Disusun Oleh :
Wa Ode Lutfian CA417111224
Oktaviana Purba CA417111085
Dea Amelia CA417111535
Dosen :
Dr. Ir. A. H. Rahadian, M.Si
Kami berharap makalah ini, dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
berguna bagi proses pembelajaran. Penyusunan makalah ini masih ada
kekurangan, kelemahan, dan juga keterbatasan. oleh karena itu kami selaku
penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat disampaikan oleh para
pembaca dalam penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca dan
khususnya kepada penulis sendiri. Amiin
Penulis
Page | 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……...………………………………………………..…....2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………....3
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….....…..4
A. Permasalahan........................................................................................14
B. Pembahasan………………………………………………………….14
4.1 Kesimpulan………………………………………………………….23
4.2 Saran…………………………………………………………………23
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………...….25
Page | 3
BAB I
PENDAHULUAN
Page | 4
mampu diterapkan secara konsisten di setiap sektor kepemerintahan yang pada
akhirnya menjadi salah satu penyebab lemahnya birokrasi dan menjadi pemicu
munculnya berbagai penyimpangan-penyimpangan dalam pengelolaan keuangan
dan administrasi negara di Indonesia. Era reformasi telah memberi harapan baru
dalam implementasi akuntabilitas di Indonesia. Apalagi kondisi tersebut didukung
oleh banyaknya tuntutan negara-negara pemberi donor dan hibah yang menekan
pemerintah Indonesia untuk membenahi sistem birokrasi agar terwujudnya
good governance.
Page | 5
Dalam rangka penerapan konsep akuntabilitas dalam sistem administrasi
negara dalam praktek penyelenggaraan pemerintahan negara, maka konsep
akuntabilitas memliki peranan sangat penting, dimana konsep akuntabilitas dapat
memperjelas posisi dan peran SANKRI karena akuntabilitas merupakan salah satu
bentuk kewajiban yang harus dilakukan oleh organisasi publik atau pemerintah
atau pejabat pemerintahan sebagai suatu pertanggungjawaban setelah
melaksanakan tugas-tugasnya.
Page | 6
BAB II
KAJIAN TEORITIK
Page | 7
1) Akuntabilitas hukum dan peraturan, yaitu akuntabilitas yang terkait dengan
jaminan adanya kepatuhan terhadap hukum dan peraturan lain yang
diisyaratkan dalam penggunaan sumber dana publik. Untuk menjamin
dijalankannya jenis akuntabilitas ini perlu dilakukan audit kepatuhan.
2) Akuntabilitas proses, yaitu akuntabilitas yang terkait dengan prosedur yang
digunakan dalam melaksanakan tugas apakah sudah cukup baik. Jenis
akuntabilitas ini dapat diwujudkan melalui pemberian pelayanan yang cepat,
responsif, dan murah biaya.
3) Akuntabilitas program, yaitu : akuntabilitas yang terkait dengan
perimbangan apakah tujuan yang ditetapkan dapat dicapai dengan baik, atau
apakah pemerintah daerah telah mempertimbangkan alternatif program yang
dapat memberikan hasil optimal dengan biaya yang minimal.
4) Akuntabilitas kebijakan, yaitu akuntabilitas yang terkait dengan
pertanggungjawaban pemerintah daerah dalam terhadap DPRD sebagai
legislatif dan masyarakat luas. Ini artinya, perlu adanya transparansi
kebijakan sehingga masyarakat dapat melakukan penilaian dan pengawasan
serta terlibat dalam pengambilan keputusan.
Page | 8
2.4 Dimensi akuntabilitas
2. Akuntabilitas manajerial
3. Akuntabilitas program
4. Akuntabilitas kebijakan
Page | 9
5. Akuntabilitas financial
Pada stuktur organisasi sektor swasta dan publik saat ini akuntabilitas
tidak melihat kepada input ataupun autput melainkan kepada outcome.
Hasil yang diharapkan dari akuntabilitas adalah perilaku aparat pemerintah
yang bertanggung jawab, adil dan inovatif. Dalam konteks ini, setiap
individu/kelompok/institusi dituntut untuk bertanggung jawab dalam
menjalankan tugas dan kewajibannya, serta selalu bertindak dan berupaya
untuk memberikan kontribusi untuk mencapai hasil yang maksimal
Page | 10
3. Akuntabilitas memerlukan pelaporan
1. Rencana Strategis
Page | 11
tersebut. Hal tersebut adalah dasar dari semua perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi kegiatan suatu organisasi. Manfaat
dari Rencana Stratejik antara lain membantu kesepakatan sekitar tujuan,
sasaran dan prioritas suatu organisasi; menyediakan dasar alokasi sumber
daya dan perencanaan operasional; menentukan ukuran untuk mengawasi
hasil; dan membantu untuk mengevaluasi kinerja organisasi.
