Part II
No. 101 s/d 200
Office Address:
Jl Padang no 5, Manggarai, Setiabudi, Jakarta
Selatan
(Belakang Pasaraya Manggarai)
Phone Number : 021 8317064
Pin BB 2A8E2925
WA 081380385694
dr. Widya, dr. Eno, dr. Yolina
Medan : dr. Resthie, dr. Yusuf
Jl. Setiabudi No. 65 G, Medan
Phone Number : 061 8229229 dr. Reza
Pin BB : 24BF7CD2
www.optimaprep.com
101. Morbili/Rubeola/Campak A
• Pre-eruptive Stage
– Demam
– Catarrhal Symptoms – coryza, conjunctivitis
– Respiratory Symptoms – cough
• Eruptive Stage/Stage of Skin Rashes
– Exanthem sign
• Maculopapular Rashes – Muncul 2-7
hari setelah onset
• Demam tinggi yang menetap
• Anoreksia dan iritabilitas
• Diare, pruritis, letargi dan
limfadenopati oksipital
• Stage of Convalescence
– Rash – menghilang sama dengan urutan
munculnya (muka lalu ke tubuh bag bawah)
→ membekas kecoklatan
– Demam akan perlahan menghilang saat
erupsi di tangan dan kaki memudar
• Tindakan Pencegahan :
– Imunisasi Campak pada usia 9 bulan
– Mencegah terjadinya komplikasi berat
Morbili
• Paramyxovirus • Diagnosis:
• Kel yg rentan: – manifestasi klinis, tanda patognomonik
– Anak usia prasekolah yg blm divaksinasi bercak Koplik
– Anak usia sekolah yang gagal imunisasi – isolasi virus dari darah, urin, atau sekret
nasofaring
• Masa infeksius: 1-2 hari sblm – pemeriksaan serologis: titer antibodi 2
prodromal s.d. 4 hari setelah muncul minggu setelah timbulnya penyakit
ruam • Komplikasi
• Prodromal – Otitis Media
– Hari 7-11 setelah eksposure – Bronchopneumonia
– Demam, batuk, konjungtivitis,sekret – Encephalitis
hidung. (cough, coryza, conjunctivitis – Pericarditis
3C)
– Subacute sclerosing panencephalitis –
• Enanthem ruam kemerahan late sequellae due to persistent
• Koplik’s spots muncul 2 hari sebelum infection of the CNS
ruam dan bertahan selama 2 hari.
Penatalaksanaan
• Terapi suportif diberikan dengan menjaga cairan tubuh dan
mengganti cairan yang hilang dari diare dan emesis.
• Obat diberikan untuk gejala simptomatis, demam dengan
antipiretik.
• Jika terjadi infeksi bakteri sekunder, diberikan antibiotik.
• Suplementasi vitamin A diberikan pada:
– Bayi usia kurang dari 6 bulan 50.000 IU/hari PO diberi 2 dosis.
– Umur 6-11 bulan 100.000 IU/hari PO 2 dosis.
– Umur di atas 1 tahun 200.000 IU/hari PO 2 dosis.
– Anak dengan tanda defisiensi vitamin A, 2 dosis pertama sesuai
umur, dilanjutkan dosis ketiga sesuai umur yang diberikan 2-4
minggu kemudian.
C
102. Disentri Anak
Disentri basiler Disentri amoeba
• Diare mendadak yang disertai darah dan lendir • Diare disertai darah dan
dalam tinja. Pada disentri shigellosis, pada
permulaan sakit, bisa terdapat diare encer tanpa lendir dalam tinja.
darah dalam 6-24 jam pertama, dan setelah 12-72 • Frekuensi BAB
jam sesudah permulaan sakit, didapatkan darah umumnya lebih sedikit
dan lendir dalam tinja.
• Panas tinggi (39,5 - 40,0 C), kelihatan toksik.
daripada disentri
basiler (≤10x/hari)
• Muntah-muntah.
• Anoreksia. • Sakit perut hebat (kolik)
• Sakit kram di perut dan sakit di anus saat BAB. • Gejala konstitusional
• Kadang-kadang disertai dengan gejala menyerupai biasanya tidak ada
ensefalitis dan sepsis (kejang, sakit kepala, letargi, (panas hanya
kaku kuduk, halusinasi). ditemukan pada 1/3
• Disebabkan oleh: kasus).
– Shigella, penyebab disentri yang terpenting dan
tersering (± 60% kasus disentri yang dirujuk serta • disebabkan Entamoeba
hampir semua kasus disentri yang berat dan hystolitica, lebih sering
mengancam jiwa disebabkan oleh Shigella.
– Escherichia coli enteroinvasif (EIEC) pada anak usia > 5
– Salmonella tahun
– Campylobacter jejuni, terutama pada bayi
pengobatan
• Anak dengan disentri harus dicurigai menderita shigellosis dan mendapatkan
terapi yang
• Pilihan utama untuk Shigelosis (menurut anjuran WHO) : Kotrimoksazol
(trimetoprim 10mg/kbBB/hari dan sulfametoksazol 50mg/kgBB/hari) dibagi
dalam 2 dosis, selama 5 hari.
