Anda di halaman 1dari 21

Asuhan Keperawatan Osteomielitis

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
kami telah dapat menyelesaikan makalah “Asuhan Keperawatan Osteomielitis”.
Kami menyadari bahwa masih terdapat kesalahan pada makalah ini. Untuk itu, kami mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Padang, September 2012

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I : Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Tujuan
Bab II : Pembahasan
A. Definisi
B. Etiologi
C. Patofisiologi
D. Manifestasi klinis
E. Pemeriksaan Diagnostik
F. Pengobatan
Bab III : Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
B. Analisa Data
C. Diagnosa Keperawatan
D. Intervensi
E. Evaluasi
Bab IV : Penutup
A. Kesimpulan
Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Osteomielitis adalah infeksi tulang, lebih sulit di sembuhkan dari pada infeksi jaringan lunak, karena
terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi , tingginya tekanan jaringan dan
pembentukan involukrum (Pembentukan tulang baru disekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis
dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan
ekstremitas.
Infeksi disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fukos infeksi di tempat lain (
misalnya : tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran nafas ). Osteomielitis akibat
penyebaran hematogen biasanya terjadi di tempat di mana terdapat trauma atau di mana terdapat
resistensi rendah, kemungkinan akibat trauma subklinis (tak jelas).
Infeksi dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak (misalnya : ulkus dekubitus yang
terinfeksi atau ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung tulang ( misalnya : fraktur terbuka, cedera
traumatic seperti luka tembak, pembedahan tulang).
Pasien yang beresiko tinggi mengalami Osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya buruk, lansia,
kegemukan, atau penderita diabetes mellitus. Selain itu, pasien yang menderita artitis rheumatoid, telah
di rawat lama di rumah sakit, mendapat terapi kortikosteroid jangka panjang, menjalani pembedahan
sendi sebelum operasi sekarang, atau sedang mengalami sepsis rentan, begitu pula yang menjalani
pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi luka mengeluarkan pus, mengalami nefrosis insisi
margial atau dehidrasi luka, atau memerlukan evakuasi hematoma pascaoperasi.

B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Secara umum makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan
osteomielitis
b. Tujuan Khusus
• Menjelaskan definisi, etiologi, dan patofisiologi dari osteomielitis
• Menjelaskan manifestasi klinis dan pengobatan dari osteomielitis
• Menjelaskan asuhan keperawatan dari osteomielitis

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi jaringan lunak
karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan
pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis
dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan
ekstremitas. (Brunner, suddarth. (2001).
Beberapa ahli memberikan defenisi terhadap osteomyelitis sebagai berkut :
a. Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang disebabkan oleh
staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus influensae (Depkes RI, 1995).
b. Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990).
c. Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang disebabkan oleh staphylococcus
(Henderson, 1997)
d. Osteomyelitis adalah influenza Bone Marow pada tulang-tulang panjang yang disebabkan oleh
staphyilococcus Aureus dan kadang-kadang haemophylus influenzae, infeksi yang hampir selalu
disebabkan oleh staphylococcus aureus.

B. Etiologi
a. Staphylococcus aureus hemolitikus (koagulasi positif) sebanyak 90% dan jarang oleh streptococcus
hemolitikus.
b. Haemophylus influenza (50%) pada anak-anak dibawah umur 4 tahun. Organism yang lain seperti :
bakteri coli, salmonella thyposa dan sebagainya.
c. Proses spesifik (M.Tuberculosa)
d. Penyebaran hematogen dari pusat infeksi jauh (tonsilitis, bisul atau jerawat, ISPA)

C. Patofisiologi
Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang. Organisme patogenik
lainnya yang sering dijumpai pada Osteomielitis meliputi : Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia Coli.
Terdapat peningkatan insiden infeksi resistensi penisilin, nosokomial, gram negative dan anaerobik.
Awitan Osteomielitis stelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama (akut fulminan –
stadium 1) dan sering berhubngan dengan penumpukan hematoma atau infeksi superficial. Infeksi
awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan
lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah
pembedahan.
Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan vaskularisasi, dan edema.
Setelah 2 atau 3 hari, trombisis pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan
iskemia dan nefrosis tulang sehubungan dengan penigkatan tekanan jaringan dan medula. Infeksi
kemudian berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah periosteum dan dapat menyebar ke jaringan
lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan
membentuk abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang lebih sering harus dilakukan insisi
dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati
(sequestrum) tidak mudah mencari dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan
menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak lainnya. Terjadi pertumbuhan tulang
baru(involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan,
namun sequestrum infeksius kronis yang ada tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang
hidup penderita. Dinamakan osteomielitis tipe kronik.

