Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

CA BULI

A. DEFINISI
Kanker buli-buli adalah papiloma yang tumbuh didalam lumen
kandung kemih, meskipun pada pertumbuhannya mungkin menginfiltrasi
sampai dinding kandung kemih (Luckman & Sorensen. 2013).
Karsinoma buli-buli adalah suatu carsinoma yang terdapat pada vesika
urinaria yang ditandai dengan adanya total hematuria tanpa disertai rasa nyeri
dan bersifat intermitten. Tumor buli-buli adalah tumor buli-buli yang dapat
berbentuk papiler, tumor non invasif (in situ), noduler (infiltratif) atau
campuran antara bentuk papiler dan infiltratif.
Ca buli-buli adalah tumor atau karsinoma yang didapatkan dalam
buli-buli (kandung kemih).Karsinoma buli-buli merupakan tumor
superficial.Tumor ini lama kelamaan dapat mengadakan infiltrasi ke lamina
phopria, otot dan lemak perivesika yang kemudian menyebar langsung ke
jaringan sekitar (Basuki B. Purnomo, 2012).

B. ETIOLOGI
1. Pekerjaan, pekerja di pabrik kimia, laboratorium (senyawa amin aromatik
2. Perokok, rokok mengandung amin aromatik dan nitromasin
3. Infeksi saluran kemih, escherichia coli, dan proteus yang menghasilkan
karsinogen
4. Kopi, pemanis buatan, dan obat-obatan, untuk pemakaian jangka panjang
dapat meningkatkan resiko kassinoma buli-buli
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya karsioma buli-buli
diantaranya :
1. Umur
Karsinoma buli-buli meningkat pada dekade 60an
2. Zat karsinogen, baik yang berasal dari eksogen dari rokok maupun bahan
kimia maupun endogen dari hasil metabolisme
3. Penyebab lain diduga akibat pemakaian analgetik, sitostatik dan iritasi
kronik oleh batu, sistoiasis atau radiasi.

C. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi diawali dengan adanya hambatan aliran urin secara
anatomik ataupun fisiologik. Hambatan ini dapat terjadi dimana saja
sepanjang ginjal sampai meatus uretra. Peningkatan tekanan ureter
menyebabkan perubahan dalam filtrasi glomerulus (GFR), fungsi tubulus,
dan aliran darah ginjal. GFR menurun dalam beberapa jam setelah
terjadinya hambatan. Kondisi ini dapat bertahan selama beberpa minggu.
Fungsi tubulus juga terganggu. Berat dan durasi kelainan ini tergantung
pada berat dan durasi hambatan aliran. Hambatan aliran yang singkat
menyebabkan kelainan yang reversibel sedangkan sumbatan kronis
menyebabkan atrofi tubulus dan hilangnya nefron secara permanen.
Peningkatan tekanan ureter juga aliran balik pielovena dan pielolimfatik.
Dalam duktus kolektivus, dilatasi dibatasi oleh parenkim ginjal. Namun
komponen diluar ginjal dapat berdilatasi maksimal.
Pada urogram, hidronefrosis dini memberikan gambaran kalik – kalik
yang mendatar (flattening). Sementara pada keadaan lanjut, memperlihatkan
kalik – kalik berupa tongkat (clubbing). Pada tingkat yang lebih parah
terjadi destruksi parenkim dan pembesaran traktus urinarius, kompresi
papila, penipisan parenkim di sekitar kalises, dan dapat terjadi atrofi korteks
yang berjalan progresif dan akhirnya terbentuk kantung hidronefrotik
(balloning).
Sementara pada USG, derajat hidronefrosis terbagi menjadi tiga.
Hidronefrosis ringan memberikan gambaran hipoekoik di bagian tengah
ginjal. Pada hidronefrosis sedang terlihat pelebaran peilokalikises yang
sama baiknya seperti pada urografi. Sedangkan pada hidronefrosis berat
tampak kalises berupa suatu zona bebas ekonomi yang lobulated, parenkim
ginjal tidak jelas lagi.
D. PATHWAY

Faktor-faktor resiko

Host Agent Environment

Genetik Life Riwayat Obat/ Invasi kuman Pekerjaan (pabrik cat,


style penyakit tindakan penyamak kulit, tembakau,
dahulu pegawai salon)

4P, ISK, Ca. Cytoksan, Parasit


merokok, Colon, Ca. cyclofosfa (schistozomiasis)
konsumsi Renal, Ca mide
kopi Prostat, Ca.
Rectum