• Alternatif yang dapat diberikan : Ampisilin 100mg/kgBB/hari/4 dosis, Cefixime
8mg/kgBB/hari/2 dosis, Ceftriaxone 50mg/kgBB/hari, Asam nalidiksat
55mg/kgBB/hari/4 dosis.
• Perbaikan seharusnya tampak dalam 2 hari, misalnya panas turun, sakit dan
darah dalam tinja berkurang, frekuensi BAB berkurang, dll.
• Terapi antiamebik diberikan dengan indikasi :
– Ditemukan trofozoit Entamoeba hystolistica tinja.
– Tinja berdarah menetap setelah terapi dengan 2 antibiotika berturut-turut (masing-
masing diberikan untuk 2 hari), yang biasanya efektif untuk disentri basiler.
• Terapi yang dipilih sebagai antiamebik intestinal pada anak adalah
Metronidazol 30-50mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis selama 10 hari. Bila
disentri memang disebabkan oleh E. hystolistica, keadaan akan membaik dalam
2-3 hari terapi.
E
103. Diagnostic Criteria in Diabetic Ketoacidosis
http://www.drugs.com/pro/loperamide.html
Ileus paralitik
Penyebab ileus paralitik:
• Postoperative and bowel resection • Diare akut pada anak
• Intraperitoneal infection or
inflammation
TIDAK diberikan obat-
• Ischemia obatan antimotilitas
• Extra-abdominal: Chest infection,
Myocardia infarction seperti LOPERAMIDE
• Endocrine: hypothyroidism, diabetes
• Spinal and pelvic fractures
• LOPERAMIDE dapat
• Retro-peritoneal haematoma menyebabkan
• Metabolic abnormalities:
– Hypokalaemia konstipasi, distensi
– Hyponatremia
– Uraemia
abdomen, dan ileus
– Hypomagnesemia paralitik
• Bed ridden
• Drug induced: morphine, tricyclic
antidepressants
106. Developmental Milestone D
B
107. Diare
108.
D
HYPOTHALAMIC-
PITUITARY-THYROID
AXIS
Hipertiroid pada anak
Etiologi Hipertiroid PENYAKIT GRAVE’S:
caused by thyroid-stimulating
• GRAVES DISEASE : clasic triad of immunoglobulins (TSIs) of the immunoglobulin
G1 (IgG1) subclass antibodies ((a.k.a thyroid
of hyperthyroidism, receptor antibodies (TRAbs))
ophthalmopathy, and
dermopathy
• Toxic adenoma, toxic nodular goiter bind to the extracellular domain of the thyroid-
• McCune-Albright syndrome stimulating hormone (TSH) receptor and
• Subacute (viral) thyroiditis activate it
• Chronic lymphocytic thyroiditis (ie,
hashitoxicosis in its early stage)
• Bacterial thyroiditis
• Pituitary adenoma causing follicular growth and activation and
• Exogenous thyroid hormone release of thyroid hormones
• Iodine-induced hyperthyroidism (ie, Jod-
Basedow phenomenon)
• Human chorionic gonadotropin (hCG)–
secreting tumors
Hyperthyroidism Clinical symptoms &
Presentation
Grave’s Disease
COMMON SYMPTOMS CLINICAL PRESENTATION
• Hyperactivity, nervousness, and emotional • diffuse, nontender, symmetric
lability enlargement of the thyroid gland.
