Anda di halaman 1dari 12

UJIAN TENGAH SEMESTER

LEGISLASI VETERINER

Oleh :
Ni Putu Sri Ayu Astini
1609511034
Kelas D

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2019
Perintah soal:

Menuliskan produk legislasi yang melibatkan dokter hewan beserta alasannya kenapa.

1. Produknya apa
2. Inti yang diangkat
3. Peraturan pelaksanaan

Jawaban:

1. a) Produk Legislasi :
UU No. 41 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009
Tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan
b) Inti yang Diangkat :
- Perubahan dari UU No. 18 Tahun 2009 mengenai penyediaan, pengembangan,
serta pemasukan benih dan/atau bibit, termasuk larangan memotong ternak
ruminansia betina produktif.
- Kewajiban pemerintah dan pemerintah daerah meningkatkan budi daya ternak di
Indonesia, dengan pembinaan termasuk memfasilitasi kegiatan pemasaran hewan
ternak dan produknya.
- Mengatur ekspor dan impor ternak dan produk ternak.
- Kewenangan otoritas veteriner.
- Penyelenggaraan kesehatan hewan

c) Pelaksana Peraturan :
- Pemerintah Pusat
- Pemertintah Daerah
- Kementrian Pertanian
- Kementrian Perdagangan
- Balai Karantina
- Dokter hewan
- Pelaku usaha peternakan dan produk hewan
2. a) Produk Legislasi :
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2017 Tentang Otoritas Veteriner
b) Inti yang Diangkat :
- Pengangkatan dan pemberhentian pejabat serta wewenang otoritas veteriner
nasional
- Pengangkatan dan pemberhentian pejabat serta wewenang otoritas veteriner
kementrian
- Pengangkatan dan pemberhentian pejabat wewenang otoritas veteriner provinsi
- Pengangkatan dan pemberhentian pejabat serta wewenang otoritas veteriner
kabupaten/kota
- Kewenangan Dokter Hewan Berwenang yang ditetapakan oleh menteri, gubernur,
dan bupati/walikota
- SISKESWANAS dan pelaksanaanya
- Tenaga kesehatan hewan
c) Pelaksana Peraturan :
- Menteri
- Gubernur
- Bupati/Walikota
- Pejabat Otoritas Veteriner nasional
- Pejabat Otoritas Veteriner kementrian
- Pejabat Otoritas Veteriner provinsi
- Pejabat Otoritas Veteriner kabupaten/kota
- Dokter hewan
- Paramedik veteriner
- Organisasi profesi terkait
- Perguruan tinggi terkait

3. a) Produk Legislasi :
Peraturan Pemerintah Nomor 95 Tahun 2012 Tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner dan
Kesejahteraan Hewan
b) Inti yang Diangkat :
- Mengatur tentang kesehatan masyarakat veteriner, kesejahteraan hewan, dan
penanganan hewan akibat bencana alam
- Mengatur penjaminan hygiene dan sanitasi produk asal hewan
- Pengawasan Unit usaha produk hewan
- Mengatur tentang standarisasi dan sertfikasi produk hewan
- Pengendalian dan penanganan zoonosis serta penetapan zoonosis prioritas
c) Pelaksana Peraturan :
- Pemerintah Pusat
- Pemertintah Daerah
- Kementrian Perdagangan
- Balai Karantina
- Dokter hewan
- Pelaku usaha peternakan dan produk hewan

4. a) Produk Legislasi
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2000 Tentang Karantina Hewan
b) Inti yang Diangkat
- Mengatur tentang persyaratan karantina hewan
- mengawasi tindakan karantina hewan terhadap alat angkut, media pembawa,
pengiriman melalui pos, keadaan darurat, penolakan negara tujuan, barang yang
ditahan.
- Melaksanakan tindakan karantina khusus
- Mengatur dan menetapkan pungutan jasa karantina
- Menetapkan batas wilayah atau kawasan karantina hewan
- Mengatur penggolongan jenis hama penyakit hewan karantina dan media pembawa
- Menetapkan persyaratan instalasi karantina
- Peran serta masyarakat dan kerja sama antar negara
- Wewenang petugas dan sarana karantina
c) Pelaksana Peraturan
- Pemerintah Pusat
- Pemertintah Daerah
- Kementrian Perdagangan
- Balai Karantina
- Dokter hewan
- Pelaku usaha peternakan dan produk hewan