2. Rencana Kinerja
3. Kesepakatan Kinerja
4. Laporan Akuntabilitas
5. Penilaian Sendiri
Page | 12
6. Penilaian Kinerja
7. Kendali Manajemen
Page | 13
BAB III
PEMBAHASAN
A. PERMASALAHAN
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka pokok permasalahan yang
diangkat adalah :
1. Bagaimana pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Publik dalam rangka
SANKRI?
2. Hambatan apa saja mempengaruhi Sistem Akuntabilitas Publik dalam
rangka SANKRI?
3. Apa upaya untuk meningkatkan Sistem Akuntabilitas Publik dalam rangka
SANKRI?
B. PEMBAHASAN
Akuntabilitas merupakan kata kunci dari sistem tersebut yang dapat diartikan
sebagai perwujudan dari kewajiban seseorang atau instansi pemerintah untuk
mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya dan pelaksanaan kebijakan
yang dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan melalui media pertanggungjawaban dan berupa laporan akuntabilitas
yang disusun secara periodik.
Page | 14
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah atau disingkat dengan
SAKIP tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang mana didalamnya menyebutkan
SAKIP merupakan rangkaian sistematik dari berbagai aktivitas, alat dan prosedur
yang dirancang untuk tujuan penetapan dan pengukuran, pengumpulan data,
pengklarifikasian, pengikhtisaran, dan pelaporan kinerja pada instansi pemerintah,
dalam rangka pertanggungjawaban dan peningkatan kinerja instansi pemerintah.
1. Rencana Strategis
Page | 15
2. Perjanjian Kinerja
3. pengukuran kinerja
4. Pengelolaan Kinerja
5. Pelaporan Kinerja
Page | 16
dialokasikan. Laporan kinerja tersebut terdiri dari Laporan Kinerja Interim dan
Laporan Kinerja Tahunan. Laporan Kinerja Tahunan paling tidak memuat
perencanaan strategis, pencapaian sasaran strategis instansi pemerintah, realisasi
pencapaian sasaran strategis dan penjelasan yang memadai atas pencapaian
kinerja. Penjelasan lebih lanjut dapat dibaca di Penyusunan Laporan Kinerja
Instansi Pemerintah.
Prinsip-Prinsip Akutabilitas
1) Harus ada komitmen dari pimpinan dan seluruh staf instansi untuk melakukan
pengelolaan pelaksanaan misi agar akuntabel.
2) Harus merupakan suatu sistem yang dapat menjamin penggunaan sumber-
sumber daya secara konsisten dengan peraturan perundangundangan yang
berlaku.
3) Harus dapat menunjukkan tingkat pencapaian tujuan dan sasaran yang
ditetapkan.
4) Harus berorientasi pada pencapaian visi dan misi serta hasil dan manfaat yang
diperoleh, harus jujur, objektif, transparan dan inovatif sebagai katalisator
perubahan manajemen dalam bentuk pemutakhiran metode dan teknik
pengukuran kinerja dan penyusunan laporan akuntabilitas (LAN dan BPKP,
Page | 17
Modul I, 2000: 43. Menciptakan Lingkungan Kerja yang Akuntabel sangat
diperlukan karena dapat membantu dan mengontrol para pekerja, makanya
lingkungan kerja yang baik dan akuntabel bisa mengubah pola dan sikap
perilaku para pekerja, untuk menciptakan lingkugan kerja yang akuntabel
diperlukan cara berikut:
1. Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah dimana pimpinan
memainkan peranan yang penting dalam menciptakan lingkungannya.
Pimpinan mempromosikanlingkungan yang akuntabel dapat dilakukan
dengan memberikan contoh pada orang lain (lead by example), adanya
komitmen yang tinggi dalam melakukan pekerjaan sehingga memberikan
efek positif bagi pihak lain untuk berkomitmen pula, terhindarnya dari
aspek-aspek yang dapat menggagalkan kinerja yang baik yaitu hambatan
politis maupun keterbatasan sumber daya, sehinggadengan adanya saran
dan penilaian yang adil dan bijaksana dapat dijadikan sebagai solusi.