Faktor-faktor resiko merangsang pertumbuhan sel

Pertumbuhan sel-sel baru pada jaringan kandung kemih

Proliferasi sel meningkat cepat kerusakan struktur fungsional kandung kemih

Kanker kandung kemih

Lokal Sistemik

Obstruktif Iritatif Anemia Hormon

Kencing Pancaran Hematuri FUNUD Hiperventilasi Renin , Aldosteron


sedikit melemah a (frekuensi, angioste
urgensi, nsin
nocturia, Sesak nafas
MK: urge Vasokontriksi
Gangg
incontinensi pembuluh
Gangguan uan
darah
a, disuria) MK:
eliminasi pompa
Urin Ketidakef Na
ektifan dan K Hipertensi
Refluks pola nafas
oedema MK:
Hidroureter Penuruna
n cardiac
MK: output
Hidronefrosis MK: Peningkatan
Nyeri volume
Akut cairan
Mual muntah

MK: Nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh

Penatalaksanaan

Non pembedahan Pembedahan (TURB-T,


(kemoterapi, irigasi Diversi Urin, Cystectomy)
kandung kemih,
farmakologi)
Stoma Post .op

MK : Resiko MK : Resiko
Kerusakan infeksi
Integritas Kulit
E. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi Klinis pada kanker kandung kemih, antara lain:
1. Lokal
a. Obstruktif
1) Kencing sedikit: sebagai akibat dari tumbuhnya tumor yang
menutup aliran menuju uretra.
2) Hematuria: massa tumor memiliki sifat mudah ruptur dan sifat
urin adalah asam yang akan mengikis tumor tersebut sehingga
akan terjadi bleeding dan dikeluarkan melalui urin.
3) Pancaran melemah: karena adanya obtruksi sehingga kencing
menjadi sedikit dan mengakibatkan pancaran melemah.
b. Iritatif
1) Frekuensi: terjadi peningkatan frekuensi karena adanya retensi
urine dan pengisian kandung kemih secara kontinyu.
2) Urgensi
3) Nocturia ( jarang )
4) Urge incontinensia
5) Disuria
2. Sistemik
a. Anemia: sebagai akibat dari adanya hematuria sehingga tubuh
kekurangan Hb.
b. Hiperventilasi : karena tidak adanya Hb yang mengikat O2 sehingga
mengakibatkan sesak napas.
c. Hipertensi: karena adanya gangguan pada fungsi ginjal sehingga
mengakibatkan aldosteron terganggu, pembuluh darah menjadi
vasokonstriksi sehingga muncul hipertensi.
d. Oedema: karena adanya gangguan pada renin angiotensin yang
berdampak pada pompa Na dan K, kemudian Na tidak dapat keluar
sehingga mengikat banyak air yang mengakibatkan oedema.
F. PENATALAKSANAAN
1. Hematuria
a. Dilakukan three way kateter untuk irigasi kandung kemih yang
mengalami perdarahan akibat massa dengan PZ 1000 cc.
Konstribusi perawat:
1) Monitoring irigasi
2) Monitoring balance cairan urin yang di tampung pada urin bag
dikurangi dengan cairan yang masuk {PZ}).
3) Evaluasi warna urin
4) Kondisi bladder
b. Oksigenasi karena kilen mengalami hiperventilasi
c. Transfusi + farmakologi (asam traneksamat serta vitamin K) untuk
penatalksaan perdarahan.
2. TURB-T (Trans-Urethral Resection of Bladder-Tumor)
Dilakukan reseksi untuk mengambil tumor. Jika terjadi perdarahan
dilakukan tindakan irigasi kandung kemih , jika urine tidak keluar , curiga
adanya stone cell dan tatalaksana dengan dilakukan spool.
3. Cystektomy radikal atau parsial
Sistektomi radikal yang diikuti dengan kemoterapi sistemik (MVAC-
Methotrexate, Vinblastine, Adriamycin, Cisplatin). Sistektomi radikal
merupakan pengangkatan buli dengan lemak perisistikserta prostat dan
vesikula seminalis, uretra pada priadan buli serta lemak perisistik, serviks,
uuterus, kubah vagina anterior, uretra dan ovarium pada wanita.
Sistektomi radikal merupakan suatu operasi mayor dengan angka
mortalitas 3 sampai 8%.
4. Diversi Urine
Sistektomi radikal adalah pengangkatan kandung kemih dan jaringan
sekitarnya (pada pria berupa sistoprostatektomi) dan selanjutnya aliran
urine dari ureter dialirkan melalui beberapa cara diversi urine, antara lain:
a. Uretrosigmoidostomi, yaitu membuat anastomosis kedua ureter ke
dalam sigmoid. Cara ini sekarang tidak banyak dipakai lagi karena
banyak menimbulkan penyulit.
b. Kondisi usus, yaitu mengganti kandung kemih dengan ileum sebagai
penampung urin, sengakan untuk mengeluarkan urine dipasang
kateteer menetap melalui sebuah stoma. Konduit ini diperkenalkan
oleh Bricke pada tahun 1950 dan saat ini tidak banyak dikerjakan lagi
karena dianggap tidak praktis.
c. Diversi urin kontinen, yaitu mengganti kandung kemih dengan segmen
ileum dengan membuat stoma yang kontinen (dapat menahan urin pada
volume tertentu). Urin kemudian dikeluarkan melalui stoma dengan
melakukan kateterisasi mandiri secara berkala. Cara diversi urin ini
yang terkenal adalah cara Kock pouch dan Indian pouch.
d. Diversi urin Orthotopic, adalah membuat neobladder dari segmen usus
yang kemudian dilakukan anastomosis dengan uretra. Teknik ini dirasa
lebih fisiologis untuk pasien, karena berkemih melalui uretra dan tidak
memakai stoma yang dipasang di abdomen. Teknik ini pertama kali
diperkenalkan oleh Camey dengan berbagai kekurangannya dan
kemudian disempurnakan oleh Studer dan Hautmann.
5. Kemoterapi intra Buli
Kemoterapi intravesika pasca bedah dengan Thiotepa / Adriamycin /
Mitomycin yang ditahan di sisi dalam kandung kemih selama 1 jam, 6-8
