Anda di halaman 1dari 25

SISTEM AKUNTABILITAS PUBLIK

DALAM RANGKA SANKRI

Disusun Oleh :
Wa Ode Lutfian CA417111224
Oktaviana Purba CA417111085
Dea Amelia CA417111535

Dosen :
Dr. Ir. A. H. Rahadian, M.Si

SISTEM ADMINISTRASI NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA


(SANKRI)

INSTITUT ILMU SOSIAL DAN MANAJMEN STIAMI


2018/2019
KATA PENGATAR

Assalamualaikum wr. wb.

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puja dan puji syukur bagi Allah SWT


yang telah memberikan limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga pembuatan
makalah yang berjudul “SISTEM AKUNTABILITAS PUBLIK DALAM
RANGKA SANKRI”, dapat terselesaikan sebagaimana diinginkan. Tak lupa
Shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya,
dan pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.
Makalah ini bertujuan untuk memenui salah satu tugas mata kuliah Sistem
Administrasi Negara Indonesia, dan kami mencoba untuk memaparkan apa yang
telah kami tulis kedalam sebuah makalah ini.

Kami berharap makalah ini, dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
berguna bagi proses pembelajaran. Penyusunan makalah ini masih ada
kekurangan, kelemahan, dan juga keterbatasan. oleh karena itu kami selaku
penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat disampaikan oleh para
pembaca dalam penyempurnaan makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca dan
khususnya kepada penulis sendiri. Amiin

Wassalamu ‘alaikum wr. Wb

Jakarta, 23 Oktober 2018

Penulis

Page | 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……...………………………………………………..…....2

DAFTAR ISI……………………………………………………………………....3

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….....…..4

1.1 Latar Belakang.……………………………………………….…….....4


1.2 Ruang Lingkup……………………….……………………….............5
1.3 Manfaat Tulisan……………………………..……………….………..6

BAB II KAJIAN TEORITIK……………………………………………………..7

2.1 Pengertian akuntabilitas……………………..........................…….….7


2.2 Jenis-jenis Akuntabilitas…………...……............................................7
2.3 Tingkatan Akuntabilitas…………………............................................8
2.4 Dimensi akuntabilitas……………………............................................9
2.5 Aspek-Aspek Akuntabilitas................................................................10
2.6 Alat-alat Akuntabilitas........................................................................11

BAB III PEMBAHASAN......................................................................................14

A. Permasalahan........................................................................................14
B. Pembahasan………………………………………………………….14

BAB IV. PENUTUP………………………………………………………..……23

4.1 Kesimpulan………………………………………………………….23
4.2 Saran…………………………………………………………………23

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………...….25

Page | 3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Upaya pembangunan administrasi negara yang pada hakekatnya


merupakan penyempurnaan sistem dan proses dalam penyelenggaraan kebijakan
negara, bertujuan untuk meningkatkan kapasitas administrasi negara, untuk
mendukung kelancaran penyelenggaraan pemerintahan negara. Melalui
pengkajian dan penelitian dilaksanakan pula pengembangan keilmuan
administrasi negara disesuaikan dengan perkembangan lingkungan stratejik dan
nilai-nilai yang terkandung dalam peraturan perundangan yang berlaku. Dinamika
perubahan kebijakan negara yang termuat dalam berbagai bentuk dan tingkatan
peraturan perundangan, akan berimplikasi pada sistem administrasi negara di
Indonesia. Perubahan tersebut perlu terus dipantau dan didokumentasikan secara
sistematis dan terintegrasi dalam sebuah dokumen kebijakan sebagai acuan bagi
Penyelenggara Negara, baik di tingkat Pusat maupun Daerah, yang tugasnya
berkaitan dengan penyelenggaraan dan pengembangan Sistem Administrasi
Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) khususnya dalam Sistem
Akuntabilitas.

Dimana Akuntabilitas mempunyai arti pertanggung jawaban yang


merupakan salah satu ciri dari terapan”Good Governance” atau pengelolaan
pemerintahan yang baik dimana pemikiran tersebut bersumber bahwa pengelolaan
administrasi publik merupakan issue utama dalam pencapaian menuju ”clean
government” (pemerintahan yang bersih). Konsep akuntabilitas di Indonesia
memang bukan merupakan hal yang baru. Hampir seluruh instansi dan lembaga-
lembaga pemerintah menekankan konsep akuntabilitas ini khususnya dalam
menjalankan fungsi administratif kepemerintahan.