• Alterations in mental status • A thyroid bruit
• Deterioration of behavior and school
performance (previously the child did well) • tachycardia (82%) and wide pulse pressure
• Ophthalmopathy (50-80%) (50%) or hypertension. Signs of congestive
heart failure (CHF) are rare
• Exophthalmos (proptosis) (66%); Lid lag,
OTHER SYMPTOMS lid retraction, Conjunctival injection,
• Weight loss (50%) Chemosis, Periorbital edema,
• (increased appetite in 60%) Ophthalmoplegia, Optic atrophy
• Sweating (49%) • sweaty skin
• Hyperactivity (44%) • Tremor or muscle fasciculations (61%)
• Heat intolerance (33%) • Exaggerated deep-tendon reflexes
• Palpitations (30%) • Proximal muscle weakness
• Fatigue (16%) • Accelerated growth and early epiphyseal
• Diarrhea (13%) closure (over time)
• Insomnia
• Graves dermopathy, or localized
• Deterioration in handwriting myxedema, which is exceedingly rare in
• Menstrual irregularities children
• Muscle weakness
LABORATORY TREATMENT
• Patients with Graves disease • Thionamide:
– PTU 5-7 mg/kg/d, divided 3 times
have elevated levels of T4, daily
– (risk for severe liver injury and acute
fT4, T3 and low or liver failure)
undetectable levels of TSH. – PTU should not be used in pediatric
patients unless the patient is allergic
to or intolerant of methimazole
• Methimazole 0.4-0.7 mg/kg/d, with
a lower maintenance dose (one
third to one half the starting dose)
• Carbimazole
• In patients with marked cardiac
manifestations of hyperthyroidism,
a beta-blocker (propranolol 1x 80
mg/m2) is added
B
109. Tetanus Neonatorum
• Tetanus : Penyakit spastik paralitik akut akibat
toksin tetanus (tetanospasmin) yang dihasilkan
Clostridium tetani. Tanda utama : spasme tanpa
gangguan kesadaran
• Kejadian tetanus neonatorum sangat
berhubungan dengan aspek pelayanan kesehatan
neonatal, terutama pelayanan persalinan
(persalinan yang bersih dan aman), khususnya
perawatan tali pusat
• Komplikasi yang ditakutkan adalah spasme otot
diafragma
TETANUS
Diagnosis
• Tanda dan Gejala
– Riwayat persalinan yang kurang higienis, ditolong oleh tenaga nonmedis dan
perawatan tali pusat yang tidak higienis
– Bayi sadar, mengalami kekakuan (spasme) berulang bila terangsang atau
tersentuh
– Bayi malas minum
– Mulut mencucu (carper mouth)
– Trismus (mulut sulit dibuka)
– Perut teraba keras seperti papan
– Opistotonus
– Anggota gerak spastik (boxing position)
– Tali pusat kotor/berbau
• Pemeriksaan Penunjang
– Hanya dilakukan untuk membedakan dengan sepsis atau meningitis
– Pungsi lumbal
– Darah rutin, kultur, dan sensitivitas
Derajat penyakit tetanus menurut
modifikasi dari klasifikasi Ablett’s :
• I Mild: • III Severe:
– mild to moderate trismus; – severe trismus;
– general spasticity; – generalized spasticity;
– no respiratory embarrassment; – reflex prolonged spasms;
– no spasms; – increased respiratory rate greater
– little or no dysphagia. than 40;
• II Moderate: – apnoeic spells;
– moderate trismus; – severe dysphagia;
– well‐marked rigidity; – tachycardia greater than 120.
– mild to moderate but short • IV Very severe:
spasms; – grade III and violent autonomic
– moderate respiratory disturbances involving the
embarrassment with an increased cardiovascular system.
respiratory rate greater than 30; – Severe hypertension and
– mild dysphagia. tachycardia alternating with
relative hypotension and
bradycardia, either of which may
be persistent
http://bja.oxfordjournals.org/content/87/3/477/T1.expansion.html
Tatalaksana
• Diazepam 10 mg/kg/hari secara IV dalam 24 jam atau bolus IV setiap 3-6
jam (0,1-0,2 mg/kg per kali), maksimum 40 mg/kg/hari
• Human tetanus imunoglobulin 500 U IM atau Antitoksin Tetanus Serum
5000 U IM
• Metronidazol 30 mg/kg/hari dengan interval setiap 6 jam selama 7-10 hari
• Berikan pengobatan untuk infeksi lokal tali pusat
• Bila terjadi spasme berulang atau gagal napas, rujuk ke RS dengan NICU
• Langkah promotif/preventif :
– Pelaksanaan Pelayanan Neonatal Esensial, lakukan pemotongan tali pusat
secara steril
– Tidak mengoles atau menabur sesuatu yang tidak higienis pada tali pusat
– Bila sudah terjadi infeksi tali pusat, berikan pengobatan yang tepat dengan
antibiotik lokal dan sistemik jika diperlukan
A
110. Cyanotic Congenital HD
Cyanotic lesions with ↓ pulmonary blood flow must include both:
an obstruction to pulmonary blood flow & a shunt from R to L
Common lesions:
Tricuspid atresia, ToF, single ventricle with pulmonary stenosis
http://www.drugs.com/pro/loperamide.html
Kaolin Gastrointestinal adsorbent: adsorbs water, toxins and bacteria,
contributing to firmer stools, reducing fluid loss from diarrhea.
AAP, 2004
Panduan transfusi tukar
AAP, 2004
C
114. Diare
115-116. Derajat Serangan Asma 115. A
116. A
Derajat Penyakit Asma
Parameter klinis,
kebutuhan obat, Asma episodik jarang Asma episodik sering Asma persisten
dan faal paru
Frekuensi serangan < 1x /bulan > 1x /bulan Sering
Hampir sepanjang tahun
Lama serangan < 1 minggu 1 minggu tidak ada remisi
Diantara serangan Tanpa gejala Sering ada gejala Gejala siang dan malam
Clinicopathologic
Disease Antigen Involved Manifestations
Systemic lupus erythematosus DNA, nucleoproteins, others Nephritis, arthritis,
vasculitis
Polyarteritis nodosa Hepatitis B virus surface antigen (in some cases) Vasculitis
Serum sickness Various proteins, e.g., foreign serum (anti- Arthritis, vasculitis,
thymocyte globulin) nephritis
Penyakit T Cell-Mediated (Type IV) Hypersensitivity
Specificity of Pathogenic T Clinicopathologic
Disease Cells Manifestations
Type 1 diabetes Antigens of pancreatic islet β Insulitis (chronic
mellitus cells (insulin, glutamic inflammation in
acid decarboxylase, islets), destruction
others) of β cells;
diabetes
Multiple sclerosis Protein antigens in central Demyelination in CNS
nervous system myelin with perivascular
(myelin basic protein, inflammation;
proteolipid protein) paralysis, ocular
lesions
Rheumatoid arthritis Unknown antigen in joint Chronic arthritis with
synovium (type II inflammation,
collagen?); role of destruction of
antibodies? articular cartilage
and bone
Peripheral neuropathy; Protein antigens of peripheral Neuritis, paralysis
Guillain-Barré nerve myelin
syndrome?