serial seperti ini dengan interval setiap seminggu diberikan untuk
mengurangi angka kekambuhan.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Palpasi Bimanual (Shenoy 2014)
Yaitu per reto-abdominal pada pria dan per vagino-abdominal pada
wanita dilakukan di bawah anastesi umum. Penebalan dinding buli,
mobilitas, fiksasi, dan keras tidaknya tumor dapat ditentukan. Palpasi
bimanual dikerjakan dengan narkose umum (supaya otot buli-buli relaks)
pada saat sebelum dan sesudah reseksi tumor TUR buli-buli. Jari telunjuk
kanan melakukan colok dubur atau colok vagina sedangkan tangan kiri
melakukan palpasi buli-buli di daerah suprasimfisis untuk
memperkirakan luas infiltrasi tumor. Kontribusi perawat dalam
pemeriksaan bimanual adalah untuk mengetahui apakah teraba tumor
pada dasar buli-buli dengan bantuan general anestesi sesuai prosedur.
2. Pemeriksaan Laboratorium (Nursalam 2009)
a. Laboratorium rutin.
1) Hb (untuk mengetahui adanya anemia)
Normal: M : 13-16 g/dl
F : 12-14 g/dl
b. Pemeriksaan Fungsi Faal Ginjal
1) BUN, eksresi urea yang tidak maksimal akan meningkatkan kadar
nitrogen urea darah (Joan dan Lyndon 2014) Normal: 10-45 mg/dl
2) Kreatinin Serum, dapat mengukur kerusakan ginjal dengan baik
dibandingkan dengan kadar nitrogen serum, karena ganggguan
ginjal yang berat dan persisten akan menyebabkan peningkatan
kreatinin yang signifikan (Joan dan Lyndon 2014)
Normal: M : 0,9-1,5 mg/dl
F : 0,7-1,3 mg/dl
c. Urinalisis
Pemeriksaan air seni untuk melihat adanya darah dalam air seni,
khususnya yang kasat mata. Selain itu juga untuk mengetahui adanya
epitel, eritrosit, atau leukosit pada urin. Pemeriksaan sitologi urin,
memiliki sensitifitas 38-78%, dan meningkat pada tumor tingkat
tinggi. Kultur air seni dapat diperiksa untuk menyingkirkan adanya
infeksi atau peradangan.
d. Sitologi Urin, yaitu pemeriksaan sel-sel urotelium yang terlepas
bersama urin (biasanya nilai negatif palsu tinggi). Sitologi urin
merupakan pemeriksaan mikroskopik terhadap sel-sel didalam urin.
pemeriksaan ini dilakukan untuk mendiagnosis kanker saluran kemih.
Sitologi urin juga dilakukan untuk penyaringan kanker pada orang-
orang resiko tinggi (misalnya perokok, pekerja petrokimia dan
penderita perdarahan tanpa rasa nyeri). Untuk penderita yang telah
menjalani pengangkatan kanker kandung kemih, sitologi digunakan
untuk evaluasi dan follow up
e. Cell survey antigen study, yaitu pemeriksaan laboratorium untuk
mencari sel antigen terhadap kanker, bahan yang digunakan adalah
darah vena.
f. Flow cytometri, yaitu mendeteksi adanya kelainan kromosom sel-sel
urotelim.
3. Pemeriksaan Radiologi (Shenoy 2014)
a. BOF/ BNO (Buik Nier Overzicht)
Untuk mengetahui struktur dari kandung kemih bagus atau tidak.
Kontribusi perawat adalah:
1) Sebelum pemeriksaan anjurkan klien untuk makan bubur, bukan
santan karena akan memerlukan waktu penyerapan yang lama dan
mengandung kolesterol.
2) Klien dipuasakan 6-8 jam
3) Dilakukan lavement/huknah/enema untuk mengurangi intepretasi
kesalahan pada gambaran kolon dan kandung kemih
b. IVP
Defek pengisian dalam buli, dilatasi ureter dapat ditemukan.
Konstribusi perawat adalah untuk melakukan pemeriksaan fungsi
ginjal (BUN dan Kreatinin) dan pemeriksaan alergi sebelum dilakukan
tindakan.
c. Ultrasonografi
Merupakan pemeriksaan yang sangat bermanfaat yang dapat
mendeteksi karsinoma buli. Pemeriksaan ini juga dapat mendeteksi
adanya metastase hati. Kontribusi perawat adalah menganjurkan klien
untuk menahan kencing untuk mengetahui perbedaan urin dan massa
tumor.
d. CT Scan
Merupakan pemeriksaan pilihan terutama untuk mengetahui
penyebaran penyakit. Pemeriksaan CT scan bermanfaat khususnya
untuk mengetahui adanya infiltrasi adanya infiltrasi pada otot,
jaringan prevesika serta prostat, dan dinding pelvik. Indikasi untuk
sitoskopi, antara lain:
1) Hematuria dengan IVP yang normal
2) Gejala klinis saluran kemih bagian bawah
3) Sel maligna dalam sitologi urine
e. MRI
Dapat memberikan keterangan tambahan mengenai penyebaran tumor.
Jika tumornya berupa kista, bisa diambil contoh cairan untuk
dilakukan analisa. Aortografi dan angiografi arteri renalis bisa
dilakukan sebagai persiapan pembedahan untuk memberikan
keterangan tambahan mengenai tumor dan arteri renalis.
f. Sistoskopi
Sitoskopi merupakan pemeriksaan gold standart untuk menentukan
lokasi lesi dan mengambil biopsi yang sangat diperlukan untuk
penatalaksanaan kasus lebih lanjut. Peran perawat yaitu memantau
adanya komplikasi pasca prosedur sistoskopi berupa perdarahan,
perforasi kandung kemih, dan infeksi. Perawat melakukan observasi
terhadap perubahan warna urin. Pasca dilakukan sistoskopi, urin
normalnya berwarna merah muda karena trauma saat memasukkan
instrumen, tetapi bila ada perdarahan nyata harus segera dilaporkan.
Perawat memantau kecukupan asupan cairan klien untuk mencegah
statis urin dan obstruksi darah beku. Perawat memantau tanda-tanda
vital klien secara teratur untuk mendeteksi dini potensi adanya infeksi.

