Disusun oleh :
Sapna Luthfiyana
P1337420617073
d. Pemeriksaan Penunjang
a) Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari kadar
pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.
b) Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
c) Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
d) Urinalisis / kultur urine
e) Pemeriksaan elektrolit
e. Penatalaksaan Medis
a) Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian cairan
perintavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi
hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang
biasa diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian
dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan
transfusi darah sesuai kebutuhan.
b) Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu
dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman
dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 10 jam pasca
operasi, berupa air putih dan air teh.
c) Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
1. Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi
2. Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini
mungkin setelah sadar
3. Dalam 1x 24 jam post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit
dan diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
4. Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah
duduk (semifowler)
5. Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar
duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada
hari ke-3 sampai hari ke 5 pasca operasi.
d) Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada
penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter
biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan
keadaan penderita.
e) Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan berdarah
harus dibuka dan diganti
f) Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan
darah, nadi,dan pernafasan.
g) Perawatan Payudara
Perawatan payudara dilakukan untuk membersihkan area payudara demi
kenyamanan pasien dan memperlancar produksi asi pada ibu.
II. WOC
III. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian fokus
a. Identitas klien dan penanggung jawab
Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agama, alamat, status
perkawinan, ruang rawat, nomor medical record, diagnosa medik, yang mengirim,
cara masuk, alasan masuk, keadaan umum tanda vital.
b. Keluhan utama
Apa yang dikeluhkan pasien saat pengkajian
c. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi kien multipara
d. Data Riwayat Penyakit
a) Riwayat kesehatan sekarang
Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan atau penyakit yang
dirasakan saat ini dan keluhan yang dirasakan setelah klien operasi.
b) Riwayat kesehatan dahulu
Meliputi penyakit lain yang dapat mempengaruhi penyakit sekarang,
maksudnya apakah klien pernah mengalami penyakit yang sama
e. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi penyakit yang diderita klien dan apakah keluarga klien ada juga
mempunyai riwayat persalinan yang sama.
2. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara
pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga kebersihan
tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya
b. Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari keinginan
untuk menyusui bayinya.
c. Pola aktifitas
Pada klien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, terbatas
pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah, pada klien
nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri
d. Pola eleminasi
Pada klien postpartum sering terjadi adanya perasaan sering / susah kencing
selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema, yang menimbulkan
infeksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena penderita takut untuk
melakukan BAB.
e. Istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena adanya
kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan
f. Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan orang
lain.
g. Pola mekanisme coping atau stres
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
h. Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka jahitan dan nyeri
perut akibat involusi uteri (pengecilan uteri oleh kontraksi uteri), pada pola
kognitif klien nifas primipara terjadi kurangnya pengetahuan merawat bayinya
i. Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih menjelang
persalinan dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep diri antara lain dan
body image dan ideal diri
j. Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau fungsi
dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas.
3. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kontribusi rambut, warna rambut,
ada atau tidak adanya edem, kadang-kadang terdapat adanya cloasma gravidarum,
dan apakah ada benjolan.
2) Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva, dan kadang-
kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses persalinan yang
mengalami perdarahan, sklera kuning.
3) Telinga
Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya, adakah
cairan yang keluar dari telinga.
4) Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-kadang ditemukan
pernapasan cuping hidung.
5) Leher
Pembesaran kelenjar limfe dan tiroid, adanya abstensi vena jugularis.
6) Dada dan payudara
Bentuk dada simetris, gerakan dada, bunyi jantung apakah ada bisisng usus atau
tiak ada. Terdapat adanya pembesaran payudara, adanya hiperpigmentasi areola
mamae dan papila mamae
7) Abdomen
Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri. Fundus
uteri 3 jari dibawa pusat.
8) Ginetelia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat
pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan
menandakan adanya kelainan letak anak.
9) Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur, adanya
hemoroid.
10) Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena membesarnya uterus,
karenan preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.
11) Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi cepat,
pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.
IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d luka post operasi (section caesarea)
2. Resiko infeksi b/d perdarahan, luka post operasi.
3. Resiko gangguan proses parenting b/d kurangnya pengetahuan tentang cara merawat
bayi.
4. Ketidakefektifan Pemberian ASI b/d kurangnya pengetahuan ibu tentang cara
menyusui yang benar.
V. INTERVENSI
A. Diagnosa I : Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi (section caesarea)
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama …x 24 jam diharapkan nyeri
dapat teratasi dengan kriteria hasil :
Klien mampu mengontrol nyeri
Klien mengatakan nyeri berkurang dan tidak merasa kesakitan
Klien merasa nyaman
INTERVENSI :
1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi (PQRST)
2) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3) Ajarkan tentang teknik non farmakologi
4) Tingkatkan istirahat
5) Latih mobilisasi miring kanan miring kiri jika kondisi klien mulai membaik
6) Kaji kontraksi uterus, proses involusi uteri.
7) Anjurkan dan latih pasien cara merawat payudara secara teratur.
8) Jelaskan pada ibu tetang teknik merawat luka perineum dan mengganti PAD
secara teratur setiap 3 kali sehari atau setiap kali lochea keluar banyak.
9) Kolaborasi dokter tentang pemberian analgesik.
B. Diagnosa II : Resiko infeksi b/d perdarahan, luka post operasi.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan tidak terjadi
infeksi, dengan kriteria :
Tidak ada tanda-tanda infeksi pada daerah luka SC
INTERVENSI
1) Bantu sesuai keperluan dengan mengangkat benang kulit.
2) Anjurkan klien untuk mandi air hangat setiap hari.
3) Berikan oxytoksin atau preparat ergometrium, beri infuse oksitoksin yang sering
dianjurkan secara rutin untuk 4 jam setelah prosedur pembedahan.
4) Berikan infus antibiotik profilaksis.
C. Diagnosa III : Resiko gangguan proses parenting b/d kurangnya pengetahuan tentang
cara merawat bayi.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ...x24 jam, pasien dapat merawat
bayinya dengan benar, dengan kriteria hasil :
Ibu dapat merawat bayi dengan mandiri
Terjalin trust antara ibu dan bayi
INTERVENSI :
1) Beri kesempatan ibu untuk melakuakn perawatan bayi secara mandiri.
2) Libatkan suami dalam perawatan bayi.
3) Latih ibu untuk perawatan payudara secara mandiri dan teratur.
4) Motivasi ibu untuk meningkatkan intake cairan dan diet TKTP.
5) Lakukan rawat gabung sesegera mungkin bila tidak terdapat komplikasi pada ibu
atau bayi.
D. Diagnosa IV : Ketidakefektifan Pemberian ASI b/d kurangnya pengetahuan ibu
tentang cara menyusui yang benar.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ...x24 jam, ASI dapat diberikan secara
efektif dengan kriteria hasil :
Bayi tercukupi kebutuhan ASInya
Ibu mampu menyusui dengan benar
INTERVENSI :
1) Evaluasi pola menghisap/menelan bayi
2) Evaluasi pemahanan ibu tentang isyarat menyusui dan bayi
3) Ajarkan kepada ibu teknik menyusui yang benar
4) Pantau keterampilan ibu dalam menempelkan bayi ke puting
5) Lakukan pijat oksitosin untuk memperlancar ASI
6) Libatkan keluarga untuk membantu dan memberikan dukungan pada ibu