D. Manifestasi Klinis
Jika infeksi dibawa oleh darah, biasanya awaitan mendadak, sering terjadi dengan manifetasi klinis
septikema (misalnya : menggigil, demam tinggi, tachycardia dan malaise umum). Gejala sistemik pada
awalnya dapat menutupi gejala local secara lengkap. Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum ke
korteks tulang, akan mengenai posterium, dan jaringan lunak, dengan bagian yang terinfeksi menjadi
nyeri, bengkak, dan sangat nyeri tekan. Pasien menggambarkan nyeri konstan berdenyut yang semakin
memberat dengan gerakan dan berhubungan dengan tekanan pus yang terkumpul.
Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau kontaminasi langsung, tidak
akan ada gejala septikemia. Daerah terinfeksi membengkak, hangat, nyeri, dan nyeri tekan.
Pada pasein dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau
mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran pus. Infeksi derajat
rendah terjadi pada jaringan parut akibat kurangnya asupan darah.

E. Pemeriksaan Diagnostik
Pada Osteomielitis akut ; pemeriksaan sinar-x hanya menunjukan pembengkakan jaringan lunak. Pada
sekitar 2 minggu terdapat daerah dekalsifikasi ireguler, nefrosis tulang, pengangkatan periosteum dan
pembentukan tulang baru. Pemindaian tulang dan MRI dapat membantu diagnosis definitive awal.
Pemeriksaan darah memperhatikan peningkatan leukosit dan peningkatan laju endap darah. Kulur darah
dan kultur abses diperlukan untuk menentukan jenis antibiotika yang sesuai.
Pada Osteomielitis kronik; besar, kavitas ireguler, peningkatan periosteum, sequestra atau
pembentukan tulang padat terlihat pada sinar-x. Pemindaian tulang dapat dilakukan untuk
mengidentifikasi area terinfeksi. Laju sedimentasi dan jumlah sel darah putih biasanya normal. Anemia,
dikaitkan dengan infeksi kronik. Abses ini dibiakkan untuk menentukan organisme infektif dan terapi
antibiotic yang tepat.

F. Pengobatan
a. Pemberian Antibiotik
Pemberian antibiotik ditujukan untuk mencegah terjadinya penyebaran infeksi pada tulang sehat
lainnya, mengontrol eksaserbasi akut.
b. Tindakan Operatif
Tindakan operatif dilakukan bila fase eksaserbasi akut telah reda setelah pemberian dan rumatan
antibiotik yang adekuat. Operasi dilakukan dengan tujuan untuk mengeluarkan seluruh jaringan nekrotik
baik jaringan lunak maupun jaringan tulang sampai jaringan sehat sekitarnya. Selanjutnya dilakukan
drainase dan irigasi secara kontinu selama beberapa hari. Adakalanya diperlukan penanaman rantai
antibiotik di dalam bagian tulang yang infeksi.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
a. Identitas Pasien : nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, dan lain-lain.
b. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
Kaji adanya riwayat trauma fraktur terbuka, riwayat operasi tulang dengan pemasangan fiksasi internal
dan fiksasi eksternal dan pada osteomielitis kronis penting ditanyakan apakah pernah mengalami
osteomielitis akut yang tidak diberi perawatan adekuat sehingga memungkinkan terjadinya supurasi
tulang.
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
Ada riwayat infeksi tulang, biasanya pada daeah vertebra torako-lumbal yang terjadi akibat
torakosentesis atau prosedur urologis. Dapat ditemukan adanya riwayat diabetes melitus, malnutrisi,
adiksi obat-obatan, atau pengobatan imunosupresif.
c. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum
• Tingkat kesadaran (apatis, sopor, koma, gelisah, kompos mentis yang bergantung pada keadaan
klien)
• Kesakitan atau keadaan penyakit (akut, kronis, ringan, sedang, dan paa kasus osteomielitis biasanya
akut)
• Tanda-tanda vital tidak normal
b) Sistem Pernafasan
Pada inspeksi, didapatkan bahwa klien osteomielitis tidak mengalami kelainan pernafasan. Pada palpasi
toraks, ditemukan taktil fremitus seimbang kanan dan kiri. Pada auskultasi, tidak didapatkan suara nafas
tambahan.
c) Sistem Kardiovaskuler
Pada inspeksi, tidak tampak iktus jantung. Palpasi menunjukkan nadi meningkat, iktus tidak teraba. Pada
auskultasi, didapatkan suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada murmur.
d) Sistem Muskuloskeletal
Adanya osteomielitis kronis dengan proses supurasi di tulang dan osteomielitis yang menginfeksi sendi
akan mengganggu fungsi motorik klien. Kerusakan integritas jaringan pada kulit karena adanya luka
disertai dengan pengeluaran pus atau cairan bening berbau khas.
e) Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran biasanya kompos mentis
f) Sistem perkemihan
Pengkajian keadaan urine meliputi warna, jumlah, karakteristik, dan berat jenis. Biasanya klien
osteomielitis tidak mengalami kelainan pada sitem ini.

g) Pola nutrisi dan metabolisme


Evaluasi terhadap pola nutrisi klien dapat menentukan penyebab masalah muskuloskeletal dan
mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat. Masalah nyeri pada osteomielitis
menyebabkan klien kadang mual atau muntah sehingga pemenuhan nutrisi berkurang