H. KLASIFIKASI
T= Pembesaran local tumor primer, ditentukan melalui: Pemeriksaan
klinis, uroghrafy, cystoscopy, pemeriksaan bimanual di bawah
Anestesi umum dan biopsy atau trans urethral reseksi.
Tis Carcinoma in situ (pre invasive Ca)
TX Cara pemeriksaan untuk menetapkan penyebaran tumor, tak dapat
dilakukan
T0 Tanda-tanda tumor primer tidak ada
T1 Pada pemeriksaan bimanual didapatkan massa yang bergerak
T2 Pada pemeriksaan bimanual ada indurasi daripada dinding buli-buli
T3 Pada pemeriksaan bimanual indurasi atau massa nodular yang bergerak
bebas dapat diraba di buli-buli
T3a Invasi otot yang lebih dalam
T3b Perluasan lewat dinding buli-buli
T4 Tumor sudah melewati struktur sebelahnya
T4a Tumor mengadakan invasi ke dalam prostate, uterus vagina
T4b Tumor sudah melekat pada dinding pelvis atau infiltrasi ke dalam
abdomen
N = Pembesaran secara klinis untuk pembesaran kelenjar limfe,
pemeriksaan klinis, lympgraphy, urography, operative
NX Minimal yang ditetapkan kel.Lymfe regional tidak dapat ditemukan
N0 Tanpa tanda-tanda pembesaran kelenjar lymfe regional
N1 Pembesaran tunggal kelenjar lymfe regional yang homolateral
N2 Pembesaran kontra lateral atau bilateral atau kelenjar lymfe regional
yang multiple
N3 Masa yang melekat pada dinding pelvis dengan rongga yang
bebas antaranya dan tumor
N4 Pembesaran kelenjar lymfe juxta regional
M=Metastase jauh termasuk pembesaran kelenjar limfe yang jauh,
Pemeriksaan klinis ,thorax foto,dan test biokimia
MX Kebutuhan cara pemeriksaan minimal untuk menetapkan adanya
metastase jauh, tak dapat dilaksanakan
M1 Adanya metastase jauh
M1a Adanya metastase yang tersembunyi pada test-test biokimia
M1b Metastase tunggaldalam satu organ yang tunggal
M1c Metastase multipledalam satu terdapat organ yang multiple
M1d Metastase dalam organ yang multiple