C
118. Pertusis
• Batuk rejan (pertusis) adalah penyakit akibat
infeksi Bordetella pertussis dan Bordetella
parapertussis (basil gram -)
• Karakteristik : uncontrollable, violent coughing
which often makes it hard to breathe. After fits of
many coughs needs to take deep breathes which
result in a "whooping" sound.
• Anak yang menderita pertusis bersifat infeksius
selama 2 minggu sampai 3 bulan setelah
terjadinya penyakit
Pertusis
• Stadium:
– Stadium katarrhal: hidung tersumbat, rinorrhea,
demam subfebris. Sulit dibedakan dari infeksi
biasa. Penularan terjadi dalam stadium ini.
– Stadium paroksismal: batuk paroksismal yang
lama, bisa diikuti dengan whooping atau stadium
apnea. Bisa disertai muntah.
– Stadium konvalesens: batuk kronik hingga
beberapa minggu
Guinto-Ocampo H. Pediatric pertussis. http://emedicine.medscape.com/article/967268-
overview
Diagnosis dan Tatalaksana Pertusis
• Diagnosis :
– Curiga pertusis jika anak batuk berat lebih dari 2 minggu, terutama jika
penyakit diketahui terjadi lokal.
– Tanda diagnostik : Batuk paroksismal diikuti whoop saat inspirasi
disertai muntah, perdarahan subkonjungtiva, riwayat imunisasi (-),
bayi muda dapat mengalami henti napas sementara/sianosis
• Penatalaksanaan :
– Kasus ringan pada anak-anak umur ≥ 6 bulan dilakukan secara rawat
jalan
– < 6 bulan, dengan pneumonia, kejang, dehidrasi, gizi buruk, henti
napas, atau sianosis dirawat di RS
• Komplikasi : Pneumonia, Kejang, Gizi kurang, Perdarahan dan Hernia
• Beri imunisasi DPT pada pasien pertusis dan setiap anak dalam keluarga
• Pemeriksaan Imunologi
– Imunoglobulin: IgM dan IgG
– Lepromin Skin test
A
• Pengobatan sistemik
– Griseofulvin 500 mg sehari untuk dewasa, sedangkan anak-anak 10-25
mg/kgBB sehari.
– Lama pemberian griseofulvin pada tinea korporis adalah 3-4 minggu,
diberikan bila lesi luas atau bila dengan pengobatan topikal tidak ada
perbaikan.
– Ketokonazol 200 mg per hari selama 10 hari – 2 minggu pada pagi hari
setelah makan
C
130. Spesies Filariasis
Panjang: lebar kepala sama
Wuchereria bancroftii Inti teratur
Tidak terdapat inti di ekor
Perbandingan panjang:lebar
Brugia malayi kepala 2:1
Inti tidak teratur
Inti di ekor 2-5 buah
Perbandingan panjang:lebar
Brugia timori kepala 3:1
Inti tidak teratur
Inti di ekor 5-8 buah
A
131.
A
132. Oksiuriasis (Cacing Kremi)
• Nama lain: Enterobius
vermicularis
• Gejala
– Gatal di sekitar dubur
(terutama pada malam hari
pada saat cacing betina
meletakkan telurnya), gelisah
dan sukar tidur
– Pemeriksaan: perianal swab
dengan Scotch adhesive tape
A
133. Eritrasma
• Etiologi: Corynebacterium minutissimum
(coral red pada lampu Wood)
• Predileksi: pada daerah lipatan kulit
• Efloresensi: plak berwarna pink kemerahan
dengan skuama halus berubah menjadi
coklat dan bersisik
• Terapi: larutan klindamisin HCl, krim
eritromisin/ mikonazol
A
134. Pioderma
• Terapi:
• Antibiotika topikal:
• DOC: mupirocin (Bactroban), asam fusidat (Fucidin) dan retapamulin (Altargo)
2x/hari selama 7 hari
• Alternatif: salep/krim klindamisin, gentamisin
• Antibiotika oral:
• Sefalosforin, amoxiclav, cloxacillin, dicloxaxillin, alternatif: eritromisin, klindamisin
• DOC anak: Cephalexin
http://emedicine.medscape.com/article/965254-overview
A
135. Terapi Tinea
• Pengobatan Topikal
– Kombinasi asam salisilat (3-6%) dan asam benzoat (6-12%) dalam
bentuk salep ( Salep Whitfield). (asam salisilat 15% lanolin 15%
asam benzoate 15% Vaseline album ad 50 gr)
– Kombinasi asam salisilat dan sulfur presipitatum dalam bentuk salep
(salep 2-4, salep 3-10)
– Derivat azol : mikonazol 2%, klotrimasol 1%, ketokonazol 1-2% dll.