5. a) Produk Legislasi
Peraturan Presiden Nomor 30 Tahun 2011 Tentang Pengendalian Zoonosis
b) Inti yang Diangkat
- Mengatur tentang arah kebijakan, strategi, dan pelaksanaan pengendalian zoonosis
- Kelembagaan pengendalian zoonosis yang terdiri atas komisi nasional
pengendalian zoonosis, komisi provinsi pengendalian zoonosis, komisi
kabupaten/kota pengendalian zoonosis
- Mengatur tentang pembiayaan pelaksaan pengendalian zoonosis
- Mengatur tentang pemberhentian kelembagaan pengendalian zoonosis
c) Pelaksana Peraturan
- Pemerintah Pusat
- Kementerian Bidang Kesejahteraan Rakyat
- Dinas Daerah Provinsi
- Dinas Daerah Kabupaten/Kota
- Balai Karantina
- Dokter hewan

6. a) Produk Legislasi
Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) RI No. 61 Tahun 2015 Tentang Pemberantasan
Penyakit Hewan
b) Inti yang Diangkat
- Pemberantasan penyakit hewan adalah tindakan yang dilakukan untuk
menghilangkan munculnya kasus dan/atau agen penyakit hewan, dimana dokter
hewan memiliki kewenangan berdasarkan jangkauan tugas pelayanannya dalam
rangka penyelenggaraan Kesehatan Hewan.
- Otoritas veteriner berwenang melakukan komunikasi, informasi, edukasi, dan
pengawasan terhadapt pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan.
- Otoritas veteriner dapat memberikan rekomendasi status daerah tertular menjadi
terbebas kepada menteri.
- Otoritas veteriner dapat melakukan pengisolasian, pemusnahan, depopulasi, dan
penguburan pada peternakan atas rekomendasi dokter hewan.
c) Pelaksana Peraturan
- Otoritas Veteriner kementerian
- Otoritas Veteriner provinsi
- Otoritas Veteriner kabupaten/kota
- Perusahaan Peternakan yang tidak melakukan tindakan pembatasan lalu lintas
Hewan rentan, produk hewan, dan media pembawa Penyakit Hewan lainnya yang
berisiko tinggi sanksi pencabutan izin usaha di bidang peternakan.

7. a) Produk Legislasi
Peraturan Menteri Pertanian RI No. 14 Tahun 2017 Tentang Klasifikasi Obat Hewan
b) Inti yang Diangkat
- Obat hewan berdasarkan tingkat bahaya dalam pemakaiannya diklasifikasikan
menjadi obat keras, obat bebas terbatas, dan obat bebas.
- Pemakaian obat keras wajib dilakukan oleh dokter hewan atau tenaga kesehatan
hewan di bawah pengawasan dokter hewan yang diberikan secara parenteral.
- Pemakaian obat bebas terbatas hanya dapat diperoleh dengan resep dokter hewan.
- Pemakaian obat bebas digunakan untuk hewan secara bebas tanpa resep dokter
hewan.
c) Peraturan Pelaksanaan
- Obat hewan berdasarkan tingkat bahaya dalam pemakaiannya diklasifikasikan
menjadi obat keras, obat bebas terbatas, dan obat bebas.
- Pemakaian obat keras wajib dilakukan oleh dokter hewan atau tenaga kesehatan
hewan di bawah pengawasan dokter hewan yang diberikan secara parenteral.
- Pemakaian obat bebas terbatas hanya dapat diperoleh dengan resep dokter hewan.
- Pemakaian obat bebas digunakan untuk hewan secara bebas tanpa resep dokter
hewan.

8. a) Produks Legislasi
Peraturan Menteri Pertanian RI No. 42 Tahun 2015 Tentang Pemasukan Sapi Bakalan, Sapi
Indukan, Dan Sapi Siap Potong Ke Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia
b) Inti yang Diangkat
Dokter hewan berwenang memberikan bukti sertifikat kesehatan hewan (health certificate)
sebagai pemenuhan persyaratan kesehatan hewan (health requirement) dan sertifikat asal
ternak (certificate of origin) yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang di negara asal.
c) Pelaksana Peraturan
- Pemerintah Pusat
- Kementerian bidang peternakan dan kesehatan hewan
- Pemertintah Daerah
- Dokter hewan
- Importir