I. TERAPI CA BULI SESUAI KLASIFIKASI


1. Karsinoma yang tidak melibatkan lapisan otot (Tis, Ta, T1)
a. Reseksi transuretra (TUR) tumor (basis/dasar tumor yang direseksi
lalu diskrining terhadap adanya tumor dengan pemeriksaan
mikroskopik)
b. Kemoterapi intravesika pasca bedah dengan
Thiotepa/Adriamycin/Mitomycin yang ditahan di sisi dalam kandung
kemih selama 1 jam, 6-8 serial seperti ini dengan interval setiap
seminggu diberikan untuk mengurangi angka kekambuhan.
c. Imunoterapi BCG atau interferon yang dberikan secara intravesika
selama pasca-bedah untuk mencegah kekambuhan tumor.
2. Lesi T2-T4
Sistektomi radikal yang diikuti dengan kemoterapi sistemik (MVAC-
Methotrexate, Vinblastine, Adriamycin, Cisplatin). Sistektomi radikal
merupakan pengangkatan buli dengan lemak perisistikserta prostat dan
vesikula seminalis, uretra pada priadan buli serta lemak perisistik,
serviks, uuterus, kubah vagina anterior, uretra dan ovarium pada wanita.
Sistektomi radikal merupakan suatu operasi mayor dengan angka
mortalitas 3 sampai 8%.
3. Setiap T, N1, M0 atau setiap T, N0, M1
Kemoterapi sistemik (MVAC) yang diikuti dengan terapi radiasi harus
diberikan
4. Lesi kecil
Lesi kecil yang melibatkan otot pada kubah (dome) buli atau dinding
posterolateral buli, sistektomi parsial (reseksi segmental) bagian buli
tersebut yang mengandung tumor dengan ttepi buli yang sehat yang luas
2-3 cm. hal ini sebaiknya diikuti dengan kemoterapi intravesika.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
CA BULI