B. Analisa Data
DS
• Klien mengatakan kalau ia merasa nyeri pada tulangnya

DO
• Klien tampak gelisah
• Klien tampak meringis
• Suhu tubuh 38oC

DS
• Klien mengatakan kalau ia kesulitan dalam bergerak

DO
• Klien tampak sulit bergerak
• Klien tampak meringis

C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan
2. Kerusakan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat
Makalah Osteomielitis

0 comments
Posted in Labels: Materi Kuliah

undefined
undefined

BAB I

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang

Osteomielitis adalah infeksi tulang, lebih sulit di sembuhkan dari pada infeksi jaringan lunak, karena
terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi , tingginya tekanan jaringan dan
pembentukan involukrum (Pembentukan tulang baru disekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis
dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan
ekstremitas.
Infeksi disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fukos infeksi di tempat lain (
misalnya : tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran nafas). Osteomielitis akibat
penyebaran hematogen biasanya terjadi di tempat di mana terdapat trauma atau di mana terdapat
resistensi rendah, kemungkinan akibat trauma subklinis (tak jelas).

Infeksi dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak (misalnya : ulkus dekubitus yang
terinfeksi atau ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung tulang ( misalnya : fraktur terbuka, cedera
traumatic seperti luka tembak, pembedahan tulang).
Pasien yang beresiko tinggi mengalami Osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya buruk, lansia,
kegemukan, atau penderita diabetes mellitus. Selain itu, pasien yang menderita artitis rheumatoid, telah
di rawat lama di rumah sakit, mendapat terapi kortikosteroid jangka panjang, menjalani pembedahan
sendi sebelum operasi sekarang, atau sedang mengalami sepsis rentan, begitu pula yang menjalani
pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi luka mengeluarkan pus, mengalami nefrosis insisi
margial atau dehidrasi luka, atau memerlukan evakuasi hematoma pascaoperasi.

B. Tujuan

a. Tujuan Umum

Secara umum makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan
osteomielitis

b. Tujuan Khusus
· Menjelaskan definisi, etiologi, dan patofisiologi dari osteomielitis

· Menjelaskan manifestasi klinis dan pengobatan dari osteomielitis

· Menjelaskan asuhan keperawatan dari osteomielitis

BAB II

PEMBAHASAN

TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi jaringan lunak
karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan
pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis
dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan
ekstremitas. (Brunner, suddarth. (2001). Beberapa ahli memberikan defenisi terhadap osteomyelitis
sebagai berkut :

· Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang disebabkan oleh
staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus influensae (Depkes RI, 1995).

· Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990).

· Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang disebabkan oleh
staphylococcus (Henderson, 1997).

B. Anatomi dan Fisiologi

Pada umumnya penyusun tulang diseluruh tubuh kita semuanya berasal dari material yang sama. Dari
luar ke dalam kita akan dapat menemukan lapisan-lapisan berikut ini:

a. Periosteum

Pada lapisan pertama kita akan bertemu dengan yang namanya periosteum. Periosteum merupakan
selaput luar tulang yang tipis. Periosteum mengandung osteoblas (sel pembentuk jaringan tulang),
jaringan ikat dan pembuluh darah. Periosteum merupakan tempat melekatnya otot-otot rangka (skelet)
ke tulang dan berperan dalam memberikan nutrisi, pertumbuhan dan reparasi tulang rusak.

b. Tulang Kompak (Compact Bone)

Pada lapisan kedua ini kita akan bertemu dengan tulang kompak. Tulang ini teksturnya halus dan sangat
kuat. Tulang kompak memiliki sedikit rongga dan lebih banyak mengandung kapur (Calsium Phosfat dan
Calsium Carbonat) sehingga tulang menjadi padat dan kuat. Kandungan tulang manusia dewasa lebih
banyak mengandung kapur dibandingkan dengan anak-anak maupun bayi. Bayi dan anak-anak memiliki
tulang yang lebih banyak mengandung serat-serat sehingga lebih lentur. Tulang kompak paling banyak
ditemukan pada tulang kaki dan tulang tangan.

c. Tulang Spongiosa (Spongy Bone)

Pada lapisan ketiga ada yang disebut dengan tulang spongiosa. Sesuai dengan namanya tulang
spongiosa memiliki banyak rongga. Rongga tersebut diisi oleh sumsum merah yang dapat memproduksi
sel-sel darah. Tulang spongiosa terdiri dari kisi-kisi tipis tulang yang disebut trabekula. Tulang ini terdiri
atas batang yang halus atau selubung yang halus yaitu trabekula (L. singkatan dari trabs = sebuah balok)
yang bercabang dan saling memotong ke berbagai arah untuk membentuk jala-jala seperti spons dari
spikula tulang, yang rongga-rongganya diisi oleh sumsum tulang. Pars spongiosa merupakan jaringan
tulang yang berongga seperti spon (busa). Rongga tersebut diisi oleh sumsum merah yang dapat
memproduksi sel-sel darah. Tulang spongiosa terdiri dari kisi-kisi tipis tulang yang disebut trabekula.

d. Sumsum Tulang (Bone Marrow)

Lapisan terakhir yang kita temukan dan yang paling dalam adalah sumsum tulang. Sumsum tulang
wujudnya seperti jelly yang kental. Sumsum tulang ini dilindungi oleh tulang spongiosa seperti yang
telah dijelaskan dibagian tulang spongiosa. Sumsum tulang berperan penting dalam tubuh kita karena
berfungsi memproduksi sel-sel darah yang ada dalam tubuh.