Fenomena ini merupakan imbas dari tuntutan masyarakat yang mulai


digemborkan kembali pada awal era reformasi di tahun 1998. Tuntutan
masyarakat ini muncul karena pada masa orde baru konsep akuntabilitas tidak

Page | 4
mampu diterapkan secara konsisten di setiap sektor kepemerintahan yang pada
akhirnya menjadi salah satu penyebab lemahnya birokrasi dan menjadi pemicu
munculnya berbagai penyimpangan-penyimpangan dalam pengelolaan keuangan
dan administrasi negara di Indonesia. Era reformasi telah memberi harapan baru
dalam implementasi akuntabilitas di Indonesia. Apalagi kondisi tersebut didukung
oleh banyaknya tuntutan negara-negara pemberi donor dan hibah yang menekan
pemerintah Indonesia untuk membenahi sistem birokrasi agar terwujudnya
good governance.

Implementasi akuntabilitas di Indonesia pada prinsipnya telah


dilaksanakan secara bertahap dalam lingkungan pemerintahan. Dukungan
peraturan-peraturan yang berhubungan langsung dengan keharusan pernerapan
akuntabilitas di setiap instansi pemerintah menunjukan keseriusan pemerintah
dalam upaya melakukan reformasi birokrasi. Namun demikian, masih terdapat
beberapa hambatan dalam implementasi akuntabilitas seperti; masih rendahnya
kesejahteraan pegawai, faktor budaya, dan lemahnya penerapan hukum di
Indonesia.

1.2 RUANG LINGKUP PENULISAN


Dalam rangka penyelenggaraan dan pengembangan administrasi negara
sebagai sistem yang dipraktekkan dalam penyelenggaraan negara, secara
substantif tidak dapat mengesampingkan hal-hal yang bersifat konseptual tentang
makna dan hakekat administrasi negara sebagai disiplin dan sistem yang
dipraktekkan di manca negara dengan berbagai sudut pandang yang melahirkan
paradigma tentang administrasi negara itu sendiri.

Mengingat dalam realita lembaga eksekutif (Pemerintah) lebih banyak


berperan dalam pelaksanaan kegiatan pemerintahan, maka secara silih berganti
SANKRI disebut juga sebagai Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara,
yang dalam praktek tidak dapat mengesampingkan tata hubungannya dengan
kewenangan Lembaga Negara sebagaimana dimaksud UUD 1945.

Page | 5
Dalam rangka penerapan konsep akuntabilitas dalam sistem administrasi
negara dalam praktek penyelenggaraan pemerintahan negara, maka konsep
akuntabilitas memliki peranan sangat penting, dimana konsep akuntabilitas dapat
memperjelas posisi dan peran SANKRI karena akuntabilitas merupakan salah satu
bentuk kewajiban yang harus dilakukan oleh organisasi publik atau pemerintah
atau pejabat pemerintahan sebagai suatu pertanggungjawaban setelah
melaksanakan tugas-tugasnya.

1.3 TUJUAN dan MANFAAT PENULISAN


Adapun tujuan dan manfaat penulisan adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Sistem Akuntabilitas Publik dalam rangka SANKRI
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Sistem
Akuntabilitas Publik dalam rangka SANKRI
3. Untuk menjelaskan bagaimanakah realitas pelaksanaan Sistem
Akuntabilitas Publik dalam rangka SANKRI
4. Untuk menjelaskan bagaimana dampak Sistem Akuntabilitas Publik
dalam rangka SANKRI

Page | 6
BAB II

KAJIAN TEORITIK

2.1 Pengertian akuntabilitas

Akuntabilitas adalah kemampuan memberi jawaban kepada otoritas yang


lebih tinggi atas tindakan seseorang/sekelompok orang terhadap masyarakat luas
dalam suatu organisasi (Syahrudin Rasul, 2002:8).

Sedangkan menurut UNDP, akuntabilitas adalah evaluasi terhadap proses


pelaksanaan kegiatan/kinerja organisasi untuk dapat dipertanggungjawabkan serta
sebagai umpan balik bagi pimpinan organisasi untuk dapat lebih meningkatkan
kinerja organisasi pada masa yang akan datang.

Akuntabilitas merupakan konsep yang komplek yang lebih sulit


mewujudkannya dari pada memberantas korupsi. Akuntabilitas adalah keharusan
lembaga-lembaga sektor publik untuk lebih menekan pada pertanggungjawaban
horizontal (masyarakat) bukan hanya pertanggungjawaban vertikal (otoritas yang
lebih tinggi). (Turner and Hulme, 1997).

Akuntabilitas adalah pertanggungjawaban dari seseorang atau sekelompok


orang yang diberi amanat untuk menjalankan tugas tertentu kepada pihak pemberi
amanat baik secara vertikal maupun secara horizontal.