A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
a. Usia:
Menurut Brunner & Suddarth, 2004 Kanker kandung kemih lebih
sering terjadi pada orang dewasa berusia 50 sampai 70 tahun, usia rata-
rata pada saat diagnosis adalah 65 tahun, dan pada periode tersebut
sekitar 75% dari kanker kandung kemih terlokalisasi pada kandung
kemih, 25% telah menyebar ke kelenjar getah bening regional atau
tempat yang jauh.
b. Jenis Kelamin:
Pria memiliki resiko 3 kali lipat lebih besar dibanding dengan wanita
(Brunner & Suddarth 2004).
c. Pekerjaan:
Pekerja di pabrik bahan kimia, penyamak kulit, pegawai salon,
pewarna, karet, minyak bumi, industri kulit, dan percetakan memiliki
risiko lebih tinggi. Karsinogenik yang spesifik meliputi benzidin,
betanaphthylamine, dan 4-aminobiphenyl. Perkembangan tumor dapat
berlangsung lama (Emil Tanagho dan Jack W. McAninch 2007).
d. Tempat Tinggal:
Terdapat insiden kanker kandung kemih yang tinggi di banyak negara
di Afrika, terutama Mesir, terkait paparan parasit Schistosoma
haematobium, yang dapat ditemukan dalam kandungan air di negara-
negara ini (Connie Yarbro, dkk, 2010).
2. Riwayat keperawatan
a. Keluhan Utama : Klien akan mengeluhkan susah BAK
b. Riwayat Penyakit Sekarang:
Obstruktif : a. Kencing sedikit
b. Hematuria
c. Pancaran melemah
Iritatif : a. Frekwensi
b. Urgency
c. Nocturia (jarang)
d. Urge inkontinencia
e. Dysuria
c. Riwayat Penyakit Dahulu:
Orang-orang yang memiliki riwayat kanker kandung kemih, infeksi
kronis saluran kencing, dan infeksi dari parasit memiliki kemungkinan
untuk kembali memiliki penyakit yang sama (National Cancer Institute
2010).
d. Riwayat Kesehatan Keluarga:
Keluarga yang memiliki riwayat kanker kandung kemih maupun
kanker lain seperti kanker kolon dan kanker ginjal (RCC) akan
menimbulkan resiko kanker kandung kemih (National Cancer Institute
2010).
e. Riwayat psikososial dan spiritual:-
f. Kondisi lingkungan rumah:
Pada area industri dengan penduduk padat yang memungkinkan
lingkungan terpapar oleh karsinogen tertentu, seperti: tembakau, 2-
naftilamin, dan nitrat diketahui sebagai faktor predisposisi tumor sel
transisional (Joan dan Lyndon 2014).
g. Kebiasaan sehari-hari
Konsumsi 4 P (Pemanis, pewarna, pengawet, penyedap rasa),
merokok, kopi.
3. Pemeriksaan fisik
Nyeri atau ketidak nyamanan : nyeri tekan abdomen, nyeri tekan pada area
ginjal pada saat palpasi, nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat,
tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain.
a. Keadaan Umum: Klien tampak pucat, merasa mual.
b. Tanda-tanda vital:
1. Peningkatan TD, karena ada gangguan pada fungsi aldosteron yang
menyebabkan vasokontriksi pembulu darah yang berakibat pada
hipertensi
2. Peningkatan RR (Hiperventilasi), karena terjadi penurunan Hb
yang berakibat pada penurunan O2
c. Pemeriksaan fisik
1. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Merasa lemah dan letih
Tanda : Perubahan kesadaran
2. Sirkulasi
Gejala : Perubahan tekanan darah normal (hipertensi)
Tanda : Tekanan darah meningkat, takikardia, bradikardia,
disritmia
3. Integritas Ego
Gejala : Perubahan tingkah laku atau kepribadian
Tanda : Cemas, mudah tersinggung
4. Eliminasi
Gejala : Perubahan BAK
Tanda : Nyeri saat BAK, Urine bewarna merah
5. Makanan & Cairan
Gejala : Mual muntah
Tanda : Muntah
6. Neurosensori
Gejala : Kehilangan kesadaran sementara (Vertigo)
Tanda : Perubahan kesadaran sampai koma, perubahan mental
7. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Sakit pada daerah abdomen
Tanda : Wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan
nyeri
8. Interaksi Sosial
Gejala : Perubahan interaksi dengan orang lain
Tanda : Rasa tak berdaya, menolak jika diajak berkomunikasi
9. Keamanan
Gejala : Trauma baru
Tanda : Terjadi kekambuhan lagi
10. Seksualisasi
Gejala : Tidak ada sedikitnya tiga silus menstruasi berturut-turut
Tanda : Atrofi payudara, amenorea
11. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga lebih tinggi dari normal untuk insiden
depresi
Tanda : Prestasi akademik tinggi
d. Pemeriksaan per sistem
1. B1(Breathing)
Bisa ditemui pernapasan cuping hidung, penggunaan otot bantu
napas, retraksi dada yang disebabkan karena hiperventilasi.
2. B2 (Blood)
Fungsi renal terganggu dapat menyebabkan, gangguan pada fungsi
aldosteron yang menyebabkan vasokontriksi pembulu darah yang