C. Klasifikasi Osteomielitis

Dari uraian di atas maka dapat diklasifikasikan dua macam osteomielitis, yaitu:

1. Osteomielitis Primer.

Penyebarannya secara hematogen dimana mikroorganisme berasal dari focus ditempat lain dan beredar
melalui sirkulasi darah.

2. Osteomielitis Sekunder.

Terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya akibat dari bisul, luka fraktur dan sebagainya.

Berdasarkan lama infeksi, osteomielitis terbagi menjadi 3, yaitu:

1. Osteomielitis akut

Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu
timbul. Osteomielitis akut ini biasanya terjadi pada anak-anak dari pada orang dewasa dan biasanya
terjadi sebagai komplikasi dari infeksi di dalam darah. (osteomielitis hematogen) Osteomielitis akut
terbagi menjadi 2, yaitu:

a. Osteomielitis hematogen
Merupakan infeksi yang penyebarannya berasal dari darah. Osteomielitis hematogen akut biasanya
disebabkan oleh penyebaran bakteri darah dari daerah yang jauh. Kondisi ini biasanya terjadi pada anak-
anak. Lokasi yang sering terinfeksi biasa merupakan daerah yang tumbuh dengan cepat dan metafisis
menyebabkan thrombosis dan nekrosis local serta pertumbuhan bakteri pada tulang itu sendiri.
Osteomielitis hematogen akut mempunyai perkembangan klinis dan onset yang lambat.

b. Osteomielitis direk

Disebabkan oleh kontak langsung dengan jaringan atau bakteri akibat trauma atau pembedahan.
Osteomielitis direk adalah infeksi tulang sekunder akibat inokulasi bakteri yang menyebabkan oleh
trauma, yang menyebar dari focus infeksi atau sepsis setelah prosedur pembedahan. Manifestasi klinis
dari osteomielitis direk lebih terlokasasi dan melibatkan banyak jenis organisme.

2. Osteomielitis sub-akut

Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu
timbul.

3. Osteomielitis kronis

Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih sejak infeksi pertama atau sejak penyakit
pendahulu timbul. Osteomielitis sub-akut dan kronis biasanya terjadi pada orang dewasa dan biasanya
terjadi karena ada luka atau trauma (osteomielitis kontangiosa), misalnya osteomielitis yang terjadi pada
tulang yang fraktur.

Osteomyelitis menurut penyebabnya adalah osteomyelitis biogenik yang paling sering :

1. Staphylococcus (orang dewasa)

2. Streplococcus (anak-anak)

3. Pneumococcus dan Gonococcus

D. Etiologi

Adapun penyebab – penyebab osteomielitis ini adalah:

1. Bakteri

Menurut Joyce & Hawks (2005), penyebab osteomyelitis adalah Staphylococcus aureus (70% -80%),
selain itu juga bisa disebabkan oleh Escherichia coli, Pseudomonas, Klebsiella, Salmonella, dan Proteus.

2. Virus

3. Jamur
4. Mikroorganisme lain (Smeltzer, Suzanne C, 2002).

Osteomyelitis juga bisa terjadi melalui 3 cara (Wikipedia, the free encyclopedia, 2000) yaitu:

1. Aliran darah

Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus infeksi di tempat lain
(misalnya tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi). Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari
bagian tubuh yang lain ke tulang.

Pada anak-anak, infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan. Sedangkan pada orang
dewasa biasanya terjadi pada tulang belakang dan panggul. Osteomyelitis akibat penyebaran
hematogen biasanya terjadi ditempat di mana terdapat trauma.

2. Penyebaran langsung

Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui fraktur terbuka, cedera traumatik seperti luka
tembak, selama pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang menembus tulang.

3. Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya

Osteomyelitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak Infeksi pada jaringan lunak
di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah beberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa
timbul di daerah yang mengalami kerusakan karena cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus di
kulit yang disebabkan oleh jeleknya pasokan darah (misalnya ulkus dekubitus yang terinfeksi).

Osteomyelitis dapat timbul akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam
sistemik maupun manifestasi lokal yang berjalan dengan cepat. Osteomyelitis kronik adalah akibat dari
osteomielitis akut yang tidak ditangani dengan baik. Osteomyelitis kronis akan mempengaruhi kualitas
hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. Luka tusuk pada jaringan lunak atau tulang akibat
gigitan hewan, manusia atau penyuntikan intramuskular dapat menyebabkan osteomyelitis eksogen.
Osteomyelitis akut biasanya disebabkan oleh bakteri, maupun virus, jamur, dan mikroorganisme lain.

Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya buruk, lansia,
kegemukan, atau penderita diabetes mellitus. Selain itu, pasien yang menderita artritis rheumatoid,
telah di rawat lama di rumah sakit, menjalani pembedahan ortopedi, mengalami infeksi luka
mengeluarkan pus, juga beresiko mengalami osteomyelitis.