2.2 Jenis Akuntabilitas


Akuntabilitas dapat hidup dan berkembang dalam lingkungan dan suasana
yang transparan dan demokratis serta adanya kebebasan dalam mengemukakan
pendapat. Makna pentinngnya akuntabilitas sebagai unsur utama good governance
antara lain tercermin dari berbagai kategori akuntabilitas.
Sheila Elwood dalam Mardiasno mengemukakan ada empat jenis akuntabilitas,
yaitu:

Page | 7
1) Akuntabilitas hukum dan peraturan, yaitu akuntabilitas yang terkait dengan
jaminan adanya kepatuhan terhadap hukum dan peraturan lain yang
diisyaratkan dalam penggunaan sumber dana publik. Untuk menjamin
dijalankannya jenis akuntabilitas ini perlu dilakukan audit kepatuhan.
2) Akuntabilitas proses, yaitu akuntabilitas yang terkait dengan prosedur yang
digunakan dalam melaksanakan tugas apakah sudah cukup baik. Jenis
akuntabilitas ini dapat diwujudkan melalui pemberian pelayanan yang cepat,
responsif, dan murah biaya.
3) Akuntabilitas program, yaitu : akuntabilitas yang terkait dengan
perimbangan apakah tujuan yang ditetapkan dapat dicapai dengan baik, atau
apakah pemerintah daerah telah mempertimbangkan alternatif program yang
dapat memberikan hasil optimal dengan biaya yang minimal.
4) Akuntabilitas kebijakan, yaitu akuntabilitas yang terkait dengan
pertanggungjawaban pemerintah daerah dalam terhadap DPRD sebagai
legislatif dan masyarakat luas. Ini artinya, perlu adanya transparansi
kebijakan sehingga masyarakat dapat melakukan penilaian dan pengawasan
serta terlibat dalam pengambilan keputusan.

2.3 Tingkatan Akuntabilitas

Tingkatan akuntabilitas menurut majalah Akuntansi:

1. Akuntabilitas Personal. Akuntabilitas berkaitan dengan diri sendiri.


2. Akuntabilitas Individu. Akuntabilitas yang berkaitan dengan suatu
pelaksanaan.
3. Akuntabilitas Tim. Akuntabilitas yang dibagi dalam kerja kelompok atau
tim.
4. Akuntabilitas Organisasi. Akuntabilitas Internal dan Eksternal didalam
organisasi.
5. Akuntabilitas Stakeholders. Akuntabilitas yang terpisah antara stakeholders
dan organisasi.

Page | 8
2.4 Dimensi akuntabilitas

Dimensi akuntabilitas ada 5, yaitu (Syahrudin Rasul, 2002:11):

1. Akuntabilitas hukum dan kejujuran (accuntability for probity and


legality)

Akuntabilitas hukum terkait dengan dilakukannya kepatuhan terhadap


hukum dan peraturan lain yang disyaratkan dalam organisasi, sedangkan
akuntabilitas kejujuran terkait dengan penghindaran penyalahgunaan
jabatan, korupsi dan kolusi. Akuntabilitas hukum menjamin ditegakkannya
supremasi hukum, sedangkan akuntabilitas kejujuran menjamin adanya
praktik organisasi yang sehat.

2. Akuntabilitas manajerial

Akuntabilitas manajerial yang dapat juga diartikan sebagai akuntabilitas


kinerja (performance accountability) adalah pertanggungjawaban untuk
melakukan pengelolaan organisasi secara efektif dan efisien.

3. Akuntabilitas program

Akuntabilitas program juga berarti bahwa programprogram organisasi


hendaknya merupakan program yang bermutu dan mendukung strategi
dalam pencapaian visi, misi dan tujuan organisasi. Lembaga publik harus
mempertanggungjawabkan program yang telah dibuat sampai pada
pelaksanaan program.

4. Akuntabilitas kebijakan

Lembaga-lembaga publik hendaknya dapat mempertanggungjawabkan


kebijakan yang telah ditetapkan dengan mempertimbangkan dampak dimasa
depan. Dalam membuat kebijakan harus dipertimbangkan apa tujuan
kebijakan tersebut, mengapa kebijakan itu dilakukan.

Page | 9
5. Akuntabilitas financial

Akuntabilitas ini merupakan pertanggungjawaban lembaga lembaga publik


untuk menggunakan dana publik (public money) secara ekonomis, efisien
dan efektif, tidak ada pemborosan dan kebocoran dana, serta korupsi.
Akuntabilitas financial ini sangat penting karena menjadi sorotan utama
masyarakat. Akuntabilitas ini mengharuskan lembaga-lembaga publikuntuk
membuat laporan keuangan untuk menggambarkan kinerja financial
organisasi kepada pihak luar.

2.5 Aspek-Aspek Akuntabilitas

1. Akuntabitas adalah sebuah hubungan

Akuntabilitas adalah komunikasi dua arah sebagaimana yang diterangkan


oleh Auditor General Of British Columbia yaitu merupakan sebuah kontrak
antara dua pihak. Dimana kedua pihak bertanggung jawab memberikan
arahan yang memadai, bimbingan, dan mengalokasikan sumber daya sesuai
dengan tugas dan fungsinya. Dilain sisi, individu/kelompok/institusi
bertanggung jawab untuk memenuhi semua kewajibannya.

