaan realita (realita planing) membantu pasien bahwa hanya saja di yang
dapat merubah bukan rang lain.
4. Tanggung jawab bertindak (comitment to action) membantu pasien melakukan
tindakan yang perlu untuk merubah respon maladaptif dan mempertahankan
respon adaptif.

E. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas pasien meliputi Nama, umur, jenis kelamin, tanggal dirawat, tanggal
pengkajian, nomor rekam medis
2. Faktor predisposisi merupakan factor pendukung yang meliputi factor biologis,
factor psikologis, social budaya, dan factor genetic
3. Faktor presipitasi merupakan factor pencetus yang meliputi sikap persepsi merasa
tidak mampu, putus asa, tidak percaya diri, merasa gagal, merasa malang,
kehilangan, rendah diri, perilaku agresif, kekerasan, ketidak adekuatan
pengobatan dan penanganan gejala stress pencetus pada umunya mencakup
kejadian kehidupan yang penuh dengan stress seperti kehilangan yang
mempengaruhi kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan
menyebabkan ansietas.
4. Psikososial yang terdiri dari genogram, konsep diri, hubungan social dan spiritual
5. Status mental yang terdiri dari penampilan, pembicaraan, aktifitas motorik, alam
perasaan, afek pasien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi
pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat kosentrasi dan berhitung, kemampuan
penilaian, dan daya tilik diri.
6. Mekanisme koping: koping yang dimiliki pasien baik adaptif maupun
maladaptive
7. Aspek medic yang terdiri dari diagnose medis dan terapi medis.
F. Diagnosa Keperawatan
1. Harga diri rendah kronik/ situasional
G. Rencana Keperawatan
TGL/ DIAGNOSA KEP. TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
JAM
Harga Diri Rendah TUM : Setelah ... x interaksi Bina hubungan saling Hubungan saling
Kronis/Situasional Pasien memiliki konsep diharapkan pasien dapat percaya dengan percaya merupakan
diri yang positif membina hubungan saling mengungkapkan prinsip dasar untuk
percaya dengan kriteria komunikasi kelancaran
TUK 1 : hasil : therapeutic : hubungan interaksi
Pasien dapat membina 1. Ekspresi wajah
1. Sapa pasien dengan selanjutnya.
hubungan saling bersahabat
ramah dan baik
2. Menunjukan rasa
percaya
secara verbal dan
senang
3. Ada kontak mata non verbal.
4. Mau berjabat tangan, 2. Perkenalkan diri
mau menyebut nama, dengan sopan.
3. Tanyakan nama
mau menjawab salam
5. Mau duduk lengkap pasien dan
berdampingan dengan nama panggilan
perawat yang disukai pasien.
6. Mau mengutarakan 4. Jelaskan tujuan
masalah yang dihadapi. pertemuan.
5. Jujur dan menepati
janji.
6. Tunjukkan sikap
empati dan
menerima pasien apa
adanya.
7. Beri perhatian pada
pasien dna
perhatikan
kebutuhan dasar
pasien
TUK 2 : Setelah ... x interaksi 1. Diskusikan 1. Mendiskusikan
Pasien dapat
diharapkan pasien mampu kemampuan dan tingkat
mengidentifikasi
mengidentifikasi aspek positif yang kemampuan
kemampuan dan aspek
kemampuan dan aspek dimiliki pasien. pasien seperti
positif yang dimilikinya
positif yang dimilikinya menilai realitas,
dengan kriteria hasil: control diri atau
1. Pasien dapat
integritas ego
menyebutkan aspek
diperlukan
positif dan
2. Bersama pasien sebagai dasar
kemampuan yang
membuat daftar asuhan
dimiliki pasien
tentang: keperawatanny
2. Aspek positif
a. Aspek positif
a
keluarga.
pasien, keluarga, 2. Mendiskusikan
3. Aspek positif
lingkungan tingkat
lingkungan yang
b. Kemampuan
kemampuan
dimiliki pasien.
yang dimiliki
pasien tentang
pasien
3. Usahakan aspek positif
memberikan pujian yang dimiliki
yang realistic, dan pasien.
hindari penilaian Keluarga dan
negatif lingkungan
3. Pujian yang
realistik tidak
menyebabkan
pasien
melakukan
kegiatan hanya
karena ingin
mendapatkan
pujian.
TUK 3 : Setelah .... x interaksi 1. Diskusikan dengan 1. Keterbukaan
Pasien dapat menilai
diharapkan pasien dapat pasien kemampuan dan pengertian
kemampuan yang
menilai kemampuan yang yang masih dapat tentang
digunakan
digunakan dengan kriteria dilakukan dalam kemampuan
hasil: sakit. yang dimiliki
1. Pasien menilai
adalah prasarat
2. Bantu pasien
kemampuan yang
untuk berubah.
menyebutkannya dan
dapat digunakan di RS 2. Mengingatkan
2. Pasien menilai beri penguatan
pasien kembali
kemampuan yang terhadap
dapat digunakan kemampuan diri pada
dirumah pasien. yang diungkapkan kemampuan
pasien yang ada pada
dirinya,
3. Perlihatkan respon
sehingga
yang kondusif dan
memotivasi
upayakan menjadi
peningkatan
pendengar yang aktif
harga diri
3. Meyakinkan
pasien, bahwa
kita benar-
benar ingin
membantu
mengatasi
masalah pasien
TUK 4 : Setelah .... x interaksi 1. Rencanakan bersama 1. Membentuk
Pasien dapat
diharapkan Pasien mampu pasien aktifitas yang individu yang
menetapkan dan
membuat rencana kegiatan dapat dilakukan bertanggung
merencanakan kegiatan
harian setiap hari sesuai jawab terhadap
sesuai dengan
dengan kemampuan: dirinya sendiri.
kemampuan yang
kegiatan mandiri,
dimiliki
kegiatan dengan
bantuan sebagaian,
kegiatan yang
membutuhkan
bantuan total.
2. Tingkatkan kegiatan
2. Pasien perlu
sesuai dengan
bertindak
toleransi kondisi
secara realistik
pasien.
dalam
3. Beri contoh
kehidupannya.
pelaksanaan kegiatan
3. Contoh
yang boleh
perilaku yang
dilakukan pasien.
dilihat pasien
akan
memotivasi
pasien untuk
melaksanakan
kegiatan.