E. Patofisiologi

Menurut Smeltzer, Suzanne (2001), Staphylococcus aureus merupakan penyebab terbesar infeksi tulang.
Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada osteomielitis meliputi Haemophylus influenza,
bakteri colli, salmonella thyposa, proteus, pseudomonas. Terdapat peningkatan insiden infeksi resisten
penisilin, nosokomial, gram negative dan anaerobic. Awitan osteomilitis setelah pembedahan ortopedi
dapat terjadi dalam 3 bulan pertama ( akut fulminan stadium 1 ) dan sering berhubungan
dengan penumpukan hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan lambat ( stadium 2 ) terjadi
antara 4 - 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama ( stadium 3 ) biasanya akibat
penebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan. Respons inisial tahap infeksi
adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan faskularisasi dan edema, setelah 2 atau 3 hari, thrombosis
pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dengan nekrosis tulang
sehubungan dengan peningkatan tekanan jaringan dan medulla. Infeksi kemudian berkembang ke
kavitas medularis dan ke bawah periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi
disekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan terbentuk abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan, namun yang lebih sering harus dilakukan insisi
dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati,
namun seperti pada rongga abses pada umumnya, jaringan tulang mati ( sequestrum ) tidak mudah
mencair dan mengalir ke luar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi
pada jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan luka baru ( involukrum ) dan mengelilingi sequestrum. Jadi
meskipun tampak terjadi proses penyembuhan namun sequestrum infeksius kronis yang tetap rentan
mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan osteomielitis tipe kronik.

F. Manifestasi Klinis

a. Fase akut

Fase sejak infeksi sampai 10-15 hari. Makin panas tinggi, nyeri tulang dekat sendi, tidak dapat
menggerakan anggota tubuh.

b. Fase kronik

Rasa sakit tidak begitu berat, anggota yang terkena merah dan bengkak dengan pus yang selalu mengalir
keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, dan pengeluaran pus. Infeksi derajat
rendah dapat terjadi pada jaringan parut akibat kurangnya asupan darah.

G. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan darah

Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju endap darah.

2. Pemeriksaan titer antibody – anti staphylococcus

Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti dengan uji sensitivitas

3. Pemeriksaan feses

Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh bakteri salmonella.

4. Pemeriksaan biopsy tulang.

Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan digunakan untuk serangkaian tes.

5. Pemeriksaan ultra sound.

Yaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adannya efusi pada sendi.


6. Pemeriksaan radiologis

Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan radiologik. Setelah 2 minggu
akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus dan kerusakan tulang dan pembentukan tulang
yang baru.

7. Pemeriksaan tambahan :

a. Bone scan : dapat dilakukan pada minggu pertama

b. MRI : jika terdapat fokus gelap pada T1 dan fokus yang terang pada T2, maka
kemungkinan besar adalah osteomielitis.

H. Penatalaksanaan Medis

Terapi

Osteomielitis hematogen akut paling bagus di obati dengan evaluasi tepat terhadap mikroorganisme
penyebab dan kelemahan mikroorganisme tersebut dan 4-6 minggu terapi antibiotic yang tepat.

Debridement tidak perlu dilakukan jika telah cepat diketahui. Anjuran pengobatan sekarang jarang
memerlukan debridement. Bagaimana jika terapi antibiotic gagal, debridement dan pengobatan 4-6
minggu dengan antibiotic parenteral sangat diperlukan. Setelah kultur mikroorganisme dilakukan,
regimen antibiotic parenteral (nafcillin[unipen] + cefotaxime lain [claforan] atau ceftriaxone [rocephin])
diawali untuk menutupi gejala klinis organism tersangka. Jika hasil kultur telah diketahui, regimen
antibiotic ditinjau kembali. Anak-anak dengan osteomielitis akut harus menjalani 2 minggu pengobatan
dengan antiniotik parenteral sebelum anak-anak diberikan antibiotic oral.

Osteomielitis kronis pada orang dewasa lebih sulit disembuhkan dan umumnya diobati dengan antibiotic
dan tindakan debridement. Terapi antibiotik oral tidak dianjurkan untuk digunakan. Tergantung dari
jenis osteomielitis kronis. Pasien mungkin diobati dengan antibiotik parenteral selama 2-6 minggu.
Bagaimanapun,tanpa debridement yang bagus, osteomielitis kronis tidak akan merespon terhadap
kebanyakan regiment antibiotic, berapa lama pun terapi dilakukan. Terapi intravena untuk pasien rawat
jalan menggunakan kateter intravena yang dapat dipakai dalam jangka waktu lama (contohnya : kateter
hickman) akan menurunkan masa rawat pasien di rumah sakit.