2. Akuntabilitas Berorientasi Hasil

Pada stuktur organisasi sektor swasta dan publik saat ini akuntabilitas
tidak melihat kepada input ataupun autput melainkan kepada outcome.
Hasil yang diharapkan dari akuntabilitas adalah perilaku aparat pemerintah
yang bertanggung jawab, adil dan inovatif. Dalam konteks ini, setiap
individu/kelompok/institusi dituntut untuk bertanggung jawab dalam
menjalankan tugas dan kewajibannya, serta selalu bertindak dan berupaya
untuk memberikan kontribusi untuk mencapai hasil yang maksimal

Page | 10
3. Akuntabilitas memerlukan pelaporan

Pelaporan adalah tulang punggung dari akuntabilitas. Laporan kinerja


adalah perwujudan dari akuntabilitas. Dengan memberikan laporan kinerja
berarti mampu menjelaskan terhadap tindakan dan hasil yang telah dicapai
oleh individu/kelompok/institusi, serta mampu memberikan bukti nyata dari
hasil dan proses yang telah dilakukan. Dalam dunia birokrasi, bentuk
akuntabilitas setiap individu

4. Akuntabilitas itu tidak ada artinya tanpa konsekuensi

Kata kunci yang digunakan dalam mendiskusikan dan mendefinisikan


akuntabilitas adalah tanggung jawab. Tanggung jawab itu mengindikasikan
kewajiban dan kewajiban datang bersama konsekuensi. Konsekuensi
tersebut dapat berupa penghargaan atau sanksi.

5. Akuntabilitas meningkatkan kinerja

akuntabilitas dimaknai sebagai sebuah hubungan dan proses yang


direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sejak awal,
penempatan sumber daya yang tepat, dan evaluasi kinerja. Dalam hal ini
proses setiap individu/kelompok/institusi akan diminta pertanggungjawaban
secara aktif yang terlibat dalam proses evaluasi dan berfokus peningkatan
kinerja. Tujuan dari akuntabilitas adalah untuk meningkatkan kinerja, bukan
untuk mencari kesalahan dan memberikan hukuman.

2.6 Alat-alat Akuntabilitas

1. Rencana Strategis

Rencana strategis adalah suatu proses yang membantu organisasi untuk


memikirkan tentang sasaran yang harus diterapkan untuk memenuhi misi
mereka dan arah apa yang harus dikerjakan untuk mencapai sasaran

Page | 11
tersebut. Hal tersebut adalah dasar dari semua perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi kegiatan suatu organisasi. Manfaat
dari Rencana Stratejik antara lain membantu kesepakatan sekitar tujuan,
sasaran dan prioritas suatu organisasi; menyediakan dasar alokasi sumber
daya dan perencanaan operasional; menentukan ukuran untuk mengawasi
hasil; dan membantu untuk mengevaluasi kinerja organisasi.

2. Rencana Kinerja

Rencana kinerja menekankan komitmen organisasi untuk mencapai hasil


tertentu sesuai dengan tujuan, sasaran, dan strategi dari rencana strategis
organisasi untuk permintaan sumber daya yang dianggarkan.

3. Kesepakatan Kinerja

Kesepakatan kinerja didesain, dalam hubungannya antara dengan yang


melaksanakan pekerjaan untuk menyediakan sebuah proses untuk mengukur
kinerja dan bersamaan dengan itu membangun akuntabilitas.

4. Laporan Akuntabilitas

Dipublikasikan tahunan, laporan akuntabilitas termasuk program dan


informasi keuangan, seperti laporan keuangan yang telah diaudit dan
indikator kinerja yang merefleksikan kinerja dalam hubungannya dengan
pencapaian tujuan utama organisasi.

5. Penilaian Sendiri

Adalah proses berjalan dimana organisasi memonitor kinerjanya dan


mengevaluasi kemampuannya mencapai tujuan kinerja, ukuran capaian
kinerjanya dan tahapan-tahapan, serta mengendalikan dan meningkatkan
proses itu.

Page | 12
6. Penilaian Kinerja

Adalah proses berjalan untuk merencanakan dan memonitor kinerja.


Penilaian ini membandingkan kinerja aktual selama periode review tertentu
dengan kinerja yang direncanakan. Dari hasil perbandingan tersebut,
terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan, perubahan atas kinerja yang
diterapkan dan arah masa depan bisa direncanakan.