2. Transparansi
Tujuan dari adanya transparansi adalah
a) Mendorong komunikasi yang lebih besar dan kerjasama antara
kelompok internal dan eksternal;
b) Memberikan perlindungan terhadap pengaruh yang tidak seharusnya
dan korupsi dalam pengambilan keputusan;
c) Meningkatkan akuntabilitas dalam keputusan-keputusan;
d) Meningkatkan kepercayaan dan keyakinan kepada pimpinan secara
keseluruhan.
3. Integritas
Dengan adanya integritas menjadikan suatu kewajiban untuk menjunjung
tinggi dan mematuhi semua hukum yang berlaku, Undang-undang,
kontrak, kebijakan, dan peraturan yang berlaku. Dengan adanya integritas
institusi, dapat memberikan kepercayaan dan keyakinan kepada publik
dan/atau stakeholders.
Page | 18
4. Tanggungjawab (Responsibilitas)
Responsibilitas institusi dan responsibilitas perseorangan memberikan
kewajiban bagi setiap individu dan lembaga, bahwa ada suatu konsekuensi
dari setiap tindakan yang telah dilakukan, karena adanya tuntutan untuk
bertanggungjawab atas keputusan yang telah dibuat. Responsibilitas
terbagi dalam responsibilitas perorangan dan responsibilitas institusi.
a) Responsibiltas Perseorangan:
Adanya pengakuan terhadap tindakan yang telah diputuskan dan
tindakan yang telah dilakukan
Adanya pengakuan terhadap etika dalam pengambilan
keputusan
Adanya keterlibatan konstituen yang tepat dalam keputusan
b) Responsibilitas Institusi:
Adanya perlindungan terhadap publik dan sumber daya
Adanya pertimbangan kebaikan yang lebih besar dalam
pengambilan keputusan
Adanya penempatan PNS dan individu yang lebih baik sesuai
dengan kompetensinya
Adanya kepastian kebijakan dan prosedur yang ditetapkan dan
fungsinya untuk melindungi sumber daya organisasi.
5. Keadilan
Keadilan adalah landasan utama dari akuntabilitas. Keadilan harus
dipelihara dan dipromosikan oleh pimpinan pada lingkungan
organisasinya. Oleh sebab itu, ketidakadilan harus dihindari karena dapat
menghancurkan kepercayaan dan kredibilitas organisasi yang
mengakibatkan kinerja akan menjadi tidak optimal.
6. Kepercayaan
Rasa keadilan akan membawa pada sebuah kepercayaan. Kepercayaan ini
yang akan melahirkan akuntabilitas. Dengan kata lain, lingkungan
akuntabilitas tidak akan lahir dari hal-hal yang tidak dapat dipercaya.
Page | 19
7. Keseimbangan
Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan kerja, maka diperlukan
adanya keseimbangan antara akuntabilitas dan
kewenangan, serta harapan dan kapasitas. Setiap individu yang ada di
lingkungan kerja harus dapat menggunakan kewenangannya untuk
meningkatkan kinerja. Adanya peningkatan kerja juga memerlukan adanya
perubahan kewenangan sesuai kebutuhan yang dibutuhkan. Selain itu,
adanya harapan dalam mewujudkan kinerja yang baik juga harus disertai
dengan keseimbangan kapasitas sumber daya dan keahlian (skill) yang
dimiliki.
8. Kejelasan
Kejelasan juga merupakan salah satu elemen untuk menciptakan dan
mempertahankan akuntabilitas. Agar individu atau kelompok dalam
melaksanakan wewenang dan tanggung jawabnya, mereka harus memiliki
gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi tujuan dan hasil yang
diharapkan. Dengan demikian, fokus utama untuk kejelasan adalah
mengetahui kewenangan, peran dan tanggungjawab, misi organisasi,
kinerja yang diharapkan organisasi, dan sistem pelaporan kinerja baik
individu maupun organisasi.
9. Konsistensi
Konsistensi menjamin stabilitas. Penerapan yang tidak konsisten dari
sebuah kebijakan, prosedur, sumber daya akan memih liki konsekuensi
terhadap tercapainya lingkungan kerja yang tidak akuntabel, akibat
melemahnya komitmen dan kredibilitas anggota organisasi.
Page | 20
2. Rendahnya imbalan gaji yang diterima oleh para pegawai cenderung
mendorong para pegawai untuk mencari penghasilan di luar pekerjaannya
dengan cara-cara yang kurang baik. Kondisi ini disebut sebagai Poor Standard
of Living.