Terapi secara oral menggunakan antibiotic fluoroquinolone untuk organism gram negative sekarang ini
digunakan pada orang dewasa dengan osteomielitis. Tidak ada fluoroquinolone yang tersedia digunakan
sebagai antistaphylococcus yang optimal, keuntungan yang paling penting dari insidensi kebalnya infeksi
nosokomial yang didapat dengan bakteri staphylococcus. Untuk lebih lanjutnya, sekarang ini quinolone
tidak menyediakan pengobatan

Daerah yang terkana harus diimobilisasi untuk mengurangi ketidak nyamanan dan mencegah terjadinya
fraktur. Dapat dilakukan rendaman salin hangat selama 20 menit beberapa kali per hari untuk
meningkatkan aliran darah.
Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi, Kultur darah dan swab dan
kultur abses dilakukan untuk mengidentifikasi organisme dan memilih antibiotika yang terbaik. Kadang,
infeksi disebabkan oleh lebih dari satu patogen.

Begitu spesimen kultur telah diperoleh, dimulai pemberian terapi antibiotika intravena, dengan asumsi
bahwa dengan infeksi staphylococcus yang peka terhadap penisilin semi sintetik atau sefalosporin.
Tujuannya adalah mengentrol infeksi sebelum aliran darah ke daerah tersebut menurun akibat
terjadinya trombosis. Pemberian dosis antibiotika terus menerus sesuai waktu sangat penting untuk
mencapai kadar antibiotika dalam darah yang terus menerus tinggi. Antibiotika yang paling sensitif
terhadap organisme penyebab yang diberikan bila telah diketahui biakan dan sensitivitasnya. Bila infeksi
tampak telah terkontrol, antibiotika dapat diberikan per oral dan dilanjutkan sampai 3 bulan. Untuk
meningkatkan absorpsi antibiotika oral, jangan diminum bersama makanan.

Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibiotika, tulang yang terkena harus dilakukan
pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik diangkat dan daerah itu diiringi secara langsung dengan
larutan salin fisiologis steril. Tetapi antibitika dianjurkan.

Pada osteomielitis kronik, antibiotika merupakan ajuran terhadap debridemen bedah. Dilakukan
sequestrektomi (pengangkatan involukrum secukupnya supaya ahli bedah dapat mengangkat
sequestrum). Kadang harus dilakukan pengangkatan tulang untuk memajankan rongga yang dalam
menjadi cekungan yang dangkal (saucerization). Semua tulang dan kartilago yang terinfeksi dan mati
diangkat supaya dapat terjadi penyembuhan yang permanen.

Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space) atau dipasang tampon agar dapat
diisi oleh jaringan granulasi atau dilakukan grafting dikemudian hari. Dapat dipasang drainase
berpengisap untuk mengontrol hematoma dan mebuang debris. Dapat diberikan irigasi larutan salin
normal selama 7 sampai 8 hari. Dapat terjadi infeksi samping dengan pemberian irigasi ini.

Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan graft tulang kanselus untuk merangsang penyembuhan.
Pada defek yang sangat besar, rongga dapat diisi dengan transfer tulang berpembuluh darah atau flup
otot (dimana suatu otot diambil dari jaringan sekitarnya namun dengan pembuluh darah yang utuh).
Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan asupan darah; perbaikan asupan darah kemudian akan
memungkinkan penyembuhan tulang dan eradikasi infeksi. Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara
bertahap untuk menyakinkan penyembuhan. Debridemen bedah dapat melemahkan tulang, kemudian
memerlukan stabilisasi atau penyokong dengan fiksasi interna atau alat penyokong eksterna untuk
mencegah terjadinya patah tulang.

Pemberian antibiotic dapat dilakukan :

Melalui oral (mulut)

Melalui infuse : jika diberikan melalui infus, maka diberikan selama 2 minggu, kemudian diganti menjadi
melalui mulut. Jika dalam 24 jam pertama gejala tidak membaik, maka perlu dipertimbangkan untuk
dilakukan tindakan operasi untuk mengurangi tekanan yang terjadi dan untuk mengeluarkan nanah yang
ada. Setelah itu dilakukan irigasi secara kontinyu dan dipasang drainase. Teruskan pemberian antibiotik
selama 3-4 minggu hingga nilai laju endap darah (LED) normal.
I. Komplikasi

1. Dini :

a. Kekakuan yang permanen pada persendian terdekat (jarang terjadi)

b. Abses yang masuk ke kulit dan tidak mau sembuh sampai tulang yang mendasarinya sembuh

c. Atritis septik

2. Lanjut :

a. Osteomielitis kronik ditandai oleh nyeri hebat rekalsitran, dan penurunan fungsi tubuh yang terkena.

b. Fraktur patologis

c. Kontraktur sendi

d. Gangguan pertumbuhan

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas Pasien : nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, dan lain-lain.

2. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Sekarang

Kaji adanya riwayat trauma fraktur terbuka, riwayat operasi tulang dengan pemasangan fiksasi internal
dan fiksasi eksternal dan pada osteomielitis kronis penting ditanyakan apakah pernah mengalami
osteomielitis akut yang tidak diberi perawatan adekuat sehingga memungkinkan terjadinya supurasi
tulang.

b. Riwayat Kesehatan Dahulu

Ada riwayat infeksi tulang, biasanya pada daeah vertebra torako-lumbal yang terjadi akibat
torakosentesis atau prosedur urologis. Dapat ditemukan adanya riwayat diabetes melitus, malnutrisi,
adiksi obat-obatan, atau pengobatan imunosupresif.
c. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan Umum

· Tingkat kesadaran (apatis, sopor, koma, gelisah, kompos mentis yang bergantung pada keadaan
klien).