7. Kendali Manajemen

Akuntabilitas manajemen adalah harapan bahwa para manajer akan


bertanggungjawab atas kualitas dan ketepatan waktu kinerja, meningkatkan
produktivitas, mengendalikan biaya dan menekan berbagai aspek negatif
kegiatan, dan menjamin bahwa program diatur dengan integritas dan sesuai
peraturan yang berlaku.

Page | 13
BAB III

PEMBAHASAN

A. PERMASALAHAN
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka pokok permasalahan yang
diangkat adalah :
1. Bagaimana pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Publik dalam rangka
SANKRI?
2. Hambatan apa saja mempengaruhi Sistem Akuntabilitas Publik dalam
rangka SANKRI?
3. Apa upaya untuk meningkatkan Sistem Akuntabilitas Publik dalam rangka
SANKRI?

B. PEMBAHASAN

Sistem Akuntabilitas Kinerja Intansi Pemerintahan (SAKIP)

Pemerintahan dan sistem manajemen merupakan agenda penting dalam


reformasi birokrasi yang sedang dijalankan oleh pemerintah saat ini. Sistem
manajemen pemerintahan diharapkan berfokus pada peningkatan akuntabilitas
serta sekaligus peningkatan kinerja yang berorientasi pada hasil (outcome). Maka
pemerintah telah menetapkan kebijakan untuk penerapan sistem
pertanggungjawaban yang jelas dan teratur dan efektif yang disebut dengan
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP).

Akuntabilitas merupakan kata kunci dari sistem tersebut yang dapat diartikan
sebagai perwujudan dari kewajiban seseorang atau instansi pemerintah untuk
mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya dan pelaksanaan kebijakan
yang dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan melalui media pertanggungjawaban dan berupa laporan akuntabilitas
yang disusun secara periodik.

Page | 14
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah atau disingkat dengan
SAKIP tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang mana didalamnya menyebutkan
SAKIP merupakan rangkaian sistematik dari berbagai aktivitas, alat dan prosedur
yang dirancang untuk tujuan penetapan dan pengukuran, pengumpulan data,
pengklarifikasian, pengikhtisaran, dan pelaporan kinerja pada instansi pemerintah,
dalam rangka pertanggungjawaban dan peningkatan kinerja instansi pemerintah.

Tujuan Sistem SAKIP adalah untuk mendorong terciptanya akuntabilitas


kinerja instansi pemerintah sebagai salah satu prasyarat untuk terciptanya
pemerintah yang baik dan terpercaya. Sedangkan sasaran dari
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah adalah:

1. Menjadikan instansi pemerintah yang akuntabel sehingga dapat beroperasi


secara efisien, efektif dan responsif terhadap aspirasi masyarakat dan
lingkungannya.
2. Terwujudnya transparansi instansi pemerintah.
3. Terwujudnya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan
nasional.
4. Terpeliharanya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.

Penyelenggaraan SAKIP ini dilaksanakan untuk menghasilkan sebuah laporan


kinerja yang berkualitas serta selaras dan sesuai dengan tahapan-tahapan meliputi;

1. Rencana Strategis

Rencana strategis merupakan dokumen perencanaan instansi pemerintah


dalam periode 5 (lima) tahunan. Rencana strategis ini menjadi dokemen
perencanaan untuk arah pelaksanaan program dan kegiatan dan menjadi landasan
dalam penyelenggaraan SAKIP. Penjelasan lebih lanjut mengenai rencana
strategis akan ditulis pada posting selanjutnya.

Page | 15
2. Perjanjian Kinerja

Perjanjian kinerja adalah lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari


pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah
untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja.
Perjanjian kinerja selain berisi mengenai perjanjian penugasan/pemberian
amanah, juga terdapat sasaran strategis, indikator kinerja dan target yang
diperjanjikan untuk dilaksanakan dalam 1 (satu) tahun serta memuat rencana
anggaran untuk program dan kegiatan yang mendukung pecapaian sasaran
strategis. Penjelasan lebih lanjut dapat dibaca di Penyusunan Perjanjian Kinerja.

3. pengukuran kinerja

Pengukuran kinerja merupakan langkah untuk membandingkan realisasi


kinerja dengan sasaran (target) kinerja yang dicantumkan dalam lembar/dokumen
perjanjian kinerja dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD tahun berjalan.
Pengukuran kinerja dilakukan oleh penerima tugas atau penerima amanah pada
seluruh instansi pemerintah. Penjelasan lebih lanjut mengenai pengukuran akan
ditulis pada posting selanjutnya.

4. Pengelolaan Kinerja

Pengelolaan kinerja merupakan proses pencatatan/registrasi,


penatausahaan dan penyimpanan data kinerja serta melaporkan data kinerja.
Pengelolaan data kinerja mempertimbangkan kebutuhan instansi
pemerintah sebagai kebutuhan manajerial, data/laporan keuangan yang
dihasilkan dari sistem akuntansi dan statistik pemerintah. Penjelasan lebih lanjut
mengenai pengelolaan kinerja akan ditulis pada posting selanjutnya.