berakibat pada hipertensi (peningkatan TD).
Saat terjadi hematuria, maka banyak darah yang dikeluarkan dan
tubuh kekurangan Hb berdampak pada anemia.
3. B3 (Brain)
Kepala dan wajah tidak ada kelainan, pucat, mata: sklera icterus,
conjunctiva pucat, pupil isokor, leher tekanan vena jugularis
normal. Persepsi sensori tidak ada kelainan.
4. B4 (Bladder)
Inspeksi:
Obstruktif : a. Kencing sedikit
b. Hematuria
c. Pancaran melemah
Iritatif : a. Frekwensi
b. Urgency
c. Nocturia (jarang)
d. Urge inkontinencia
e. Dysuria
Auskultasi : arteri renalis ada bruit atau tidak
Palpasi : teraba massa supra sympisis, diameter 10 x 10 cm,
keras, fixed.
5. B5 (Bowel)
Mulut dan tenggorok kering, agak merah (iritasi) disebabkan
adanya mual dan muntah pada klien kanker kandung kemih.
6. B6( Bone)
Gangguan pada Renin-Angiotensin yang berakibat pada gangguan
pompa Na dan K, sehingga Na tidak dapat dikeluarkan yang
menyebabkan edema pada ekstermitas.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi anatomik
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi
3. Mual berhubungan dengan tumor lokal di kandung kemih
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury
5. Resiko infeksi
C. INTERVENSI
N Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
o. Keperawatan
1. Gangguan eliminasi NOC: NIC :
urin berhubungan Urinary Elimination Irigasi Kandung Kemih
dengan obstruksi Tujuan: 1. Jelaskan prosedur kepada klien
anatomik Setelah dilakukan tindakan 2. Atur suplai irigasi yang steril, pelihara teknik
keperawatan selama 3x24 jam nyeri kesterilan dari agen protokol
teratasi, dengan kriteria hasil: 3. Bersihkan jalur mask atau ujung terkahir Y-
1. Pola eliminasi connector dengan alkohol swap
2. Jumlah urin 4. Tetap irigasi cairan setiap agen protokol
3. Warna urin 5. Observasi perlindungan diri
4. Kejernihan urin 6. Monitor dan pelihara rate flow sesuai kebutuhan
5. Intake cairan 7. Tulis cairan yang dibutuhkan, karakteristik
6. Pengosongan kandung kemih cairan, jumlah pengeluaran, dan respon pasien,
secara maksimal dan agen protokol
7. Tampak darah dalam urin
8. Frekuensi urine
9. Urgency with urination
10.Urge inkontinence
2. Ketidakefektifan pola NOC: NIC :
napas berhubungan Respiratory Status: Ventilation Oxygen Therapy
dengan hiperventilasi Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan kepatenan jalan nafas
keperawatan selama 3x24 jam 2. Sediakan oksigen ketika pasien membutuhkan
ketidakefektifan pola napas pasien 3. Ajarkan klien dan keluarga cara menggunakan
teratasi dengan kriteria hasil: peralatan oksigen di rumah
1. Respiratory rate 4. Monitor peralatan oksigenasi sudah sesuai atau
2. Irama pernafasan tidak
3. Retraksi otot dada
4. Penggunaan otot bantu nafas Ventilation Assistance
5. Pursed lips breathing 1. Bantu klien merubah posisi secara berkala,
sesuai kebutuhan
2. Pertahankan kepatenan jalan nafas
3. Posisikan klien untuk meringankan dyspnea
4. Posisikan klien semifowler untuk meminimalkan
usaha dalam bernafas
5. Monitor status pernafasan dan oksigenasi
3. Mual berhubungan NOC: NIC:
dengan tumor lokal di Nausea and Vomitting Control Nausea Management
kandung kemih Tujuan:
1. Dorong pasien untuk memantau mual secara
Setelah dilakukan tindakan
sendiri
keperawatan selama 2x24 jam mual
2. Dorong pasien untuk mempelajari strategi untuk
teratasi dengan kriteria hasil:
mengelola mual sendiri
1. Mengenali awitan mual
3. Lakukan penilaian lengkap mual, termasuk
2. Menjelaskan faktor penyebab
frekuensi, durasi, tingkat keparahan, dengan
3. Penggunaan anti emetik
menggunakan alat-alat seperti jurnal perawatan,
skala analog visual, skala deskriptif duke dan
indeks rhodes mual dan muntah (INV) bentuk 2.
4. Identifikasi pengobatan awal yang pernah
dilakukan
5. Evaluasi dampak mual pada kualitas hidup.
6. Pastikan bahwa obat antiemetik yang efektif
diberikan untuk mencegah mual bila
memungkinkan.
7. Identifikasi strategi yang telah berhasil
menghilangkan mual
8. Dorong pasien untuk tidak mentolerir mual tapi
bersikap tegas dengan penyedia layanan
kesehatan dalam memperoleh bantuan
farmakologis dan nonfarmakologi
9. Promosikan istirahat yang cukup dan tidur untuk
memfasilitasi bantuan mual
10.Dorong makan sejumlah kecil makanan yang
menarik bagi orang mual
11.Bantu untuk mencari dan memberikan suport
emosional