· Kesakitan atau keadaan penyakit (akut, kronis, ringan, sedang, dan paa kasus osteomielitis biasanya
akut)

· Tanda-tanda vital tidak normal

2) Sistem Pernafasan

Pada inspeksi, didapatkan bahwa klien osteomielitis tidak mengalami kelainan pernafasan. Pada palpasi
toraks, ditemukan taktil fremitus seimbang kanan dan kiri. Pada auskultasi, tidak didapatkan suara nafas
tambahan.

3) Sistem Kardiovaskuler

Pada inspeksi, tidak tampak iktus jantung. Palpasi menunjukkan nadi meningkat, iktus tidak teraba. Pada
auskultasi, didapatkan suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada murmur.

4) Sistem Muskuloskeletal

Adanya osteomielitis kronis dengan proses supurasi di tulang dan osteomielitis yang menginfeksi sendi
akan mengganggu fungsi motorik klien. Kerusakan integritas jaringan pada kulit karena adanya luka
disertai dengan pengeluaran pus atau cairan bening berbau khas.

5) Tingkat kesadaran

Tingkat kesadaran biasanya kompos metis.

6) Sistem perkemihan

Pengkajian keadaan urine meliputi warna, jumlah, karakteristik, dan berat jenis. Biasanya klien
osteomielitis tidak mengalami kelainan pada sitem ini.

7) Pola nutrisi dan metabolism


Evaluasi terhadap pola nutrisi klien dapat menentukan penyebab masalah muskuloskeletal dan
mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat. Masalah nyeri pada osteomielitis
menyebabkan klien kadang mual atau muntah sehingga pemenuhan nutrisi berkurang.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan

2. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan menahan
beban berat badan.

3. Resiko terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang, kerusakan
kulit

4. Gangguan intergritas kulit berhubungan dengan efek pembedahan ; imobilisasi

C. Intervensi

Diagnosa Keperawatan 1 : Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan

- Tujuan :

Mendemonstrasikan bebas dari nyeri dan peningkatan rasa kenyamanan.

- Kriteria Hasil :

Tidak terjadi nyeri, nafsu makan menjadi normal, ekspresi wajah rileks dan suhu tubuh normal.

- Intervensi Keperawatan

Mandiri

· Kaji karakteristik nyeri: lokasi, durasi, intensitas nyeri.

· Atur posisi imobilisasi pada daerah nyeri sendi atau nyeri di tulang yang mengalami infeksi.

· Ajarkan relaksasi : teknik mengurangi ketegangan otot rangka yang dapat mengurangi intensitas
nyeri dan meningkatan relaksasi masase.

· Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut

· Amati perubahan suhu setiap 4 jam.

· Kompres air hangat

Kolaborasi :

· Pemberian obat-obatan analgetik

Diagnosa Keperawatan 2 : Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan
keterbatasan menahan beban berat badan
- Tujuan :

Gangguan mobilitas fisik dapat berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan.

- Kriteria Hasil :

· Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin

· Mempertahankan posisi fungsional

· Meningkatkan / fungsi yang sakit

· Menunjukkan teknik mampu melakukan aktivitas

- Intervensi Keperawatan

Mandiri

· Pertahankan tirah baring dalam posisi yang di programkan

· Tinggikan ekstremitas yang sakit, instruksikan klien / bantu dalam latihan rentang gerak pada
ekstremitas yang sakit dan tak sakit.

· Beri penyanggah pada ekstremitas yang sakit pada saat bergerak.

· Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas

· Ubah posisi secara periodic

Kolaborasi :

· Fisioterapi

Diagnosa Keperawatan 3 : Resiko terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan pembentukan


abses tulang, kerusakan kulit

- Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, maka diharapkan penyembuhan luka sesuai
waktu yang dicatat dan tidak terjadinya infeksi yang berkelanjutan.

- Kriteria hasil :

· Penyembuhan luka sesuai waktu yang dicatat, bebas drainase purulen dan demam dan juga tidak
terjadinya infeksi yang berkepanjangan.

- Intervensi Keperawatan :

· Inspeksi kulit atau adanya iritasi atau adanya kontinuitas

· Kaji sisi kulit perhatikan keluhan peningkatan nyeri atau rasa terbakar atau adanya edema atau
eritema atau drainase atau bau tidak sedap
· Berikan perawatan luka

· Observasi luka untuk pembentukan bula, perubahan warna kulit kecoklatan bau drainase yang
tidak enak atau asam.

· Kaji tonus otot, reflek tendon.

· Selidiki nyeri tiba-tiba atau keterbatasan gerakan dengan edema lokal atau enterna ekstermitas
cedera

Kolaborasi :

· Lakukan pemeriksaan lab sesuai indikasi dokter

· Berikan obat atau antibiotik sesuai indikasi

Diagnosa Keperawatan 4 : Gangguan integritas kulit berhubungan dengan efek pembedahan ; imobilisasi

- Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam diharapkan masalah gangguan infeksi kulit teratasi
dan kembali dalam batas normal.