5. Pelaporan Kinerja

Pelaporan kinerja adalah proses menyusun dan menyajikan laporan kinerja


atas prestasi kerja yang dicapai berdasarkan Penggunaan Anggaran yang telah

Page | 16
dialokasikan. Laporan kinerja tersebut terdiri dari Laporan Kinerja Interim dan
Laporan Kinerja Tahunan. Laporan Kinerja Tahunan paling tidak memuat
perencanaan strategis, pencapaian sasaran strategis instansi pemerintah, realisasi
pencapaian sasaran strategis dan penjelasan yang memadai atas pencapaian
kinerja. Penjelasan lebih lanjut dapat dibaca di Penyusunan Laporan Kinerja
Instansi Pemerintah.

6. Reviu dan Evaluasi Kinerja

Reviu merupakan langkah dalam rangka untuk meyakinkan keandalan


informasi yang disajikan sebelum disampaikan kepada pimpinan. Reviu tersebut
dilaksanakan oleh Aparat pengawasan intern pemerintah dan hasil reviu berupa
surat pernyataan telah direviu yang ditandatangani oleh Aparat pengawasan intern
pemerintah. Sedangkan evalusi kinerja merupakan evaluasi dalam rangka
implementasi SAKIP di instansi pemerintah.

Prinsip-Prinsip Akutabilitas

Dalam pelaksanaan akuntabilitas publik perlu memperhatikan prinsip-


prinsip berikut

1) Harus ada komitmen dari pimpinan dan seluruh staf instansi untuk melakukan
pengelolaan pelaksanaan misi agar akuntabel.
2) Harus merupakan suatu sistem yang dapat menjamin penggunaan sumber-
sumber daya secara konsisten dengan peraturan perundangundangan yang
berlaku.
3) Harus dapat menunjukkan tingkat pencapaian tujuan dan sasaran yang
ditetapkan.
4) Harus berorientasi pada pencapaian visi dan misi serta hasil dan manfaat yang
diperoleh, harus jujur, objektif, transparan dan inovatif sebagai katalisator
perubahan manajemen dalam bentuk pemutakhiran metode dan teknik
pengukuran kinerja dan penyusunan laporan akuntabilitas (LAN dan BPKP,

Page | 17
Modul I, 2000: 43. Menciptakan Lingkungan Kerja yang Akuntabel sangat
diperlukan karena dapat membantu dan mengontrol para pekerja, makanya
lingkungan kerja yang baik dan akuntabel bisa mengubah pola dan sikap
perilaku para pekerja, untuk menciptakan lingkugan kerja yang akuntabel
diperlukan cara berikut:
1. Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah dimana pimpinan
memainkan peranan yang penting dalam menciptakan lingkungannya.
Pimpinan mempromosikanlingkungan yang akuntabel dapat dilakukan
dengan memberikan contoh pada orang lain (lead by example), adanya
komitmen yang tinggi dalam melakukan pekerjaan sehingga memberikan
efek positif bagi pihak lain untuk berkomitmen pula, terhindarnya dari
aspek-aspek yang dapat menggagalkan kinerja yang baik yaitu hambatan
politis maupun keterbatasan sumber daya, sehinggadengan adanya saran
dan penilaian yang adil dan bijaksana dapat dijadikan sebagai solusi.
2. Transparansi
Tujuan dari adanya transparansi adalah
a) Mendorong komunikasi yang lebih besar dan kerjasama antara
kelompok internal dan eksternal;
b) Memberikan perlindungan terhadap pengaruh yang tidak seharusnya
dan korupsi dalam pengambilan keputusan;
c) Meningkatkan akuntabilitas dalam keputusan-keputusan;
d) Meningkatkan kepercayaan dan keyakinan kepada pimpinan secara
keseluruhan.
3. Integritas
Dengan adanya integritas menjadikan suatu kewajiban untuk menjunjung
tinggi dan mematuhi semua hukum yang berlaku, Undang-undang,
kontrak, kebijakan, dan peraturan yang berlaku. Dengan adanya integritas
institusi, dapat memberikan kepercayaan dan keyakinan kepada publik
dan/atau stakeholders.