9. a) Produk Legislasi
Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 08 Tahun 2019 Tentang Pejabat
Otoritas Veteriner Dan Dokter Hewan Berwenang
b) Inti yang Diangkat
- ketentuan otoritas veteriner
- tugas otoritas veteriner (menyiapkan rumusan dan melaksanakan kebijakan dalam
penyelenggaraan Kesehatan Hewan) dan wewenang otoritas veteriner (mengambil
keputusan tertinggi yang bersifat teknis Kesehatan Hewan)
- kelembagaan otoritas veteriner yang terdiri atas Otoritas Veteriner nasional,
Otoritas Veteriner kementerian, Otoritas Veteriner provinsi, dan Otoritas Veteriner
kabupaten/kota
- pengangkatan dan pemberhentian pejabat Otoritas Veteriner
- dokter hewan berwenang (mengambil keputusan teknis berdasarkan jangkauan
tugas pelayanannya dalam penyelenggaraan Kesehatan Hewan)
- penetapan dokter hewan berwenang
- pencabutan dokter hewan berwenang
c) Pelaksanaan Peraturan
- Pemerintah pusat
- Kementerian bidang peternakan dan kesehatan hewan
- Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan
- Kepala Badan Karantina Pertanian
- Dinas Daerah Provinsi
- Dinas Daerah Kabupaten/Kota
- Dokter hewan

Dokter hewan berwenang diangkat dan ditetapkan apabila telah memenuhi syarat
merupakan Dokter Hewan berstatus pegawai negeri sipil; dan b. bertugas dalam
penyelenggaraan Kesehatan Hewan paling singkat 2 (dua) tahun. Dokter hewan berwenang
dicabut apabila mutasi atau alih tugas jabatan dari bidang penyelenggaraan Kesehatan
Hewan; b. berhenti atau diberhentikan sebagai pegawai negeri sipil; dan/atau c. melakukan
tindak pidana yang ancaman pidananya 5 (lima) tahun atau lebih. Pejabat otoritas veteriner
diangkat dan ditetapkan apabila telah ditetapkan sebagai dokter hewan berwenang,
memiliki keahlian dan pengalaman di bidang Kesehatan Hewan, Kesehatan Masyarakat
Veteriner, atau Karantina Hewan, menduduki jabatan tertentu di bidang Kesehatan Hewan,
Kesehatan Masyarakat Veteriner, atau Karantina Hewan. Pemberhentian pejabat otoritas
veteriner dilakukan apabila mutasi atau alih tugas jabatan dari bidang penyelenggaraan
Kesehatan Hewan; dan/atau b. dicabut sebagai Dokter Hewan Berwenang.

10. a) Produk Legislasi


Peraturan Menteri Pertanian Republic Indonesia No. 3 Tahun 2019 Tentang Pelayanan Jasa
Medik Veteriner
b) Inti yang Diangkat
- ketentuan mengenai jasa medik veteriner
- ketentuan mengenai perizinan pelayanan jasa medik veteriner
- ketentuan mengenai jenis pelayanan jasa medik veteriner
- ketentuan mengenai pelaksana dan pelaksanaan pelayanan jasa medik veteriner
- ketentuan mengenai tempat pelayanan jasa medik veteriner
- ketentuan mengenai izin praktik tenaga medik veteriner, tenaga paramedic
veteriner, dan sarjana kedokteran hewan
- ketentuan mengenai izin unit pelayanan kesehatan hewan
- ketentuan mengenai sivet
- ketentuan mengenai penugasan pelayanan jasa medik veteriner
- ketentuan mengenai pembinaan, pengawasan, sanksi administrative, ketentuan
peralihan
c) Pelaksana Peraturan
- dokter hewan
- dokter hewan spesialis
- tenaga kesehatan hewan
- tenaga medik veteriner
- tenaga paramedik veteriner

11. a) Produk Legislasi


Peraturan Menteri Pertanian Nomor 64 Tahun 2007 Tentang Pedoman Pelayanan Pusat
Kesehatan Hewan
b) Inti yang Diangkat
- Ketentuan kedudukan, tugas dan fungsi Puskeswan
- Ketentuan organisasi dan tata kerja Puskeswan
- Ketentuan pembentukan Puskeswan dan Kriteria penetapan lokasi
- Ketentuan sumberdaya manusia dan sarana Puskeswan
- Ketentuan Kegiatan pelayanan Puskeswan
- Ketentuan pembinaan dan pelaporan kepada instansi terkait di suatu daerah
- Ketentuan pembiayaan dan jasa pelayanan
c) Pelaksana Peraturan
- Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat
- Menteri Dalam Negeri
- Menteri Kesehatan
- Menteri Keuangan
- Gubernur provinsi seluruh Indonesia
- Bupati/walikota seluruh Indonesia
- Kepala Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan/atau kesehatan hewan
provinsi seluruh Indonesia
- Kepala Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan/atau kesehatan hewan
kabupaten/kota seluruh Indonesia.
- Tenaga medic kesehatan hewan (dokter hewan )
- Tenaga Paramedik kesehatan Hewan