• Pengobatan sistemik
– Griseofulvin 500 mg sehari untuk dewasa, sedangkan anak-anak 10-25
mg/kgBB sehari.
– Lama pemberian griseofulvin pada tinea korporis adalah 3-4 minggu,
diberikan bila lesi luas atau bila dengan pengobatan topikal tidak ada
perbaikan.
– Ketokonazol 200 mg per hari selama 10 hari – 2 minggu pada pagi hari
setelah makan
D
136. Entamoeba Hystolitica
Morfologi Entamoeba histolytica memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoitnya
memiliki ciri-ciri morfologi :
– Ukuran 10 – 60 μm
– Sitoplasma bergranular dan mengandung eritrosit, yang merupakan penanda
penting untuk diagnosisnya
– Terdapat satu buah inti entamoeba, ditandai dengan karyosom padat yang
terletak di tengah inti, serta kromatin yang tersebar di pinggiran inti
– Bergerak progresif dengan alat gerak ektoplasma yang lebar, disebut
pseudopodia.
Terapi Entamoeba Hystolitica
• Metronidazole (DOC)
– Dewasa 2 gr / hari selama 3 hari dalam dosis
terbagi
• Emetin hidroklorida
– Dewasa: maks. 65 mg / hari
– Anak dibawah 8 tahun: 10 mg / hari
– Lama pengobatan: 4-6 hari
• Klorokuin
– Dewasa 1 gr/ hari selama 2 hari, kemudian 500
mg sehari selama 2-3 minggu
• Patofisiologi:
– Genetik: berkaitan dengan HLA
– Imunologik: diekspresikan oleh limfosit T, sel penyaji antigen dermal, dan
keratinosit
– Pencetus: stress, infeksi fokal, trauma, endokrin, gangguan metabolisme, obat,
alkohol, dan merokok
• Tata laksana:
– Topikal: preparat ter, kortikosteroid, ditranol, tazaroen, emolien, dll
– Sistemik: KS, sitostatik (metotreksat), levodopa, etretinat, dll
– PUVA (UVA + psoralen)
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
139. Sistiserkosis Jaringan A
• Diagnosis:
– Ekstirpasi benjolan histopatologi
– Radiologi: CT scan atau MRI
– Deteksi antibodi dengan ELISA,
Western Blot, uji hemaglutinasi, CIE
– Deteksi DNA dengan PCR
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
Gonorrhea
• Pemeriksaan:
– Sediaan langsung: diplokokus gram negatif
– Kultur: agar Thayer-Martin
• Pengobatan
Diagnosis Pilihan pengobatan
Uncomplicated gonococcal First line: Ceftriaxone (250 mg IM, single dose) or Cefixime
infection of the cervix, (400 mg PO, single dose)
urethra, pharynx, or rectum plus
Treatment for Chlamydia if chlamydial infection is not ruled
out: Azithromycin (1 g PO, single dose) or Doxycycline (100 mg
PO bid for 7 days)
Longo DL. Harrison’s principles of internal medicine, 18th ed. McGraw-Hill; 2012.
A
144. Veruka Vulgaris
• Merupakan hiperplasia epidermis yang
disebabkan oleh Human papilloma virus (HPV).
• Penularan melalui kontak langsung dan sering
dijumpai pada anak-anak dan remaja.
• Faktor Risiko
– Biasanya terjadi pada anak-anak dan orang dewasa
sehat.
– Pekerjaan yang berhubungan dengan daging mentah.
– Imunodefisiensi
• Pemeriksaan Fisik
– Tanda Patognomonis Papul berwarna kulit sampai
keabuan dengan permukaan verukosa.
– Papul ini dapat dijumpai pada kulit, mukosa dan
kuku.
– Apabila permukaannya rata, disebut dengan
veruka plana.
– Dengan goresan dapat timbul autoinokulasi
sepanjang goresan (fenomena Koebner).