Page | 18
4. Tanggungjawab (Responsibilitas)
Responsibilitas institusi dan responsibilitas perseorangan memberikan
kewajiban bagi setiap individu dan lembaga, bahwa ada suatu konsekuensi
dari setiap tindakan yang telah dilakukan, karena adanya tuntutan untuk
bertanggungjawab atas keputusan yang telah dibuat. Responsibilitas
terbagi dalam responsibilitas perorangan dan responsibilitas institusi.
a) Responsibiltas Perseorangan:
 Adanya pengakuan terhadap tindakan yang telah diputuskan dan
tindakan yang telah dilakukan
 Adanya pengakuan terhadap etika dalam pengambilan
keputusan
 Adanya keterlibatan konstituen yang tepat dalam keputusan
b) Responsibilitas Institusi:
 Adanya perlindungan terhadap publik dan sumber daya
 Adanya pertimbangan kebaikan yang lebih besar dalam
pengambilan keputusan
 Adanya penempatan PNS dan individu yang lebih baik sesuai
dengan kompetensinya
 Adanya kepastian kebijakan dan prosedur yang ditetapkan dan
fungsinya untuk melindungi sumber daya organisasi.
5. Keadilan
Keadilan adalah landasan utama dari akuntabilitas. Keadilan harus
dipelihara dan dipromosikan oleh pimpinan pada lingkungan
organisasinya. Oleh sebab itu, ketidakadilan harus dihindari karena dapat
menghancurkan kepercayaan dan kredibilitas organisasi yang
mengakibatkan kinerja akan menjadi tidak optimal.
6. Kepercayaan
Rasa keadilan akan membawa pada sebuah kepercayaan. Kepercayaan ini
yang akan melahirkan akuntabilitas. Dengan kata lain, lingkungan
akuntabilitas tidak akan lahir dari hal-hal yang tidak dapat dipercaya.

Page | 19
7. Keseimbangan
Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan kerja, maka diperlukan
adanya keseimbangan antara akuntabilitas dan
kewenangan, serta harapan dan kapasitas. Setiap individu yang ada di
lingkungan kerja harus dapat menggunakan kewenangannya untuk
meningkatkan kinerja. Adanya peningkatan kerja juga memerlukan adanya
perubahan kewenangan sesuai kebutuhan yang dibutuhkan. Selain itu,
adanya harapan dalam mewujudkan kinerja yang baik juga harus disertai
dengan keseimbangan kapasitas sumber daya dan keahlian (skill) yang
dimiliki.
8. Kejelasan
Kejelasan juga merupakan salah satu elemen untuk menciptakan dan
mempertahankan akuntabilitas. Agar individu atau kelompok dalam
melaksanakan wewenang dan tanggung jawabnya, mereka harus memiliki
gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi tujuan dan hasil yang
diharapkan. Dengan demikian, fokus utama untuk kejelasan adalah
mengetahui kewenangan, peran dan tanggungjawab, misi organisasi,
kinerja yang diharapkan organisasi, dan sistem pelaporan kinerja baik
individu maupun organisasi.
9. Konsistensi
Konsistensi menjamin stabilitas. Penerapan yang tidak konsisten dari
sebuah kebijakan, prosedur, sumber daya akan memih liki konsekuensi
terhadap tercapainya lingkungan kerja yang tidak akuntabel, akibat
melemahnya komitmen dan kredibilitas anggota organisasi.

Hambatan dalam Pelaksanaan Akuntablitas Publik


1. Masyarakat tidak mendukung dan peduli terhadap hak-hak publiknya dan
memberikan toleransi yang tinggi pada kurangnya akuntabilitas pejabat atau
sering disebut low literacy percentage. Sikap ini meliputi malpraktek,
nepotisme, korupsi, sogok menyogok.

Page | 20
2. Rendahnya imbalan gaji yang diterima oleh para pegawai cenderung
mendorong para pegawai untuk mencari penghasilan di luar pekerjaannya
dengan cara-cara yang kurang baik. Kondisi ini disebut sebagai Poor Standard
of Living.
3. Rendahnya moralitas para pejabat juga menghambat terlaksananya proses
akuntabilitas ini. Rendahnya moral ini bisa disebabkan oleh sikap hidup yang
materialistis dan konsumerisme para pejabat. Dengan moralitas yang rendah
ini mereka menjadi tidak mampu untuk menentukan mana yang baik dan mana
yang buruk. Mereka menganggap biasa hal-hal seperti korupsi, sogok-
menyogok dan memihak dengan merugikan orang lain. Kondisi semacam ini
disebut sebagai General Decline in the moral values.
4. Pengabaian terhadap hak-hak publik dan mengutamakan kepentingan pribadi.
5. Mengutamakan kepentingan kelompok
6. Adanya sentalisasi kewenangan menjadikan pejabat negara menjadi sulit
dikontrol
7. Buruknya sistem akuntansi
8. Kurangnya keinginan untuk memperkuat akuntabilitas dari semua pihak, baik
pejabat sendiri, masyarakat maupun sistem yang buruk.

Upaya peningkatan kualitas akuntabilitas publik

Meningkatkan integrasi manajemen kinerja yang dibangun.