TUK 5 : Setelah .... x interaksi 1. Beri kesempatan 1. Memberikan


Pasien dapat melakukan
diharapkan pasien dapat pada pasien untuk kesempatan
kegiatan sesuai dengan
melakukan kegiatan sesuai mencoba kegiatan kepada pasien
dengan rencana yang
jadwal yang telah dibuat yang telah mandiri dapat
telah dibuat
direncanakan. meningkatkan
2. Pantau kegiatan motivasi dan
yang dilaksanakan harga diri
pasien pasien.
3. Beri pujian atas 2. Reinforcement
keberhasilan pasien positif dapat
4. Diskusikan
meningkatkan
kemungkinan
harga diri
pelaksanaan kegiatan
pasien.
setelah pasien 3. Memberikan
pulang. kesempatan
kepada pasien
untuk tetap
melakukan
kegiatan yang
biasa
dilakukan.

TUK 6 : Setelah .... x interaksi 1. Beri pendidikan 1. Mendorong


Pasien dapat
diharapkan pasien mampu kesehatan pada keluarga untuk
memanfaatkan sistem
memanfaatkan sistem keluarga tentang cara mampu
pendukung yang ada
pendukung yang ada di merawat pasien merawat pasien
keluarga dengan harga diri mandiri di
rendah. rumah.
2. Bantu keluarga
memberikan 2. Support system
dukungan selama keluarga akan
pasien dirawat. sangat
3. Bantu keluarga
mempengaruhi
menyiapkan
dalam
lingkungan rumah.
mempercepat
proses
penyembuhan
pasien.
3. Meningkatkan
peran serta
keluarga dalam
merawat pasien
di rumah.

TUK 7: Setelah .... x interaksi 1. Diskusikan dengan 1. Memudahkan


Pasien mampu
diharapkan pasien mampu pasien dan keluarga dalam
memanfaatkan obat
memanfaatkan obat tentang dosis, pemberian
dengan benar
dengan benar dengan frekuensi, dan therapy
2. Pasien teratur
kriteria hasil: manfaat obat
1. Pasien dan keluarga 2. Anjurkan pasien dalam minum
dapat menyebutkan meminta sendiri obat obat, sehingga
manfaat, dosis, dan pada perawat dan menunjang
efek samping obat merasakan keberhasilan
2. Pasien dapat menfaatnya therapy
3. Anjurkan pasien 3. Menunjang
mendemonstrasikan
dengan bertanya keberhasilan
penggunaan obat
3. Pasien termotivasi kepada dokter program
untuk berbicara dengan tentang efek dan terapeutik
perawat apabila efek samping obat
dirasakan ada efek yang dirasakan
4. Bantu pasien
samping obat
4. Pasien memahami menggunakan obat
akibat berhentinya obat dengan prinsip 12 B
5. Pasien dapat
menyebutkan prinsip
12 benar penggunaan
obat
REFERENSI

Carpenito, Lynda Juall.2006.Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta: EGC

Hawari, D. 2001. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta: EGC

Keliat & Akemat. 2005. Keperawatan Jiwa: terapi aktivitas kelompok. Jakarta: EGC.

Keliat, Budi Anna dkk. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Maramis, W.F. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press

NANDA NIC-NOC. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &

NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction Jogja.

Stuart, G. W. dan Sundeen, S.J. 2013. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC
Townsend, Mary C. 2012. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri:

Pedoman Untuk Pembuatan Rencana Keperawatan. Jakarta: EGC

Keliat, Budi Anna dll. (1999). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.. EGC: Jakarta.

Denpasar, 2018
Nama Pembimbing / CT: Nama Mahasiswa

Kadek Dwi Dharma Pradnyani

NIP. NIM.P07120216003

Anda mungkin juga menyukai