E
145. Kandidosis
• Kandidosis: penyakit jamur bisa bersifat akut/subakut disebabkan
oleh genus Candida
• Klasifikasi
– Kandidosis mukosa: kandidosis oral, perleche, vulvovaginitis, balanitis,
mukokutan kronik, bronkopulmonar
– Kandidosis kutis: lokalisata, generalisata, paronikia & onikomikosis,
granulomatosa
– Kandidosis sistemik: endokarditis, meningitis, pyelonefritis, septikemia
– Reaksi id (kandidid)
• Faktor
– Endogen: perubahan fisiologik (kehamilan, obesitas, iatrogenik, DM,
penyakit kronik), usia (orang tua & bayi), imunologik
– Eksogen: iklim panas, kelembaban tinggi, kebiasaan berendam kaki,
kontak dengan penderita
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
Kandidosis kutis
• Bentuk klinis:
– Kandidosis intertriginosa: Lesi di daerah lipatan kulit ketiak, lipat
paha, intergluteal, lipat payudara, sela jari, glans penis, dan
umbilikus berupa bercak berbatas tegas, bersisik, basah,
eritematosa. Dikelilingi oleh satelit berupa vesikel-vesikel dan
pustul-pustul kecil atau bula
– Kandidosis perianal: Lesi berupa maserasi seperti dermatofit
tipe basah
– Kandidosis kutis generalisata: Lesi terdapat pada glabrous skin.
Sering disertai glossitis, stomatitis, paronikia
• Pemeriksaan: KOH (selragi, blastospora, hifa semu), kultur
di agar Sabouraud
• Pengobatan: hindari faktor predisposisi, antifungal (gentian
violet 0,5-1%, nistatin, amfoterisin B, grup azole)
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
A
146. Tinea kapitis
• Kelainan pada kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh dermatofit
• Bentuk klinis:
– Grey patch ringworm (biasanya disebabkan Microsporum)
• Papul merah yang melebar, membentuk bercak, pucat, bersisik.
Rambut menjadi abu-abu, tidak berkilat, mudah patah dan
tercabut. Lampu Wood: hijau kekuningan.
– Kerion
• Reaksi peradangan berat pada tinea kapitis, pembengkakan
menyerupai sarang lebah dengan sebukan sel radang. Dapat
menimbulkan jaringan parut dan alopesia menetap.
– Black dot ringworm (biasanya disebabkan Tricophyton tonsurans dan
Trycophyton violaceum)
• Rambut yang terkena infeksi patah pada muara folikel, dan yang
tertinggal adalah ujung rambut yang penuh spora (black dot).
• Terapi: griseofulvin (lini pertama), ketokonazol, itrakonazol, terbinafin.
Pemberian topikal saja kurang efektif.
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
C
147. Akne Vulgaris
• Penyakit peradangan kronik folikel pilosebasea
• Faktor: perubahan pola keratinisasi dalam folikel,
produksi sebum ↑, terbentuknya fraksi asam lemak
bebas, peningkatan jumlah flora folikel
(Propionibacterium acnes), pembentukan circulating
antibodies, peningkatan kadar hormon androgen, stres
psikis, faktor lain (usia, ras, familial, makanan, cuaca)
• Gejala klinis:
– Predileksi: muka, bahu, dada atas, punggung atas
– Erupsi kulit polimorfi:
• Tak beradang: komedo, papula tidak beradang
• Beradang: pustula, nodus, kista beradang
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
Kelainan Karakteristik
Erupsi akneiformis Erupsi papulopustula mendadak tanpa ada komedo
hampir di seluruh bagian tubuh. Disebabkan oleh induksi
obat
Akne venenata Akne akibat rangsangan kimia/fisis. Lesi monomorfik,
predileksi di tempat kontak
Akne rosasea (Rosasea) Penyakit radang kronik di daerah muka dengan gejala
eritema, pustula, talangiektasia dan hipertrofi kelenjar
sebasea. Tidak terdapat komedo.
D
148. Malaria
149. Sifilis (Ulkus Durum) C
• Stadium dini (menular)
– Stadium I (sifilis primer):
• papul lentikular ulkus
dinding tidak bergaung,
indolen, teraba indurasi,
tidak ada radang akut
(ulkus durum) Chancre of Primary Syphilis on Labium
• Lokasi : glans, korpus
penis, labia mayor, labia
minor, klitoris, perineum
• Seminggu setelah afek
primer terdapat
pembesaran KGB inguinal
Mucocutaneous Lesions of
Secondary Syphilis
D
150. Flu Burung
• Flu burung atau avian influenza merupakan
penyakit yang disebabkan infeksi oleh virus
influenza A (H5N1)
• Gejala dan tanda :
– Konjungtivitis
– Demam, batuk, nyeri tenggorokan dan mialgia
– Pneumonia
– Multiorgan disease
• Penegakkan diagnosis membutuhkan
pemeriksaan laboratorium swab hidung atau
tenggorokan
ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
B
151. Pemeriksaan TORCH
http://www.cdc.gov/parasites/toxoplasmosis/health_professionals/
153. Solusio Plasenta C
• Faktor Predisposisi
– Hipertensi
– Versi luar
– Trauma abdomen
– Hidramnion
– Gemelli
– Defisiensi besi
B
Sumber: Buku Kesehatan Ibu di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan
Tatalaksana Eklampsia
• Diagnosis
– Perdarahan pervaginam dari bercak hingga berjumlah
sedang, gejala syok hemoragik, nyeri abdomen dan pelvis,
nyeri goyang porsio, serviks tertutup
– Penegakkan diagnosis dibantu dengan pemeriksaan USG
Tampak cairan pada rongga peritonium
• Faktor Predisposisi
– Riwayat KET sebelumnya, riwayat operasi di daerah tuba
dan/atau tubektomi, riwayat penggunaan AKDR,
infertilitas, riwayat inseminasi buatan atau teknologi
bantuan reproduktif (assisted reproductive
technology/ART), riwayat infeksi saluran kemih dan pelvic
inflammatory disease/PID, merokok, riwayat abortus
sebelumnya, riwayat promiskuitas, riwayat seksio sesarea
sebelumnya
Sumber: Buku Kesehatan Ibu di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Dasar dan Rujukan, 2013
E
159. Tatalaksana Hiperemesis
Gravidarum
• Tatalaksana umum Hiperemesis Gravidarum:
– Pertahankan kecukupan nutrisi ibu.