1. Penyempurnaan kualitas dokumen perencanaan indikator kinerja


2. Meningkatkan kualitas evaluasi akuntabilitas kinerja dengan cara :
a. Monitoring pencapaian kinerja secara berkala
b. Penggunaan kontrak kinerja individu untuk mengukur capaian kinerja
masing-masing pegawai secara web base
c. Optimalisasi peran Inspektorat Jenderal dalam mengukur validitas
pencapaian target kinerja
d. Optimalisasi peran Pushaka dalam mengevaluasi capaian IKU dalam
Kontrak Kinerja

Page | 21
4. LAKIP tidak hanya menampilkan capaian kegiatan namun juga analisa
kendala dan strategi upaya perbaikan
5. Peningkatan kapasitas SDM dalam bidang akuntabilitas dan manajemen
kinerja (saat ini sedang dirancang Diklat Perencanaan dan Penganggaran
sebagai alat untuk peningkatan kualitas AKIP di berbagai lingkungan)
Meski masih menghadapi beberapa kendala dalam penerapannya.

Page | 22
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Akuntabilitas merupakan kata kunci dari sistem tersebut yang
dapat diartikan sebagai perwujudan dari kewajiban seseorang atau instansi
pemerintah untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya
dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan melalui media
pertanggungjawaban dan berupa laporan akuntabilitas yang disusun secara
periodik. Pemerintahan dan sistem manajemen merupakan agenda penting
dalam reformasi birokrasi yang sedang dijalankan oleh pemerintah saat ini.
Sistem manajemen pemerintahan diharapkan berfokus pada peningkatan
akuntabilitas serta sekaligus peningkatan kinerja yang berorientasi pada
hasil (outcome). Maka pemerintah telah menetapkan kebijakan untuk
penerapan sistem pertanggungjawaban yang jelas dan teratur dan efektif
yang disebut dengan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(SAKIP).

B. SARAN
Kadangkala akuntabilitas pelayanan hanya diukur dengan
bagaimana pelayanan itu dapat berjalan sesuai dengan prosedur dan
standar yang telah ditetapkan SOP pelayanan, dan hanya terfocus kepada
akuntabilitas internal di dalam organisasi namun tidak berlanjut ke luar
dengan kata lain bahwa birokrasi di indonesia hanya terpaku kepada
standar dan prosedur yang berlaku yang bersifat kaku dan prosedural yang
tidak mendorong lahirnya kreativitas dalam memberikan pelayanan
dimana kebutuhan dan perkembangan akan pelayanan yang diinginkan
masyarakat tidak teraplikasikan dengan baik sehingga terjadi kekurangan
dimana didalam penyelenggaran pelayanan publik, pemerintah hanya
menerapkan norma atau nilai standar pelayanan secara sepihak

Page | 23
berdasarkan prosedural dan petunjuk pelaksanaan yang bersifat kaku yang
membuat komitmen aparat birokrasi lemah untuk mewujudkan
akuntabilitas kepada masyarakat yang dilayaninya. Sehingga diperlukan
standar operasional prosedural pelayanan yang responsif dan aspiratif
terhadap kebutuhan masyarakat sesuai dengan norma dan standar yang
sesuai didalam masyarakat sehingga tidak terfocus kepada standar baku
yang ada.

Page | 24
Daftar Pustaka

http://www.bppk.depkeu.go.id/id/berita-magelang/10995-strategi-
pengembangan-sistem-akuntabilitas-kinerja-instansilembaga-pada-kementerian-
keuangan

http://pemerintah.net/sistem-akuntabilitas-kinerja-instansi-pemerintah/

https://nawarsyarif.blogspot.com/2015/10/makalah-akuntabilitas.html

http://jeyecorner.blogspot.com/2011/05/makalah-tentang-akuntabilitas-
publik.html

http://sharingilmupajak.blogspot.com/2013/11/pengertian-dan-ruang-lingkup-
akuntansi.html

http://mollo-mutis.blogspot.com/2012/11/akuntabilitas-sebagai.html

https://www.kajianpustaka.com/2012/12/teori-akuntabilitas.html

http://sankripedia.stialanmakassar.web.id/index.php/Sistem_Administrasi_Nega
ra_Kesatuan_Republik_Indonesia

http://pemerintah.net/sistem-akuntabilitas-kinerja-instansi-pemerintah/

Rasul, Syahrudin, 2003. Pengintegrasian Sistem Akuntabilitas Kinerja dan


Anggaran dalam Perspektif UU NO. 17/2003 Tentang Keuangan Negara. Jakarta:
PNRI

Turner, Mark and Hulme, David ,1997. Governance, Administrasi, and


Development: Making The State Work. London: MacMillan Press Ltd.

Page | 25

Anda mungkin juga menyukai