3. Rendahnya moralitas para pejabat juga menghambat terlaksananya proses
akuntabilitas ini. Rendahnya moral ini bisa disebabkan oleh sikap hidup yang
materialistis dan konsumerisme para pejabat. Dengan moralitas yang rendah
ini mereka menjadi tidak mampu untuk menentukan mana yang baik dan mana
yang buruk. Mereka menganggap biasa hal-hal seperti korupsi, sogok-
menyogok dan memihak dengan merugikan orang lain. Kondisi semacam ini
disebut sebagai General Decline in the moral values.
4. Pengabaian terhadap hak-hak publik dan mengutamakan kepentingan pribadi.
5. Mengutamakan kepentingan kelompok
6. Adanya sentalisasi kewenangan menjadikan pejabat negara menjadi sulit
dikontrol
7. Buruknya sistem akuntansi
8. Kurangnya keinginan untuk memperkuat akuntabilitas dari semua pihak, baik
pejabat sendiri, masyarakat maupun sistem yang buruk.
Page | 21
4. LAKIP tidak hanya menampilkan capaian kegiatan namun juga analisa
kendala dan strategi upaya perbaikan
5. Peningkatan kapasitas SDM dalam bidang akuntabilitas dan manajemen
kinerja (saat ini sedang dirancang Diklat Perencanaan dan Penganggaran
sebagai alat untuk peningkatan kualitas AKIP di berbagai lingkungan)
Meski masih menghadapi beberapa kendala dalam penerapannya.
Page | 22
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Akuntabilitas merupakan kata kunci dari sistem tersebut yang
dapat diartikan sebagai perwujudan dari kewajiban seseorang atau instansi
pemerintah untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya
dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan melalui media
pertanggungjawaban dan berupa laporan akuntabilitas yang disusun secara
periodik. Pemerintahan dan sistem manajemen merupakan agenda penting
dalam reformasi birokrasi yang sedang dijalankan oleh pemerintah saat ini.
Sistem manajemen pemerintahan diharapkan berfokus pada peningkatan
akuntabilitas serta sekaligus peningkatan kinerja yang berorientasi pada
hasil (outcome). Maka pemerintah telah menetapkan kebijakan untuk
penerapan sistem pertanggungjawaban yang jelas dan teratur dan efektif
yang disebut dengan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(SAKIP).
B. SARAN
Kadangkala akuntabilitas pelayanan hanya diukur dengan
bagaimana pelayanan itu dapat berjalan sesuai dengan prosedur dan
standar yang telah ditetapkan SOP pelayanan, dan hanya terfocus kepada
akuntabilitas internal di dalam organisasi namun tidak berlanjut ke luar
dengan kata lain bahwa birokrasi di indonesia hanya terpaku kepada
standar dan prosedur yang berlaku yang bersifat kaku dan prosedural yang
tidak mendorong lahirnya kreativitas dalam memberikan pelayanan
dimana kebutuhan dan perkembangan akan pelayanan yang diinginkan
masyarakat tidak teraplikasikan dengan baik sehingga terjadi kekurangan
dimana didalam penyelenggaran pelayanan publik, pemerintah hanya
menerapkan norma atau nilai standar pelayanan secara sepihak
Page | 23
berdasarkan prosedural dan petunjuk pelaksanaan yang bersifat kaku yang
membuat komitmen aparat birokrasi lemah untuk mewujudkan
akuntabilitas kepada masyarakat yang dilayaninya. Sehingga diperlukan
standar operasional prosedural pelayanan yang responsif dan aspiratif
terhadap kebutuhan masyarakat sesuai dengan norma dan standar yang
sesuai didalam masyarakat sehingga tidak terfocus kepada standar baku
yang ada.
Page | 24
Daftar Pustaka
http://www.bppk.depkeu.go.id/id/berita-magelang/10995-strategi-
pengembangan-sistem-akuntabilitas-kinerja-instansilembaga-pada-kementerian-
keuangan
http://pemerintah.net/sistem-akuntabilitas-kinerja-instansi-pemerintah/
https://nawarsyarif.blogspot.com/2015/10/makalah-akuntabilitas.html
http://jeyecorner.blogspot.com/2011/05/makalah-tentang-akuntabilitas-
publik.html
http://sharingilmupajak.blogspot.com/2013/11/pengertian-dan-ruang-lingkup-
akuntansi.html
http://mollo-mutis.blogspot.com/2012/11/akuntabilitas-sebagai.html
https://www.kajianpustaka.com/2012/12/teori-akuntabilitas.html
http://sankripedia.stialanmakassar.web.id/index.php/Sistem_Administrasi_Nega
ra_Kesatuan_Republik_Indonesia
http://pemerintah.net/sistem-akuntabilitas-kinerja-instansi-pemerintah/
Page | 25