12. a) Produk Legislasi


Peraturan Menteri Pertanian Nomor:381/Kpts/OT.140/10/2005 tentang Pedoman
Sertifikasi Kontrol Veteriner Unit Usaha Pangan Asal Hewan.
b) Inti yang Diangkat
- Melaksanakan pengawasan hygiene-sanitasi oleh pengawas kesmavet untuk
menjamin keamanan dan mutu suatu bahan pangan untuk mewujudkan pangan
asal hewan yang aman, sehat, utuh dan halal.
- Setiap pelaku usaha asal hewan harus mempunyai NKV dengan memenuhi
persyaratan admistrasi yang sudah ditetapkan.
- Mengatur tentang tata cara penulisan nomor (stampel & label) yang sudah
tercantum dalam NKV.
- Mengatur tentang perpanjangan dan pencabutan NKV.
- Memberikan pembinaan terhadap pelaku usaha bahan pangan asal hewan.
c) Pelaksana Peraturan
- Dinas Provinsi
- Dinas Kabupaten
- Pengawas Kesmavet
- Dokter Hewan
- Auditor NKV
- Pelaku usaha peternakan dan produk hewan
13. a) Produk Legislasi
Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor: 35/Permentan/Ot.140/7/2011
Tentang Pengendalian Ternak Ruminansia Betina Produktif
b) Inti yang Diangkat
- Pengendalian ternak ruminansia betina produktif
- Pengidentifikasian status reproduksi
- Penyeleksian ternak ruminansia betina produktif dinyatakan dengan surat
ketervngan dari dokter hewan
- Dokter hewan wajib memberi surat keterangan mengenai penjaringan ternak
ruminansia betina produktif
- Pembiayaan pengendalian ternak ruminansia betina produktif
- Pembinaan dan pengawasan pelaksanaan kegiatan pengendalian ternak ruminansia
betina produkti
c) Pelaksana Peraturan
- Dokter hewan
- Peternak
- Pemerintah daerah
- pemerintah provinsi
- pemerintah daerah kabupaten/kota
Ternak ruminansia betina produktif dilarang untuk dipotong kecuali untuk
keperluan penelitian, pemuliaan, dan/atau pengendalian dan penanggulangan penyakit
hewan. (2) Pelanggaran terhadap pemotongan ternak ruminansia betina produktif
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan sanksi administratif atau sanksi pidana
sesuai Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan

14. a) Produk Legislasi


Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 10 Tahun 2017 Tentang Pengelolaan Sapi Bali
b) Inti yang Diangkat
- Ketentuan mengenai pengelolaan sapi bali
- Ketentuan mengenai pelestarian sapi bali
- Ketentuan mengenai Penjaringan Jantan/Betina Produktif Unggul
- Ketentuan mengenai pengendalian penyakit sapi bali
- Ketentuan mengenai pemanfaatan sapi bali
- Ketentuan mengenai pemuliabiakan sapi bali
- Ketentuan mengenai pembudidayaan sapi bali
- Ketentuan mengenai pasca panen sapi bali
- Ketentuan mengenai pemotongan dan pengeluaran ke Daerah/Provinsi lain
- Ketentuan mengenai pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
Kengelolaan Sapi Bali
- Ketentuan mengenai peran serta masyarakat dalam pengelolaan sapi bali
- Ketentuan mengenai Pendanaan pelaksanaan pengelolaan Sapi Bali
- Ketentuan mengenai larangan, sanksi administratif, ketentuan penyidikan dan
Ketentuan pidana
c) Pelaksana Peraturan
- Gubernur bali
- Pemerintah provinsi bali
- Dokter hewan
- Petugas teknis kesehatan hewan
- Instansi Teknis Provinsi dan Instansi Teknis Kabupaten/Kota
- Perusahaan daerah serta perusahaan swasta
- Badan Usaha dan Lembaga yang melakukan pemotongan Sapi Bali
- Masyarakat

Setiap orang, badan usaha, lembaga atau dokter hewan yang melanggar ketentuan
akan mendapatkan sanksi administratif berupa teguran tertulis; penghentian sementara
kegiatan; penutupan lokasi; pembatalan izin; pencabutan izin; dan/ denda administratif.
Dokter hewan yang berwenang sebagaimana wajib menolak pemotongan sapi bali yang
tidak sesuai persyaratan dan melaporkan kepada instansi teknis Kabupaten/Kota.

Anda mungkin juga menyukai