– Istirahat cukup dan hindari kelelahan
• Tatalaksana Medikamentosa
– Berikan 10 mg doksilamin dikombinasikan dengan 10 mg
piridoksin hingga 4 tablet per hari (2 tablet saat akan tidur, 1
tablet saat pagi dan 1 tablet saat siang)
– Dimenhidrinat 50-100 mg per oral atau supositoria 4-6 kali
sehari ATAU prometazine 5-10 mg 3-4 kali sehari per oral atau
supositoria dapat diberikan bila doksilamin tidak berhasil
– Bila masih tidak teratasi dapat diberikan Ondansetron 8 mg per
oral tiap 12 jam atau Klorpromazin 10-25 mg per oral atau 50-
100 mg IM tiap 4-6 jam bila masih belum teratasi dan tidak
terjadi dehidrasi.
Sumber: Buku Kesehatan Ibu di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Dasar dan Rujukan, 2013
C
164. Pemilihan KB
• Metode Barrier
– Dapat memicu reaksi alergi lateks, ISK dan keputihan
(diafragma
• Metode Hormonal
– Kontraindikasi pada gangguan KV, menyusui Eksklusif,
perdarahan pervaginam yang belum diketahui
penyebabnya, hepatitis, perokok, riwayat diabetes >
20 tahun, kanker payudara atau dicurigai, migrain dan
gejala neurologik fokal (epilepsi/riwayat epilepsi),
tidak dapat menggunakan pil secara teratur setiap
hari
D
165. Pil KB
• Pil KB Andalan diminum di hari pertama haid
• Satu tablet setiap hari pada waktu yang sama untuk
mengurangi kemungkinan efek samping
• Bila lupa minum 1 butir pil hormonal (berwarna kuning)
harus minum 2 butir pil hormonal segera setelah Anda
mengingatnya
• Apabila lupa meminum 2 butir/ lebih pil hormonal (berwarna
kuning) minum 2 pilselama 2 hari berturut-turut dan+
gunakan kondom bila melakukan hubungan seksual atau
hindari hubungan seksual selama 7 hari
• Apabila lupa meminum 1 butir pil pengingat (berwarna putih)
maka buang pil pengingat yang terlupakan
A
166-167. Tablet Tambah Darah
• Tablet Tambah Daerah Generik dikemas dalam bungkus warna putih,
berisi 30 tab/bungkus
• Memenuhi spesifikasi
– Setiap tablet mengandung 200 mg Ferro Sulfat atau 60 mg besi elemental
dan 0,25 mg asam folat
Sumber:
http://www.gynob.co
m/fh.htm
B
• Subfertilitas/infertilitas
• Abortus spontan
– Meningkat 40% dibanding wanita normal 15-25%
• Keluhan lain
– Di kolon & rektum : distensi abdomen, kostipasi
– Di ureter : obstruksi, disuri, hematuri dll
144
176. Pemeriksaan Hipertiroid Pada A
Kehamilan
• Berdasarkan ukuran:
– Mikroadenoma: ukuran < 1 cm, lokasi masih dalam sella
turcica (belum menginvasi struktur lain)
– Makroadenoma: ukuran > 1 cm, sudah meluas dari sella
turcica (menginvasi struktur berdekatan)
• Screening test
– 50 g, 1-hour glucose challenge
test (GCT)
• Screening thresholds
– 130mg/dL: 90% sensitivity
(23% screen positive)
– 140mg/dL: 80% sensitivity
(14% screen positive)
• If patient screens positive, she
goes on to take a 100 g, 3-hour
glucose tolerance test (OGTT)
GDM: Diagnosis
American Diabetes Association’s: Standards of Medical
Care in Diabetes—2010
– HbA1c = 6.5 %
– Fasting blood glucose >126mg/dL
– Random blood glucose >200mg/dL with classic symptoms
– A 75 gr, 2-hour plasma glucose level = 200 mg/dL OGTT
Tes Post Diagnosis
• Bila diagnosis GDM sudah tegak, maka
pemeriksaan selanjutnya berdasarkan
trimester:
– Trimester I: HbA1c, BUN, kreatinin serum, TSH,
kadar tiroksin bebas, rasio protein-kreatinin urin,
GDS kapiler
– Trimester II: Rasio protein-kreatinin urin (bila
abnormal di trimester I), HbA1c, GDS kapiler
– Trimester III: USG ukuran janin
http://emedicine.medscape.com/article/127547-overview
E
Diagnosis
• Payudara (biasanya unilateral) keras,
memerah, dan nyeri
• Dapat disertai benjolan lunak
• Dapat disertai demam > 38 C