- Kriteria hasil :

· Klien tampak rileks dank lien menunjukan perilaku atau tekhnik untuk mencegah kerusakan kulit,
memudahkan penyembuhan sesuai indikasi.

- Intervensi Keperawatan :

· Kaji kulit untuk luka terbuka, benda asing kemudian perdarahan dan perubahan warna kulit.

· Pertahankan tempat tidur kering dan bebas kerutan.

· Tempatkan bantalan air atau bantalan lain dibawah siku atau tumit sesuai indikasi.

· Perawatan, bersihkan kulit dengan sabun air, gosok perlahan dengan alcohol atau bedak dengan
jumlah sedikit berat.

· Gunakan telapak tangan untuk memasang, mempertahankan atau lepaskan gips, dan dukung
bantal setelah pemasangan.

· Observasi untuk potensial area yang tertekan, khususnya pada akhir dan bawah beban atau gips.

BAB III

PENUTUPAN

Kesimpulan
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi jaringan lunak
karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan
pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis
dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan
ekstremitas. (Brunner, suddarth. (2001). Staphylococcus aureus hemolitikus (koagulasi positif) sebanyak
90% dan jarang oleh streptococcus hemolitikus. Haemophylus influenza (50%) pada anak-anak dibawah
umur 4 tahun. Organism yang lain seperti : bakteri coli, salmonella thyposa dan sebagainya. Proses
spesifik (M.Tuberculosa). Penyebaran hematogen dari pusat infeksi jauh (tonsilitis, bisul atau jerawat,
ISPA).

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: EGC

http://nurse87.wordpress.com/2012/05/09/askep-osteomielitis

imobilisasi dan keterbatasan menahan beban berat badan

D. Intervensi
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan
Tujuan :
Mendemonstrasikan bebas dari nyeri dan Peningkatan rasa kenyamanan
Kriteria Hasil :
Tidak terjadi nyeri, nafsu makan menjadi normal, ekspresi wajah rileks dan suhu tubuh normal

Intervensi

Mandiri
• Kaji karakteristik nyeri: lokasi, durasi, intensitas nyeri

• Atur posisi imobilisasi pada daerah nyeri sendi atau nyeri di tulang yang mengalami infeksi
• Ajarkan relaksasi : teknik mengurangi ketegangan otot rangka yang dapat mengurangi intensitas
nyeri dan meningkatan relaksasi masase
• Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut

• Amati perubahan suhu setiap 4 jam

• Kompres air hangat


Kolaborasi :
• Pemberian obat-obatan analgetik

2. Kerusakan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan menahan
beban berat badan
Tujuan :
Gangguan mobilitas fisik dapat berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria Hasil :
• Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin
• Mempertahankan posisi fungsional
• Meningkatkan / fungsi yang sakit
• Menunjukkan teknik mampu melakukan aktivitas

Intervensi
Mandiri
• Pertahankan tirah baring dalam posisi yang di programkan
• Tinggikan ekstremitas yang sakit, instruksikan klien / bantu dalam latihan rentang gerak pada
ekstremitas yang sakit dan tak sakit
• Beri penyanggah pada ekstremitas yang sakit pada saat bergerak
• Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas

• Ubah posisi secara periodik

Kolaborasi :
• Fisioterapi

E. Evaluasi
Hasil yang diharapkan :
1. Mengalami Peredaan Nyeri
• Melaporkan berkurangnya nyeri
• Tidak mengalami nyeri tekan di tempat terjadinya infeksi
• Tidak mengalami ketidaknyamanan bila bergerak
2. Peningkatan mobilitas fisik
• Berpartisipasi dalam aktivitas perawatan diri
• Mempertahankan fungsi penuh ektremitas yang sehat
• Memperlihatkan penggunaan alat imobilisasi dan alat bantu dengan aman

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
a. Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang disebabkan oleh
staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus influensae (Depkes RI, 1995).
b. Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau
mengakibatkan kehilangan ekstremitas. (Brunner, suddarth. (2001).
c. Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang.
d. Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada Osteomielitis meliputi : Proteus,
Pseudomonas, dan Escerichia Coli.
e. Jika infeksi dibawa oleh darah, biasanya awaitan mendadak, sering terjadi dengan manifetasi klinis
septikema (misalnya : menggigil, demam tinggi, tachycardia dan malaise umum).
f. Pada Osteomielitis akut ; pemeriksaan sinar-x hanya menunjukan pembengkakan jaringan lunak.
Pada sekitar 2 minggu terdapat daerah dekalsifikasi ireguler, nefrosis tulang, pengangkatan periosteum
dan pembentukan tulang baru.
g. Pada Osteomielitis kronik; besar, kavitas ireguler, peningkatan periosteum, sequestra atau
pembentukan tulang padat terlihat pada sinar-x. Pemindaian tulang dapat dilakukan untuk
mengidentifikasi area terinfeksi.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.


Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: EGC
http://nurse87.wordpress.com/2012/05/09/askep-osteomielitis

Anda mungkin juga menyukai