DISUSUN OLEH :
Danik Kuswati P27220019193
Fatimah Emma Syahara P27220019207
Muhammad Khairul Huda P27220019220
Sarah Nur Maya P27220019234
Winda Ayu Fitaloka P27220019248
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan kerja mutlak harus dilaksanakan di dunia kerja dan di dunia
usaha oleh semua orang yang berada di tempat kerja baik pekerja maupun
pemberi kerja, jajaran pelaksana, penyelia (supervisor) maupun manajemen,
serta pekerja yang bekerja untuk diri sendiri (self Employeed). Alasannya
jelas, karena bekerja adalah bagian dari kehidupan, dan setiap orang
memerlukan pekerjaan untuk mencukupi kehidupan dan/atau untuk aktualisasi
diri, namun dalam melaksanakan pekerjaannya, berbagai potensi bahaya
(hazard atau faktor risiko) dan risiko di tempat kerja mengancam diri pekerja
sehingga dapat menimbulkan cedera atau gangguan kesehatan. Potensi bahaya
dan risiko di tempat kerja antara lain akibat sistem kerja atau proses kerja,
penggunaan mesin, alat dan bahan, yang bersumber dari keterbatasan
pekerjaannya sendiri, perilaku hidup yang tidak sehat dan perilaku kerja yang
tidak selamat/aman, buruknya lingkungan kerja, kondisi pekerjaan yang tidak
ergonomik, pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja yang tidak kondusif
bagi keselamatan dan kesehatan kerja (Kurniawidjaja,2010).
Kesehatan kerja (Occupational Health) merupakan bagian dari
keselamatan dan kesehatan kerja (Occupational Safety and Health) yang
bertujuan agar pekerja selamat, sehat, produktif, sejahtera, dan berdaya saing
kuat, dengan demikian produksi dapat berjalan dan berkembang lancar
berkesinambungan (Sustainable Development) tidak terganggu oleh
kejadian kecelakaan maupun pekerja.
Undang-Undang No.23 tahun 2003 tentang kesehatan pasal 23
dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus
diselengarakan pada semua tempat kerja, khususnya tempat kerja
yang mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau
mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang. Jika memperhatikan isi dari
pasal diatas maka jelaslah bahwa Rumah Sakit (RS), puskesmas, Poli-klinik,
Rumah Bersalin, Balai Kesehatan, Laboratoruim dan Klinik Perusahaan
termasuk kedalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya
yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para laku
langsung yang bekerja di RS, tetapi juga terhadap pasien maupun pengunjung
RS. Sehingga sudah seharusnya pihak pengelola RS menerapkan upaya-upaya
K3 di RS (Depkes,2006).
Potensi bahaya di RS, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi
bahaya-bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di RS, yaitu
kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaaan yang berhubungan dengan
instalasi listrik, dan sumber-sumber cedera lainya), radiasi, bahan-bahan
kimia.Maka dari itu, hazard dan risikodi rumah sakit harus dikendalikan oleh
seluruh staff.
B. Rumusan masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah “bagaimana implementasi asuhan
keperawatan hazard dan risk di Rumah Sakit?”
C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini untuk mengetahui implementasi asuhan
keperawatanhazard dan risk di Rumah Sakit.
BAB II
TINJAUAN MATERI
5. Administratif
Kontrol administratif ditujukan pengendalian dari sisi orang yang akan
melakukan pekerjaan. Dengan dikendalikan metode kerja diharapkan
orang akan mematuhi, memiliki kemampuan dan keahlian cukup untuk
menyelesaikan pekerjaan secara aman. Jenis pengendalian ini antara lain
seleksi karyawan, adanya standar operasional Prosedur (SOP), pelatihan,
pengawasan, modifikasi perilaku, jadwal kerja, rotasi kerja, pemeliharaan,
manajemen perubahan, jadwal istirahat, dan lain-lain.
6. Alat pelindung diri (APD)
Pemilihan dan penggunaan alat pelindung diri merupakan merupakan hal
yang paling tidak efektif dalam pengendalian bahaya. APD hanya
dipergunakan oleh pekerja yang akan berhadapan langsung dengan resiko
bahaya dengan memperhatikan jarak dan waktu kontak dengan resiko
bahaya tersebut. Semakin jauh dengan resiko bahaya maka resiko yang
didapat semakin kecil, begitu juga semakin singkat kontak dengan resiko
bahaya resiko yang didapat juga semakin kecil.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Risiko adalah suatu kemungkinan terjadinya kecelakaan dankerugian
pada periode waktu tertentu atau siklus operasi tertentu.Sedangkan tingkat
risiko merupakan perkalian antara tingkat kekerapandan keparahan (severity)
dari suatu kejadian yang dapat menyebabkankerugian, kecelakaan atau cedera
dan sakit yang mungkin timbul daripemaparan suatu hazard di tempat kerja
(Tarwaka, 2008 dalam Wulandari, 2011).
Bahaya adalah suatu keadaan yang memungkinkan atau berpotensi
terhadap terjadinya kejadian kecelakaaan berupa cedera, penyakit, kematian,
kerusakan atau kemampuan melaksanakan fungsi operasional yang telah
ditetapkan (Tarwaka, 2008 dalam Wulandari, 2011).Bahaya adalah segala
sesuatu termasuk situasi atau tindakan yang berpotensi menimbulkan
kecelakaan atau cidera pada manusia, kerusakan atau gangguan
lainnya.Karena hadirnya bahaya maka diperlukan upaya pengendalian agar
bahaya tersebut tidak menimbulkan akibat yang merugikan (Soehatman
Ramli, 2010 dalam Wulandari, 2011).
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan
yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan
kriteria hasil yang diharapkan
B. Saran
Sebaiknya staf dan seluruh pihak RS memperhatikan penuh terhadap
risk dan hazard atau bahaya yang ada di Rumah Sakit agar keselamatan staf
kesehatan juga terjaga dan meningkatkan mutu Rumah Sakit.
DAFTAR PUSTAKA