• Paling sering terjadi di minggu ke-3
dan ke-4 postpartum, namun dapat
terjadi kapan saja selama menyusui
Faktor Predisposisi
• Menyusui selama beberapa minggu setelah melahirkan
• Puting yang lecet
• Menyusui hanya pada satu posisi, sehingga drainase payudara tidak sempurna
• Bra yang ketat dan menghambat aliran ASI
• Riwayat mastitis sebelumnya saat menyusui
B
185. Menyusui dengan HIV
• Bila ibu positif terinfeksi HIV, bayi diberi ASI ekslusif jika:
– Bayi juga positif terinfeksi HIV, ATAU
– Ibu sudah minum antiretroviral selama minimal 4 minggu,
– ATAU
– Status HIV bayi negatif atau belum diketahui namun susu
– formula atau fasilitas untuk pemberiannya (air bersih dan sanitasi) tidak
tersedia)
• Transfusi darah perlu diberikan bila perdarahan masih terus berlanjut dan
diperkirakan akan melebihi 2.000 mL atau keadaan klinis pasien
menunjukkan tanda-tanda syok walaupun telah dilakukan resusitasi cepat3.
D
Sumber: http://emedicine.medscape.com/article/254342
188. Persalinan Lama B
Passage
188. Kala Persalinan
Sifat his pada berbagai fase persalinan
Kala 1 awal (fase laten)
Timbul tiap 10 menit dengan amplitudo 40 mmHg, lama 20-30 detik. Serviks terbuka sampai
3 cm. Frekuensi dan amplitudo terus meningkat.
Kala 2
Amplitudo 60 mmHg, frekuensi 3-4 kali / 10 menit. Refleks mengejan terjadi juga
akibat stimulasi dari tekanan bagian terbawah janin (pada persalinan normal yaitu kepala)
yang menekan anus dan rektum. Tambahan tenaga meneran dari ibu, dengan kontraksi otot-
otot dinding abdomen dan diafragma, berusaha untuk mengeluarkan bayi.
Kala 3
Amplitudo 60-80 mmHg, frekuensi kontraksi berkurang, aktifitas uterus menurun. Plasenta
dapat lepas spontan dari aktifitas uterus ini, namun dapat juga tetap menempel (retensio)
dan memerlukan tindakan aktif (manual aid).
C
189. Pemantauan MgSO4
C
190. Amniotomi
• Definisi
– Tindakan untuk membuka selaput amnion dengan
jalan membuat robekan kecil yang akan melebar
spontan akibat adanya tekanan cairan dan rongga
amnion
• Indikasi
– Jika ketuban belum pecah dan pembukaan sudah
lengkap
– Akselerasi persalinan
– Persalinan pervaginam menggunakan instrumen
– Kasus solusio plasenta
C
191. Augmentasi Persalinan
• Masalah Power pada persalinan lama: bila
sudah ada kontraksi namun tidak adekuat
augmentasi persalinan
• Malaria Falciparum
– Trimester pertama: Kuinin (hipoglikemia) dan klindamisin
– Trimester II-III: artemisin based combination (ACT)
• Malaria non Falciparum
– Semua trimester: klorokuin
– Kontraindikasi: primakuin hemolisis sel darah merah
• Malaria Berat
• Kina efek samping: hipoglikemia
• Profilaksis
– Klorokuin (sudah banyak resistensi), meflokuin
(rekomendasi untuk semua trimester)
– Kontraindikasi: doksisiklin dan primakuin
A
194. Histopatologi Kista Ovarium
Jenis Kista Histopatologi
Kista Folikuler Dilapisi oleh lapisan dalam berupa sel-sel granulosa
dan dilapisan luar berupa sel-sel teka interna
Kista Korpus Luteum Penumpukan cairan hasil resopsi darah yang berasal
dari perubahan korpus hemoragikum menjadi korpus
luteum
Kista Teka Lutein terdiri dari sel-sel teka yang mengalami proses
lutenisasi maupun yang tidak. Biasanya bilateral dan
berisi cairan berwarna jernih. Keluhan abdominal
tidak begitu nyata, meskipun terkadang dijumpai
keluhan nyeri panggul
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15583/1/mkn-sep2005-%20(10).pdf
B
195. Kala III
• Dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan
lahirnya plasenta dan selaput ketuban
(Depkes RI. 2004. Buku Acuan Persalinan Normal. Jakarta: Departemen Kesehatan)
Manajemen Aktif Kala III
196.
E