Vomitting Management
1. Pastikan obat antiemetik yang efektif diberikan
untuk mencegah muntah, bila memungkinkan.
2. Posisikan klien untuk mencegah aspirasi
3. Pertahankan jalan napas melalui mulut
4. Berikan dukungan fisik selama muntah
5. Berikan kenyamanan selama episode muntah
6. Tunjukkan penerimaan muntah dan
berkolaborasi dengan orang ketika memilih
strategi pengendalian muntah
7. Bersihkan area yang tekena muntah setelah
episode muntah sebelum menawarkan lebih
banyak cairan untuk pasien
8. Mulailah cairan yang jelas dan bebas dari
karbonasi
9. Secara bertahap tingkatkan cairan jika tidak ada
muntah terjadi selama 30 menit
10.Ajarkan penggunaan teknik non
pharmakological untuk mengelola muntah
11.Kaji emesis untuk warna, konsistensi, darah,
waktu, dan sejauh mana itu kuat.
12.Ukur atau estimasi volume emesis.
13.Sarankan membawa kantong plastik untuk
muntah penahanan.
14.Catat riwayat pengobatan awal lengkap.
15.Identifikasi faktor-faktor yang dapat
menyebabkan atau memberikan kontribusi untuk
muntah
4. Nyeri akut NOC : NIC :
berhubungan dengan Pain Control Pain Management
agen injury Setelah dilakukan asuhan selama 3 x
1. Tentukan dampak nyeri terhadap kualitas hidup
24, nyeri teratasi dengan kriteria hasil:
klien (misalnya tidur, nafsu makan, aktivitas,
1. Kenali awitan nyeri
kognitif, suasana hati, hubungan, kinerja kerja,
2. Jelaskan faktor penyebab nyeri
dan tanggung jawab peran).
3. Gunakan obat analgesik dan non
2. Kontrol faktor lingkungan yang mungkin
analgesik
menyebabkan respon ketidaknyamanan klien
4. Laporkan nyeri yang terkontrol
(misalnya temperature ruangan, pencahayaan,
suara).
3. Pilih dan terapkan berbagai cara (farmakologi,
nonfarmakologi, interpersonal) untuk
meringankan nyeri.
4. Kaji rasa nyeri secara komprehensif untuk
menentukan lokasi, karakteristik, onset/durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya
nyeri, dan faktor pencetus.
5. Observasi tanda-tanda non verbal dari
ketidaknyamanan, terutama pada klien yang
mengalami kesulitan berkomunikasi.
5. Resiko infeksi NOC: NIC:
berhubungan dengan Infection Severity Infection protection
prosedur invasif Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan tindakan pencegahan neutropenia
keperawatan selama 3x 24 jam pasien tidak 2. Isolasi semua pengunjung untuk penyakit menular
mengalami infeksi 3. Pertahankan asepsis untuk pasien berisiko
Kriteria Hasil : 4. Periksa kondisi setiap sayatan bedah atau luka
1. Klien tidak demam 5. Pantau tanda-tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
2. Klien tidak mengalami peningkatan 6. Monitor kerentanan terhadap infeksi
jumlah sel darah putih 7. Pantau perubahan tingkat energi atau malaise
Bayi 9000 –
baru 30.000 Infection control
Lahir /mm3 1. Bersihkan lingkungan setiap kali setelah digunakan
Bayi/an 9000 – pasien
ak 12.000/m 2. Isolasi dengan orang yang terkena penyakit menular
m3 3. Batasi jumlah pengunjung yang sesuai
Dewasa 4000- 4. Tingkatkan cara mengajar mencuci tangan untuk tenaga
10.000/m
kesehatan
m3
5. Anjurkan pasien tentang teknik cuci tangan yang tepat
6. Instruksikan pengunjung untuk mencuci tangan saat
memasuki dan meninggalkan ruangan pasien
7. Gunakan sabun antimikroba untuk mencuci yang sesuai
8. Cuci tangan sebelum dan sesudah setiap kegiatan
perawatan pasien
6.
7.
8.
D. IMPLEMENTASI
E. EVALUASI

Anda mungkin juga menyukai